REPUBLIK INDONESIA
PENGELOLAAN LIMBAH B3
DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
oleh:
Ir. Sinta Saptarina Soemiarno, M.Sc
Pembuangan limbah medis langsung (Open Dumping) atau ke TPA No. Provinsi Jumlah
1 Aceh 1
Pengelolaan limbah medis tanpa izin 2 Bangka Belitung 1
3 Banten 1
Pembakaran limbah medis belum memenuhi standar 4 DIY 2
5 DKI Jakarta 9
Terbatasnya jasa pengolahan limbah medis 6 Jambi 1
7 Jawa Barat 7
Terbatasnya pemahaman tentang pengelolaan limbah medis bagi pelaku 8 Jawa Tengah 5
9 Jawa Timur 26
maupun aparat pengawas 10 Kalimantan Selatan 5
Impor limbah medis dengan modus bahan baku 11 Kalimantan Timur 8
12 Kepulauan Riau 1
13 Lampung 1
14 NTB 1
15 Riau 2
Hanya 11,6% 16 Sulawesi Selatan 3
Potensi Pencemaran udara, 17 Sulawesi Tengah 2
49% RS menggunakan Insinerator
(dari 2.300 RS) yang melakukan terinfeksi virus Hepatitis, terinfeksi 18 Sumatera Selatan 4
belum memenuhi syarat (suhu< 19 Sumatera Utara 5
pengelolaan limbah memenuhi HIV akibat kecelakaan benda tajam
8000C) 85
standar medis
Sumber :KLHK, 2017
Sumber :KLHK, 2016
PT. PLKK
40 Emas
30 Hijau
20 Biru
10
0
Emas Hijau Biru Merah 0,72%Hitam
KONDISI PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS
BERDASARKAN PENILAIAN PROPER 2016
1. Belum memiliki fasilitas Tempat Penyimpanan
Sementara Limbah B3 (TPS LB3);
mengapa…?
2. Belum memiliki izin TPS LB3;
3. Belum melakukan identifikasi limbah B3 yang
dihasilkan;
4. Belum melakukan pencatatan dan pengisian neraca
limbah B3;
5. Belum memiliki izin Insinerator Limbah B3;
6. Menyerahkan Limbah B3 ke pihak ketiga yang
belum memiliki izin;
7. Belum melaporkan pengelolaan limbah B3 yang
dilakukan.
karena…
3 Pengelolaan 2
Limbah B3
dari
Sektor Swasta,
Fasyankes Pemerintah
Perguruan Tinggi, Provinsi,
LSM, Asosiasi Kab/ Kota
SINERGI DAN HARMONISASI 1. Pembinaan
DALAM PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS 2. Regulasi/ Perda
3. Pendanaan
4. Sarana Pengolahan/
Sarana Penguburan
• Transportasi/ PEMDA
5. Perizinan TPS
Transporter
• Penyediaan Fasilitas
Pengolahan/Penguburan
KLHK 1. Pembinaan
2. Pengawasan
3. Perizinan
1. Penyiapan sarana 4. Regulasi/NSPK
SWASTA
pendukung 5. Advokasi/
2. SDM Sosialisasi
3. Pendanaan SINERGI DAN
4. Memenuhi perizinan HARMONISASI ASOSOASI, LSM,
PROFESI, PT
5. Monev dan pelaporan
1. Peningkatan
kapasitas
2. Kajian/ penelitian
3. Penyiapan SDM
RS/ FASYANKES KEMKES
1. Advokasi/ Sosialisasi
2. Peningkatan kapasitas SDM
1. Perizinan Transportasi LB3
3. Pembinaan/ Pengawasan
2. Pengawasan PERHUBUNGAN
4. Regulasi/ NSPK
3. Pembinaan
5. Pendanaan
6. Monev & pelaporan
STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DARI FASYANKES
1 2 3
Mendorong program
pengurangan limbah di
Fasyankes dan Melakukan pembinaan Meningkatkan kapasitas
penggunaan teknologi kepada Fasyankes SDM Pengelola Limbah
alternatif
4 5 6
Meningkatkan kemitraan Meningkatkan koordinasi
dengan pihak Swasta, Meningkatkan penilaian
dengan sektor dan kinerja Fasyankes
Perguruan Tinggi, pemerintah daerah
Asosiasi, dan LSM
LIMBAH DARI FASYANKES
limbah padat yang berasal dari
NON-MEDIS dapur, perkantoran, taman, dan
LIMBAH
PADAT halaman
FASYANKES
limbah infeksius,
imbah patologi,
limbah benda tajam,
CAIR Limbah farmasi,
MEDIS limbah sitotoksis,
GAS
limbah kimiawi,
limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan,
dan
semua limbah yang berbentuk gas semua air buangan berasal dari kegiatan limbah dengan kandungan
yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan logam berat yang tinggi.
pembakaran di rumah sakit seperti mengandung mikroorganisme, bahan
insinerator, dapur, perlengkapan kimia beracun dan radioaktif yang
generator, anastesi, dan berbahaya bagi kesehatan
pembuatan obat citotoksik PP 101/2014
P.56/2015
LATAR BELAKANG PENGELOLAAN LIMBAH B3
Kenapa harus diatur?
Pertumbuhan industri meningkat, timbulan limbah B3 meningkat.
• Industri manufaktur meningkat 4.61% (kemenperin 2016)
• Pembangunan PLTU 35.000 MW, potensi limbah B3.
Pencemaran lingkungan meningkat akibat kelalaian perusahaan, 4 dari 6 perusahaan jasa
limbah medis dalam proses hukum.
Antisipasi Indonesia sebagai negara buangan (Konvensi Basel)
Kecenderungan perusahaan tidak mengelola limbah B3 karena penanganan yang kompleks
dan biaya tinggi.
Maka, TAHAPAN pengelolaan limbah B3 harus TEPAT dan BENAR. Pengelolaan Limbah B3
adalah rangkaian kegiatan meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan (UU32/2009 dan PP 101/2014)
PRIORITAS PENGELOLAAN
• Mendahulukan reduksi dan hirarki
PENGURANGAN VOLUME
pengolahan limbah B3 yg dihasilkan
Perubahan Paradigman
3R
LIMBAH B3
From cradle to grave From cradle to (Reuse, Recycle,
Recovery)
cradle
• Pemantauan sejak limbah B3 dihasilkan Pengolahan
sampai dengan pengelola akhir
• Orientasinya pemanfaatan limbahB3 jika
memungkinkan. Penimbunan
Proximity
• Pengelolaan/pengolahan sedekat
mungkin dengan tempat dihasilkan
Lampiran PP No. 101/2014 tentang Pengelolaan Limbah B3
PUSKESMAS
5. Limbah radioaktif
6. Limbah sitotoksik
7. Limbah farmasi
LANGKAH 3 • Pengangkutan
LANGKAH 4 • Pengolahan
LANGKAH 5 • Penguburan
LANGKAH 6 • Penimbunan
LANGKAH 1 • Pengurangan dan Pemilahan
MERAH
KUNING
KUNING
UNGU
COKLAT
21
SIMBOL LIMBAH B3
Simbol limbah B3
< 90 cm
PERAN PEMDA
1.Menerbitkan persetujuan pengangkutan dari:
a. Kepala Instansi LH provinsi apabila lintas
kabupaten
b. Kepala Instansi LH kab/kota apabila dalam
wilayah kab/kota
persetujuan berlaku selama 5 tahun
2. Memberikan kode manifest kepada
fasyankes sebagai penghasil
3. Mencantumkan bahwa fasyankes berfungsi
sebagai Depo Pemindahan pada Izin TPS LB3
LANGKAH 4 • Pengolahan
• Gelombang elektromagnetik dapat menembus material dan menciptakan vibrasi terhadap seluruh molekul
dipole (kutub ganda) seperti air dalam material limbah.
• Vibrasi menghasilkan friksi yang akan menghasilkan panas untuk mendisinfeksi material limbah.
• Panas dihasilkan pada suhu 95 - 100°C untuk penyimpanan 25 menit.
- Incineration is a high heat system
process of burning combustible solids
at very high temperature in a furnace.
- It employs combustion of waste
material in stages, followed by
cleaning of the flue gas through a
number of pollution control devices.
- The end product is devoid of infectious
organisms and organic compounds of
waste, which is aesthetically
acceptable.
• Enkapsulasi sebelum ditimbun untuk limbah benda
tajam, residu insinerator atau dalam keadaan darurat
limbah farmasi
• Inertisasi (solidifikasi) sebelum ditimbun pencampuran
limbah, pasir, dan semen (3:1:2) dan dibentuk ukuran
(40x40x40) cm
• Desinfeksi kimiawi: senyawa aldehida, klor, fenolik
• Pengolahan biologis
• Teknologi radiasi
LANGKAH 5 • Penguburan
PENGUBURAN
Persyaratan lokasi
PENIMBUNAN
Residu Insinerator
Sanitary/controlled landfill
Klinik Penilaian Kinerja Pengelolaan Pekan LHK Indonesia, Klinik PKPLB3 di Palembang
Limbah B3, 25 Januari 2017 Expo Sanitas23 Maret 2017 1 – 4 Juni 2017 17 Maret 2017
PT. ABCD TRANSPORTATION
Komitmen Gubernur:
Lahan, UPT, Dana pendamping dll
Limbah medis dapat diolah di fasilitas percontohan yang memenuhi
persyaratan
Mengurangi pembuangan limbah medis ke Tempat Pembuangan
Akhir Sampah
Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah Sharing anggaran
dari APBN dan APBD
Mengolah limbah medis sebanyak 2,4 ton/hari (kap 100 kg/jam)
Expected output Pertemuan hari ini
• Data jumlah timbulan limbah medis pada setiap Rumah Sakit dan informasi
tata cara pengelolaannya.
• Peningkatan upaya pengurangan limbah medis.
• Asistensi pengurusan izin insinerator
• Jika pihak ke 3 bermasalah diharapkan pihak Fasyankes dapat bekerja sama
dengan Rumah Sakit yang memiliki insinerator berizin.
Tindaklanjut
• Penilaian kinerja terintegrasi pada Fasyankes dan pengangkut
• Mendorong investasi pengelolaan limbah medis.
• Meminta PEMDA untuk mengidentifikasi, inventarisasi dan
mengembangkan upaya pengelolaan limbah medis di wilayahnya
• Koordinasi dengan pihak terkait kementerian Kesehatan, Dinas LH, Dinas
Kesehatan, Asosiasi, pihak swasta
Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun dan
Berbahaya
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
“Gedung A Lantai 5”
Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta 13410
Telp/Fax: 021-85904932
Email: pkplb3@gmail.com