Oleh :
Dhea Ananda
NIM. A2R17007
Uraian Kasus :
Seorang laki-laki Tn. N usia 46 tahun dirawat di ruang penyakit dalam keluhan berak hitam
dan muntah darah. Muntah darah kehitaman seperti kopi sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit, frekuensi 4-5 kali dan volume seperempat gelas tiap kali muntah. Disertai nyeri ulu hati
dengan skala 5, nyeri sepertik ditusuk-tusuk, nyeri muncul sewaktu-waktu, nyeri semakin berat
saat klien makan banyak dan berkurang saat bedrest, klien juga merasa mual, dan mengalami
muntah. klien merasa lemah dan nafsu makannya menurun. Pada hasil pemeriksaan didapatkan
TTV : HR 112 x/menit, TD : 90 mmHg/palpasi, S : 36,5 oC, RR : 20 x/menit. Nadi terasa lemah,
turgor kulit kembali dalam 5 detik, volume urin 700 cc/hari, kesadaran CM dengan GCS 4-4-5,
membrane mukosa tampak pucat dan kering, konjungtiva anemis, berat badan menurun sebelum
sakit 57 kg dan saat sakit 50 kg dengan tinggi badan 170 cm, makan habis hanya ¼ porsi, otot
pengunyah lemah, klien tampak bersikap protektif dengan memegangi ulu hati, klien tampak
meringis dan gelisah, klien sulit tidur saat nyeri timbul, klien mengalami diaphoresis
(berkeringat), pemeriksaan bising usus didapatkan 32x/menit. Pemeriksaan lab didapatkan
hemoglobin 8 gr/dl (normal: 13.5-18.0 gr/dl), hematokrit 14,3 % (normal: 40-54%), MCV 82,4 fl
(normal: 80-94 fl), MCH 28,7 pg (normal: 27- 32 pg), trombosit 66 K/uL (normal: 150-440 K/uL
), waktu protrombin (PT) : 21 detik (normal: 12- 18 detik), APTT : 96 detik (normal: 22.6-35
detik), Albumin : 3,0 gr/dL (normal: 3,8 – 5,1 gr/dL). Klien didiagnosa medis hemofilia oleh
dokter.
A. Data Fokus
S : (Data Subjektif Pasien)
- Klien mengatakan tubuh terasa lemah
- Klien mengatakan nafsu makan menurun
- Klien mengatakan nyeri pada ulu hati
O : (Data Objektif Pasien)
- Frekuensi nadi meningkat. HR : 112 x/menit
- Nadi teraba lemah
- Klien muntah darah
- Berak hitam
- Tekanan darah menurun. TD : 90 mmHg/ palpasi
- Turgor kulit menurun : 5 detik
- Volume urin menurun = 700 cc/hari
- Kesadaran compos mentis
- GCS : 4-4-5
- Suhu : 36,5oC
- Membrane mukosa kering
- Berat badan sebelum sakit : 57 kg. saat sakit : 50 kg dengan tinggi 170 cm
- Makan habis ¼ porsi
- Otot pengunyah lemah
- Klien tampak memegangi ulu hati
- k/u lemah
- Klien tampak meringis
- Klien mengatakan sulit tidur saat nyeri timbul
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak diaphoresis (berkeringat)
- Membrane mukosa pucat
- Konjungtiva anemis
- Bising usus : 32 x/menit
- Klien mengalami muntah darah 4-5 kali, volume = ¼ gelas
- Skala nyeri 5
A. Hasil Pemeriksaan Penunjang Medis :
1. Laboratorium :
- Hemoglobin 8 gr/dl (normal: 13.5-18.0 gr/dl)
- Hematokrit 14,3 % (normal: 40-54%)
- MCV 82,4 fl (normal: 80-94 fl)
- MCH 28,7 pg (normal: 27- 32 pg)
- Trombosit 66 K/uL (normal: 150-440 K/uL )
- Waktu protrombin (PT) : 21 detik (normal: 12- 18 detik)
- APTT : 96 detik (normal: 22.6-35 detik)
- Albumin : 3,0 gr/dL (normal: 3,8 – 5,1 gr/dL)
B. Diagnosa Medis : Hemofilia
C. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul :
1. Prioritas 1 : Hipovolemia
2. Prioritas 2 : Nyeri Akut
3. Prioritas 3 : Defisit Nutrisi
1. DEFINISI
Hemofilia merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara x-linked resesif
berdasarkan hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit ini terjadi
akibat kelainan sintesis salah satu faktor pembekuan, dimana pada hemofilia A terjadi
kekurangan F VIII (Antihemophilic factor), sedangkan pada hemofilia B terjadi
kekurangan F IX (Christmas factor). Hemofilia A mencakup 80-85% dari keseluruhan
penderita hemofilia. Dengan demikian hemofilia adalah penyakit koagulasi terutama
kekurangan factor VII, IX, XI, yang bersifat herediter. (Arkin dkk, 2005 dikutip oleh
Kosman, 2013).
