Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan Pers pada Era

Reformasi
Oleh Kelompok 4 XII IPA 2
• Alifi Raka ()
• Komang Dita (14)
• Vira Candra (16)
• Monica Dita (19)
• Elta Putri (25)
• Helmy H (27)
• Mutiara P. (32)
Awal Reformasi
Pada tanggal 21 Mei 1998 orde baru tumbang
dan mulailah era reformasi. Tuntutan reformasi
bergema ke seluruh sektor kehidupan termasuk
sektor, termasuk sektor kehidupan pers.
Sejak masa reformasi tahun 1998, pers nasional
kembali menikmati kebebasan pers. Hal ini sejalan
dengan alam reformasi, keterbukaan, dan
demokrasi yang diperjuangkan rakyat Indonesia.
Akibatnya awal era reformasi banyak bermunculan
koran, majalah atau tabloib baru.
Berdasarkan data Direktorat Pembinaan Pers
(23 September 1999), jumlah penerbitan media
cetak di Indonesia yang meliputi suratkabar,
tabloid, majalah, dan bulletin mencapai 1.687. Jika
dibandingkan dengan tahun 1997 jumlah
penerbitan yang hanya 289 media, berarti hanya
sekitar seperlima dari jumlah penerbitan yang ada
pada tahun 1999.
Bagi publik, kondisi ini memunculkan
harapan baru untuk memperoleh keragaman
informasi yang bersumber dari adanya keragaman
isi maupun keragaman kepemilikan media.
Dasar Awal Kebebasan Pers
Di era reformasi pemerintah mengeluarkan :
•Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak asasi manusia
•Undang-Undang nomor 40 Tahun 1999 tentang
pers.
Dalam Undang-undang ini tegas dijamin adanya
kebebasan pers sebagai hak asasi warga negara
(pasal 4). Itulah sebabnya SIUPP ditiadakan.
Sehingga pers nasional tidak dikenakan penyesoran,
pembredelan, dan pelarangan penyiaran
sebagaimana tercantum dalam pasal 4 Ayat 2.
Kehadiran UU No. 40 Tahun 1999 tidak
semata-mata berimbas pada banyaknya penerbitan
pers yang muncul, namun juga memberi
kemerdekaan dan keterbukaan bagi insan media
dalam menjalankan aktivitas jurnalistiknya berupa
kegiatan 6M, yakni mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi melalui berbagai saluran
yang tersedia.
Peranan Pers
Sesuai dengan Undang- Undang tenatng pers No
40 tahun 1999, pers nasional melaksanakan
peranan sebagai berikut:
• Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui
dan mendapatkan informasi.
• Menegakkan nilai dasar demokrasi, mendorong
terwujudunya supremasi hukum dan hak asasi
manusia, serta menghormati kebhinekaan.
• Mengembangkan pendapat umum berdasar
informasi yang tepat, benar dan akurat.
• Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan
saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kepentingan umum.
• Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Dalam mempertanggung jawabkan
pemberitaan didepan hukum, wartawan
mempunyai hak tolak (pasal 4 ayat 4).
Tujuannya agara wartawan dapat melindungi
sumber informasi, dengan cara menolak
menyebutkan identitassumber informasi.
Hal ini digunakan jika wartawan dimintai
keterangan pejabat penyidik atau dimintai menjadi
saksi di pengadilan
Pelanggaran Kebebasan Pers
Dengan masuknya paradigma kebebasan pers
yang sangat luas di Indonesia saat ini ternyata
muncul akses yang cukup besar bahkan rawan.
Terjadi banyak pelanggaran terhadap UU Pers dan
terhadap kode etik jurnalistik baik oleh kalangan
pers itu sendiri, maupun oleh masyarakat
Salah satunya terlihat dari banyaknya
pengabaian standart jurnalistik dalam penulisan
berita. Akibatnya, kebebasan, baik “bebas dari”
maupun “bebas untuk” yang melekat pada dunia
pers tanpa disertai peningkatan upaya profesional
untuk memegang teguh kepercayaan masyarakat
(pembaca) akhirnya menghasilkan media yang
menampilkan berita-berita bombastis,
melodrama, mistik, eksploitasi seksual, dan
cenderung pada taraf pengungkapan konflik.

Anda mungkin juga menyukai