Anda di halaman 1dari 15

KOMPLIKASI INTRADIALITIK

TEKNIS dan NON TEKNIS


(mini referat )
OLEH

Seno M. Kamil, dr, Sp.PD


Yayan Ginanjar, dr.

Diajukan Pada Pelatihan Dialisa Angk 1


RS Hasan Sadikin Bandung, 4 April 2017
PENDAHULUAN.
Kita tahu bahwa salah satu terapi pada PGK
adalah hemodialis.
Pada pelaksanaannya Hemodialis bisa terjadi
komplikasi, yaitu :
1. komplikasi Intradialitic teknik dan non teknik
2. Komplikasi Interdialitic.
Yg dibahas adalah poin 1.
PEMBAHASAN
Komplikasi INTRADIALITIK :
yaitu komplikasi yg terjadi selama prosedur
Hemodialisis.
Berhubungan dengan masalah teknis dan non
teknis.
Merupakan masalah tersendiri
Masalah teknik adalah masalah yg terjadi pada
perangkat dialisa ( mesin dan cairannya )
Masalah non teknik ( kompl. Klinik ), adalah
masalah yang terjadi pada pasen, baik berupa
keluhan ataupun dalam bentuk gejala klinik.
Komplikasi Teknik
Resiko teknik : Presentasi klinik :
Udara msk sirk. darah. - Emboli udara.
Dialisat hipotonik - Hemolisis masif
Dialisat hipertonik - Hipernatremia : haus, skt
kepala, bendungan paru,
kejang .
- Dialisat overheated - Hemolisis , pembekuan
darah.
- Pertukaran bicarbonat dgn - Alkalosis hebat.
konsentrat acid
- Gangguan softener ( Hard - Hiperkalsemia akut, skt kpl,
Water sindrome ) hipertensi , kejang.
- Diskoneksi tabung darah - Perdarahan, kolapse.
Komplikasi Non Teknik
Cukup sering terjadi, mengganggu kenyamanan
pasen.
Terbanyak : Hipotensi ( 25-60 % ), hipertensi (15-
25%) kram otot ( 5-20 %), mual muntah ( 5-15
%), sakit kepala ( 5%), demam sampai menggigil (
<1%).
Pemahaman mekanisme patogenesa komplikasi
terkait hemodialisa, sangat penting dalam upaya
pencegahan komplikasi dan tindakan rasional
terhadap komplikasi yg terjadi.
Komplikasi non teknik
YANG BIASA TERJADI ADALAH :
Hipotensi
Hipertensi
Aritmia jantung
Kram otot
Mual muntah
Sakit kepala
Nyeri punggung
Nyeri dada
Gatal gatal
Demam
Sindroma Disequilibrium
First use sindrome
Hipotensi
Gejala klinis, umumnya ringan : lemah badan, merasa tidak
enak, dan badan lemas pasca hemodialisis.
Hipotensi pada pasien nefropati diabetic dan usia lanjut
sering berbahaya karena dapat memicu penyakit jantung
iskemik dan gangguan irama jantung.
Mekanisme utama : ketidakseimbangan antara cardiac
output ( yang disebabkan penurunan volume plasma) dan
gangguan untuk meningkatkan peripheral vaskular
resistance (PVR).
Inti masalah : karena kontraksi berlebihan volume plasma
akibat ultrafiltrasi melebihi refilling rate dari kompartemen
ekstravaskular ke kompartemen intravaskuler.
Etiologi hipotensi
paling sering :
Penurunan volume plasma
Fluktuasi ultrafiltration rate
Ultrafitasiltration rate tinggi untuk mengatasi interdialytic yg berlebih.
Sasaran untuk mencapai berat badan kering terlalu rendah.
Konsentrasi Na dalam konsentrasi dialisat rendah.
Makanan selama hemodialisis terlalu banyak protein hewani
Iskemia jaringan (adenosine-mediated) dipercepat penurunan hematokrit
Neuropati otonom (pasien nefropati diabetik)
Ketidaksanggupan untuk meningkatkan cardiac output disebabkan penurunan
kontraktilitas miokard, (seperti pada usia lanjut, hipertensi, aterosklerosis, dan
kalsifikasi miokard)
Jarang :
1.Kardiovaskular
Tamponade jantung
Infark myocard
Aritmia jantung
2.Septikemia
3.Reaksi terhadap dializer :
Hemolisi
Emboli udara
Pathogenesa
Patogenesa hipotensi intradialitic

Dialysate Na < 140 mmol/L


Bioincompatibility (IL-1) Peripheral
Warm dialysate vascular
Splanchnic vasodilatation resistance
Acetate icons
Hypoxemia Dialysis
hypotension

