Denny Andhika J100160024 Firdha Rizky Amalia J100160021 Irma Riskima J10160051 Fardisha Refanzie Asri J100160052 Safitri J100160036 Kasus stroke mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi untuk akhir-akhir ini, diprediksikan akan semakin meningkat di tahun-tahun yang akan datang. Kompleksitas problem. pasca stroke juga semakin berkembang, tergantung seberapa luas kerusakan sel saraf di otak. Untuk memahami lebih mendalam tentang fisioterapi untuk kasus stroke akan di bahas mengenai definis, patofisiologi, hasil-hasil penelitian tentang fisioterapi untuk kasus stroke, diagnose fisioterapi pada DEFINISI STROKE
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika
pasokan darah ke otak terputus akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga terjadi kematian sel-sel pada sebagian area di otak. TANDA DAN GEJALA
Penderita stroke biasanya menunjukkan
beberapa gejala dari kelima gejala stroke yaitu pasien tiba-tiba merasakan mati rasa/lemah pada wajah, lengan, tungkai khususnya pada separo badan; pasien tiba-tiba merasa bingung, sebagian besar pasien diikutidengan gangguan bicara; pasien tiba-tiba ada masalah dengan pengliatannya baik satu maupun kedua matanya; pasien tiba-tiba ada masalah dengan berjalan, merasa pusing, kehilangan PATOFISIOLOGI Stroke merupakan gangguan central nervous system (CNS). Dua hal yang terkait dalam organisasi CNS untuk fungsi perbaikan adalah redundancy dan plasticity. Redundancy mengimplikasikan adanya kelebihan kapasitas tertentu dari CNS, sehingga bila ada kehilangan jaringan yang terbatas saja dapat segera dikompensasikan. Plasticity dapat bermanfaat dan merugikan jika LANJUTAN Secara umum mekanisme pemulihan stroke dibagi menjadi 2 kategori yaitu : pemulihan awal dan pemulihan lanjutan (Teasell et al., 2005). A).Pemulihan awal (proses lokal), Terjadi resulosi edema yang terjadi dalam hitungan minggu sampai 2 bulan, resolusi pada area penumbra yang mengalami iskemia, terjadi dalam hitungan jam sampai minggu, resolusi depresi fungsional/diaschisis, terjadi dalam hitungan jam sampai bulan. B).pemulihan lanjutan (reorganisasi CNS), Terjadi perubahan neurotransmitter PROSES PERBAIKAN SEL-SEL SARAF 1. Tahap hiperacute / akut (rehabilitasi) - (H) AR Pada fase ini stroke berlangsung 0sampai 24 jam. Fase ini ditandai dengan diagnosa medis dan pencegahan kerusakan progresif pada otak dan komplikasi sekunder.
2. Fase rehabilitasi awal – ER
Pada fase ini berlangsung dari 24 jam sampai 3bulan. Fase ini ditandai dengan rehabilitasi yang bertujuanmemulihkan fungsi dan, jika itu tidak mungkin, belajar kompensasistrategi, untuk menghindari atau mengurangi keterbatasankegiatan dan pembatasan partisipasi. LANJUTAN 3. Fase rehabilitasi terlambat – LR Pada fase ini berlangsung 3 sampai 6 bulan. Fase ini merupakan kelanjutan fase ER, yang menekankan pencegahandan pengurangan keterbatasan aktivitas dan batasandari partisipasi. Jika perlu, adaptasi terhadap pasienlingkungan fisik diimplementasikan dan perawatan di rumahdiatur. 4. Rehabilitasi dalam fase kronis – RC Pada fase ini bisa lebih dari6 bulan. Fase ini ditandai dengan dukungan dan konselinguntuk pasien (yaitu DIAGNOSA STROKE Perumusan diagnose fisioterapi untuk kasus stroke berdasarkan ICF akan dipilah menjadi 3 fase: A. Fase awal Fase awal diawali dari 1 x 24 jam setelah serangan sampai dengan 3 bulan. Perumusan diagnose fisoterapi berdasarkan problem yang ditemui, sehingga untuk masing-masing pasien bisa mempunyai diagnose yang berbeda. Secara umum akan diberikan gambaran berbagai macam diagnose fisioterapi yang bisa dirumuskan pada fase awal. 1).Body function and structures,meliputi Fungsi mental Fungsi sensori dan nyeri Gangguan bicara Gangguan gerak, yang meliputi fungsi gerak, fungsi otot dan fungsi sendi. 2). Activities and participation Kemampuan berguling Kemampuan bangun Keseimbangan duduk Kemampuan duduk ke posisi berdiri Kemampuan transfer dari tepat tidur ke lokasi lain, seperti kursi roda, kursi maupun tempat lain Kemampuan berjalan B.Fase lambat Fase lambat adalah fase dari 3 bulan setelah serangan sampai dengan 6 bulan. Problem yang muncul untuk masing- masing pasienpun juga bervariasi, tergantung pada penanganan awal. Namun secara umum rumusan diagnose fisioterapi bisa dirumuskan antara lain: 1).Body function and structures Body function and structures, meliputi: a.Fungsi sensori dan nyeri. b. Gangguan gerak. 2). Activities and participation, meliputi: a.Kemampuan duduk yang tidak seimbang b.Pola berjalan yang tidak benar. C C. Fase Kronik Fase kronik adalah fase setelah 6 bulan pasca serangan. Secara umum rumusan diagnose fisioterapi pada fase ini meliputi: 1).Body function and structures Problem function and structures antara lain; a.Nyeri b.Tingkat spastisitas yang tinggi c.Kontraktur otot yang mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi d.Posture 2). Activities and participation PROSES FISIOTERAPI Proses fisioterapi pada pasien stroke melalui berbagai tahapan, yaitu : a. menegakkan dignosa . b. proses terapi atau intervensi. c. mengevaluasi, memonitor, merecord danmembuat kesimpulan. CLINICAL REASONING
Taksonomi intervensi rehabilitasi yang
berdasarkan pada kerja dari studi rehabilitasi stroke (DeJong, 2004) menyediakan model dengan mendeskripsikan tipe kunci dari intervensi rehabilitasi dan keragaman serta kompleksitas terapi rehabilitasi. Taksonomi ini menampilkan bahwa intervensi neuromuskular dan muskuloskeletal berperan dalam memberikan bantuan praktis aktivitas fungsional. Intervensi tambahan menggunakan atribut kognitif, persepsi dan sensori yang dapat digunakan untuk meningkatkan ketrampilan tambahan. Seperti intervensi yang dapat diberikan terapi dengan atau EDUKASI PASIEN Program edukasi sangat diperlukan untuk pasien terutama kalau pasien sudah dirawat dirumah. Edukasi ini bertujuan untuk membantu program terapi bagi pasien sendiri, pasien merasakan pentingnya latihan sendiri dirumah, dan mencegah komplikasi sekunder yang akan terjadi. Program edukasi diperuntukkan bagi pasien sendiri dan keluarga. Program edukasi yang bisa diberikan antara lain: a).Mengajarkan posisioning untuk pasien. b).Tata cara pasien dalam beraktifitas dirumah, misalnya cara bangun, cara duduk, cara transfer, ambulansi, dan lain-lain. c).Penempatan sarana yang diperlukan apsien untuk mempermudah aktivitasnya, misalnya letak kursi roda, walker, meja, maupun peralatan yang lain. d).Melakukan gerakan-gerakan yang sederhana di rumah, misalnya selalu menggerakakkan anggota geraknya.