Anda di halaman 1dari 56

PRESENTASI KASUS

ANESTESI SPINAL PADA TRANSURETHRAL


RESECTION OF THE PROSTATE (TURP)
DENGAN PENYULIT HIPERTENSI
Pembimbing:
dr. Himawan, Sp.An
Oleh:
Michelle Octoviani Kristianto 2013061059
Kezia Jessica 2014061038
Jeslyn Tengkawan 2014061044
KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. SH
Usia : 74 tahun
Tanggal Masuk : 3 Mei 2015
No. RM : 940277
Diagnosa Preoperatif : Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Jenis Pembedahan : TURP
II. Anamnesis

KU: BAK sedikit dan sering sejak 5 tahun SMRS


KT : nyeri saat BAK
II. Anamnesis
RPS :
Keluhan BAK sedikit dan sering BAK sejak 5 tahun SMRS, nyeri saat
BAK dan BAK terputus-putus.
Riwayat demam, nyeri pinggang, kencing berpasir atau keluar batu,
darah pada kencing disangkal.
Pasien sempat berobat ke RS Bethesda 5 tahun SMRS dan
didiagnosa dengan BPH serta dilakukan perencanaan operasi TURP,
namun pasien menolak.
30 April 2015: pasien datang ke poli bedah 3 Mei 2015: di opname
sebelum dilakukan tindakan TURP.
Keluhan lain: batuk, pilek, demam, sesak napas, gangguan jantung,
gangguan BAB disangkal.
II. Anamnesis
RPD :
Riwayat asma disangkal
Riwayat hipertensi (+), sejak 5 tahun SMRS
- terkontrol dengan Amlodipin 1 x 5 mg PO.
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal
Riwayat diabetes melitus disangkal
Riwayat tuberculosis disangkal
Riwayat operasi sebelumnya disangkal
Riwayat trauma disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Tampak sakit sedang, tampak tenang, ekspresi rileks
Kesadaran : CM
BB : 55 kg
TB : 155 cm
IMT : 22,89 kg/m2 (normal)
TTV
BP : 140/96 mmHg
HR : 87 x / menit
Suhu : 36 C
RR : 20 x /menit
Kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut, gigi, lidah, tenggorokan, leher, dada
Tak ada kelainan
Thoraks
Paru-Paru
I : Gerakan napas simetris dalam keadaan statis dan dinamis
P : Gerakan napas teraba simetris
P : Sonor di kedua lapangan paru
A :Vesikular (+/+), Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
Jantung
I : Ictus Cordis tidak terlihat
P : Ictus Cordis tidak teraba
P : Cardiomegali (-)
A : BJ I & II Reguler, Murmur (-)
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), BU (+)
Punggung : Tak ada kelainan
Genitalia : Tak ada kelainan
Ekstrimitas : Akral hangat, CRT : < 3 detik
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
3 MEI 2015
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL SATUAN

HEMATOLOGI
Hemoglobin 13 12.0 15.0 g%

Leukosit 5,7 4.0 11.0 103/L


Eritrosit 4,30 3.80 5.80 106/L
Hematokrit 35,9 37.0 47.0 %

Trombosit 223 150 450 103/L


HITUNG JENIS LEKOSIT
Eosinofil 1,7 1,0-6,0 %
Basofil 0,5 1,0-2,0 %
Neutrofil 50,5 40,0-80,0 %
Limfosit 37,4 20,0-40,0 %
Monosit 9,8 2,0-10,0 %
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
INDEKS ERITROSIT
MCV 83,6 80-96 fL
MCH 30,3 27-31 pg
MCHC 36,3 32-36 g/dL
RDW-CV 13,8 11,6 14,8 %
PT / APTT
PT 12,4 11,1 14,6 detik
APTT 33,4 24,6-37,2 detik
FUNGSI HATI
SGOT 14,4 0 -38 U/L
SGPT 10,0 0 41 U/L
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
FUNGSI GINJAL
Ureum 26 10 50 mg/dl
Kreatinin 0,93 0,7 1,2 mg/dl
Asam Urat 6,0 3,4 7 mg/dl
GLUKOSA
GDS 95 70 110 mg/dL
ELEKTROLIT
Natrium 139 136 145 mmol/L
Kalium 3,5 3,6 5,1 mmol/L
Klorida 105 98 107 mmol/L
Kalsium total 8,6 8,2 9,6 mg/dl
Magnesium 2,32 1,9 2,8 mg/dl
SEROLOGI
HBsAg 0,59 (non reaktif) < 0,9 (non reaktif), > 1 (reaktif)
Hasil EKG
Normal sinus rhythm
HR 60 x/menit
Tidak ada kelainan pada EKG

Thorax PA
COR : CTR <50%, bentuk normal
Pulmo : corakan paru dalam batas normal, tidak tampak
bercak suram atau perselubungan, hilus tak melebar, sinus
dan diafragma normal
Kesan : Cor dan pulmo : dalam batas normal
Tak tampak gambaran infiltrat atau TBC.
BNO
Gambaran udara usus N, tak tampak distensi, feccal
material (+)
Kontur ginjal kanan N, kontur ginjal kiri tak tampak.
Tak tampak gambaran opak pada sistem urinarius.
Kesan : foto BNO dalam batas normal, tak tampak urolith
opak.

USG
Upper dan Lower Abdomen
Kesan : Cystitis, hipertrofi kelenjar prostat, Ren tak tampak
kelainan.
EVALUASI PREOPERASI
Status fisik : ASA III
Penyulit pra-anestesi : Usia tua dan hipertensi
Teknik anestesi : Regional Anestesi dengan Spinal Anestesi
Teknik khusus : tidak ada
Monitoring:
EKG lead II
Heart Rate
Non-Invasive Blood Pressure (NIBP)
SpO2
MANAJEMEN INTRA-OPERASI
Mulai anestesi :Pukul 11.45
Mulai pembedahan :Pukul 12.00
Lama pembedahan :55 menit
IV line :Dorsum manus sinistra. No. 20
Posisi :Terlentang
Pre-medikasi : Sedacum 2 mg IV
Teknik Anestesi : Spinal Anestesi
Daerah Pemasangan : Vertebrae L2-L3
Jarum : No.29
Katheter : Tidak
Obat : Chirocaine 15 mg
1200
1100
MANAJEMEN INTRA-OPERASI
Airway Management : O2 dengan nasal kanul 4 lpm
Ventilasi : Spontan
Perdarahan : kurang lebih 300 500 cc
CAIRAN INTRAOP
Ringerfudin 500 cc
Normal Saline 500 cc
IRIGASI INTRAOP PADA TURP
Cairan irigasi pada TURP sebaiknya isotonic atau mendekati isotonic, inert,
nontoxic, dan transparan. Cairan yang mengandung elektrolit sebaiknya tidak
digunakan karena dapat menghantarkan listrik sehingga dapat
mengakibatkan luka bakar di jaringan sekelilingnya.
Irigasi pada kasus ini digunakan Sterile Water for Irrigation sebanyak 16 L.
MANAJEMEN PASCA OPERASI RR
Masuk Ruang Pemulihan : pukul 13.15 WIB
Keluar Ruang Pemulihan : pukul 15.30 WIB
Skor ALDRETTE Total = 9
[Aktivitas (1), Sirkulasi (2), Pernafasan (2), Kesadaran (2), Warna kulit (2)]

Observasi di Ruang Pemulihan - TTV :


Tekanan Sistolik : 110-120 mmHg
Tekanan Diastolik : 65-82 mmHg
Denyut Jantung : 85- 120 x/menit
Frekuensi Pernapasan : 19 x/menit
Saturasi O2 : 99%
INSTRUKSI PASCA OPERASI
Analgetika : Dexketroprofen (Ketesse) 3 x 50 mg IV
Anti mual / muntah : Ondansetron (Narfoz) 4 mg IV
Antibiotik :-
Obat-obatan lain :-
Infus : NaCl : RD = 2:2 :20 tpm
Minum : Boleh minum
Pemantauan TTV : Setiap 15 menit
Lain-lain : Tirah baring sampai 6 jam post op
Follow-up POD-1
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,7 12.0 15.0 g%
Leukosit 9,5 4.0 11.0 103/L
Eritrosit 3,97 3.80 5.80 106/L
Hematokrit 34,1 37.0 47.0 %
Trombosit 196 150 450 103/L
HITUNG JENIS LEKOSIT
Eosinofil 0,3 1,0-6,0 %
Basofil 0,4 1,0-2,0 %
Neutrofil 81,1 40,0-80,0 %
Limfosit 10,5 20,0-40,0 %
Monosit 7,7 2,0-10,0 %
INDEKS ERITROSIT
MCV 85,9 80-96 fL
MCH 29,5 27-31 pg
MCHC 34,3 32-36 g/dL
RDW-CV 13,2 11,6 14,8 % Kesan: Pendarahan
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
DAN
ANALISIS KASUS
KONSENTRASI
MASSA OTOT
AIR TUBUH OBAT DALAM

PLASMA

USIA TUA LEMAK


CLEARENCE
OBAT
FUNGSI
ORGAN
DURASI OBAT

Distribusi dan eliminasi dipengaruhi perubahan protein binding
dalam plasma Albumin
Usia tua MAC kebutuhan obat anestesi
Penggunaan obat dengan
cara kerja singkat Propofol, Desfluran, Remifentanyl, Suksinilkolin
Tidak mempengaruhi fungsi hati/ginjal/aliran darah Atracurium &
Cisatracurium
!!! Propofol sering menyebabkan apnea & hipotensi
Diberikan kombinasi Midazolam/Opioid/Ketamin menurunkan dosis
pemberian Propofol
Farmakokinetik Opioid tidak dipengaruhi usia
Propofol 50% hipotensi
Thiopental, Fentanyl, Alfentanil & Subfentanyl
sensitivitas
Benzodiazepine pemanjangan eliminasi dan
waktu paruh
Diazepam : T1/2 36-72 jam
Midazolam : T1/2 2,5 4 jam
EVALUASI PREOPERATIF PREMEDIKASI
Menentukan derajat hipertensi, Anxiolitik untuk mengurangi
menentukan etiologi dan progresivitas kecemasan, seperti midazolam
dari hipertensi, ada tidaknya end-
organ damage, serta terapi yang Obat antihipertensi preoperatif
sedang dijalani berdasarkan dilanjutkan sampai jadwal operasi
anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Terapi obat diteruskan selama periode
perioperatif
Evaluasi jantung: EKG dan X-Ray
Menilai fungsi ginjal melalui kadar
serum kreatinin, serta menilai kadar
elektrolit.
MANAJEMEN INTRAOPERASI MONITORING INTRAOPERASI:

memelihara tekanan darah tetap TD secara kontinyu


stabil. Monitoring EKG deteksi tanda-tanda
Hipertensi borderline bisa diperlakukan iskemi
sebagai pasien normotensif, UO, khususnya untuk operasi lebih dari 2
jam.
hipertensi kronis atau kurang terkontrol
Pulse oximeter, untuk monitoring aliran
TD rata-rata yang lebih tinggi
darah perifer dan oksigenasi
dibanding normal diperlukan untuk
memelihara aliran darah serebral yang
cukup.
Tekanan darah arteri 1020% dari
ukuran preoperatif.
Anestesi pada pasien hipertensi harus bertujuan
mencegah:
Iskemi myocard akibat tachycardi
Cerebral hypoperfusion akibat hipotensi
Cerebral hemorrhage dan hypertensive encephalopathy
akibat hipertesi atau stroke
Gagal ginjal akibat hipoperfusi
INDUKSI ANESTESI OBAT INDUKSI
Induksi anestesi dan intubasi Propofol, bariturat, benzodiazepin, dan
endotrakheal hemodinamik tidak etomidate mempunyai keamanan
stabil bagi pasien-pasien hipertensi. yang sama untuk induksi anestesi
Respon hipotensif saat induksi umum
penambahan efek depresi sirkulasi dari Pemberian ketamine (tanpa disertai
obat-obat anestesi dengan obat obat lain) kontraindikasi pada
antihipertensi. karena stimulasi simpatis BISA
DIHAMBAT (Propofol & Benzodiazepin)
25% pasien TD setelah intubasi
endotrakheal.
Lamanya laringoskopi diusahakan
secepat mungkin.
intubasi perlu dilaksanakan dengan
anestesia yang dalam
OBAT MAINTENANCE OBAT MUSCLE RELAXANT
Anestesia bisa dilanjutkan dengan Pancuronium menyebabkan blokade
volatil (dengan atau tanpa nitro vagal dan pelepasan katekolamin
oxida), teknik balance (opioid + nitro TD
oxida + pelemas otot), atau IV

OBAT VASOPRESSOR

Phenylephrine ( 2550 g) hipotensi


berat
Dosis kecil Efedrin (510 mg) lebih
sesuai ketika tonus vagal meningkat.
HIPERTENSI INTRAOPERASI
penghambat -adrenergik FUNGSI VENTRIKEL BAIK
kontraindikasi untuk penyakit bronchospastik.
Nicardipine pasien dengan penyakit bronchospastik
Nitroprusside = obat paling efektif terhadap hipertensi yang moderat sampai
berat.
Lain lain :
Nitrogliserin
Fenoldopam
Hydralazine
MANAJEMEN POSTOPERATIF
MONITORING
Hipertensi kelainan pernapasan, nyeri, kelebihan volume cairan, atau
distensi vesica urinaria. Hal ini perlu dikoreksi dan obat antihipertensi
parenteral diberikan jika perlu.
Labetalol IV 1st choice
Nicardipine IV terutama curiga iskemi miokard atau bronkospasme
Jika pasien sudah makan obat antihipertensi oral diberikan
EVALUASI PREOPERASI
Evaluasi mengenai alergi, riwayat penyakit sekarang dan dahulu.
Penentuan diagnosis anestesi berdasarkan ASA.
Informed consent
karakteristik pasien yang rata-rata sudah berusia di atas 70 tahun + komorbiditi
pada 2/3 pasien
mortalitas peri-operasi dan morbiditas medis untuk TURP diperkirakan <1%.
Kompllikasi :
Sering : retensi clot, gagal miksi, hematuria, ISK.
Jarang : TURP Syndrome, perforasi vesica urinaria, sepsis, hipotermi, DIC

Analisis: Pada kasus ini, pasien dikatakan memiliki ASA III karena memiliki penyakit sistemik,
yaitu hipertensi dan pasien sudah berusia lanjut.
MANAJEMEN INTRAOPERASI

ANESTESI TURP Umum atau Regional


Anesthesia regional lebih banyak menguntungkan, yaitu:
dapat mendeteksi secara dini tanda dan gejala sindrom TURP atau perforasi kandung
kemih
vasodilatasi dan pooling darah perifer overload sirkulasi
kehilangan darah melalui penurunan tekanan darah saat operasi
insidensi thrombosis vena post-op
Anestesi spinal atau anestesi epidural dengan level sensoris T10 memberikan anestesi
sempurna dan kondisi operasi baik untuk TURP
GA Regional
1. Baik untuk pasien yang tidak mampu tidur 1. Baik untuk pasien yang memiliki penyakit
Keuntungan terlentang dalam waktu yang lama respiratori yang signifikan
2. Baik untuk pasien yang memiliki batuk 2. Analgesi post-op baik
persisten 3. Menguntungkan bagi anestesiologis untuk
memonitor kesadaran dan mendeteksi dini
TURP sindrom
4. Dapat mendeteksi perforasi kandung kemih
jika pasien mengeluh nyeri periumbilikal

1. Posisi litotomi, head down mengurangi VT Anestesi spinal tidak mencegah ereksi penis
Kerugian dan FRC sehingga dapat mengganggu jalannya operasi
2. Posisi juga meningkatkan risiko terjadinya
aspirasi (bisa diatasi dengan intubasi dan
PPV)
3. Diperlukan analgesi post-op
4. GA yang tidak terlalu dalam, tidak
mencegah terjadinya ereksi penis sehingga
bisa mengganggu jalannya operasi (bisa
diatasi dengan memperdalam anestesi)
Analisis:

ES minimal pada sistem


kardiovaskular dan SSP
LEVOBUPIVICAINE
dibandingkan obat anestesi
lokal lainnya
Penggunaan obat
anestesi spinal :
TURP
TURP dilakukan dengan menggunakan loop melalui cystoscope
(resectoscope) serta irigasi secara kontinu dan visualisasi
langsung. Jaringan prostat direseksi dengan suatu arus
pemotongan pada loop.
Karakteristik dari prostat dan jumlah yang besar cairan irigasi
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada TURP.
a. Sindrom TURP

TURP membuka jaringan yang luas dari sinus pembuluh


darah pada prostat menyebabkan penyerapan
sistemik cairan irigasi (2L/>)
Intraoperatif atau postoperatif
Sakit kepala, kegelisahan, kebingungan, sianosis,
dispnea, aritmia, hipotensi, atau kejang
Kelebihan sirkulasi cairan, intoksikasi air, toksisitas dari zat
terlarut dalam cairan irigasi
Manifestasi yang dapat terjadi:
Hiponatremia (<120 mEq/L)
Gangguan neurological
Hipoosmolalitas
Cairan berlebih
Gagal jantung kongestif
Edema paru
Hipotensi
Hemolisis
Toksisitas zat terlarut
Hiperglycinemia (glycine) >1000mg/L depresi sirkulasi, ketoksikan SSP
Hiperrammonemia (glycine) >500 mol/L ketoksikan SSP
Hiperglycemia (sorbitol/dextrosa) nyata pada pasien DM
Intravaskular volume expansion (mannitol)
Larutan elektrolit tidak dapat digunakan untuk irigasi selama
TURP karena dapat menyebarkan arus elektrokauter
Larutan-larutan irigasi TURP (sedikit hipotonik nonelektrolit):
glycine 15% (230 mOsm/L)
campuran sorbitol 2,7% dan manitol 0,54% (195 mOsm/L)
sorbitol 3,3%
manitol 3%
dekstrosa 2.54%
urea 1%.
Penyerapan zat terlarut terjadi :
Cairan HIPOTONIK
Irigasi mengalir dalam tekanan dan tekanan irigasi tinggi
(tingginya botol meningkatkan penyerapan)
Durasi reseksi dan tingginya (tekanan) dari cairan irigasi.
Kebanyakan reseksi berlangsung 4560 menit,
dan rata-rata 20 ml/menit dari cairan irigasi
diserap

Kongesti paru penyerapan sejumlah besar cairan irigasi


(pasien-pasien dengan cadangan jantung yang terbatas)
TERAPI DARI SINDROM TURP
Awal pengenalan dan didasarkan pada keparahan
gejala-gejala
Air yang diserap harus dikeluarkan
Hypoxemia dan hypoperfusion dihindarkan
Pasien dapat dikelola dengan pembatasan cairan dan IV
furosemide
Hyponatremia kejang atau koma
Cairan hipertonik
Kejang : midazolam (24 mg), diazepam (35 mg),
thiopental (50100 mg), fenitoin (1020 mg/kg intravena)
b. Hipotermia
Volume yang besar dari cairan irigasi pada suhu kamar
hilangnya panas pada pasien
Cairan irigasi : hangat sesuai suhu tubuh untuk mencegah
hipotermia
Menggigil sesudah operasi dapat menghilangkan clot
dan menyebabkan pendarahan sesudah operasi

c. Perforasi Kandung Kemih


Resectoscope menembus dinding kandung kemih/
overdistensi kandung kemih oleh cairan irigasi.
Pasien yang sadar mengeluh: mual, diaforesis, dan nyeri
abdomen bawah atau retropubic
Perforasi extraperitoneal dan intraperitoneal yang besar
mengakibatkan hipotensi atau hipertensi dengan nyeri
abdominal yang merata (pada pasien-pasien sadar).
d. Koagulopati
Disseminated intravascular koagulopathi (DIC) pelepasan thromboplastin dari
prostat ke dalam peredaran selama bedah.
Dilusional thrombocytopenia (bagian sindrom TURP) dari penyerapan irigasi
cairan
Fibrinolisis : -amenitocaproic acid (Amicar) 5 g yang diikuti oleh 1 g/h IV
Pengobatan dari DIC : heparin sebagai tambahan terhadap penggantian dari
faktor-faktor pembekuan dan platelet

e. Sepsis
Prostat sering dikolonisasi dengan bakteri infeksi kronis
Pembedahan luas dengan pembukaan sinus-sinus PD masuknya organisme
ke dalam aliran dara
Bakteremia dapat meyebabkan sepsis atau syok septik
Terapi antibiotik profilaksis (gentamicin, levofloxacin, atau cephazolin) sebelum
TURP dapat mengurangi kemungkinan dari bakteremia dan sepsis.
MONITORING INTRA OPERASI
Evaluasi status mental pada pasien sadar
deteksi awal tanda-tanda dari sindrom TURP
dan perforasi kandung kemih
Penurunan saturasi oksigen arteri overload
cairan
Pemantauan temperatur (reseksi lama)
hipotermia
Kehilangan darah sulit untuk dinilai karena pemakaian
larutan irigasi tanda-tanda klinis dari hypovolemia
Kehilangan darah rata-rata sekitar 35 ml/menit dari
reseksi (biasanya 200300 ml) tetapi jarang
mengancam jiwa
Sesudah operasi : penurunan hematokrit
mencerminkan hemodilusi dari penyerapan cairan
irigasi
25% dari pasien memerlukan transfusi intraoperatif
durasi prosedur yang lebih panjang dari 90 menit
reseksi lebih besar dari 45 g dari jaringan prostat.
TATALAKSANA POST OPERATIF
A. ANALGESIK UNTUK PENANGANAN NYERI (NSAID)

- efek analgesic, antipiretik, anti


inflamasi
- pengurangan sintesis
prostaglandin dengan
menghambat enzim COX-1 dan
DEXKETOPROFEN
COX-2 mempengaruhi
mediator inflamasi
- Onset : 30 menit
- Puncak : 45 menit
- Durasi : 50 mg adalah 8 jam.
kasus ini diberikan tiga kali sehari.
IBUPROFEN KETOROLAC

Antiinflamasi, analgesik, antipiretik NSAID untuk inflamasi akut


Hambat adhesi trombosit Jangka waktu 5 hari
Vasokonstriksi arteri renalis Antiinflamasi + analgesik pengganti
Morfin pada operasi ringan-sedang
Iritasi GIT
Menghambat sintesis PG, TXA-2,
Hati-hati pada perdarahan & gagal
perlekatan granulosis, menstabilkan
ginjal
membran lisosom, hambat migrasi PMN
dan makrofag
KETAMIN & DMP Efek 4 6 jam
ES: peptic ulcer, perdarahan lambung,
ANALGESIK postop antagonis NMDA depresi volume ginjal, perdarahan
Efek : TD hati2 pasien hipertensi lebih >> NSAIDs lain.
B. NAUSEA DAN VOMITUS
POSTOPERATIF
C. PEMBERIAN CAIRAN

Kebutuhan cairan harian (55kg) :

10 kg x 100 10 kg x 50 35 kg x 20
2200 ml/hari
= 100 ml = 500 ml = 700 ml

Kebutuhan cairan intraoperatif :


Kebutuhan 3 rd space
CVE
Cairan loss
10 kg x 4
55 kg x 5 10 kg x 2 55 kg x 3 535 ml/jam
= 275 ml 35 kg x 1 = 165 ml
= 95 ml

Cairan yang diberikan :


Cairan yang diberikan intraoperatif :

NaCl 500 ml 55 menit (selama operasi)

Cairan yang diberikan postoperatif

NaCl (isotonic crystaloid 308 mOsm) : RD (hypertonic crystalloid 575 mOsm)


= 2:2
D. PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH

Resected Tissue pada TURP biasanya 22 gr (tidak dihitung))

Estimated blood volume: 75 ml/kg x 55 kg = 4125 ml


Estimated RBCV at preoperative HCT RBCV preop: 4125 x 35.9% = 1481 ml
Estimated RBCV at HCT 30%: 4125 x 30% = 1238 ml
RCV lost when HCT 30% = 1481-1238 = 243 ml
Allowable blood loss = 243 x 3 = 729 ml

Blood loss pada pasien : Pasien ditransfusi :


200 ml 238 ml
5 Mei 6 Mei

Input

RF 500 ml -

NaCl - 900 ml

RD 250 ml 300 ml

PRC 238 ml -

Output

UO 2600 ml / 24 jam 3950 ml / 24 jam

E. PENGGUNAAN KATETER DENGAN CONTINUOUS BLADDER


IRRIGATION

Melihat darah dalam urin: Irigasi dilakukan hingga urin menjadi jernih
Pada kasus ini irigasi digunakan NS sebanyak 25 L (di ruang RR)
Irigasi 5 Mei pukul 15.30 7 Mei pukul 04.00 = 62 L NS.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai