Anda di halaman 1dari 66

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

(P2M) DAN PENYAKIT TIDAK


MENULAR (PTM)
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M)
adalah Menghilangkan atau merubah cara berpindahnya
penyakit menular dan atau infeksi

Cara cara penularan penyakit menular :

Penularan langsung
Penularan tidak langsung seperti
dengan benda/yang kotor atau
perantara serangga atau gigitan
binatang
PUSKESMAS DAPAT MENGURANGI KEJADIAN
(INCIDENCE) PENYAKIT MENULAR

a. Wabah
Peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang telah meluas
secara tepat baik jumlah kasus maupun luas daerah terjangkit

b. KLB
Timbulnya suatu kejadian/kematian dan atau meningkatnya
suatu kejadian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu
Penyakit karantina/penyakit wabah penting : kholera, pes,
difteri.
Penyakit potensial wabah/klb yang menjalar dalam waktu
cepat atau mempunyai mortalitas tinggi, dan memerlukan
tindakan segera : campak, rabies, diare.
Penyakit potensial wabah/klb dan beberapa penyakit penting
: malaria, hepatitis, enchepalitis, frambusia, tifus
abdominalis, tetanus, influenza.
Penyakit menular yang tidak berpotensi wabah tapi telah
diprogramkan : cacing, lepra, tuberculosa, sifilis, gonorhea.
TUJUAN
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

1. Mencegah terjadinya penularan penyakit

2. Mengurangi kesakitan

3. Mengurangi kematian
LANGKAH-LANGKAH PEMBERANTASAN
PENYAKIT MENULAR
a. Mengumpulkan dan menganalisa data tentang penyakit
b. Melaporkan penyakit menular
c. Menyelidiki dilapangan untuk melihat benar atau tidaknya
laporan yang masuk untuk menemukan kasus-kasus baru dan
untuk mengetahui sumber penularan
d. Tindakan permulaan untuk menahan penjalarannya
(containment)
e. Menyembuhkan penderita, sehingga tidak menjadi sumber
infeksi
f. Pengebalan (imunisasi)
g. Pemberantasan vektor (pembawa penyakit)
h. Pendidikan kesehatan
Demam Berdarah Dengue

DBD merupakan penyakit akibat infeksi virus


dengue. Virus tersebut ditularkan oleh vektor
berupa nyamuk spesies Aedes.

Penularan : vektor nyamuk Aedes Aegypti dan


Aedes Albopictus.
Tempat perindukan nyamuk Aedes Aegypti dapat
ditemukan di dalam gentong, bak mandi, bak
toilet, tandon air, drum dan ban bekas.
Tujuan : menurunkan angka kematian dan insidensi DBD
serendah mungkin.

Penderita dan faktor resiko penularan


Penyelidikan seperti curah hujan, iklim, kelembapan
Epidemiologi dan lain-lain.
Sistem Pelaporan

Kesiapsiagaan Puskesmas untuk dapat


manampung pasien DBD, penyediaan
Diagnosis dan laboratorium, tempat tidur, sarana
logistik, dan tenaga medis, paramedis
Tatalaksana dan laboratorium yang siaga 24 jam.
Kasus Pemerintah daerah menyiapkan
anggaran untuk perawatan bagi pasien
tidak mampu.
Nyamuk Dewasa pengasapan
Jentik nyamuk 3M plus
(larvasidasi, ikan, obat anti nyamuk
Pengendalian kelambu dan lain-lain).
Vektor Kegiatan lain : bulan bakti gerakan
3M plus sebelum musim penularan
dan Px jentik Berkala
Dapat bekerja sama dengan Kesling

PJ P2M bekerja sama dan


Peningkatan peran memberikan pelatihan P2M DBD di
serta masyarakat organisasi masyarakat seperti PKK
dan di sekolah melalui guru dan UKS
Penyuluhan mengenai penyakit DBD,
cara penularan, cara pengendalian vektor.
Man : PJ P2M dengan kader dapat
bekerja sama dan peran tokoh masyarakat
Penyuluhan Fasilitas : tempat, waktu, logistik,
narasumber, sarana dan prasarana
persentasi dan pelatihan.
Penyebaran pamflet dan poster

Sosialisasi/penyegaran/pelatihan kepada
petugas dari PJ P2M Puskesmas,
Capacity Building penyemprot, petugas laboratorium dan
lain-lain.
Penelitian ini menyangkut beberapa
aspek yaitu bionomik vektor,
Penelitian dan penanganan kasus, laboratorium,
survey perilaku, obat herbal dan saat ini
sedang dilakukan uji coba terhadap
vaksin DBD.

Monitoring dan Input proses output dan outcome di


evaluasi setiap tahunnya

Menurunkan angka insiden kasus DBD


Indikator menjadi 53/100.000 penduduk
keberhasilan
DBD
Malaria

Penyakit menular yang disebabkan oleh parasit plasmodium.

Penularan :
nyamuk Anopheles

Gejala dan tanda:


TRIAS MALARIA :
demam tinggi,
menggigil,
berkeringat.

Indikator
Keberhasilan
Malaria
1,5 PER 1.000 PENDUDUK
Tujuan : Menurunkan angka kesakitan serendah
mungkin dan mencegah penyebaran penyakit.

Penyediaan laboratorium yang


lengkap
Diagnosis Kasus Man: dokter, perawat dan analis
Peningkatan deteksi malaria pada
bumil

Man: tenaga medis memberikan


pengobatan artemisin kombinasi
Pemerintah daerah menyiapkan
anggaran untuk pengobatan pasien
Tatalaksana sesuai BPJS
Kasus Memperhatikan tatalaksana pada ibu
hamil
Evaluasi efek samping
Rujukan
Penyuluhan mengenai Malaria cara
penularan dan pencegahan
Man : PJ P2M dengan kader dapat bekerja
sama dan peran tokoh masyarakat
Penyuluhan Fasilitas : tempat, waktu, logistik,
narasumber, sarana dan prasarana persentasi
dan pelatihan.
Penyebaran pamflet dan poster

Distribusi Kelambu berinsektisida efektif


sampai 3-5 tahun dan dapat dicuci secara
Pencegahan teratur 3 bulan
Man : PJ P2M dengan kader dapat bekerja
sama dan peran tokoh masyarakat
Lintas program
Lintas Sektoral : PKK, sektor
pendidikan, tokoh masyarakat, sektor
Kerjasama pariwisata dan lain-lain
Pemerintah memberikan anggaran
untuk pengobatan dan pencegahan

Sistem Pelaporan
Surveilans dan Penelitian ini menyangkut beberapa
aspek yaitu bionomik vektor,
Penelitian penanganan kasus, laboratorium,
perilaku dan lain-lain.

Sosialisasi dan mengikuti


perkembangan terbaru malaria kepada
Kualitas SDM petugas
Evaluasi kinerja
HIV/AIDS

HIV (Human Imunodeficiency Virus)


Salah satu virus famili retroviridae menyebabkan sistem
kekebalan tubuh penderita menurun.

AIDS (Acquired Imunodeficiency Syndrome)


Sekumpulan gejala maupun penyakit akibat menurunnya
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV.

Ciri-ciri khas :
- Penurunan sitem kekebalan tubuh pejamu

- Peningkatan Viral Load di dalam tubuh pejamu

- Manifestasi klinis berdasarkan stadium HIV


Tujuan pemberantasan HIV/AIDS adalah menurunkan angka kesakitan,
kematian dan insidensi HIV/AIDS serendah mungkin termasuk penularan

Iklan layanan masyarakat


Kampanye penggunaan kondom pada
Promosi hubungan seks berisiko penularan
penyakit
Kesehatan Penyalahgunaan napza dan penularan
pada tenaga kesehatan, tenaga non
kesehatan terlatih

Abstinensia, Be faithful, Condom


use, no Drug, Education,
Melalui hubungan non seksual: Uji
saring darah pendonor
Pencegahan Pencegahan infeksi HIV pada
Penularan HIV tindakan medis dan non medis,
Pengurangan dampak buruk pada
pengguna napza suntik
Melalui Ibu ke anak :Tes HIV dan
konseling
Pemeriksaan Konseling pra tes, tes HIV,
konseling pasca tes
diagnosis HIV

Terapeutik (ARV, Pengobatan IMS,


Pengobatan, Infeksi Oportunistik
perawatan dan Profilaksis (kortimoksasol), dan
dukungan Penunjang (suportif, adjuvant dan
perbaikan gizi)

Pekerja seks : pemberdayaan


Rehabilitasi keterampilan kerja dan efikasi diri oleh
medis dan sektor sosial
sosial Pengguna napza : rawat jalan, rawat
inap, dan program pasca rawat
Fasilitas pelayanan kesehatan HIV/AIDS
mampu melakukan upaya promotif, preventif, konseling,
deteksi dini dan merujuk kasus yang memerlukan rujukan

Sumber Daya Manusia


a. Tenaga kesehatan
b. Tenaga non kesehatan

Pencatatan dan Pelaporan


Wajib melakukan pencatatan (perawatan, pengobatan )
melaporkan kasus HIV/AIDS dan pengobatan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota setiap bulan
Tuberkulosis Paru

Merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri


Mycobacterium tuberculosis.

