Anda di halaman 1dari 44

CURRICULUM VITAE

NAMA : Dr. Hikmat Permana, dr.,SpPD-KEMD


TEMPAT TGL LAHIR : Bandung, 23 Oktober 1962
ALAMAT : Jl. Arcamanik Endah No. 104 Bandung
PEKERJAAN : Staf Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FK.Unpad / RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
JABATAN : Kepala Divisi Endokrinologi & Metabolisme
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FK.Unpad / RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Ketua Subkomite Strandar Profesi Komdik RSHS
RIWAYAT PENDIDIKAN
1987 Fakultas Kedokteran Unpad
1998 Brevet Spesialis Penyakit Dalam FK.Unpad
2006 Brevet Konsultan Endokrinologi, Metabolisme dan Diabetes
2011 Doktor Ilmu Kedokteran
RIWAYAT PEKERJAAN
Sejak 1998 Staf Bagian Ilmu Penyakit Dalam
2009-2014 Kepala Instalasi Rawat Jalan RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung
Juli 2013 Konsultan Fasilitas dan Referal Kementrian Kesehatan
2010-sekarang Ketua MAB YAKES TELKOM
2013 - Anggota DPM PT ASKES JAWA BARAT
2014 Anggota Pertimbangan Medis Nasional Kemenkes
2014 Anggota Tim NCC Kemenkes
ORGANISASI PROFESI
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) : Anggota
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) : Anggota
Persatuan Diabetes Indonesia Cabang Bandung : Ketua
TATALAKSANA PADA PELAYANAN
PRIMER DAN SEKUNDER.
Kapan harus merujuk sesuai panduan BPJS?

Hikmat Permana
Consultant in Internal medicine,
Consultant in Endocrinology and Metabolism,
Consultant of Health Ministry
Hasan Sadikin Hospital, Universitas Padjadjaran
Bandung
DASAR HUKUM

• UU No. 40 Tahun 2004 : SJSN


• UU No. 24 Tahun 2011 : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
- BPJS-1 (BPJS Kesehatan)
- BPJS-2 (BPJS Ketenaga-kerjaan)
Kegotong-royongan
Nirlaba
Keterbukaan
9 Prinsip Kehati-hatian
Akuntabilitas
Portabilitas
Kepesertaan wajib
Dana amanat
Hasil pengelolaan dana digunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan sebesar-besarnya untuk
kepentingan peserta
UU NOMOR 40 TAHUN 2004
PELAYANAN KESEHATAN, AWAL 2014
1. HAK
2. Prepayment
3. Dana terbatas & pasti
PASAR JKN + 121 JUTA Price taker
Mau THP gede ?
4. Sinambung & komprehensif Hemat !
5. Terstruktur
BPJS III
PESERTA JKN II
Iuran, manfaat, Kontrak, pembayaran,
PNS
lingkup,risiko, otonomi I
TNI/Polri POINT OF CARE
Jamsostek TIDAK biaya
Jamkesda Bayar biaya tidak langsung BAYAR langsung
PBI Transport, makan, akomodasi, Dokter, obat , lab, tindakan,
opportunity cost perawatan
1. KOMODITAS
2. FFS & out of pocket
3. Dana seolah tidak terbatas PASAR BEBAS + 131 JUTA Price maker
4. Bebas, episodik & kuratif …% HAK-ku
5. Tidak terstruktur

HARUS
Bayar biaya tidak langsung BAYAR
Transport, makan, akomodasi, biaya
opportunity cost langsung

PASIEN
PERUBAHAN YANG DIRASAKAN DOKTER
SAAT SEBELUM THN 2014 ERA JKN
Pelayanan kesehatan Komoditas Hak
Pembiayaan Out of pocket & Prepayment
Fee for services Kapitasi & INA-CBG
Ketersediaan dana Seolah-olah tidak terbatas Terbatas dan pasti
Pola pelayanan Bebas, episodik, kuratif Berjenjang, sinambung &
komprehensif
Sistem pelayanan Tidak terstruktur Terstruktur
kesehatan
Tarif jasa medik Price maker Price taker, diwakili asosiasi
Ada. INA-CBG & Kapitasi
Risiko finansial Tidak ada mengalihkan risiko ke
provider/dokter
Banyak tindakan, Pengobatan & tindakan
“Good Doctor”
banyak obat sesuai kebutuhan
“Gap” pendapatan Sangat besar Dipersempit
antara DLP dan DSP 8-244 kali (survei IDI) 2-3 kali
ASKES
JAMKESMAS
JAMSOSTEK
YANKES UMUMNYA
2014

Fee for service  prospective payment

COST COST
MENINGKAT EFISIENSI DAN EFEKTIF
NIRLABA
Efisiensi ??

SEMUA SUMBER DANA APBN


TRANSPARANSI & ACCOUNTABLE
Unsur – unsur sistem kesehatan

Sistem kesehatan

Subsistem RUJUKAN Subsistem


pelayanan kes KESEHATAN Pembiayaan kes

Mutu pelayanan
rshs
PPK 2
PPK 1
rshs
ALUR PELAYANAN PESERTA JKN

Peserta Kapitasi

Puskesmas/ rujukan
Klinik, Dr/Drg INA-CBG’s
Penguatan pada pelayanan primer Praktik
Fungsi preventif dan promotif Mandiri
resep obat
Rumah Sakit
darurat
Rujuk balik

resep obat
rujuk balik Apotek

UU SJSN pasal 22 dan 23


Indikator Kinerja di Rumah Sakit
Kepuasan Peserta : >75% peserta merasakan
puas dan bermutu

Kualitas Pelayanan Kesehatan

Pemenuhan Komitmen Pelayanan

Efisiensi Biaya
Perencanaan Mutu Pelayanan &
Keselamatan Pasien
Akreditasi

Indikasi Kejadian Fraud & Abuse


Pasal 10 PMK 1/2012

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke


tingkat pelayanan yang lebih tinggi :

A. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau


subspesialistik

B. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai


dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas,
peralatan dan atau ketenagaan.
Pasal 10 PMK 1/2012

Rujukan vertikal dari yankes tinggi ke rendah

1. Permasalahan kes pasien dapat ditangani oleh tingkatan


pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya
2. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani
oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan
untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka
panjang
PORTABILITAS
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIS
NOMOR 71 TAHUN 2013
TENTANG
PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan perorangan yang


Bersifat non spesialistik yang dilaksanakan pada fasilitas
kesehatan tingkat Pertama untuk keperluan observasi, diagnosis,
pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.

Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah upaya


pelayanan Kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau
subspesialistik yang Meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap
tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang perawatan khusus

Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan berupa:


a. Klinik utama atau setara
b. Rumah sakit Umum: dan
c. Rumah sakit khusus
DASAR HUKUM
UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 24
Ayat 1 : “Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional.
Ayat 3 “Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan,
standar pelayanan, dan standar prosedur operasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri

UU No.24 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Pasal 51: Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran
mempunyai kewajiban :
memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis
pasien;
.
Yang dimaksud dengan “standar profesi” adalah batasan kemampuan
(knowledge, skill and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh
seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada
masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi
155 JENIS PENYAKIT
Tuberkulosis (TB) Paru
Masalah Kesehatan
Tuberkulosis (TB)adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

MASALAH KESEHATAN
yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.Indonesia merupakan negara yang termasuk
sebagai 5 besar dari 22 negara di dunia dengan beban TB. Kontribusi TB di Indonesia
sebesar 5,8%. Saat ini timbul kedaruratan baru dalam penanggulangan TB, yaitu TB
Resistan Obat (Multi Drug Resistance/ MDR).

Hasil Anamnesis (Subjective)


Keluhan Pasien datang dengan batuk berdahak ≥ 2 minggu.

ANAMNESIS
Batuk disertai dahak, dapat bercampur darah atau batuk darah. Keluhan
dapat disertai sesak napas, nyeri dada atau pleuritic chest pain (bila disertai
peradangan pleura), badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam tanpa kegiatan fisik, dan demam
meriang lebih dari 1 bulan

Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik
Demam (pada umumnya subfebris, walaupun bisa juga tinggi sekali), respirasi
meningkat, berat badan menurun (BMI pada umumnya <18,5).
Kriteria Diagnosis
KRITERIA DIAGNOSTIK
Berdasarkan International Standards for Tuberculosis Care (ISTC)

Standar Diagnosis
1. Semua pasien dengan batuk produktif yang yang berlangsung selama ≥ 2
minggu yang tidak jelas penyebabnya, harus dievaluasi untuk TB.
2. Semua pasien (dewasa, dewasa muda, dan anak yang mampu mengeluarkan
dahak) yang diduga menderita TB, harus diperiksa mikroskopis spesimen
sputum/ dahak 3 kali salah satu diantaranya adalah spesimen pagi.
3. Semua pasien dengan gambaran foto toraks tersangka TB, harus diperiksa
mikrobiologi dahak.
4. Diagnosis dapat ditegakkan walaupun apus dahak negatif berdasarkan kriteria
berikut:
STANDARD DIAGNOSIS
 Minimal 3 kali hasil pemeriksaan dahak negatif (termasuk pemeriksaan
sputum pagi hari), sementara gambaran foto toraks sesuai TB.
 Kurangnya respon terhadap terapi antibiotik spektrum luas (periksa kultur
sputum jika memungkinkan), atau pasien diduga terinfeksi HIV (evaluasi
Diagnosis tuberkulosis harus dipercepat).
KRITERIA RUJUKAN
Kriteria Rujukan

1. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid) seperti


TB pada orang dengan HIV, TB dengan penyakit metabolik, TB anak,
perlu dirujuk ke layanan sekunder.

2. Pasien TB yang telah mendapat advis dari layanan spesialistik dapat


melanjutkan pengobatan di fasilitas pelayanan primer.

3. Suspek TB – MDR harus dirujuk ke layanan sekunder.


SISTEM RUJUKAN MEDIK DI LAYANAN
PRIMER

Dokter merujuk pasien pada kasus penyakit dengan


tingkat kemampuan 4A pada kondisi :
T :Time  lama perjalanan penyakit
A : Age  umur pasien
C : Complication  komplikasi dari penyakitnya,
tingkatan kesulitan
C : Comorbidity  ada/tidaknya penyakit penyerta
C : Condition  melihat kondisi fasilitas pelayanan
1. TIME
• Jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada
kondisi kronis atau melewati Golden Time Standard
• Contoh pada demam tifoid
Pasien dirujuk bila setelah mendapat terapi selama 5 hari
belum tampak perbaikan.

2. AGE
•Jika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan
meningkatkan risiko komplikasi serta kondisi penyakit lebih
berat
•Contoh pada penyakit pneumonia aspirasi.
Pasien anak, berumur kurang dari 6 bulan, indikasi
dirujuk ke layanan sekunder.
3. COMPLICATION
• Jika komplikasi yg ditemui dapat memperberat kondisi pasien
• Contoh pada penyakit influenza dengan tanda-tanda
pneumonia.
Pasien dirujuk bila didapatkan tanda-tanda pneumonia (panas
tidak turun 5 hari disertai batuk purulen dan sesak nafas).

4. COMORBIDITY
•Jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang
memperberat kondisi pasien.
•Contoh: penyakit TB pada orang dengan HIV, TB dengan
penyakit metabolik perlu dirujuk ke layanan sekunder.
Setelah mendapat advis di layanan sekunder dapat
melanjutkan pengobatan kembali di fasilitas pelayanan
primer.
5. CONDITION

• Apabila fasilitas pelayanan tdk dapat memenuhi


keberlangsungan penatalaksanaan.
• Rujukan bisa bersifat horizontal maupun vertikal
pada fasilitas yang mempunyai peralatan untuk
keberlangsungan penatalaksanaan
ALUR PELAYANAN OBAT SECARA LINEAR

Peserta Kapitasi

Puskesmas/ rujukan
Klinik, Dr/Drg INA-CBG’s
Penguatan pada pelayanan primer Praktik
Fungsi preventif dan promotif Mandiri
resep obat
Rumah Sakit
darurat
Rujuk balik

resep obat
rujuk balik Apotek

UU SJSN pasal 22 dan 23


TATA KELOLA OBAT FARMASI

DOEN BPJS

KETERSEDIAAN OBAT PEMBAYARAN KLAIM


FORNAS

KOMNAS NAMA PATENT


KLAIM KAPITASI
E KATALOG FASKES/PK 1 APOTIK BPJS
HET NAMA PATENT
MEKANISME PASAR
SESUAI UNDANG UNDANG
FORMULARIUM RS NAMA PATENT
NAMA PATENT
RESEP 23 HARI FARMASI RS KLAIM FARMASI

FASKES/PK RESEP 7 HARI APOTIK RS KLAIM INA-CBG


TINGKAT LANJUT
KETERSEDIAAN OBAT
SESUAI UNDANG UNDANG
FASILITAS
LAYANAN KESEHATAN TK LANJUTAN

PANDUAN INDONESIAN CASE BASE GROUPS


INA-CBG’S
Fee for service  prospective payment

Peluang bagi RS melakukan perubahan &


perbaikan

• EFISIENSI
• MUTU PELAYANAN MEDIK
• MUTU PELAYANAN ADMINISTRASI

Peluang Resiko Hukum, Fraud dan Abuse


dalam Pelaksanaan JKN
Pembayaran Prospektif

 Adalah pembayaran yang dilakukan setelah ada


kesepakatan yang dilakukan di muka antara
penyelenggara jaminan kesehatan dengan fasilitas
kesehatan pemberi pelayanan kesehatan atas besaran
pembayaran.
CBG PASIEN AKUT & RAWAT JALAN

tarif
DATA PASIEN INA-CBG

E-4-10-III
CMG SEVERITY
LEVEL

Tipe kasus (1-9) Spesifik CBG


Standar Pelayanan Kedokteran
Peraturan Menkes RI No. 1438/2010 Standar Pelayanan Kedokteran

SIFAT FASYANKES
CAKUPAN
NASIONAL

Legalisasi PANDUAN
PNPK SPO PRAKTIK KLINIS
KEMENKES

ALUR KLINIS
organisasi pimpinan = clinical pathway
PEMBUAT profesi fasilitas Sesuai standar profesi
YANKES ALGORITME
PROTOKOL
PROSEDUR
Sesuai = standar profesi STANDING ORDER
TEMPLATE PEMBUATAN

Di FASILITAS KESEHATAN
DIAGNOSIS

TIME LINE JELAS

TINDAKAN TERUKUR
PENYUSUNAN PANDUAN PRAKTEK KLINIK TINGKAT
LANJUTAN (SEKUNDER DAN TERSIER)

PEDOMAN STANDAR PANDUAN STANDAR


PEDOMAN NASIONAL PENGELOLAAN MINIMAL ALAT
PENYAKIT KESEHATAN
PELAYANAN BERDASARKAN BERDASARKAN
KEDOKTERAN KEWENANGAN TINGKAT KEWENANGAN PEMBERI
PELAYANAN KESEHATAN PELAYANAN KESEHATAN
LANJUTAN LANJUTAN
PANDUAN
CLINICAL PATHWAY PANDUAN STANDAR PEDOMAN STANDAR
PEMERIKSAAN OBAT-OBATAN
PENUNJANG BERDASARKAN
DIAGNOSTIK
BERDASARKAN
KEWENANGAN
KEWENANGAN PEMBERI PEMBERI PELAYANAN
PELAYANAN KESEHATAN KESEHATAN
LANJUTAN LANJUTAN

Implementasi Panduan Praktek Klinik menjadi kebijakan JKN Kemkes


sebagai basis kesiapan regulasi di tingkat faskes rujukan
BEBERAPA UPAYA YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN

Membangun tim rumah sakit


Meningkatkan efisiensi
Memperbaiki mutu rekam medis
Memperbaiki kecepatan dan mutu klaim
Melakukan standarisasi
Membentuk Tim Casemix/Tim INA-CBG rumah sakit
Memanfaatkan data klaim
SEBAIKNYA RUMAH SAKIT TIDAK MELAKUKAN

1. Merubah atau membongkar software


2. Menambah diagnosis yang tidak ada pada pasien yang diberikan
pelayanan untuk tujuan meningkatkan tingkat keparahan atau untuk
tujuan mendapatkan grouping pada kelompok tariff yang lebih
besar.
3. Menambah prosedur yang tidak dilakukan atau tidak ada bukti
pemeriksaan untuk tujuan mendapatkan grouping pada kelompok
tariff yang lebih besar
4. Melakukan input diagnosis dan prosedur hingga proses grouping
berkali-kali dengan tujuan mendapatkan kelompok tarif yang lebih
besar.
RINGKASAN

 Tatalaksana RUJUKAN pada pelayanan primer berdasarkan


panduan praktik klinis

 Tatalaksana RUJUKAN pada layanan sekunder berdasarkan


panduan praktek klinis tingkat lanjut dan alur klinis yang di buat
oleh faskes yang bersangkutan sesuai perundang-undangan
yang berlaku

 Rujukan dan rujuk balik merupakan alur terintegrasi dan


komprehensif antara fasilitas kesehatan

 WAKTU YANG TEPAT MERUJUK dan merujuk balik adalah


berdasar panduan praktek klinis, tetapi faktor CLINICAL
JUDGEMENT SEBAGAI KUNCI UTAMA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai