Budi Hidayat
1
2
Konteks Studi
Obat merupakan kebutuhan esensial dalam
praktik layanan kesehatan mengobati dan
mencegah.
Pola peresepan obat dipengaruhi banyak
factor, termasuk “pola bayar”: FFS; Kapitasi;
dan DRG
Hasil
Tren kenaikan klaim biaya obat non paket INA-CBGs, naik
dari 32 miliar pada bulan Februari 2014 menjadi 148 miliar
pada Agustus 2015.
Variasi total klaim biaya obat dan rerata harga obat serta
jumlah obat per lembar resep antar regional tarif INA-CBGs,
wilayah Divisi Regional, Provinsi, jenis kepesertaan JKN, dan
jender.
Hasil (2)
Terjadi pola peresepan obat yang berbeda yang
diterapkan oleh para dokter di rumah sakit antara
pasien JKN dengan Non JKN. Rumah sakit
menerapkan standar peresepan ganda dalam hal
pemberiaan resep kepada pasien.
Pasien JKN cenderung memperoleh resep obat
murah;
Jumlah obat yang diterima oleh pasien JKN lebih
sedikit dibandingkan jumlah obat yang diterima oleh
pasien Non JKNl;
Penggunaan antibiotik pada terapi pasien JKN lebih
sedikit dibandikan obat serupa yang dkonsumsi oleh
pasien Non JKN, dan)
Pasien JKN lebih cenderung diberi obat generik.
Hasil (3)
Share biaya obat terhadap tarif INA-CBGs
bervariasi tergantung jenis RS dan jenis yankes.
RS Pemerintah (RSP-Y), porsi biaya obat terhadap
tarif INA-CBGs adalah 5.9%.
Analisis per jenis layanan menunjukkan share
biaya obat terhadap tarif INA-CBGs mencapai
6.6% (Rawat Inap), 2.6% pasien (untuk pasien
rawat jalan), 2% (untuk pasien UGD) dan hanya
0.2% (pada pasien Hemodialisis).
RS Pemerintah (RSP-Z), angka share biaya obat
terhadap tarif INA-CBGs mencapai 12.67% (analisis
per lembar resep) dan atau 22.30% (jika analisis
dilakukan per kunjungan pasien)
Rekomedasi
Standar pelayanan obat kualitas;