Anda di halaman 1dari 48

PRE EKLAMPSIA

PreEklampsia / Eklampsia = HDK


Hipertensi dalam kehamilan (HDK)
Preeklampsia : Kehamilan > 20 minggu
Penyulit kehamilan – dikenal sejak 2200 tahun SM
Sampai sekarang masih tetap dijumpai dengan masalah
yang sama dan etiologi yang belum jelas.
Definisi  Perubahan Definisi
Dulu definisi PE ditandai dengan gejala Triad :
Yaitu komplikasi / penyulit kehamilan setelah umur
kehamilan 20 minggu dengan ditandai hipertensi,
oedema dan proteinuria .

SAAT INI :
Dengan gejala Hipertensi dan Proteinuri atau
Trombositopeni, gangguan fungsi ginjal, gangguan
fungsi liver, gejala cerebral, oedema paru.
KEJADIAN : 2 – 8 %

PENYEBAB : belum dapat dipahami secara


keseluruhan,
namun kelainan :
-genetik, placenta, respon imun
dan penyakit vaskuler ibu di-
perkirakan sebagai faktor resiko
terjadinya PE.
TEORI SAAT INI :

Kegagalan Invasi Trofoblas yang disertai


Maladaptasi Imunologis  mengakibatkan
terciptanya ketidak seimbangan
Faktor Angiogenik dan Proinflamasi
 akan menghasilkan Stress Oksidatif
 menyebabkan Injuri pada Endotel pembuluh
darah di plasenta dan uterus
Injuri pada Endotel pembulih darah
di plasenta dan uterus.

Endotel pembuluh darah mempunyai peranan


yang begitu besar dalam sistem cardio vaskuler

Endotel menjaga keseimbangan hemostasis


Vaskuler.
Kerusakan struktur endotel dan fungsinya
merupakan inti dalam patofisiologi PE .
(berperan penting pada patofisiologi PE)

PE adalah penyakit sistemik yang ditandai :


-disfungsi endotel yang difuse
-vasospsme
-peningkatan stress oksidasi  defisiensi
anti oksidan
-hiperlipedemia
-aktivasi sistem koagulasi
Kerusakan struktur endotel 

- meningkatnya tromboxan  vasokonstriktor kuat


-menurunnya prostasiklin  vasodilator kuat
-kadar fibronektin meningkat
-produksi endotelin-1 meningkat  vasokonstriktor
-aktivasi trombosit meningkat
-dll.
Pada HDK tromboxane > prostacylin
Vasokonstriksi
Merangsang agregasi trombosit.

4. Trombosit   trombositopenia
Faktor-faktor PB darah 

Kerusakan Endothel
Ciri-ciri HDK
1. Vasospasme / vasokonstriksi  HT
2. Vasospasme  hipoxia endothel  kerusakan endo-
thel  kebocoran arteriole  perdarahan-
perdarahan mikro
- Hipovelemik Vasospasme

Hemokensentrasi
3. Pada HDK tubuh menjadi peka terhadap rangsangan
angiotensin II maupun chatecholamin ( hormon vaso-
aktif )  HT
Kepekaan ini ini karena terganggunya keseimbangan
kadar prostacylin dan tromboxance pada endothel PB
darah
Pengamatan Klinik
- Terjadi terutama pada Po  Imunologi
- Pada kehamilan tanpa janin – mola  bukan F. janin
tetapi F. Trofoblast.
- Frekuensi  dengan luasnya trofoblast (mola, gemelli)
 F. Trofoblast ( hyperplacentosis ), Imunologi
- Sembuh dengan lahirnya placenta  F. Trofoblast
- Kejadian  pada penyakit vaskuler kronik ( HT, DM )
 F. Ischemia Utero Placenta
- Predisposisi Familier  F. Genetik ?
- Terjadi pada manusia  F. Hormonal ?
Tidak dikenal lagi PE ringan, sedang dan berat.
Yang dianut saat ini :
Pre Eklamsia (Tidak Berat)
Pre Eklamsia Berat
PE Berat 
T > 160/110, sakit ulu hati, gangguan cerebral
(sakit kepala dan gangguan penglihatan),
proteinuria, oliguri, kreatinin serum > 1,1 mg%,
trombositopeni < 100.000/ml, SGOT/SGPT > 2X,
PJT dan oedema paru.
Pembagaian lain :
Early Onset Pre Eklamsia 
- terjadi < 34 mg kehamilan
- pathogenesa karena kelainan Plasenta
- prognosa lebih jelek
- penanganan lebih aktif
Late Onset Pre Eklamsia 
- terjadi > 34 minggu kehamilan
- pathogenesa karea kelainan maternal
- prognose lebih baik.
Kejadian Eklamsia dapat dicegah dengan
pengelolaan PE secara adekuat :
pemberian Antihipertensi
pemberian MgSO4
terminasi kehamilan

Pemberian MgSO4 selain mencegah kejang, juga


untuk : mencegah kelahiran prematur
brain protector mencegah CP
terutama untuk kehamilan < 32 minggu.
Pencegahan PE yang dianjurkan :
pemberian Aspirin dosis rendah (Aspitet)
pemberian Calcium
sejak kehamilan 16 minggu.

Pemberian Anti Oksidan dan Anti Inflamasi


(Statin) dan Stem Cell masih terus dilakukan
penelitian.

Pemberian Antihipertensi  Metildopa, Nifedipin


secara peroral, Nicardipin secara parenteral.
Diagnosa
Kenaikan tekanan darah setelah keha-
milan 20 minggu.
Kenaikan tekanan darah ringan pada
ibu hamil belum tentu PE.
 gestational high blood pressure,
PE bila disertai proteinuria (pem. dipstick)
PE ( Pre Eklampsia)
- T = 140/90 – 160/110, Proteinuria : + (oedema)
PEB ( Pre Eklampsia Berat )
- T  160/110 mmHg, Proteinuria : ++/>,
(oedema)
- Gangguan cerebral (sakit kepala) & gangguan
penglihatan, nyeri epigastrium, oliguri, oedema
paru
- Trobosit < 100.000 mm3 , Serum Kreatinin >1,1
- SGOT/SGPT meningkat >2X
- Sindroma HELLP, PJT
PENATA LAKSANAAN
Penatalaksanaan ibu dg. PE bertujuan :
-mengurangi komplikasi kehamilan
- menghindari prematuritas
- memaksimalkan keselamatan ibu dan
bayi
Memperlambat tindakan pada kehamilan
dapat mengarah pada perburukan PE 
insufisiensi plasenta dan disfungsi
organ ibu  mortalitas ibu dan bayi.

Disfungsi organ-organ maternal yang ber-


hubungan dg. PE dapat berupa :
Eklampsia dan Sindroma HELLP
PE (PE tidak berat) :
Bedrest,
asupan suplemen kalsium,
aspirin dosis rendah.

Terminasi kehamilan dilakukan bila kehamilan


sudah diatas 37 mingg.
PE BERAT DIBAGI 3 KELOMPOK :
1. Pada kehamilan < 24 minggu  MgSO4 dan
terminasi kehamilan.
2. Pada kehamilan 25 – 34 mg, ibu dalam ke-
adaan sindroma HELLP, syok, eklmpsia,
oedema paru, gawat janin, solusio plasenta 
MgSO4 dan terminasi kehamilan.
Bila tidak ada komplikasi 
MgSO4, monitoring janin dan tekanan darah
setiap hari, pemberian kortikosteroid,
Terminasi kehamilan > 34 mg / > 37 mg.
3. PE berat dan kehamilan > 34 minggu dan ada
komplikasi  MgSO4 dan terminasi kehamilan.

Bila tidak ada komplikasi, kehamilan >34mg


MgSO4, monitoring janin dan tekanan darah
setiap hari, kortikosteroid.
Terminasi kehamilan > 37 minggu (tergantung
fasilitas perawatan neonatus disetiap RS)
Target perawatan diusahakan sampai aterm,
Dengan catatan tekanan darah stabil, bahkan
menurun, serta tidak ada penyulit / komplikasi.

Terminasi kehamilan :
Secara Pervaginam masih menjadi pilihan utama.
Tindakan SC dilakukan sesuai indikasinya.
CARA PEMBERIAN MgSO4 :
Pemberian melalui intravena secara kontinyu
(infus dengan infusion pump).

1. Dosis awal :
4 gram MgSO4 (10 cc MgSO4 40%) dilarutkan
dalam 100 cc Ringer Lactat, diberikan selama 15-
20 menit.
2. Dosis pemeliharaan :
10 gram dalam 500 RL diberikan dengan kece-
patan 1-2 gram / jam ( 20 – 30 tetes / menit).
MgSO4 dihentikan ;

-Bila ada tanda-tanda intoksikasi


-Setelah 24 jam pasca persali nan
-Setelah 6 jam pasca persalinan sudah terjadi
perbaikan tekanan darah (normotensif)
Syarat-syarat pemberian MgSO4 :

-Frekuensi pernafasan > 16 X permenit


-Refleks patella (+) kuat
-Produksi urine > 30 cc dalam 1 jam sebelumnya
(0,5 cc /kg BB / jam).
-Harus ada antidotum MgSO4 
Kalsium Glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc)
diberikan i.v dalam waktu 3–5 menit.
CARA PEMBERIAN KALSIUM
GLUKONAS :
Kalsium Glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc)
diberikan i.v dalam waktu 3–5 menit.
Organ-organ yang mengalami kerusakan :
Ginjal : Perfusi ginjal   GFR 
- S. Creat 
- As. Urat 
- Proteinuria 
Hepar : Kerusakan sel-sel hepar  LFT  (Nekrosis
hemoragik periportal )
Otak :
- Konsumsi O2 ke otak 
- Kepekaan otak   kejang
- Retinal detachment  gangguan visus  sembuh
1 minggu
Utero Placental : Perfusi  akibat vasospasme
Pencegahan
Preeklampsi Ringan X PEB X EKL
1. Pencegahan Primer
– Menghindari penyakit dengan menghilangkan
faktor resiko
2. Pencegahan Sekunder
– Deteksi dini sebelum ada gejala klinik, sehingga
komplikasi bisa dicegah.
3. Pencegahan Tertier
• Menyembuhkan / mengobati gejala klinik /
komplikasi yang sudah terjadi.
Pencegahan primer
- Jangan hamil  tidak mungkin
- Faktor resiko
didalam proses kehamilan  tidak mungkin
dihilangkan
diluar proses kehamilan  gizi
Jadi pencegahan primer  sukar

Pencegahan Sekunder
- Diagnosa dini
- Terapi dini
Tujuan : PER X PEB X EKL
Deteksi Dini
- ROT , MAP, Lab.
Terapi dini
1. Hipovolemia  normovolemia ( hipervolemia )
– Tirah baring kesatu sisi
– Merendam tubuh didalam air hangat suhu > 32° C
– Infus cairan hiperosmolar
2. Vasokonstriksi pb darah  vasodelatasi
Obat anti hipertensi  Methyldopa, Nifedipine (oral)
Injeksi :
Diet asam lemak tak jenuh

Vit E + Diet As. Lemak tak jenuh ( minyak ikan )

Tx antioksidan – Vit E / Tocopheryl

Aspirin ( Tromboxane , Prostacylin  )


Radikal Bebas

Vit E
Bereaksi dengan
Asam Lemak Tak Jenuh

Kerusakan sel
Pencegahan Tertier
Pencegahan kejang ( mencegah eklampsia )

MgSO4
Preeklampsia Ringan
Pencegahan
1. Kehamilan 20 mg – 28 mg
2. Primi ≤ 21 th dan > 30 th
3. Riwayat persal. yang lalu  PE atau keluarga  PE
4. Pend. Gemuk  BB (kg)
2 = > 25
TB (m)
5. HT. kronik, DM
6. Gemelli, hidramnion, anak besar
MAP = S+2D
= > 85
3
ROT : > 25

Tx : Aspirin 60 – 80 mg
Calc 0,8 – 1,2 g
Vit E 100 µ
Sampai aterm
Rawat Jalan
Banyak istirahat tidur miring
Diet  Tinggi protein, rendah K.H
Lab : Hb, PCV
As. Urat
Trombosit
USG / NST
Tx : Aspirin
Calc
Vit E / Antioksidan
Rob.
Rawat Inap
Cenderung ke Pre Eklampsia Berat
Keadaan janin jelek
Bedrest total
Lab : Hb, PCV, As. Urat, Trombosit, LFT/RFT, UL
Obat : sama
Dirawat : minimal 4 hari.

Preeklampsia Ringan
KE  BB Ibu  > ½ kg / minggu; > 2 kg/bulan
> 13 kg / selama kehamilan
DD : - HT Kronik
- Transient Hipertensi
Pre Eklampsia Berat
Oliguri
< 500 cc/24 jam
S. Creatin 
• Gangguan visus
• Gangguan cerebral
• Nyeri epigastrim
• Hyperrethxia
• Hellp Syndrome
Perawatan  MRS
1. Konservatif
- Prematur < 34 minggu
- Tidak ada tanda-tanda PEB
Pengobatan :
- Bedrest
- RL / D5
- Anti HT
- Lab
- Ukur produksi urine 24 jam
- Obat : Aspirin, Calc, Vit E + Antioksidan, Rob, Anti HT
- Diet tinggi protein, rendah KH
2. Aktif
* Bila janin  > 34 minggu
* Ada gejala-gejala impending eklampsia
* Janin jelek / fetal distress
* Adanya Hellp Syndrome
 Bayi dilahirkan
Bisa induksi – Prostaglandin ( Prostin E )
Bisa SC
MgSO4  i.v. 4 gr 20% , dilanjutkan drips
EKLAMPSIA

Eklampsia adalah kelainan akut pada PE ri-


gan atau berat dalam kehamilan, persa-
linan atau nifas yang ditandai dtimbulnya
kejang dengan atau tanpa penurunan
kesadaran (gangguan sistem saraf pusat)
Eklmpsia terjadi bila PE tidak terdiagnosa
dini dan tidak diawasi penatalaksanaan se-
cara ketat.

Komplikasi PE :
-Eklampsia -Gagal Ginjal Akut
-Sindroma HEIIP -Gagal Hati Akut
-Stroke -Solusio Plasenta
-Oedema paru -Gagal multi organ
 kematian.
Diferensial Diagnosa dengan :

Epilepsi
Ensepalitis
Meningitis
Kejang karena kelainan SSP yang lain.
EKLAMPSIA  Prinsip penanganan :
1. Menghentikan kejang / mencegah kejang :
MgSO4 Fulldose
2. Mengatasi / mencegah komplikasi:
Antihipertensi Nifedipin 10 g peroral dapat diulang
setiap 30 menit (max 120 mg/24 jam) sampai
terjadi penurunan MABP 20%, selanjutnya dosis
maintenens 3 X 10 mg.
Nikardipin injeksi 1 amp (10mg) dalam larutan 50
cc diberikan secara mikro dripsbila T >180/110.
3. Memperbaiki k.u. resusitasi, kardiotonik.
4. Melahirkan bayi
SINDROMA HELLP / HELLP SYNDROME
Kumpulan gejala Hemolysis, Elevated Liver
enzym dan Low Platelet yang merupakan gejala
utama sindroma ini.

Diagnosa :
gambaran hemolisis pada hapusan darah tepi 
sel2 Spherocyte. Schistocyte. Triangular, Burr.
Kadar Bilirubin total > 1,2 mg%.
LFT meningkat
Trombosit < 100.000 mm3
Prinsip penanganan :
1. Mencegah kejang : MgSO4
2. Mengatasi / mencegah komplikasi:
Antihipertensi Nifedipin 10 g peroral dapat diulang
setiap 30 menit (max 120 mg/24 jam) sampai
terjadi penurunan MABP 20%, selanjutnya dosis
maintenens 3 X 10 mg.
3. Resusitasi, keseimbangan cairan elektrolit
4. Transfusi Trombosit
5. Terapi konservati bila kehamilan < 34 mg. TD
terkontrol <160/110, Urine > 30cc/jam,
tidak ada nyeri ulu hati,
Kortikosteroid pematangan paru janin.

Anda mungkin juga menyukai