Hemofilia merupakan penyakit genetik karena pengaruh gen lemah (resesif) yang
menempel pada kromosom X disebabkan oleh tidak adanya protein tertentu yang
diperlukan untuk penggumpalan darah. Para penderita hemofilia mengalami pendarahan
yang berlebihan ketika terluka.
Hemofilia berasal dari bahas Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima
yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang. Hemofilia adalah
suatau penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada
saat anak tersebut dilahirkan. Hemofilia adalah gangguan pendarahan yang disebabkan
oleh defisiensi herediter dan faktor darah esensial untuk koagulasi.
2. ETIOLOGI
Berikut beberapa etiologi dari terjadinya hemofilia adalah:
a. Faktor kongenital
Bersifat resesif autosomal herediter, kelainan timbul akibat sintesis faktor pembekuan
darah menurun. Gejala timbul perdarahan yang berlebihan setelah suatu trauma atau
timbul kebiruan pada kulit. Pengobatan dengan memberikan plasma normal atau
konsentrat faktor yang kurang atu bila perlu diberikan transfuse darah.
b. Faktor didapat
Biasanya disebabkan oleh defisiensi faktor dua (protrombin) yang terdapat pada
keadaan berikut:
1) Neonatus, terutama yang kurang bulan karena fungsi hati belum sempurna
sehingga pembekuan faktor darah khususnya faktor II mengalami gangguan.
Pengobatan dengan vitamin K umumnya sembuh sendiri.
2) Defisiensi vitamin K, dapat terjadi pada pasien ikterus obstruktif, vistula biliaris,
absorbsi vitamin K dari usus yang tidak sempurna atau karena gangguan
pertumbuhan bakteri usus.
3) Beberapa penyakit seperti sirosis hati, uremia sindrom nefrotik dan lain-lain
4) Terdapatnya zat anti koagulasi yang bersifat antagonistik terhadap protombin.
5) Disseminated intrafaskuler koogulasi (DIC) pengobatan ditunjukkan pada
penyakit primernya, misanya vitamin K di samping itu dapat diberikan darah,
plasma atau lainnya
3. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit ini bisa sangat berat yang ditandai dengan:
a. Memar besar dan meluas dan perdarahan ke dalam otot, sendi, dan jaringan lunak
meskipun hanya akibat trauma kecil.
b. Nyeri pada sendi sebelum tampak adanya pembengkakan dan keterbatasan gerak.
c. Perdarahan sendi berulang dapat mengakibatkan kerusakan kerusakan berat sampai
terjadi nyeri kronis dan ankilosis (fiksasi) sendi.
d. Kecacatan akibat kerusakan sendi.
e. Hematuri spontan dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi.
Ada pula penderita hemofilia dengan defisiensi yang ringan, mempunyai sekitar 5% dan
25% kadar faktor VIII dan IX normal. Pasien seperti ini tidak mengalami nyeri dan
kecacatan pada otot maupun perdarahan sendi, namun mengalami perdarahan ketika
cabut gigi atau operasi. Nemun demikian, perdarahan tersebut dapat berakibat fatal
apabila penyebabnya tidak diketahui dengan segera.
4. KLASIFIKASI
Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
a. Hemofilia A yang dikenal juga dengan nama :
1. Hemofilia klasik
Karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor
pembekuan pada darah.
2. Hemofilia kekurangan faktor VIII
Karena kekurangan faktor 8 ( Faktor VIII ) protein pada darah yang menyebabkan
masalah pada proses pembekuan darah.
b. Hemofilia B yang dikenal juga dengan nama :
1. Christmas disease : karena ditemukan untuk pertama kalinya pada seorang yang
bernama Steven Christmas asal Kanada.
2. Hemofilia kekurangan faktor IX : Terjadi karena kekurangan faktor 9 (Faktor IX)
protein pada darah yang menyebabkan masalah pada prosese pembekuan darah.
Menurut berat ringannya penyakit, Hemofilia diklasifikasikan menjadi beberapa
tingkatan yaitu:
a. Defisiensi berat:
1. Kadar faktor VIII 0-2% dari normal
2. Terjadi hemartros dan perdarahan berat berulang
b. Defisiensi sedang:
1. Kadar faktor VIII 2-5 % dari normal
2. Jarang menyebabkan kelainan ortopedik
3. Jarang terjadi hemartros dan perdarahan spontan
c. Defisiensi ringan:
1. Kadar faktor VIII 5-25 % dari normal
2. Mungkin tidak terjadi hemartros dan perdarahan spontan lain, tetapi dapat
menyebabkan perdarahan serius bila terjadi trauma / luka yg tidak berat / proses
pembedahan.
d. Subhemofilia
Kadar faktor 25-50% dari normal. Tidak mengakibatkaan perdarahan, kecuali bila
penderita mengalami trauma hebat dan pembedahan yang luas.
5. PATHWAY
Perdarahan
Nyeri Akut
Pola Napas Tidak Resiko Perfusi Perifer Resiko Cedera
Efektif Tidak Efektif
Hipovolemia
6. KOMPLIKASI
a. Timbulnya inhibitor.
Inhibitor adalah cara tubuh untuk melawan apa yang dilihatnya sebagai benda asing
yang masuk. Hal ini berarti segera setelah konsetrat faktor diberikan tubuh akan
melawan dan akan menghilangnya. Suatu inhibitor terjadi jika sistem kekebalan
tubuh melihat konsetrat faktor VIII atau faktor IX sebagai benda asing dan
menghancurkanya. Pada penderita hemofilia dengan inhibitor terhadap konsetrat
faktor, reaksi penolakkan mulai terjadi segera setelah darah diinfuskan. Ini berarti
konsetrat faktor dihancurkan sebelum ia dapat menghentikan pendarahan.
b. Kerusakan sendi akibat pendarahan berulang.
Kerusakan sendi adalah kerusakan yang disebabkan oleh perdarahan berulang
didalam dan disekitar rongga sendi. Kerusakan yang menetap dapat di sebabkan oleh
satu kali pendarahan yang berat ( Hemarthrosis ).
c. Infeksi yang ditularkan oleh darah.
Komplikasi hemofilia yang paling serius adalah infeksi yang ditularkan oleh darah.
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah:
a. Transfusi periodic dari plasma beku segar (PBS)
b. Pemberian konsentrat factor VIII dan IX pada klien yang mengalami perdarahan
aktif atau sebagai upaya pencegahan sebelum pencabutan gigi dan pembedahan
c. Hindari pemberian aspirin atau suntikan secara IM
d. Membersihkan mulut sebagai upaya pencegahan
e. Bidai dan alat orthopedic bagi klien yang mengalami perdarahan otot dan sendi.
Terapi suportif yang dapat diberikan pada penderita hemofilia adalah:
a. Pengobatan rasional pada hemofilia adalah menormalkan kadar faktor anti
hemophilia yang kurang.
b. Melakukan pencegahan baik menghindari luka atau benturan.
c. Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar aktivitas factor
pembekuan sekitar 30-50%
d. Untuk mengatasi perdarahan akut yang terjadi maka dilakukan tindakan pertama
seperti Rest, Ice, Compression, Elevation (RICE) pada lokasi perdarahan
1) Rest (istirahat), usahakan seseorang diistirahatkan dan tidak melakukan apapun.
2) Ice (kompres dengan menggunakan es), kompres ini berguna untuk menciutkan
pembuluh darah dan es juga bisa berfungsi sebagai penghilang nyeri.
3) Compression (ditekan atau dibalut), untuk mengurangi banyaknya darah yang
keluar.
4) Elevation (ditinggikan), usahakan daerah yang mengalami luka berada pada
posisi yang lebih tinggi.
e. Kortikosteroid, pemberian kortikosteroid sangat membantu untuk menghilangkan
proses inflamasi pada sinovitis akut yang terjadi setelah serangan akut hemartrosis.
Pemberian prednisone 0,5-1 mg/kg BB/hari selama 5-7 hari dapat mencegah
terjadinya gejala sisa berupa kaku sendi(artrosis) yang menggangu aktivitas harian
serta menurunkan kualitas hidup pasien hemofilia.
f. Analgetika. Pemakaian analgetika diindikasikan pada pasien hemartrosis dengan
nyeri hebat, dan sebaiknya dipilih analgetika yang tidak mengganggu agregasi
trombosit (harus dihindari pemakaian aspirin dan antikoagulan)
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji skining untuk koagulasi darah.
a. Jumlah trombosi ( normal 150.000 – 450.000 per mm3 darah ).
b. Masa protombin ( normal memerlukan waktu 11 – 13 detik ).
c. Masa tromboplastin parsial ( meningkat, mengukut keadekuatan faktor koagulasi
intrinsik ).
d. Fungsional terhadap faktor VII dan IX ( memastikan diagnosis )
e. Masa pembekuan trombin ( normalnya 10 – 13 detik ).
2. Biopsi hati : digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi dan
kultur.
3. Uji fungsi feal hati : digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit hati ( misalnya,
serum glutamic – piruvic trasaminase [ SPGT ], serum glutamic – oxaloacetic
transaminase [ SGOT ], fosfatase alkali, bilirubin ).
