Anda di halaman 1dari 11

Pola Peresepan Obat

Budi Hidayat

1
2

Konteks Studi
Obat merupakan kebutuhan esensial dalam
praktik layanan kesehatan  mengobati dan
mencegah.
Pola peresepan obat dipengaruhi banyak
factor, termasuk “pola bayar”: FFS; Kapitasi;
dan DRG

BHidayat August 2016


3

Pertanyaan dan Tujuan


1. Apakah JKN merubah pola peresepan obat?
2. Apakah pola peresepan obat berbeda
antara pasien JKN dengan non-JKN?
 Jumlah dan rata-rata jumlah item obat per R/;
 Proporsi obat generik per R/;
 Proporsi obat antibiotik per R/; dan
 Proporsi obat fornas per R/ .

BHidayat August 2016


4

Pola Peresepan Obat: Kasus RS X


CBBs reduce medicine costs. BUT “double standar ganda” exist
between JKN Vs. NonJKN patients (p-value 1%):

PASIEN STUDENT t-test


INDIKATOR
JKN NonJKN Delta SE T-test
(183,315
Biaya obat (Rp) 53,400 236,715 891.78 (205.56)*
)
Jumlah item obat per R/ 3.03 3.24 (0.21) 0.01 (20.17)*
Jumlah obat generik per R/ 1.99 0.35 1.64 0.01 177.56*
Jumlah obat antibiotik per R/ 0.29 0.45 (0.16) 0.00 (43.17)*
Jumlah obat fornas per R/ 1.78 0.33 1.45 0.01 171.20*
% obat generik per R/ 63.07 10.52 52.55 0.24 222.81*
% obat antibiotik per R/ 10.82 14.02 (3.20) 0.15 (20.78)*
% obat fornas per R/ 56.79 10.16 46.63 0.23 201.83*

BHidayat August 2016


5

Pola Peresepan Obat

BHidayat August 2016


BUT, drugs claim (in case of 6
unbundle CBGs) sky-rocketing

BHidayat August 2016


7

Hasil
 Tren kenaikan klaim biaya obat non paket INA-CBGs, naik
dari 32 miliar pada bulan Februari 2014 menjadi 148 miliar
pada Agustus 2015.

 Selama 2014 terjadi kenaikan rerata biaya obat POPB


delapan kali lipat yaitu (dari Rp 277 pada bulan Januari 2014
menjadi 2.229 Jan 2015).

 Variasi total klaim biaya obat dan rerata harga obat serta
jumlah obat per lembar resep antar regional tarif INA-CBGs,
wilayah Divisi Regional, Provinsi, jenis kepesertaan JKN, dan
jender.

BHidayat August 2016


8

Hasil (2)
 Terjadi pola peresepan obat yang berbeda yang
diterapkan oleh para dokter di rumah sakit antara
pasien JKN dengan Non JKN. Rumah sakit
menerapkan standar peresepan ganda dalam hal
pemberiaan resep kepada pasien.
 Pasien JKN cenderung memperoleh resep obat
murah;
 Jumlah obat yang diterima oleh pasien JKN lebih
sedikit dibandingkan jumlah obat yang diterima oleh
pasien Non JKNl;
 Penggunaan antibiotik pada terapi pasien JKN lebih
sedikit dibandikan obat serupa yang dkonsumsi oleh
pasien Non JKN, dan)
 Pasien JKN lebih cenderung diberi obat generik.

BHidayat August 2016


9

Hasil (3)
 Share biaya obat terhadap tarif INA-CBGs
bervariasi tergantung jenis RS dan jenis yankes.
 RS Pemerintah (RSP-Y), porsi biaya obat terhadap
tarif INA-CBGs adalah 5.9%.
 Analisis per jenis layanan menunjukkan share
biaya obat terhadap tarif INA-CBGs mencapai
6.6% (Rawat Inap), 2.6% pasien (untuk pasien
rawat jalan), 2% (untuk pasien UGD) dan hanya
0.2% (pada pasien Hemodialisis).
 RS Pemerintah (RSP-Z), angka share biaya obat
terhadap tarif INA-CBGs mencapai 12.67% (analisis
per lembar resep) dan atau 22.30% (jika analisis
dilakukan per kunjungan pasien)

BHidayat August 2016


10

Rekomedasi
 Standar pelayanan obat  kualitas;

 Unbundling INA-CBGs membuka peluang lonjakan biaya


obat, dan mengancam kelangsungan pendanaan JKN.

 Mencermati tren kenaikan klaim biaya obat terutama


ditujukan pada wilayah dengan total klaim obat yang
besar yaitu Divre VI Semaranag, Divre IV Jakarta, dan
Divre VII Surabaya.

 Melakukan kajian untuk menemukan penyebab tingginya


rerata harga obat yang konsisten tinggi di Divre I Medan,
Divre XI Denpasar, dan Divre IV Jakarta.

 Melakukan kajian untuk menemukan penyebab tingginya


rerata jumlah nama obat yang tinggi di Divre II
Pekanbaru, Divre IV Jakarta, dan Divre VII Surabaya.

BHidayat August 2016


Terima Kasih

BHidayat August 2016 11

Anda mungkin juga menyukai