Drugs
Myocardiopathy
Arrythmia Cardiac output

Hight ultrafiltration rate LEC and


Low targeted dry weight Plasma volume
Hipertensi intradialitik
Prevalensi : 15-25%
Definisi : Peningkatan tekanan darah sistolik pascadialisis . Yaitu
adanya perbedaan TD sistolik pascadialisis TD sistolik predialisi
>/= 10 mmhg. Dan tekanan darah post hemodialisi >/=130/80
mmhg diukur setelah 5 menit pasca dialisis.
Etiologi dan patofisiologi mekanisme : sampai saat ini belum
sepenuhnya diketahui.
Banyak faktor yang diduga sebagai penyebab, seperti : volume
overload, aktivasi sistem renin angiotensin, aldosteron system
karena diinduksi oleh hipovolemia saat dilakukan ultrafiltrasi,
overaktivasi dari saraf simpatis, kadar natrium plasma, viskositas
plasma yang meningkat karena diinduksi oleh terapi
eritropoetin(EPO), ultrafiltrasi yang berlebih saat hemodialisis, obat
antihipertensi terekskresikan saat hemodioalisis, adanya disfungsi
endotel dan arterial stifness.
Penanganan HT Intradialitik
Berdasarkann beberapa pendapat ahli :
1. Locatelli dkk karena keseimbangan potasium sodium berperan
penting pada kejadian hipertensi intradialitic sehingga usaha untuk
menormalkan kembali sodium dan kelebihan volume sebaiknya
merupakan langkah pertama dalam penanganan hipertensi
intradialitik.
2. Chazot dkk penanganan pertama terhadap hipertensi intradialitik
adalah membatasi peningkatan berat badan antar dialisis dan
menurunkan secara bertahap berat badan kering. Pembatasan
konsumsi garam dan ultrafiltrasi yang agresif saat hemodialitic.
Beberapa obat disarankan untuk mencegah krisis hipertensi antara
lain : calcium chanel blocker. Minoxidil merupakan vasodilator yang
kuat dapat diberikan.
Penanganan Komplikasi non Teknik
KRAM OTOT
Kram otot (betis) hampir 5 20 % , karena penurunan volume cairan
ektrasellular akibat peningkatan ultrafiltration rate atau konsentrasi natrium
dalam konsentrat tidak adekuat. Sering terjadi pada akhir hemodialisis,
bisa diterapi dengan pemberian garam fisiologis atau hipertonis, kecilkan
QB dan UFR, Perhatikan bila : melakukan modifikasi UF (profiling dyalisis),
evaluasi berat badan kering, kompres hangat, observasi tanda2 vital .
MUAL dan MUNTAH
Sering menyertai hipotensi dan merupakan salah satu gejala klinik
disequilubrium syndrome, juga dapat disebabkan gangguan hepar dan
saluran cerna.
SAKIT KEPALA
Sering ditemukan selama hemodiallisis, sebabnya tdk diketahui . mungkin
berhubungan dengan dialisat asetat atau disequilubrium syndrome.
Sebab lain teknan darah naik dan dicurigai gangguan
cerebrovaskular(perdarahan serebral) kalau terjadi demikian hentikan
hemodialisis dan lakukan ct scan kepala.
Penanganan komplikasi non teknik
SAKIT DADA
Harus dicurigai sbg kegawat daruratan yang berhubungan dengan angina,
infark miokard dan perikarditis dan bisa berhubungan dengan hemolisis
akut atau reaksi anafilaktoid.
Pasien dengan penyakit jantung koroner. Episode angina dapat dicegah
dengan peningkatan hematokrit (terapi PRC atau terapi EPO) dan
penggunaan bicarbonat buffer dan nitrogliserin.
HIPOKSEMIA
Sering terjadi bila menggunakan non substitudd cellulosic membran dan
asetat buferred dialysate.
Penurunan P2O2 moderate (10 20% dari baseline) biasanya tanpa gejala.
Complement activating membrane dapat menyebabkan hipoksia sedang
(10-15 menit setelai mulai hemodialisa), paralel dengan sequestrasi leukosit
paru.
Acetat induced hypoxia, sangat berat, muncul 15-60 menit setelah mulai
hemodialisa.
Penanganan Komplikasi non Teknik
Pasen yang mempunyai penyakit dasar jantung seperti hypertrofi ventrikel
kiri, kardiomyopati, iskemia. sering terjadi hipoksemia .
Pencegahannya diberikan bicarbonat buffer, non complement activating
membrane dan oksigen yang cukup selama proses hemodialisa.
GATAL GATAL
Sering ditemukan dengan insiden 5-80% pada pasien hemodialisa
Penyebabnya deposit kristal kalsium fosfor( hyperparatiroidisme), kulit
kering (xerosis), alergi terhadap obat (EPO dan Heparin), pelepasan
histamin dari mast cell.
FEBRIS
Bila terjadi selama / pasca hemodialisis mungkin berhubungan dengan
reaksi pirogen atau infeksi mikroorganisme ( bakteri, parasit,virus atau
keganasan ).
Presentasi klinik reaksi pyrogen : demam ringan tanpa menggigil, hilang
diluar hemodialisa
Faktor pencetus biasanya dialiser reuse, bisa juga
karena dialisat yg tidak steril, adanya kuman / bakteri
pada dialisat atau pada teknik sistem air aseptik yg
kurang, persiapan akses yg tidak benar.
Febris lama pada pasen hemodialisis
merupakan permasalahan tersendiri,
biasanya berhubungan dengan defiensi sistim imun.
Penyebab bisa : Tuberkulosa ekstra paru, keganasan saluran
cerna, Reaktivasi SLE, Endokarditis bakterialis akut,
Divertikulosis, Infeksi akses vaskuler, Trombosis fistula AV,
Perikarditis, Efusi pleura, Infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal
polikistik.

Anda mungkin juga menyukai