9. PENCEGAHAN
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut
dari hemofilia adalah:
a. Hindari trauma
b. Hindari mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi kerja trombosit yang
berfungsi membentuk sumbatan pada pembuluh darah, seperti asam salisilat, obat
antiradang jenis nonsteroid, ataupun pengencer darah seperti heparin.
c. Kenakan tanda khusus seperti gelang atau kalung yang menandakan bahwa ia
menderita hemofilia. Hal ini penting dilakukan agar ketika terjadi kecelakaan atau
kondisi darurat lainnya, personel medis dapat menentukan pertolongan khusus.
d. Pelihara kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut. Gigi dan mulut yang sehat akan
mengurangi risiko mencabut gigi. Jika tidak hati-hati, praktik cabut gigi bisa
menyebabkan pendarahan.
e. berhati-hatilah ketika beraktivitas. Jangan sampai terjatuh atau terluka. Terutama
bagi anak kecil.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
I. IDENTITAS
1. Nama : Tn. N
2. Umur : 46 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Jawa/ Indonesia
6. Bahasa : Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Pedagang
9. Alamat : Kedungwaru
10. Alamat yg mudah dihubungi : Kedungwaru
11. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri
II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN
1. Keluhan utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :
a. Alasan Masuk Rumah Sakit :
Tn.N mengeluhkan berak hitam dan muntah darah sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit disertai nyeri pada ulu hati
b. Keluhan Utama :
Nyeri ulu hati dan muntah darah
2. Riwayat Penyakit Sekarang ( PQRST ) :
ASKEP KMB
Pada tanggal 05/09/2021 pukul 05.00 Tn. N mengalami berak hitam dan muntah
darah kehitaman seperti kopi, tiap kali muntah disertai nyeri ulu hati, nyeri seperti
ditusuk benda tajam, skala nyeri 5 kemudian oleh keluarga dibawa ke RSUD Dr.
Iskak Tulungagung untuk mendapat perawatan masuk IGD zona kuning dan
kemudian masuk ruang virtual. Hasil pemeriksaan perawat, klien tampak lemah,
TTV : HR : 112x/menit, TD : 90 mmHg/palpasi, S: 36,5oC, RR : 20 x/menit. Nadi
terasa lemah, turgor jelek, volume urin 700cc/hari, kesadaran compos mentis
dengan GCS 4-4-5, membrane mukosa pucat, dan kering, berat badan : 50 kg,
tinggi badan : 170 cm, makan habis ¼ porsi, otot pengunyah lemah, bising usus: 32
x/menit.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Klien belum pernah masuk rumah sakit sebelumnya
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Ibu klien mempunyai riwayat penyakit seperti penyakit klien
III. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI
3. Masalah Tidur Nyeri ulu hati timbul Nyeri ulu hati timbul
4. Hal-hal yang
mempermudah tidur Suasana tenang Suasana tenang
5. Hal-hal yang
mempermudah pasien Nyeri timbul dan suasana gaduh Nyeri timbul dan suasana
terbangun gaduh
B. Pola Eliminasi
1. B A B
- Warna Hitam Hitam
- Bau Khas Khas
- Konsistensi Lengket Lengket
- Jumlah 3-4 gelas/hari 3-4 gelas/hari
- Frekwensi 1 x/hari 1 x/hari
- Kesulitan BAB Berak hitam Berak hitam
- Upaya mengatasi Pemberian terapi Pemberian terapi
2. B A K
- Warna Kuning Kuning
- Bau Amoniak Amoniak
- Konsistensi Cair Cair
- Jumlah 700 cc 700 cc
- Frekwensi 3x/hari 3x/hari
- Kesulitan BAK Tidak ada Tidak ada
ASKEP KMB
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
2. Minum
- Frekwensi Oral Oral
- Jenis 3-5 gelas/hari 3-5 gelas/hari
- Diit Air putih Air putih, susu rendah lemak
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Tidak ada Tidak ada
- Yang Tdk disukai Semua suka Semua suka
- Alergi Tidak ada Tidak ada
- Masalah minum Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
F. Kebiasaan
- Merokok 1 pack/hari Tidak dilakukan
- Alkohol Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Jamu, dll Tidak dilakukan Tidak dilakukan
ASKEP KMB
V. KONSEP DIRI
A. Gambaran Diri : Dari seluruh anggota tubuh klien paling menyukai
mata karena menurut klien matanya indah
B. Harga Diri : Klien percaya bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan
C. Ideal Diri : Klien bisa menjalankan perannya sebagai kepala keluarga
D. Identitas Diri : Klien dapat mendeskripsikan tentang
dirinya dan peran dalam keluarga
E. Peran : Klien berperan sebagai kepala keluarga
ASKEP KMB
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) : cekung
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Simetris
b. Lubang Hidung : Normal, tidak ada polip
c. Cuping hidung : Tidak terdapat pernapasan cuping
hidung
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris
Ukuran telinga : Normotia
Ketenggangan telinga : Tidak ada
b. Lubang telinga : Tidak ada serumen dan benjolan
c. Ketajaman pendengaran : Mampu mendengar suara bisikan
6. Leher
a. Posisi trakhea : Normal dan simetris
b. Tiroid : Tidak ada pembesaran
c. Suara : Tidak ada perubahan
d. Kelenjar Lymphe : Tidak ada pembesaran
e. Vena jugularis : Tidak ada JVD
f. Denyut nadi coratis : Teraba
D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit )
a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Hangat
c. Warna : Tidak sianosis
d. Turgor : Kembali dalam 5 detik
ASKEP KMB
e. Tekstur : Sedikit kering
f. Kelembaban : Kering
g. Kelainan pada kulit : Tidak ada
ASKEP KMB
- Bunyi jantung Tambahan : Tidak ada
- Bising / Murmur : Tidak ada
- Frekwensi denyut jantung : 112 x/menit
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Normal, datar
- Benjolan / Massa : Tidak ada benjolan
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen : Tidak terlihat
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 32 x/menit
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : Terdapat nyeri tekan pada ulu hati
- Benjolan / massa : Tidak ada benjolan
- Tanda-tanda ascites : Tidak ada
- Hepar : Tidak ada pembesaran dan nyeri tekan
- Lien : Tidak ada pembesaran dan nyeri tekan
- Titik Mc. Burne : Tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi
- Suara Abdomen : Timpani
- Pemeriksaan Ascites : Tidak ada ascites
ASKEP KMB
d. Kelainan – kelainan pada ekstrimitas dan kuku : Tidak
ada
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS :
Compos Mentis / E=4, V=4, M=5
2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) :
Tidak ada kaku kuduk
3. Syaraf otak( Nervus cranialis ) :
Tidak ada parese (kelemahan)
4. Fungsi Motorik :
Normal
5. Fungsi Sensorik :
Tn. N dapat membedakan sensasi panas, dingin, dan nyeri
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis
Bisep normal, Trisep normal, Patela normal
b. Refleks Patologis
Babinski normal, patologis lainnya juga normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Hemofilia
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :
1. Laboratorium
- Hemoglobin 8 gr/dl (normal: 13.5-18.0 gr/dl)
- Hematokrit 14,3 % (normal: 40-54%)
- MCV 82,4 fl (normal: 80-94 fl)
- MCH 28,7 pg (normal: 27- 32 pg)
- Trombosit 66 K/uL (normal: 150-440 K/uL )
ASKEP KMB
- Waktu protrombin (PT) : 21 detik (normal: 12- 18 detik)
- APTT : 96 detik (normal: 22.6-35 detik)
- Albumin : 3,0 gr/dL (normal: 3,8 – 5,1 gr/dL)
Mahasiswa
DHEA ANANDA
NIM. A2R17007
ASKEP KMB
ANALISA DATA
Nama pasien : Tn. N
Umur : 46 tahun
No. Register : XXX
NO KELOMPOK DATA PENYEBAB MASALAH
KEPERAWATAN
1 Tanda Mayor Factor kongenital : genetic Hipovolemia
↓
DS : - (D.0023)
Penurunan sintesis factor
DO : VIII & IX
↓
- Frekuensi nadi klien
Factor X tidak teraktivasi
meningkat. HR : 112 x/menit ↓
Pemanjangan APTT
- Nadi teraba lemah ↓
- Tekanan darah menurun. TD : Thrombin lama terbentuk
↓
90 mmHg/palpasi Stabilitas fibrin tidak
- Turgor kembali dalam 5 detik memadai
↓
- Membran mukosa kering Perdarahan
- Klien muntah darah ↓
Darah Sukar membeku
- Berak hitam ↓
Kehilangan banyak darah
- Volume urin menurun : 700 ↓
cc/hari Hb menurun
↓
- Waktu protrombin (PT) : 21 Hipovolemia
detik (normal: 12- 18 detik)
- APTT : 96 detik (normal: 22.6-
35 detik)
- Hematokrit : 14,3 % (normal:
40-54%)
Tanda Minor
DS :
- Klien mengatakan tubuh terasa
lemah
DO :
- BB turun, sebelum sakit : 57
kg, saat sakit : 50 kg
2 Tanda mayor Factor kongenital : genetic Nyeri Akut
↓
DS : (D.0077)
Penurunan sintesis factor
- Klien mengatakan nyeri pada VIII & IX
↓
ulu hati Factor X tidak teraktivasi
DO : ↓
ASKEP KMB
- Klien tampak meringis Pemanjangan APTT
↓
- Klien tampak memegangi ulu Thrombin lama terbentuk
hati ↓
Stabilitas fibrin tidak
- Klien tampak gelisah memadai
- HR : 112 x/menit ↓
Perdarahan
- Klien sulit tidur saat nyeri ↓
timbul Darah Sukar membeku
↓
- Skala nyeri : 5 Inflamasi
↓
Tanda minor
Nyeri Akut
DS : -
DO :
- Nafsu makan klien menurun
- Klien tampak diaforesis
3 Tanda mayor Factor kongenital : genetic Deficit Nutrisi
↓
DS : - (D.0019)
Penurunan sintesis factor
DO : VIII & IX
↓
- Berat badan menurun.
Factor X tidak teraktivasi
Sebelum sakit : 57 kg. Saat ↓
Pemanjangan APTT
sakit : 50 kg ↓
Tanda minor Thrombin lama terbentuk
↓
DS : Stabilitas fibrin tidak
- Klien mengatakan nafsu memadai
↓
makan menurun Perdarahan
DO : ↓
Darah Sukar membeku
- Makan habis ¼ porsi ↓
- Otot pengunyah lemah Absorbsi usus menurun
Sari makanan tidak dapat
- Konjungtiva anemis diserap
- Membran mukosa pucat ↓
Defisit Nutrisi
- Albumin : 3,0gr/dl
- Hemoglobin 8 gr/dl (normal:
13.5-18.0 gr/dl)
ASKEP KMB
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
ASKEP KMB
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. N
Umur : 46 tahun
No. Register : XXX
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
1 Hipovolemia b/d kehilangan cairan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Hipovolemia (I.03116)
aktif (perdarahan) d/d Klien selama 3x24 jam, diharapkan hypovolemia Observasi
mengatakan tubuh terasa lemah, teratasi, dengan kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi
frekuensi nadi klien meningkat. Status cairan (L.03028) meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
HR : 112 x/menit, nadi teraba - Kekuatan nadi meningkat menyempit,turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
lemah, tekanan darah menurun. TD - Turgor kulit meningkat volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus dan lemah)
: 90 mmHg/palpasi, turgor kembali - Output urin meningkat Terapeutik
dalam 5 detik, membran mukosa - Berat badan membaik 2. Berikan posisi modified trendelenburg
kering, klien muntah darah, berak - Perasaan lemah menurun 3. Berikan asupan cairan oral
hitam, volume urin menurun : 700 - Frekuensi nadi membaik Edukasi
cc/hari, waktu protrombin (PT) : - Tekanan darah membaik 4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
21 detik (normal: 12- 18 detik), - Tekanan nadi membaik 5. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
APTT : 96 detik (normal: 22.6-35 - Membaran mukosa membaik Kolaborasi
detik), hematokrit : 14,3 % - Kadar Hb membaik 6. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
(normal: 40-54%), BB turun, - Kadar Ht membaik 7. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
sebelum sakit : 57 kg, saat sakit : 8. Kolaborasi pemberian produk darah
50 kg
2 Nyeri akut b/d agen pencedera Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nyeri (I. 08238)
ASKEP KMB
fisiologis (inflamasi) d/d klien selama 3x24 jam, diharapkan nyeri akut Observasi
mengatakan nyeri pada ulu hati, hilang, dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
klien tampak meringis, klien Tingkat nyeri (L.08066) intensitas nyeri
tampak memegangi ulu hati, klien - Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
tampak gelisah, HR : 112 x/menit, - Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
klien sulit tidur saat nyeri timbul, - Sikap protektif menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
nafsu makan klien menurun, klien - Gelisah menurun Terapeutik
tampak diaforesis, skala nyeri : 5 - Kesulitan tidur menurun 5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
- Diaphoresis menurun TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
- Muntah menurun aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
- Mual menurun terapi bermain)
- Frekuensi nadi membaik 6. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
- Tekanan darah membaik ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fungsi berkemih membaik 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Nafsu makan membaik Edukasi
8. Jelaskan strategi meredakan nyeri
9. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
10. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3 Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nutrisi (I. 03119)
ketidakmampuan mengabsorbsi selama 3x24 diharapkan toleransi terhadap Observasi
nutrien d/d klien mengatakan nafsu aktivitas meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
ASKEP KMB
makan menurun, berat badan Status nutrisi (L.03030) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
menurun. Sebelum sakit : 57 kg. - Porsi makan yang dihabiskan 3. Identifikasi makanan yang disukai
Saat sakit : 50 kg, makan habis ¼ meningkat 4. Monitor berat badan
porsi, otot pengunyah lemah, - Kekuatan otot pengunyah meningkat 5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
konjungtiva anemis, membran - Serum albumin meningkat Terapeutik
mukosa pucat, albumin : 3,0gr/dL, - Berat badan membaik 6. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
hemoglobin 8 gr/dl (normal: 13.5- - Nafsu makan membaik 7. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
18.0 gr/dl) 8. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Bising usus membaik
9. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Membrane mukosa membaik
Edukasi
- Tekanan darah membaik
10. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
ASKEP KMB
ASKEP KMB
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn. N Umur : 46 tahun No. Register : XXX Kasus : Hemofilia
ASKEP KMB
5. Menganjurkan menghindari perubahan - APTT : 96 detik
10.00 posisi mendadak
H : Klien mengerti untuk tidak melakukan A : masalah belum teratasi (Hipovolemia)
perpindahan posisi secara mendadak
6. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis P : intervensi dilanjutkan no. 1,2,3,4,5,6,8
H : cairan NaCl 0,9% 1500 cc 20 tpm
11.00
7. Kolaborasi pemberian cairan koloid
11.30
H : memberikan plasbumin 25%
8. Kolaborasi pemberian produk darah
12.00 H : tranfusi 1 kolf/hr golongan darah O+
2 2 06/09/2021 06/09/2021
14.00 S:
07.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
- Klien mengeluh nyeri pada ulu hati
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
H : nyeri pada ulu hati, seperti ditusuk
O:
benda tajam, frekuensi 3-5 kali setelah
- Klien tampak meringis
muntah
08.00 - Klien tampak memegangi ulu hati
2. Mengidentifikasi skala nyeri
Dhea A - Klien tampak gelisah Dhea A
H : skala nyeri 5
09.00 - Klien sulit tidur
3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
H : klien tampak meringis dan - Klien tampak diaphoresis
3 3 06/09/2021 06/09/2021
14.00 S:
07.00 1. Mengidentifikasi status nutrisi
- Klien mengeluh nafsu makan menurun
H : Klien kurang nafsu makan, makan
habis ¼ porsi
ASKEP KMB
2. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi O:
08.20
makanan - Makan habis ½ porsi
H : Klien tidak ada alergi makanan - Otot pengunyah lemah
3. Mengidentifikasi makanan yang disukai Dhea A - Albumin : 3,5 gr/dl Dhea A
09.00
H : Klien menyukai semua makanan - Hb : 11 gr/dl
4. Memonitor berat badan - BB : 50 kg
09.15
H : BB : 50 kg
- Nafsu makan kurang
09.30
5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Bising usus : 32 x/menit
H : Hb : 8 gr/dl, Albumin : 3,0 gr/dl
- Membran mukosa kering
6. Melakukan oral hygiene sebelum makan
11.00 - Konjungtiva anemis
H : Klien melakukan oral hygiene
- TD : 90 mmHg/palpasi
sebelum makan dibantu keluarga dan
perawat
A : masalah teratasi sebagian (Defisit nutrisi)
7. Menyajikan makanan secara menarik dan
11.30
suhu yang sesuai
P : intervensi dilanjutkan no. 1-12
H : Menganjurkan klien untuk makan
selagi hangat
8. Memberikan makan tinggi serat untuk
11.45
mencegah konstipasi
H : Menganjurkan klien makan buah
seperti pisang, apel, pir
9. Memberikan makanan tinggi kalori dan
12.00
tinggi protein
H : Menyediakan makanan yang tinggi
protein seperti ikan, telur, kacang-
ASKEP KMB
kacangan
10. Mengajarkan diet yang diprogramkan
H : KIE makanan tinggi protein tanpa
12.20
lemak
11. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
12.40 makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik)
H : Asam traneksamat 3x500mg inj iv,
Ranitidin 2x1 50mg inj iv, Omz 1x1
40mg inj iv, Sucralfat 3x1 sendok makan
po
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
13.00
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
H : kolaborasi untuk pemberia makanan
tinggi protein
4 1 07/09/2021 07/09/2021
14.00 S:
07.00 1. Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia
- Klien mengatakan tubuh terasa lemah
H : HR : 98 x/menit, nadi perifer lemah,
TD : 100 mmHg/palpasi, turgor kembali
O:
dalam 4 detik, membrane mukosa kering,
- HR : 100 x/menit
volume urin : 900 cc/hari
07.30 - Turgor kembali dalam 4 detik Dhea A
2. Memberikan posisi modified
Dhea A - Output urin 900 cc/hari
trendelenburg
ASKEP KMB
H : untuk menstabilkan pasien syok agar - BB : 50,5 kg
meningkatakan aliran balik vena dan - k/u lemah
meningkatkan output jantung - TD : 100 mmHg
08.00 3. Memberikan asupan cairan oral - Nadi perifer lemah
H : memberikan klien asupan cairan 2000 - Mukosa kering
ml/ hari
- Hb : 14 gr/dl
09.00 4. Menjurkan memperbanyak asupan cairan
- Ht : 22%
oral
- Klien muntah darah
H : Klien mengerti untuk memperbanyak
- Berak hitam
asupan oral secara cukup
- PT : 20 detik
5. Menganjurkan menghindari perubahan
10.00
- APTT : 80 detik
posisi mendadak
H : Klien mengerti untuk tidak melakukan
A : masalah teratasi sebagian (Hipovolemia)
perpindahan posisi secara mendadak
11.00 6. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis
P : intervensi dilanjutkan no. 1,2,3,4,5,6,7
H : cairan NaCl 0,9% 1500 cc 20 tpm
7. Kolaborasi pemberian produk darah
11.30
H : tranfusi 1 kolf/hr golongan darah O+
5 2 07/09/2021 07/09/2021
14.00 S:
07.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
- Klien mengeluh nyeri pada ulu hati
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
H : nyeri pada ulu hati, seperti ditusuk
O:
benda tajam, frekuensi 3-5 kali setelah
- Klien tampak meringis
ASKEP KMB
muntah - Klien tampak memegangi ulu hati
6 3 07/09/2021 07/09/2021
14.00 S:
07.00 1. Mengidentifikasi status nutrisi
- Klien mengeluh nafsu makan menurun
H : Klien kurang nafsu makan, makan
habis 1 porsi
O:
08.20 2. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi
- Makan habis 1 porsi
makanan
- Otot pengunyah lemah
H : Klien tidak ada alergi makanan Dhea A
09.00 Dhea A - Albumin : 3,8 gr/dl
3. Mengidentifikasi makanan yang disukai
- Hb : 14 gr/dl
H : Klien menyukai semua makanan
09.15
4. Memonitor berat badan - BB : 50,5 kg
12.40 lemak
11. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik)
H : Asam traneksamat 3x500mg inj iv,
Ranitidin 2x1 50mg inj iv, Omz 1x1
40mg inj iv, Sucralfat 3x1 sendok makan
13.00
po
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
H : kolaborasi untuk pemberia makanan
tinggi protein
ASKEP KMB
7 1 08/09/2021 08/09/2021
14.00 S:
07.00 1. Memeriksa tanda dan gejala hipovolemia
- Klien mengatakan tubuh terasa lebih kuat
H : HR : 100 x/menit, nadi perifer lemah,
dari kemarin
TD : 110 mmHg/palpasi, turgor kembali
dalam 2 detik, membrane mukosa kering,
O:
volume urin : 1000 cc/hari
- HR : 100 x/menit
07.30 2. Memberikan posisi modified
Dhea A - Turgor kembali dalam 2 detik Dhea A
trendelenburg
- Output urin 1200 cc/hari
H : untuk menstabilkan pasien syok agar
- BB : 51 kg
meningkatakan aliran balik vena dan
meningkatkan output jantung - k/u sedang
08.00 - TD : 110 mmHg
3. Memberikan asupan cairan oral
H : memberikan klien asupan cairan 2000 - Nadi perifer lemah
ml/ hari - Mukosa kering
09.00 4. Menganjurkan menghindari perubahan - Hb : 14 gr/dl
posisi mendadak - Ht : 30%
H : Klien mengerti untuk tidak melakukan - Berak hitam
perpindahan posisi secara mendadak - PT : 20 detik
10.00 5. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis - APTT : 80 detik
H : cairan NaCl 0,9% 1500 cc 20 tpm
11.00 6. Kolaborasi pemberian produk darah A : masalah teratasi sebagian (Hipovolemia)
H : tranfusi 1 kolf/hr golongan darah O+
ASKEP KMB
8 2 08/09/2021 08/09/2021
14.00 S:
07.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
- Klien mengeluh nyeri pada ulu hati
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
H : nyeri pada ulu hati, seperti ditusuk
O:
benda tajam, frekuensi 3-5 kali setelah
- Klien tampak meringis
muntah
- Klien tampak memegangi ulu hati
08.00 2. Mengidentifikasi skala nyeri
Dhea A - Skala nyeri 2 Dhea A
H : skala nyeri 2
- Klien tampak mual
09.00 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
H : klien tampak meringis dan - HR : 100 x/menit
ASKEP KMB
11.20 H : menganjurkan klien untuk tidur cukup
8. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
H : mengajrkan teknik nonfarmakologis
9 3 08/09/2021 07/09/2021
14.00 S:
07.00 1. Memonitor berat badan
- Klien mengatakan nafsu makan membaik
H : BB : 50,5 kg
08.20 2. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
O:
H : Hb : 11 gr/dl, Albumin : 3,5 gr/dl
- Makan habis 1 porsi
09.00 3. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
- Albumin : 3,8 gr/dl
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik) Dhea A
Dhea A - Hb : 14 gr/dl
H : Asam traneksamat 3x500mg inj iv,
- BB : 51 kg
Ranitidin 2x1 50mg inj iv, Omz 1x1
40mg inj iv, Sucralfat 3x1 sendok makan - Bising usus : 30 x/menit
tinggi protein
ASKEP KMB
ASKEP KMB