Ciri Khas:
Batuk lama disertai dahak darah, demam, dan penurunan
BB

Tujuan pemberantasan TB paru:


Mengurangi kesakitan tuberkulosis paru serendah mungkin
dan mencegah penyebaran penyakit dengan BTA positif (+)

Pelaksana: Petugas kesehatan dan kader


PROGRAM:
1. Penemuan penderita TB paru baik pada kunjungan dalam
gedung maupun luar gedung puskesmas

2. Pemeriksaan dahak 3x berturut-turut pada penderita


tersangka TB paru

3. Penjelasan tentang pengobatan pada penderita


KEGIATAN
Di dalam gedung puskesmas Di luar gedung puskesmas
1. Melakukan pemeriksaan dan 1. Melakukan pencarian kasus
tatalaksana penderita TB paru penderita secara aktif (pelacakan
2. Melakukan rujukan diagnosis dan kasus, kunjungan rumah,
rujukan kasus pada TB yang tidak pelacakan kontak, dsb.)
bisa ditangani di Puskesmas 2. Melakukan pelacakan pada kasus
3. Pengambilan obat dan pengawasan mangkir
menelan obat 3. Penyuluhan kepada masyarakat
4. Pelayanan konseling melalui kegiatan yang ada di desa /
5. Membuat pencatatan dan kelurahan setempat
pelaporan kegiatan 4. Melakukan koordinasi lintas sektor
dan tokoh masyarakat dalam
rangka pencegahan pengendalian
penyakit menular dan tidak
menular
KEBERHASILAN PROGRAM

Angka kesakitan TB paru turun


Angka kematian akibat TB paru turun
Kusta
KUSTA
Merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf
tepi, kulit, dan jaringan tubuh lainnya.

Tujuan pemberantasan Kusta:


Mengurangi kesakitan kusta serendah mungkin dan
mencegah penyebaran penyakit.

Pelaksana: Petugas kesehatan dan kader


PROGRAM:
1. Penemuan penderita Kusta baik pada kunjungan dalam
gedung maupun luar gedung puskesmas
2. Obat selama setahun yang harus dijalani penderita.
KEGIATAN
Di dalam gedung puskesmas Di luar gedung puskesmas
1. Melakukan pemeriksaan dan 1. Melakukan pencarian kasus
tatalaksana penderita Kusta penderita secara aktif (pelacakan
2. Melakukan rujukan diagnosis kasus, kunjungan rumah,
dan rujukan kasus pada Kusta pelacakan kontak, dsb.)
yang tidak bisa ditangani di 2. Melakukan pelacakan pada
Puskesmas kasus mangkir
3. Pengambilan obat dan 3. Penyuluhan kepada masyarakat
pengawasan menelan obat melalui kegiatan yang ada di
4. Pelayanan konseling desa / kelurahan setempat
5. Membuat pencatatan dan 4. Melakukan koordinasi lintas
pelaporan kegiatan sektor dan tokoh masyarakat
dalam rangka pencegahan
pengendalian penyakit menular
dan tidak menular
KEBERHASILAN PROGRAM

1. Angka kesakitan Kusta turun


2. Jumlah kasus mangkir turun
ISPA

Tujuan Program Pemberatasan ISPA


yaitu menurunkan kematian karena Pneumonia pada
kelompok usia balita, turunnya penggunaan antibiotik
dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan
penyakit ISPA, dan menurunkan kesakitan penyakit
Pneumonia pada balita.
Strategi Program Pemberantasan ISPA

a. Penemuan dan Pengobatan Penderita


Hal ini melibatkan peran serta masyarakat secara aktif terutama
kader.
b. Upaya Pencegahan
a. Imunisasi: Strategi utama
b. Usaha meningkatkan gizi untuk mengurangi malnutrisi dan
defisiensi vitamin A
c. Mengikuti program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang
menangani ibu dan anak bayi dengan berat badan bayi lahir rendah
dan mudah terkena komplikasi pneumonia.
LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKUKAN DALAM
PROGRAM PEMBERANTASAN ISPA

1. Menentukan daerah puskesmas yang akan dicakup program


sesuai bobot ISPA yang ada
2. Menyelenggarakan pelatihan secara berjenjang ke bawah
tentang program ISPA
3. Masyarakat berperan aktif agar mampu mendiagnosis dan
mengobati kasus pneumonia dan non pneumonia serta
kemandirian pengadaan obat.
4. Program pemberantasan ISPA juga melibatkan kerja sama
lintas program dan lintas sektoral.
Diare

Tujuan pemberantasan penyakit diare


Menurunkan angka kematian karena penyakit diare pada bayi dan
balita

PELAKSANAAN KEGIATAN:
a. Penemuan penderita
b. Pengobatan dengan rehidrasi
c. Penyuluhan kesehatan
d. Pengamatan penyakit diare
Imunisasi

Suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan


seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.

Terdiri dari :
- BCG

- DPT

- Hepatitis B

- Polio

- Campak
Program imunisasi :
1. Pelaksanaan imunisasi wajib massal secara berkala
dan berkesinambungan.
2. Pelaksanaan imunisasi diluar puskesmas : posyandu,
sekolah, atau pos pelayanan imunisasi lainnya yang
telah ditentukan.
3. Pemberian informasi sebelum imunisasi

4. Menggerakkan peran aktif masyarakat, melalui:

a. Informasi melalui media cetak, media elektronik,


dan media luar ruangan.
b. Advokasi dan sosialisasi
c. Pembinaan kader
d. Pembinaan kelompok binaan balita dan
anak sekolah
e. Pembinaan organisasi atau lembaga
swadaya masyarakat
5. Pengelolaan limbah imunisasi
6. Pemantauan dan evaluasi secara berkala,
berkesinambungan, dan berjenjang
SDM Tenaga Medis:
-Dokter
-Bidan
-Perawat
Tenaga Non Medis:
-Tenaga terlatih

Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan oenyelenggaraan imunisasi secara
berkala dan berjenjang mulai dari tingkat pelayanan sampai
dengan tingkat pusat.
Pencatatan dan pelaporan meliputi cakupan imunisasi, stok, dan
pemakaian vaksin, monitoring suhu, dan kasus KIPI atau diduga
KIPI
From: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
PENYAKIT TIDAK MENULAR
PENGENDALIAN KONSUMSI ROKOK
Tujuan :
Terjadinya perubahan perilaku merokok

Meningkatkan kesadaran perokok dan keluarganya tentang


bahaya merokok
Terlaksananya layanan upaya berhenti merokok berupa
kegiatan edukasi dan konseling
Sasaran :
Perokok aktif dan masyarakat terutama kelompok rentan
beresiko (wanita hamil dan anak-anak)
Kegiatan :
Pengendalian tembakau dilakukan secara komprehensif,
berkelanjutan, terintegrasi dengan kebijakan publik.
Komitmen pemerintah dalam penyelenggaraan
pengendalian tembakau melalui APBN, APBD dan sumber
penganggaran lainnya.
MPOWER mencakup :
a. Monitor (prevalensi) penggunaan tambakau dan
kebijakan preventifnya;
b. Perlindungan masyarakat dari asap tembakau;
c. Optimalisasi dukungan berhenti merokok, dengan
menyediakan upaya layanan berhenti merokok di
fasyankes primer;
d. Waspadakan masyarakat akan bahaya (asap) tembakau;
e. Eliminasi iklan, promosi serta sponsor tembakau/
rokok;
f. Raih kenaikan cukai tembakau/rokok.
Indikator dan target dari program ini adalah
Penurunan prevalensi perokok di Indonesia sebesar 5% pada
akhir tahun 2019.
50% puskesmas sudah memberikan pelayanan berhenti
merokok.
KAWASAN TANPA ROKOK
KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi,
menjual, mengiklankan dan/atau mempromosikan
produk tembakau.
Tujuan kebijakan KTR adalah melakukan upaya
perlindungan masyarakat terhadap bahaya asap rokok
orang lain dan menurunkan angka kesakitan, kematian
akibat penyakit yang disebabkan oleh paparan asap
rokok orang lain.
Kegiatan KTR :
Pengembangan regulasi tentang KTR di berbagai tingkat
pemerintahan dan didukung oleh semua pihak terkait dan
masyarakat diberbagai tatanan.
Penegakan hukum secara konsisten sesuai dengan ketentuan
yang ada dalam melindungi dampak kesehatan akibat rokok.
Peningkatan pemahaman tentang bahaya rokok kepada
seluruh lapisan masyarakat dengan melibatkan stakeholder
termasuk masyarakat, organisasi profesi, akademisi, lembaga
sosial masyarakat (LSM).
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam
penerapan/implementasi KTR di lapangan.
Indikator dan target penilaian KTR:
Persentase provinsi dan kabupaten/kota yang mempunyai
peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan
penanggulangan dampak merokok terhadap kesehatan,
dimana pada akhir tahun 2014 diharapkan seluruh provinsi
dan 30% kabupaten/kota sudah memiliki aturan perundang-
undangan terkait KTR.
Posbindu PTM

Sasaran : masyarakat sehat, masyarakat beresiko dan


masyarakat dengan PTM berusia >15 tahun.

Kegiatan:
1. Wawancara riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta
2. Wawancara : aktivitas fisik, merokok dan konsumsi
makanan
3. Pengukuran Indeks Massa Tubuh, lingkar perut
4. Pemeriksaan gula darah
5. Pemeriksaan kolesterol total darah dan trigliserida
6. Konseling dan penyuluhan
7. Aktivitas fisik atau olah raga bersama
8. Rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya
Pembiayaan
- Pemerintah
- Mandiri

Alur Kegiatan POSBINDU:


Meja 4 :
Meja 1 Meja 3 IMT,
Meja 2 Tensi, glukosa
Pendaftaran Wawancara TB, BB, darah dan
Lingkar perut
kolesterol

Meja 5
Edukasi dan
Konseling
Ketenagaan
5 orang kader : minimal SMA, berasal dari masyarakat dan
peduli terhadap masalah PTM
1. Koordinator
2. Kader Penggerak : menggerakkan masyarakat dan
melakukan wawancara dalam penggalian informasi
3. Kader Pemantau : pengukuran Faktor risiko PTM
4. Kader Konselor : telah menjadi panutan dalam penerapan
gaya hidup sehat, bertugas melakukan konseling, edukasi,
motivasi serta menindaklanjuti rujukan dari Puskesmas
5. Kader Pencatat : bertugas melakukan pencatatan hasil
kegiatan Posbindu PTM dan melaporkan kepada koordinator
Posbindu PTM.
Peran Puskemas: sebagai pembina dan rujukan
Posbindu

Konseling Kesehatan dengan jargon CERDIK:


Cek Kondisi Kesehatan secara Berkala,
Enyahkan asap rokok,
Rajin berolahraga,
Diet yang sehat dengan kalori berimbang,
Istirahat yang cukup,
Kendalikan stres.
DETEKSI KANKER

Puskesmas dan jajarannya sebagai ujung tombak


pelayanan dasar di komunitas, dapat melakukan skrining
pad kelompok berisiko yaitu perempuan umur 30-50
tahun dan dapat dilakukan pemeriksaan dan tatalaksana
pada sekali kunjungan yang disebut Single Visite
Approac (SVA)

Deteksi dini kanker dapat dilakukan dengan cara


yang lebih mudah, seperti IVA (inspeksi visual dengan
asam asetat), SASARI (periksa payudara sendiri) dan
Metode CBE (Clinical Breast Examination),
menggunakan senter atau pemeriksaan fundus kopi untuk
mendeteksi Retinoblastomadz
PROGRAM PENGENDALIAN
PENYAKIT STROKE

Tujuan:
menurunkan angka kesakitan, kecacatan
dan kematian akibat stroke dan
meningkatkan pelayanan stroke di
masyarakat, secara efisien dan efektif
terintegrasi dalam sistem pelayanan
kesehatan dan berkesinambungan
Strategi :
1. Promosi kesehatan
2. Deteksi dini dan monitoring faktor
risiko stroke
3. Respon cepat kegawat daruratan
4. Pengobatan dan kepatuhan minum obat
5. Rehabilitasi
6. Surveilans
Program :
1. Promosi kesehatan
a. Peraturan (Perda, Pergub. Perbup, Perwali,
Edaran, Instruksi) tentang kawasan tanpa rokok
dan penerapan peringatan kesehatan bergambar
pada bungkus rokok
b. Edukasi dan pendidikan kesehatan tentang diet
sehat dan gizi seimbang
c. Sosialisasi Permenkes no. 30 tahun 2013
d. Pengelolaan stres
e. Peningkatan aktifitas fisik
2. Pelayanan kesehatan
a. Peningkatan deteksi dan tindak lanjuti dini faktor
risiko melalui kegiatan Posbindu PTM
b. Peningkatan tatalaksana faktor risiko utama
(konseling berhenti merokok, HT, Dislipidemia,
Obesitas, dll) di Fasilitas pelayanan primer
(Puskesmas, dokter keluarga, praktek swasta)
3. Jenis surveilans
a. Surveilans faktor risiko PTM
b. Survey Kesehatan Berkala
PEMERIKSAAN KESEHATAN PENGEMUDI
PADA SITUASI KHUSUS

Tujuan:
Terdeteksinya dan terlaksananya tindak
lanjut dini faktor risiko cedera akibat
kecelakaan lalu lintas darat pada
pengemudi (TD, alkohol dalam
pernafasan, amphetamine dalam urin,
GDS).
Prosedur :
1. Koordinasi petugas kesehatan dengan Kepala terminal
keberangkatan/kedatangan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan pengemudi secara terintegrasi
dengan Polda dan Dishub
2. Seluruh pengemudi angkutan umum diinformasikan
untuk datang ke lokasi pemeriksaan kesehatan yang
ditunjuk oleh Kepala Terminal atau lokasi terdekat
3. Urutan: Pendaftaran, wawancara, pemeriksaan FR
KLLD, pencatatan, dan pelaporan.
4. Hasil pencatatan dan pemeriksaan yang perlu tindak
lanjut dini dirujuk ke pos kesehatan terdekat dengan
menyertakan surat rujukan.
SALURI PERIKSA LUPUS SENDIRI

SALURI merupakan salah satu instrumen deteksi dini


penyakit LUPUS, yang dapat dilakkukan oleh
masyarakat awam, terutama wanita usia produktif usia
15-45 th. SALURI dapat dilaksanakan melalui kegiatan
Posbindu PTM
LANGKAH-LANGKAH SALURI ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
Demam lebih dari 38 C, dengan sebab yang tidak jelas
Rasa lelah dan lemah berlebihan
Sensitif terhadap sinar matahari
Ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu di wajah, yang sayapnya melintang dari pipi ke pipi
Ruam kemerahan di kulit
Sariawan yang tidak kunjung sembuh, terutama di atap rongga mulut
Nyeri dan bengkak pada persendian terutama di lengan dan tungkai, menyerang lebih dari2 send
i dalam
jangka waktu lama
Ujung-ujung jari tangan dan kaki menjadi pucat hingga kebiruan saat udara dingin
Nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik napas
Kejang atau kelainan saraf lainnya
Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium (atas anjuran dokter);
oAnemia, penurunan kadar sel darah merah
oLeukositopenia, penurunan kadar seldarah putih
oTrombositopenia, penurunan sel pembekuan darah
oHematuria dan Proteinuria, terdapat darah dan protein pada pemeriksaan urine

Jika ditemukan 4 atau lebih dari gejala di atas, segera


konsultasi dengan dokter pemerhati Lupus
Tujuan
Dengan kegiatan ini, diharapkan:
1. Masyarakat mempunyai pengetahuan mengenai faktor risiko SLE
2. Terdeteksinya secara dini kelompok masyarakat berisiko SLE
3. Terdiagnosisnya dan tertatalaksananya pasien SLE sesuai standar/kriteria
4. Menurunnya angka kesakitan akibat SLE
5. Menurunnya angka kematian akibat SLE
6. Meningatkan kualitas hidup

Sasaran:
1. Kelompok masyarakat yang berisiko penyakit SLE (seperti perempuan usia reproduksi)
2. Petugas kesehatan pada PFK primer

Kegiatan:
1. Sosialisasi dan Advokasi ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
2. Kegiatan Deteksi Dini berupa skrining penyakit SLE
3. Pelatihan bagi tenaga kesehatan
PROGRAM PENGENDALIAN HIPERTENSI
Tujuan Program pengendalian Hipertensi adalah
terselenggaranya upaya Pengendalian Hipertensi guna
menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan
dan akibat hipertensi di Indonesia.
KEBIJAKAN PROGRAM
PENGENDALIAN HIPERTENSI
Mengembangkan dan memperkuat pengendalian faktor risiko hipertensi yang terintegrasi dan
berbasis masyarakat melalui kegiatan Posbindu PTM
Mengembangkan dan memperkuat kegiatan promosi pencegahan faktor risiko dan perilaku
CERDIK dalam pengendalian hipertensi
Mengembangkan dan memperkuat kegiatandeteksi dini faktor risiko hipertensi Mengembangkan
dan memperkuat kegiatan tindak lanjut dini faktor risiko dan respon cepat kegawatdaruratan
hipertensi
Meningkatkan dan memperkuat pelayanan rujukan hipertensi di rumah sakit
Mengembangkan rehabilitasi berbasis masyarakat
Meningkatkan advokasi dan sosialisasi pengendalian faktor risiko hipertensi
Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam pengendalian faktor risiko hipertensi
Meningkatkan dan memperkuat manajemen, pemerataan dan kualitas peralatan deteksi dini
faktor risiko hipertensi
Mengembangkan dan memperkuat surveilans epidemiologi faktor risiko dan kasus hipertensi
Mengembangkan dan memperkuat sistem informasi pengendalian hipertensi
Meningkatkan monitoring dan evaluasipelaksanaan pengendalian hipertensi
Mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja pengendalian hipertensi yang terintegrasi
dengan jejaring nasional pengendalian penyakit tidak menular
STRATEGI PENGENDALIAN HIPERTENSI
1. Mengembangkan dan memperkuat upaya promosi kesehatan dan pengendalian
faktor risiko hipertensi
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini dan tatalaksana
faktor risiko hipertensi yang berkualitas
3. Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans epidemiologi dan sistem
informasi, serta monitoring dan evaluasi pengendalian hipertensi
4. Mengembangkan dan memperkuat jejaring kerja pengendalian hipertensi yang
terintegrasi dengan jejaring kerja nasional pengendalian penyakit tidak menular
5. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko hipertensi

PROGRAM PENGENDALIAN HIPERTENSI


1. Prevensi Dan Penurunan Faktor Risiko
2. Deteksi Dini Dan Pengobatan Kontinyu
3. Surveilans Dan Monitoring
KEGIATAN PROGRAM PENGENDALIAN
HIPERTENSI
1. Di Masyarakat.
Wawancara dan pengukuran faktor risiko di masyarakat melalui kegiatan posbindu PTM dan Implemenntasi
Perilaku CERDIK.
2. Deteksi dini dengan melakukan pengukuran tekanan darah :
Deteksi dini dengan melakukan pengukuran tekanan darah
Melakukan tindakan pencegahan primer
Promosi, preventif dengan perubahan pola hidup (penurunan BB, Aktifitas fisik teratur, mengurangi
minum alkohol, mengurangi asupan garam, berhenti merokok (sesuai Buku Pedoman/materi pola
hidup sehat)
Manajemen faktor risiko
KIE merupakan upaya promosi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pencegahan penyakit dan berperilaku CERDIK yaitu melalui:
o Penyuluhan langsung ke perorangan dan kelompok
o Penyuluhan melalui media massa
Tatalaksana / Pengobatan
o Risiko penyakit dinilai berdasarkan tingginya tekanan darah, adanya faktor risiko lain, adanya
kerusakan target organ dan adanya penyakit penyerta
o Jika modifikasi gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah ke tingkat yang diinginkan, harus
diberikan obat.
o Tentukan tingkatan tekanan darah tinggi dan dirujuk ke Puskesmas untuk penggunaan obat
o Tentukan ada tidaknya keadaan krisis tekanan darah tinggi dan tatalaksananya
SARANA DAN PRASARANA
Standar yang ditetapkan dimiliki oleh puskesmas untuk pelayanan PTM :
A. Sumber Daya Mannusia
1 orang dokter umum
1 orang perawat
1 orang bidan
1 orang sarjana kesehatan masyarakat
1 orang ahli gizi
1 orang penata kesehatan lingkungan
1 orang fungsional penyuluhan kesehatan masyarakat
1 orang apoteker
serta tenaga pendukung sesuai dengan kebutuhan puskesmas
B. Peralatan medis untuk pelayanan PTM
C. Obat essensial PTM

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN


PPTM
Jumlah skrining dan deteksi dini
Jumlah kasus yang ditangani
Jumlah pasien yang dirujuk
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai