Anda di halaman 1dari 15

GANGGUAN PSIKOSOMATIK

Pembimbing: dr. Dan Hidayat, SpKJ

oleh: Alvan Aresto Djari


DEFINISI
Gangguan psikosomatik adalah gangguan atau penyakit yang ditandai oleh
keluhan- keluhan psikis dan somatik yang dapat merupakan kelainan
fungsional suatu organ dengan atau tanpa gejala objektif dan dapat pula
bersamaan dengan kelainan organik atau struktural yang berkaitan erat
dengan stresor atau peristiwa psikososial tertentu.
Dibagi menjadi 2:
Gangguan psikosomatik fungsional (malfungsi fisiologis) atau gangguan
psikosomatik primer
Gangguan psikosomatik struktural (malfungsi fisiopatologis) atau
gangguan psikosomatik sekunder.
ETIOLOGI
Setiap fungsi organis/somatis yang terganggu oleh emosi-emosi yang kuat
(yaitu oleh konflik-konflik dan kecemasan hebat) bisa menjadi basis bagi
timbulnya bermacam-macam gangguan psikosomatis.1 Ada beberapa
penyebab dari gangguan psikosomatis:
- Stress umum
- Stress spesifik atau non spesifik
- Variabel fisiologis
PATOFISIOLOGI
Diterangkan melalui beberapa teori sebagai berikut:
Gangguan Keseimbangan Saraf Autonom Vegetatif
Pada keadaan ini konflik emosi yang timbul diteruskan melalui korteks serebri ke sistem limbik
kemudian hipotalamus dan akhirnya ke sistem saraf autonom vegetatif. Gejala klinis yang timbul
dapat berupa hipertoni parasimpatik, ataksi vegetatif yaitu bila koordinasi antara simpatik dan
parasimpatik sudah tidak ada lagi dan amfotoni bila gejala hipertoni simpatik dan parasimpatik
terjadi silih berganti.1
Gangguan Konduksi Impuls Melalui Neurotransmitter
Gangguan konduksi ini disebabkan adanya kelebihan atau kekurangan neurotransmitter di
presinaps atau adanya gangguan sensitivitas pada reseptor-reseptor postsinaps. Beberapa
neurotransmitter yang telah diketahui berupa amin biogenik antara lain noradrenalin, dopamine,
dan serotonin.1
Hiperalgesia Alat Viseral
Meyer dan Gebhart (1994) mengemukakan konsep dasar terjadinya gangguan fungsional pada
organ visceral yaitu adanya visceral hyperalgesia. Keadaan ini mengakibatkan respon reflex yang
berlebihan pada beberapa bagian alat visceral tadi. Konsep ini telah dibuktikan pada kasus-kasus
non-cardiac chest pain, non-ulcer dyspepsia dan irritable bowel syndrome.1
Gangguan Sistem Endokrin/Hormonal
Perubahan-perubahan fisiologi tubuh yang disebabkan adanya stress dapat terjadi akibat
gangguan sistem hormonal. Perubahan tersebut terjadi melalui hypothalamic-pitutary-adrenal
axis (jalur hipotalamus-pituitari-adrenal). Hormone yang berperan pada jalur ini antara lain:
hormon pertumbuhan (growth hormone), prolactin, ACTH, katekolamin.
Perubahan dalam Sistem Imun
Perubahan tingkah laku dan stress selain dapat mengaktifkan sistem endokrin melalui
hypothalamus-pituitary axis (HPA) juga dapat mempengaruhi imunitas seseorang sehingga
mempermudah timbulnya nfeksi dan penyakit neoplastik. Fungsi imun menjadi terganggu karena
sel-sel imunitas merupakan immunotransmitter mengalami berbagai perubahan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi imunitas adalah sebagai berikut:
Kualitas dan kuantitas stress yang timbul
Kamampuan individu dalam mengatasi suatu stress secara efektif
Kualitas dan kuantitas rangsang imunitas
Lamanya stress
Latar belakang lingkungan sosio-kultural pasien
Faktor pasien sendiri (umur, jenis kelamin, status gizi)1
PENDEKATAN DIAGNOSA
Menegakkan diagnosis pasien dengan gangguan
psikosomatik tidak berbeda dengan menegakkan
diagnosis penyakit lain pada umumnya, yaitu dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
penunjang. Tetapi yang harus ditekankan di sini adalah
anamnesis yang teliti dan mendalam karena pada
umumnya gangguan psikosomatik datang ke dokter
dengan keluhan-keluhan somatiknya. Jarang sekali pasien
datang dengan keluhan psikis atau konfliknya yang
dikeluhkan secara spontan. Keluhan psikis dan stresornya
baru akan muncul setelah dilakukan anamnesis yang baik
dan mendalam.
JENIS GANGGUAN PSIKOSOMATIK
Untuk klasifikasi jenis gangguan psikosomatik, maka
jenis gangguan dibagi menurut organ yang paling sering
terkena, yaitu gangguan gastrointestinal, gangguan
kardiovaskular, gangguan pernapasan, gangguan
endokrin, gangguan kulit, gangguan muskuloskeletal,
psikoonkologi
GASTROINTESTINAL
1. Dispepsia Fungsional
Peran faktor psikososial pada dispepsia fungsional sangat penting karena dapat
menyebabkan hal-hal di bawah ini:
- Menimbulkan perubahan fisiologi saluran cerna
- Perubahan penyesuaian terhadap gejala-gejala yang timbul
- Mempengaruhi karakter dan perjalanan penyakitnya
- Mempengaruhi prognosis
2. Konstipasi Psikogenik
Buang air besar biasanya terjadi setelah timbul rangsangan di hipotalamus yang
diteruskan ke kolon dan sfingter ani melalui susunan saraf autonom. Pada waktu
tertentu kemungkinan rangsangan tersebut tidak timbul. Hal ini dapat terjadi pada
seseorang yang sedang murung, kecewa, putus asa, dan gangguan jiwa lain.
3. Diare Psikogenik
Seseorang yang sedang mengalami ketegangan jiwa, sedang emosi, atau sedang
dalam keadaan stress , hidupnya tidak teratur. Keadaan demikian akan
menyebabkan terangsangnya hipotalamus terus-menerus secara tidak teratur.
Rangsangan di hipotalamus ini akan diteruskan ke susunan saraf autonom.
Susunan saraf yang berulang kali terangsang ini akan menyebabkan timbulnya
hiperperistaltik kolon, sehingga bolus makanan terlalu cepat dikeluarkan karena
hiperperistaltik tersebut, reabsorpsi air di kolon terganggu, dan timbullah diare.
Bila terjadi berulang kali, timbul diare kronik. Keadaan demikian disebut diare
psikogenik kronik.
4. Obesitas
Faktor psikologik, mulai dari ketegangan yang ringan smapai dengan suatu nerosa
yang hebat dapat menyebabkan makan berlebihan. Kadang-kadang orang yang
merasa tidak bahagia mencari kesenangan dalam makanan. Mungkin bila ia
mengalami banyak kekecewaan dalam pekerjaan atau kehidupan seksual,
makanan bukan saja daoat merupakan pembelaan atau hiburan, tetapi juga dapat
merupakan substitusi.
KARDIOVASKULER
1. Hipertensi
Hipertensi oleh banyak peneliti dianggap sebagai suatu penyakit yang multifaktorial. Selain faktor
psikis yang menstimulasi efek simpatikotonik, pengaruh lingkungan sekitar dan sosio-kultural juga
ikut berperan. Faktor-faktor psikis stuasional yang menyebabkan kenaikan tekanan darah,
merupakan model outlet yang aman sebagai reaksi normal fisiologis.

2. Gangguan Irama Jantung


Mekanisme regulasi jantung mudah bereaksi terhadap rangsangan pikis dan penilaiannya dalam
hal khayalan dan pengalaman merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam terjadinya
penyakit. Faktor-faktor emosional dapat bekerja dengan 3 cara:
a. Afek seperti rasa takut, sedih, gembira atau ketegangan jiwa mempengaruhi fungsi somatik
secara tidak khas.emosi agresif mempercepat frekuensi jantung. Pengalaman depresif menekan
dan memperlambatnya.
b. Bila dalam keadaan normal, jantung berdenyut teratur, maka persepsi gangguan irama dapat
menimbulkan kecemasan atau ketidakseimbangan vegetatif.
c. Faktor-faktor psikis berpengaruh pada timbulnya gangguan frekuensi denyut dan disaritmia
jantung. Pada gangguan frekuensi jantung, pengaruh fisis, toksik, infeksi dan degenerasi, juga
faktor piskis.
PERNAPASAN
1. Sindrom Hiperventilasi
Secara psikologis penyebab yang mencetuskan penyakit ini ialah perubahan pernapasan, yang ia
namakan sindrom pernapasan nervous yang biasanya disebabkan oleh faktor emosional/stress
psikis. Terapat 2 jenis pernapasan yang dapat ditemukan, yaitu:
a. Pernapasan yang tidak teratur yang dianggap sebagai pengutaraan rasa takut yang khas.
b. Pernapasan yang dangkal yang diselingi dengan penarikan napas dalam sebagai pengutaraan
situasi pribadi yang bersifat keletihan dan pasrah, yaitu pertanda tujuan tidak dapat dicapai
kendati sudah diusahakan.

2. Asma Bronkial
Beberapa keadaan yang merupakan stressor psikososial, sebagai berikut:
- Pengalaman luar biasa: permulaan masuk sekolah, ujian, pertama masuk kerja, menderita
penyakit, berpisah dengan orang tua, dll
- Kejadian-kejadian traumatic: perkelahian/pertentangan dengan orang tua, permusuhan,
kejengkelan dalam kerja.
- Pengalaman yang menyedihkan: kematian orang tua, atau anak, kehilangan harta benda, dan
musibah lainnya
ENDOKRIN
1. Kelainan Tiroid
Pasien tirotoksikosis umumnya datang dengan keluhan yang dianggap bersifat psiksi belaka.
Misalnya rasa cemas, mudah marah, paranoid, rasa seperti leher tercekik atau terikat, rasa takut
tanpa sebab yang jelas, insomnia dengan mimpi buruk, dan gugup.
Keluhan ini sering diikuti dengan hiperaktivitas saraf otonom seperti keringat banyak, mulut
kering, pupil lebar, kulit pucat, nadi cepat, dan sebagainya.

2. Diabetes Melitus
Depresi terjadi akibat faktor psikologis dan psikososial yang berhubungan dengan penyakit atau
terapinya. Depresi pada diabetes terjadi akibat meningkatnya tekanan pasien yang dialami dari
penyakitnya yang kronik. Hubungan ketidakmampuan adaptasi dengan gejala depresi ditentukan
oleh beberapa faktor, yaitu: 1,4
a. Pandangan terhadap penyakit yang diderita.
b. Dukungan sosial yang kurang baik
c. Coping strategy, mencegah pikiran untuk lari dari kenyataan dan adaptasi psikologis menjadi
lebih baik sehingga mengurangi kemungkinan gejala depresi.
Pengobatan depresi dan diabetes dilakukan bersama-sama dengan psikoterapi, psikoedukasi,
psikofarmaka secara serentak.
MUSKULOSKELETAL
1. Arthritis Rheumatoid
Hubungan stress dengan AR masih belum jelas, meskipun pada berbagai
penelitian terdapat perkembangan bahwa faktor stressor lingkungan,
psikologis, dan biologis menjadi faktor predisposisi.
Sebelum timbulnya penyakit AR, pasien menunjukkan ciri-ciri psikodinaik dan
kepribadian yang khas, yaitu:
- Ketelitian yang berlebihan, perfeksionisme, kepatuhan, dengan
kecenderungan menekan semua dorongan agresi dan permusuhan.
- Ciri mesokistis-depresif dengan tendensi pengorbanan diri, sifat menolong
yang berlebihan, bermoral tinggi dan cenderung depresif.
- Kebutuhan aktivitas badaniah seperti olahraga, kerja di rumah dan berkebun
sebagai penyaluran agresi.
UROLOGI
1. Irritable bladder
Secara psikofisiologis yang mendasari terjadinya irritable bladder ialah
sensibilitas fungsi kandung kemih yang berlebihan atau ambang
rangsang yang rendah yang bersifat psikovegetatif, yang dapat
ditemukan dengan pengukuran tegangan intravesikal. Dengan
demikian perubahan-perubahan pengisian kandung kemih yang
berlebihan. Secara psikodinamik hal ini dapat terjadi pada situasi
konflik seksual, rasa malu dan takut pada percobaan koitus, rasa segan
terhadap pasangan.
Beberapa contoh lain gangguan psikosomatik saluran kemih:
- Fobia mengenai buang air kecil yang tak diinginkan
- Polakisuria tanpa ada kelainan organ
- Retensio urin tidak organik yang sepintas lalu atau residivans
- Bercampur aduknya fungsi berkemih dengan fungsi seksual.
PENATALAKSANAAN
Terapi penyakit psikosomatik pada dasarnya harus dilakukan dengan
beberapa cara. Komponen-komponen yang harus dibedakan, ialah:
Terapi somatik
Hanya bersifat somanya saja dan pengobatan ini bersifat simtomatik.
Psikoterapi dan sosioterapi
Pengobatan dengan memperhatikan faktor psikisnya atau kepribadian secara
keseluruhan.
Psikofarmakoterapi
Pengobatan psikosomatik dengan menggunakan obat-obat psikotrop yang
bekerja pada sistem saraf sentral. Tiga golongan senyawa psikofarmaka:
obat tidur (hipnotik)
obat penenang minor
obat penenang mayor (neuroleptik)
antidepresan

Anda mungkin juga menyukai