Suspek Hemofilia
Oleh :
Cynthia Granita Ikramia
Pembimbing :
Dr. Ifo Faujiah Sihite, M.Ked (Ped), Sp.A
Pendahuluan
• Faktor pembekuan darah menghentikan
perdarahan setelah terjadi trauma, mencegah
terjadinya perdarahan spontan.
• Penderita hemofilia tidak memiliki faktor
pembekuan yang cukup dalam darahnya.
• Hemofilia dibagi menjadi 3 yaitu Hemofilia A
(FVIII), Hemofilia B (FIX), Hemofilia C (FXI).
Identitas Pasien
• Nama : An. M
• Umur : 3 tahun 2 bulan
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• BB : 11 kg
• TB : 93 cm
• Status Gizi : Z score <-2 SD
• Tanggal Masuk: 23 Juni 2018
Alloanamnesis
• Keluhan Utama
• Perdarahan pada dagu kiri yang tidak berhenti sejak 1
hari SMRS.
• Diagnosis Kerja :
• Anemia Berat ec Susp Hemofilia
• Diagnosis Banding :
• Anemia Berat ec Perdarahan Akut
Tatalaksana
• IVFD D5 ¼ NS 8 tpm
• Inj. Ceftriaxon 1x750mg
• Inj. As. Traneksamat 3x100 mg
• Inj. Vit. K 1x1 mg
• Transfusi PRC sampai HB >10 g/dl
Prognosis
• Quo ad Vitam : Bonam
• Quo ad Functionam : Bonam
• Quo ad Sanationam : Dubia ad Malam
Follow Up
Analisa Kasus
• Anamnesis : • Hal ini menunjukkan bahwa
• Perdarahan dari dagu kiri perdarahan menyebabkan
• Tampak pucat anemia dan syok ringan-
sedang.
• Anak rewel.
• Adanya gangguan pada proses
• Sering lebam pada lutut, pembekuan darah, baik akibat
pantat dan tangan sejak kecil. defisiensi faktor pembekuan
darah atau dikarenakan
• Kakek pasien dari pihak ibu trombositopenia.
memiliki keluhan lebam yang
sama. • Adanya suatu faktor yang
menyebabkan perdarahan
pada pasien yang tidak
kunjung berhenti.
• Pemeriksaan • Adanya fokus perdarahan.
laboratorium
• Leukositosis • Adanya anemia defisiensi
• Trombositosis besi atau akibat penyakit
• Anemia kronis disamping adanya
perdarahan.
• Penurunan MCV dan MCH
• SADT yang memberikan
kesan anemia hiporkrom
mikrositer
• Diperlukan pemeriksaan untuk menepis diagnosis
hemofilia pada pasien dengan memeriksa kadar
FVIII dan FIX.
• Pasien diberikan antibiotik untuk mencegah
infeksi lebih lanjut selagi menunggu tatalaksana
lebih lanjut untuk perdarahan pada dagu pasien.
• Selain itu juga diberikan injeksi asam traneksamat
dan vitamin K untuk membantu proses
pembekuan darah dan menghentikan
perdarahan.
Tinjauan Pustaka
• Definisi
• Hemofilia adalah penyakit gangguan
pembekuan darah yang bersifat herediter.
• Hemofilia A disebabkan kekurangan FVIII
• Hemofilia B disebabkan kekurangan FIX
• Hemofilia C disebabkan kekurangan FXI.
Epidemiologi
• Insiden Hemofilia A adalah 1:5.000-10.000
kelahiran bayi laki-laki.
• Insiden Hemofilia B adalah 1:30.000-50.000
kelahiran bayi laki-laki.
• Hemofilia C sering dijumpai pada orang Yahudi
Ashkenazi, tetapi juga dijumpai pada
kelompok etnis lain.
Patofisiologi
Gambaran Klinis
• Hemofilia Ringan
• Trauma yang besar mencetuskan perdarahan, tetapi
tidak perdarahan spontan.
• Hemofilia Sedang
• Trauma sedang mencetuskan episode perdarahan.
• Hemofilia Berat
• Perdarahan spontan atau perdarahan akibat trauma
minor. Perdarahan yang paling sering terjadi di otot
dan sendi.
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
• Perdarahan akibat • Lokasi perdarahan
trauma/spontan yang • Tanda-tanda syok
lama/tidak berhenti.
• Sering bengkak dan lebam
pada sendi.
• Riwayat kelainan yang sama
dalam keluarga.
Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Pasti
• CT • Riwayat perdarahan yang
• APTT sulit berhenti
• Kadar FVIII • Pemanjangan CT dan APTT
• Kadar FIX • Kadar FVIII/FIX dibawah
normal
Diagnosis Banding
• Trombositopenia berat
• Gangguan fungsi platelet yang berat seperti
sindrom Bernard-Soulier dan Glanzmann
Trombasthemia, penyakit Von Willebrand tipe
3, dan defisiensi vitamin K.
Tatalaksana
Perdarahan Akut pada
Prinsip Umum Sendi/Otot
• Pencegahan terjadinya perdarahan. • RICE (rest, ice, compression,
• Tatalaksana perdarahan akut sedini elevation).
mungkin (dalam waktu < 2 jam).
• Dalam waktu < 2 jam pasien
• Tatalaksana perdarahan berat di rumah harus mendapat replacement
sakit yang mempunyai fasilitas
pelayanan hemofilia yang baik. therapy FVIII/FIX.
• Pemberian suntikan intramuskular • Untuk perdarahan yang
maupun pengambilan darah vena/arteri mengancam jiwa (intrakranial,
yang sulit, sedapat mungkin perlu intraabdomen atau saluran
dihindari. napas), replacement therapy
• Pemberian obat-obatan yang dapat harus diberikan sebelum
mengganggu fungsi trombosit seperti pemeriksaan lebih lanjut.
asam asetil salisilat dan NSAID juga
harus dihindari. • Bila respon klinis tidak membaik
• Sebelum menjalani prosedur invasif setelah pemberian terapi dengan
harus diberikan FVIII/FIX. dosis adekuat, perlu pemeriksaan
kadar inhibitor.
• Perhitungan Dosis
• FVIII (unit) = BB (kg) x % (target kadar plasma –
kadar FVIII pasien) x 0.5
• FIX (unit) = BB (kg) x % (target kadar plasma –
kadar FIX pasien)
• Untuk FXI, 1 unit/kg biasanya meningkatkan
konsentrasi FXI sebanyak 2%, sehingga
pemberian 10-15 unit/kg akan meningkatkan
kadar FXI menjadi 20-30%, yang cukup untuk
mengontrol perdarahan sedang
• Terapi profilaksis
• Pasien hemofilia berat atau ringan-sedang yang
sering mengalami perdarahan sendi berulang
• Pada pasien Hemofilia A diberikan 25-50 unit/kg
FVIII, diberikan secara intravena sebanyak 3x
dalam seminggu.
• Pada pasien Hemofilia B diberikan 50-100 unit
sebanyak 2x dalam seminggu.
• Mencegah terjadinya perdarahan terutama
perdarahan sendi yang dapat menyebabkan
artropati hemofilia.
• Replacement Therapi
• Desmopresin diberikan dengan dosis 0.3µg/kg,
yang akan meningkatkan kadar FVIII sebanyak 3-
6x dari baseline. Desmopresin diberikan dengan
cara dilarutkan dalam 50-100 ml normal saline,
diberikan melalui infus perlahan dalam 20-30
menit.
• Desmopresin dapat diberikan secara intranasal
dengan menggunakan preparat desmopresin
nasal spray. Dosis desmopresin nasal spray
300µg setara dengan dosis intravena 0.3µg/kg.
• Asam Traneksamat
• Indikasi : perdarahan mukosa seperti epistaksis
dan perdarahan gusi.
• Kontraindikasi pada pasien dengan perdarahan
saluran kemih karena dapat menyebabkan
obstruksi saluran kemih akibat bekuan darah.
• Dosis 25 mg/kg/kali, diberikan sebanyak 3x/hari,
secara oral/intravena dan dapat diberikan selama
5-10 hari.
Prognosis
• Evaluasi pasien hemofilia dilakukan setiap 6-12
bulan sekali berupa status muskuloskeletal,
transfusion related infection (terutama pada
pasien yang mendapatkan transfusi
kriopresipitat/FFP), kesehatan gigi dan mulut,
vaksinasi dan adanya inhibitor.
• Komplikasi jangka panjang hemofilia A dan B
adalah artropati kronis, pembentukan inhibitor
FVIII/FIX, dan risiko infeksi terkait transfusi.
Daftar Pustaka
1. Tambunan, KL. Widjanarko, A. Kelainan Hemostasis Bawaan. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. 2010. Jakarta: Interna Publishing.
2. Elzhinga, HS. Hemophilia. Hematology. 2012.
Http://www.Hemophilia.html
3. Pudjiadi, AH. DKK. Pedoman Pelayanan Medis IDAI. 2009.
4. Scott, JP. Montgomery, RR. Hereditary Clotting Factor Deficiencies.
Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Elsevier.
5. http://oregonstate.edu/instruct/bb450/450material/OutlineMate
rials/15EnzymeRegulationII/4IntrinsicExtrinsic.jpeg
6. Roberts, HR. Pediatric Hemophilia: Diagnosis, Classification, and
Management. https://www.medscape.org/viewarticle/721932
Terima Kasih