Anda di halaman 1dari 20

Penatalaksanaan Gangren Pedis

Dextra Et Causa DM Tipe 2


MOHD SHAHMIN MAT GHANI
102015200
SKENARIO 6
 Seorang perempuan 65 tahun datang ke Poliklinik karena luka
pada telapak kaki kanannya sejak 3 minggu yang lalu. Pasien
memiliki riwayat kencing manis sejak 10 tahun yang lalu dan
tidak rutin berobat

RUMUSAN MASALAH
 Perempuan 65 tahun datang ke poliklinik karena luka pada
telapak kaki kanannya sejak 3 minggu yang lalu dengan riwayat
kencing manis sejak 10 tahun yang lalu dan tidak rutin berobat.
 Identitas : Perempuan 65 tahun ANAMNESIS
 Keluhan utama : luka pada telapak kaki kanan
 Riwayat penyakit sekarang :
 Kapan pertama kalinya luka muncul? Lokasinya dimana?
 Apakah ada rasa nyeri atau baal atau kesemutan?
 Apakah disertai pus atau darah atau adakah perubahan warna menjadi kehitaman?
 Apakah tercium bau tidak sedap dari daerah luka?
 Apakah terkena benda tajam?
 Apakah ada luka di tempat lain?
 Riwayat pengobatan yang telah dilakukan sejauh ini?
 Apakah ada keluhan lain? Demam? Pengelihatan buram?
 Riwayat penyakit dahulu :
 Apakah sebelumnya pernah luka spt ini juga? Cepat sembuh?
 Riwayat trauma? Riwayat penyakit sebelumnya yang pernah diderita (DM, Hipertensi)?
 Riwayat penyakit keluarga
 Apakah dikeluarga ada yang seperti ini jg? DM ? HT?
 Riwayat sosial
 Kebiasaan makan sehari-hari? Suka menkonsumsi manis? Lemak?
 Riwayat Olahraga
 Merokok? Alkohol?
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum
• Kesadaran
• TTV
• Inspeksi
Atrofi Kulit
Atrofi Otot
Lesi Kulit (infiltrat)
Warna Kulit
• Palpasi
Pemeriksaan suhu raba Test positif apabila pasien tidak mampu merasakan sentuhan
monofilamen ketika ditekankan pada kaki walau monofilamennya
sampai bengkok. Kegalalan merasakan monofilamen 4 kali dari
Pemeriksaan pulsasi a.dorsalis pedis sepuluh tempat yang berbeda mempunyai spesifitas 97% serta
sensitivitas 83%  neuropati
Pemeriksaan monofilament
menggunakan monofilamen Semmes-Weinstein 10g,
serta ditambah dengan salah satu dari pemeriksaan : garpu tala frekuensi 128 Hz, tes refleks tumit dengan palu refleks,
Hasil Pemeriksaan Fisik

KU: sakit sedang • Status Lokalis:

Kesadaran: Luka di plantar pedis jari I


compos mentis Tampak kehitaman dengan bagian
tengah tampak kemerahan
TD: 140/80 mmHg
Pus (+)
Nadi: 90x/menit
Ukuran 2x2 cm
Nafas: 20x/menit
Teraba hangat dari suhu sekitar
Suhu: 38 C
Nyeri tekan (-)
Pulsasi arteri kaki kanan melemah
Sensitivitas kaki kanan melemah
• Postprandial • Pemeriksaan darah kapiler
Hb: 10,5 g/dL
Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah jarum,
Ht:setelah
Dilakukan 2 jam setelah makan atau 33% minum. sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan kedalam celah pada
Angka diatas 130 mg/dl mengindikasikan diabetes. mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya untuk memantau kadar glukosa
Leukosit: 12.300/ulyang dapat dilakukan dirumah.
• HbA1c Trombosit: • Urin lengkap (benda keton)
275.000/ul
Kadar HbA1c menggambarkan kadar glukosa darah • Kultur pus
LED: 55 mm
selama 2-3 bulan sebelum tes dilakukan, Nilai
rujukan kadar HbA1c: 5-9% kadar Hb total Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
GDS: 344 mg/dL dengan jenis kuman (kultur pus aerob atau anaerob)
• Tes toleransi glukosa oral (TTGO)
• Radiologi
Setelah berpuasa minimal 8 jam mulai malam hari
sebelum pemeriksaan, tapi sebelum dilakukan X-ray untuk mengetahui apakah terdapat osteomyelitis atau tidak,
pemeriksaan ini lakukan pemeriksaan kadar glukosa karena osteomyelitis dapat menghambat absorbs antibiotic atau obat ke tulang
darah puasa terlebih dahulu, kemudian pasien diberi dan dapat memperparah infeksi itu sendiri.
75 gr gula (dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak)
yang dilarutkan dalam 250mL air, dan periksa kadar
glukosa ½, 1, 1 ½, dan 2 jam setelah pembebanan
glukosa. Angka gula darah yang normal dua jam
setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140
mg/dl.
Working Diagnosis

Gangren Pedis Dextra Et Causa DM Tipe 2


DM -> suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia

Gangren Pedis
Gangren Pedis adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi kronik diabetes
mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai
berikut :
>Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus)
>Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).
>Nyeri saat istirahat.
>Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus)
Klasifikasi Wagner
Derajat 0 Tidak ada lesi terbuka, kemungkinan deformitas (+), selulitis

Derajat 1 Ulkus superficial

Derajat 2 Ulkus meluas ke tendon, ligamen, sendi, abses (-), osteomyelitis (-)

Derajat 3 Ulkus dalam, abses (+), osteomyelitis (+), tendonitis sepsis

Derajat 4 gangren terbatas, yaitu pada plantar kaki atau tumit


Derajat 5
Manifestasi Klinik

• Demam Gejala DM

• Tanda radang -> baal,  Polifagi


eritema, hangat, bengkak,
nyeri, gangguan fungsi  Polidipsi
 Poliuri
• Terkadang ada  Glukusoria
pembentukan gas -> bau  Kelelahan
 Penurunan berat badan
• Makin parah: nekrosis,  Infeksi
gangren

• Area paling sering->


plantar kaki
Etiologi

 Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis dari


penderita Diabetes Mellitus

 Bakteri tersering penyebab infeksi


pada ulkus : Staphylococcus aureus

 Infeksi polibakterial =
Streptococcus sp,
Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa,
Proteus mirabilis.
EPIDEMIOLOGI
 Jumlah penderita DM diseluruh dunia tahun 2– mencapai 131 juta orang
dan diprojeksikan mencapai 366 juta orang pada tahun 2020

 Di Indonesia, 15% penderita DM mengalami kaki diabetik.

 Menurut data RSUPNCM tahun 2003, angka kematian dan angka amputasi
pasien kaki diabetik mencapai 16% dan 25%

 Orang dengan masalah kaki dan DM memiliki 15 kali peningkatan risiko


menjalani amputasi tungkai bawah dibandingkan dengan mereka yang tidak
diabetes.

 20% dari semua orang diabetes masuk rumah sakit karena masalah kaki.
Pencegahan
• Pencegahan primer dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi
kaki diabetik pada penderita DM

• Pencegahan primer :

• Perubahan pola hidup

• Kontrol gula darah

• Kontrol pada tenaga medis

• Pengunaan alas kaki yang benar

• Hindari pekerjaan yang berat


Penatalaksanaan

Kontrol Mekanik
▫ Dengan cara mengistirahatkan kaki pasien dan menghindari
tekanan pada daerah luka.

Kontrol Metabolik
▫ Bertujuan untuk mengatasi infeksi dan mendukung penyembuhan
luka.
▫ Pengaturan glukosa darah pasien secara adekuat.
▫ Dapat dicapai melalui terapi gizi medis maupun terapi
farmakologis.

Kontrol Vaskular
▫ Meliputi evaluasi status vaskuler kaki.
Kontrol Luka
▫ Jaringan nekrotik dan pus yang ada harus dievakuasi secara adekuat dengan
nekrotomi atau debridemen.
▫ Luka sebaiknya ditutup dengan pembalut yang basah.
▫ Apabila diperlukan, tindakan amputasi harus dipertimbangkan.

Kontrol Infeksi
▫ Pemberian antibiotik harus dimulai secara empiris sebelum didapatkan
hasil kultur resistensi.
▫ Pada luka superficial  antibiotik dengan spektrum gram +
▫ Pada luka subkutan  antibiotik dengan spektrum gram – atau
golongan metronidazol bila terdapat kecurigaan ke arah infeksi bakteri
anaerob.

Antibiotik (amoxicillin, flucloxacillin,


metronidazole, IV bila ulkus dalam)
Debridement (pus dan abses)
Revaskularisasi (DM)
Pembedahan dan amputasi
Kontrol Edukasi
▫Pemilihan alas kaki yang cermat
▫Pemeriksaan kaki harian untuk mendeteksi tanda alas
kaki yang tidak tepat atau trauma minor
▫Menjaga kebersihan dan kelembaban kaki
▫Mencegah penatalaksanaan yang tidak tepat dan
menghindari perilaku yang beresiko tinggi
▫Berkonsultasi pada tenaga kesehatan apabila terjadi
kelainan

Edukasi penting untuk tahap pengelolaan kaki diabetes. Penyuluhan kepada pasien
dan keluarganya diharapkan dapat membantu mempercepat penyembuhan luka.
Kelas I (>90) Kelas II (70-90) Kelas III (<70)

Karbohidrat Sebagian besar roti Oatmeal Sebagian besar pasta


55-65% dari total kebutuhan energi sehari Crackers Kue dan biscuit Beras parboiled

Sebagian besar Beras Legume kering


sereal

oProtein Sebagian besar Gandum Kacang


Asupan protein perlu dibatasi yaitu <0,8 kentang
g/kgBB untuk hindari diabetic nefropati
Millet Jagung manis Barley

Kripik jagung Kentang manis bulgur


oLemak
Asupan lemak < 30% total energi (lemak
jenuh (SAFA) < 10%, PUFA < 10%).
Lemak baik (MUFA) contoh: canola oil Indeks Broca BB Ideal
dan minyak zaitun
< 40 Tahun : TB (cm)-100-10%
oSerat > 40 Tahun: TB (cm)-100-10%
Serat memiliki nilai terapeutik dan
menurunkan prevalensi DM. Serat
sebaiknya dikonsumsi 20-35 g/hari.
Komplikasi Prognosis

 Kaki gangren adalah komplikasi  Pada ulkus dengan tatalaksana


dari ulkus diabetik yang merupakan dan rehabilitasi yang maka
grade 4-5 pada klasifikasi prognosis baik, namun pada
wagner.Gangren merupakan gangren, prognosis buruk walau
nekrosis atau kematian sel akibat
dari infeksi, luka ataupun karena dilakukan amputasi karena
kurangnya darah.Gangren tidak prevalensi kematian yang cukup
dapat disebuhkan hanya dapat tinggi (37%) 3tahun pasca
dicegah untuk berkelanjutan, amputasi.
dimana pada gangren yang parah
perlu dilakukan tindakan amputasi
Kesimpulan
• perempuan 65 tahun yang menderita luka pada telapak kaki kanannya sejak 3
minggu yang lalu didagnosis gangren pedis.

• Gangren pedis diabetikum atau kaki diabetik adalah kelainan pada ekstremitas
bawah yang merupakan komplikasi kronik diabetes melitus.

• Ada 3 faktor yang dapat dipandang sebagai predisposisi kerusakan jaringan


pada kaki diabetik, yaitu neuropati, angiopati, dan infeksi.

• Penatalaksanaan kaki diabetik dapat dilakukan dengan kontrol gula darah,


pengobatan kausal, kontrol metabolik, serta debridement dan pembalutan. 50-
70% dari jumlah pasien dapat dicegah terjadinya amputasi dan kematian jika
dilakukan penanganan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai