Anda di halaman 1dari 652

TRYOUT AKBAR 3

MEDIKO.ID
Soal No.1
Seorang bayi baru lahir berusia 1 hari datang dengan kejang seluruh tubuh. Kejang
berlangsung 10 menit. Pada pemeriksaan fisik tampak ubun ubun menonjol.
Riwayat bersalin di dukun beranak dan anak tidak mendapatkan suntikan apa apa.
Selama hamil ibu rutin mengkonsumsi obat antiepilepsi. Pada pemeriksaan CT Scan
ditemukan adanya intracerebral hemorrhage. Kemungkinan penyebab perdarahan
pada bayi ini adalah ……
A. Defisiensi factor VIII
B. Defisiensi factor IX
C. Defisiensi vitamin K
D. Trombositopenia
E. Defisiensi factor vonWillebrand
Soal No.1
Seorang bayi baru lahir berusia 1 hari datang dengan kejang seluruh tubuh. Kejang
berlangsung 10 menit. Pada pemeriksaan fisik tampak ubun ubun menonjol.
Riwayat bersalin di dukun beranak dan anak tidak mendapatkan suntikan apa apa.
Selama hamil ibu rutin mengkonsumsi obat antiepilepsi. Pada pemeriksaan CT Scan
ditemukan adanya intracerebral hemorrhage. Kemungkinan penyebab perdarahan
pada bayi ini adalah ……
A. Defisiensi factor VIII→ hemophilia A
B. Defisiensi factor IX→ hemophilia B
C. Defisiensi vitamin K
D. Trombositopenia→ ITP
E. Defisiensi factor vonWillebrand → vWD
Vitamin K Deficiency Bleeding
• VKDB sebelumnya juga dikenal dengan
hemorrhagic disease of the newborn,
merupakan kelainan pembekuan darah
yang disebabkan oleh rendahnya
penyimpanan vitamin K saat lahir.
• Manifestasi paling sering adalah ICH
• Tabel di samping menggambarkan lokasi
dan onset perdarahan serta
kemungkinan penyebab dari VKDB
Diagnosis dan Tatalaksana
• Pada pemeriksaan kaskade koagulasi, akan ditemukan pemanjangan PT
yang melebihi pemanjangan aPTT (vit K mengaktivasi Faktor II, VII, IX, X,
Protein C dan S)
• Pemeriksaan kadar factor koagulasi juga dapat dilakukan dan akan
ditemukan penurunan factor II, VII, IX, dan X
• Jika perdarahan aktif berikan Vit K IV 10 mg, jika tidak ada perdarahan
dapat diberikan secara PO
• Jika perdarahan mengancam nyawa dapat diberikan Prothrombin
Complex Concentrate (PCC)

Referensi : Toronto Notes 2020


Soal No.2
Seorang anak berusia 5 tahun datang dibawa orang tuanya dengan gusi berdarah
yang berulang sejak 1 bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik ditemukan petekie
pada ekstrimitas atas dan bawah. Dokter melakukan pemeriksaan darah rutin
eritrosit dan leukosit dalam batas normal, sedangkan trombosit 80.000, PT dan
aPTT normal. Tatalaksana yang sesuai untuk anak tersebut adalah …..
A. Transfusi platetelet
B. Pemberian FFP
C. Observasi nilai trombosit
D. Splenectomy
E. Kortikosteroid
Soal No.2
Seorang anak berusia 5 tahun datang dibawa orang tuanya dengan gusi berdarah
yang berulang sejak 1 bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisik ditemukan petekie
pada ekstrimitas atas dan bawah. Dokter melakukan pemeriksaan darah rutin
eritrosit dan leukosit dalam batas normal, sedangkan trombosit 80.000, PT dan
aPTT normal. Tatalaksana yang sesuai untuk anak tersebut adalah …..
A. Transfusi platetelet→untuk kasus refrakter dan persiapan operasi
B. Pemberian FFP →untuk hemofilia
C. Observasi nilai trombosit →jika tidak ada perdarahan
D. Splenectomy →lini kedua
E. Kortikosteroid
Idiopathic Trombocytopenia Purpura

• ITP ditandai dengan tormpbositopenia yang tidak • Berdasarkan durasi ITP


diketahui penyebabnya, sehingga harus dieksklusi dibagi menjadi :
terlebih dahulu penyebab lain.
• ITP dapat terjadi pada anak anak maupun dewasa :

Patofisiologi : immune
mediated yang
menyebabkan clearance
platelet meningkat

Referensi : Toronto Notes 2020


Manifestasi dan Diagnosis
• Manifestasi beragam, mulai dari asimtomatis, kelelahan, memar, hingga
perdarahan mukokutan ( seperti purpura, ekimosis, peteki), epistaksis,
menorrhagia hingga perdarahan intracerebral
• Karena merupakan diagnosis eksklusi, perlu dilakukan permeriksaan lengkap
untuk memastikan tidak ada penyebab lain :
PT dan aPTT normal
karena gangguan
hanya di trombosit
Tatalaksana
• Tidak dilakukan bila jumlah platelet masih >30.000 kecuali apabila terdapat
perdarahan aktif, trauma, atau persiapan bedah
• Untuk kasus non emergensi, tatalaksana yang dapat diberikan adalah :

Respon terapi :
Soal No.3
Seorang anak laki laki berusia 6 tahun dibawa oleh ibunya karena lemas serta
mimisan dan gusi berdarah yang berulang sejak 1 bulan yang lalu. Ibu juga
mengatakan anaknya sering mengalami demam. Pada pemeriksaan fisik dokter
menemukan perdarahan subkonjungtiva, petekie di ekstrimitas atas, dan
hepatosplenomegali. Dokter melakukan pemeriksaan darah rutin dengan hasil AE
2x106/dL, AL 21.000 dam AT 70.0000. Pemeriksaan penunjang lain yang dibutuhkan
untuk menegakkan diagnosis adalah ……..
A. Analisis translokasi BCR-ABL
B. Cincin sideroblast pada apusan darah tepi
C. Sel Reed Stenberg pada biopsy limfonodi
D. Limfoblast pada apusan darah tepi
E. Auer rod pada apusan darah tepi
Soal No.3
Seorang anak laki laki berusia 6 tahun dibawa oleh ibunya karena lemas serta
mimisan dan gusi berdarah yang berulang sejak 1 bulan yang lalu. Ibu juga
mengatakan anaknya sering mengalami demam. Pada pemeriksaan fisik dokter
menemukan perdarahan subkonjungtiva, petekie di ekstrimitas atas, dan
hepatosplenomegali. Dokter melakukan pemeriksaan darah rutin dengan hasil AE
2x106/dL, AL 21.000 dam AT 70.0000. Pemeriksaan penunjang lain yang
dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis adalah ……..
A. Analisis translokasi BCR-ABL→ CML
B. Cincin sideroblast pada apusan darah tepi → Anemia sideroblastic
C. Sel Reed Stenberg pada biopsy limfonodi → Hodgkin Limfoma
D. Limfoblast pada apusan darah tepi
E. Auer rod pada apusan darah tepi → AML
Acute Lymphoblastic Leukemia
• Merupakan keganasan darah darah yang berasal dari sumsum tulang, dimana sel
precursor limfoid berproliferasi dan menggantikan sel hematopoietik normal
pada sumsum tulang
• WHO mengklasifikasikan ALL menjadi B limfoblastik leukemia dan T limfoblastik
leukemia, berdasarkan asal prekursornya
• Keganasan ini sering terjadi pada anak, dengan tanda dan gejala sebagai berikut :
Diagnosis
Peningkatan Asam
• Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain : urat,hyperkalemia,
dan hiperfosfatemia
merupakan
penanda Tumor
Lysis Syndorme

Big vs SmALL
AML vs ALL
Tatalaksana
• Tatalaksana gawat darurat yang dapat dilakukan adalah :

Referensi : PPM IDAI Jilid 2


Soal No.4
Seorang wanita berusia 29 tahun datang dengan keluhan demam sejak 2minggu
lalu dan penurunan berat badan disertai keringat malam. Keluhan batuk lama
disangkal. Pemeriksaan tanda vital TD 110/80mmHg, HR 92x/menit, RR 18x/menit.
Pemeriksaan fisik ditemukan benjolan di beberapa kelenjar getah bening.
Pemeriksaan darah rutin AL 12.500. Dokter melakukan FNAB dan gambaran
popcorn cells. Pernyataan yang benar mengenai diagnosis pasien tersebut adalah
……..
A. Diagnosis pasien tersebut adalah limfoma non hodgkin
B. Jika dilakukan IHC CD 15 dan 30 sel popcorn akan terpulas positif
C. Variant histologis pasien ini adalah nodular sclerosing
D. Sel popcorn merupakan diferensiasi dari sel T
E. Kondisi pasien termasuk dalam limfoma Hodgkin tipe non classic
Soal No.4
Seorang wanita berusia 29 tahun datang dengan keluhan demam sejak 2minggu lalu dan
penurunan berat badan disertai keringat malam. Keluhan batuk lama disangkal.
Pemeriksaan tanda vital TD 110/80mmHg, HR 92x/menit, RR 18x/menit. Pemeriksaan fisik
ditemukan benjolan di beberapa kelenjar getah bening. Pemeriksaan darah rutin AL
12.500. Dokter melakukan FNAB dan gambaran popcorn cells. Pernyataan yang benar
mengenai diagnosis pasien tersebut adalah ……..
A. Diagnosis pasien tersebut adalah limfoma non hodgkin→ seharusnya Hodgkin
B. Jika dilakukan IHC CD 15 dan 30 sel popcorn akan terpulas positif → terpulas dengan
CD20
C. Variant histologis pasien ini adalah nodular sclerosing → nodular lymphocyte
predominant
D. Sel popcorn merupakan diferensiasi dari sel T → sel B
E. Kondisi pasien termasuk dalam limfoma Hodgkin tipe non classic
Limfoma Hodgkin
• Merupakan keganasan yang berasal dari sel limfoid dengan sel Reed-Sternberg
(yang merupakan sel B dari sentrum germinale)
• Pada sebagian kasus berasosiasi dengan infeksi Epstein-Barr Virus
• Berikut tanda dan gejala dari limfoma Hodgkin :

Referensi : Robins Pathological


Basis of Disease
Varian Limfoma Hodgkin

HL Classic : Nodular sclerosis, Mixed cellularity, Lymphocyte rich, Lymphocyte depletion


HL non Classic : Lymphocyte predominance
Tatalaksana
• Berikut perbedaan antara Limfoma Hodgkin dan Non Hodgkin :
Soal No.5
Seorang laki laki berusia 60 tahun datang dengan keluhan mudah lelah dan sering
demam sejak 2 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik dokter menemukan
konjungtiva anemis(+/+) dan splenomegaly. Pemeriksaan darah rutin Hb 9gr/dL, AL
20.000 dan AT 85.000. Pada morfologi darah tepi ditemukan jumlah sel blast 15%.
Diagnosis dan tatalaksana yang tepat bagi pasien ini adalah……..
A. CML fase kronik dan imatinib
B. CML fase blast crisis dan imatinib
C. CML fasea accelerated dan rituximab
D. CML fase blast crisis dan rituximab
E. CML fase accelerated dan imatinib
Soal No.5
Seorang laki laki berusia 60 tahun datang dengan keluhan mudah lelah dan sering
demam sejak 2 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik dokter menemukan
konjungtiva anemis(+/+) dan splenomegaly. Pemeriksaan darah rutin Hb 9gr/dL,
AL 20.000 dan AT 85.000. Pada morfologi darah tepi ditemukan jumlah sel blast
15%. Diagnosis dan tatalaksana yang tepat bagi pasien ini adalah……..
A. CML fase kronik dan imatinib→ fase accelerated
B. CML fase blast crisis dan imatinib → fase accelerated
C. CML fasea accelerated dan rituximab → imatinib
D. CML fase blast crisis dan rituximab → fase accelerated dan imatinib
E. CML fase accelerated dan imatinib
Chronic Myeloid Leukemia
• Merupakan suatu penyakit
myeloprliferatif yang ditandai
dengan peningkatan proliferasi dari
sel turunan granulosisik tanpa
hilangnya kemampuan sel untuk
berdiferensiasi
• CML berhubungan dengan
translokasi gen Abl dari kromosom
9 ke gen BCR pada kromosom 22
yang menyebabkan fusi BCR-Abl
(kromosom Philadelphia) yang
memiliki peningkatan aktivitas
tirosin kinase
Manifestasi dan Diagnosis

• Penegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan darah rutin (WBC meningkat,


RBC turun/normal, platelet meningkat/turun, basophil meningkat), apusan darah
tepi, dan sitogenetik untuk memeriksa kromosom philadelphia
Tatalaksana

Referensi : Toronto Notes 2020


Soal No.6
Seorang laki laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan bengkak pada daerah
lehernya disertai dengan demam dan penurunan berat badan sejak 2 minggu yang
lalu. Riwayat batuk lama disangkal. Tanda vital TD 110/70 mmMg, HR 88x/menit,
RR 18x/menit dan T 38 C. Pada pemeriksaan fisik regio coli tampak adanya benjolan
padat, nyeri dan mobile berukuran 2 cm. Dokter melakukan biopsy tampak ada nya
sel datia langhans dan necrosis caseosa. Tatalaksana yang tepat untuk pasien ini
adalah ……
A. Eksisi limfonodi
B. Regimen kemoterapi
C. OAT 2RHZE / 4RH
D. OAT 2RHZ / 4RH
E. Cefadroxil 500mg /12 jam selama 1 minggu
Soal No.6
Seorang laki laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan bengkak pada daerah
lehernya disertai dengan demam dan penurunan berat badan sejak 2 minggu
yang lalu. Riwayat batuk lama disangkal. Tanda vital TD 110/70 mmMg, HR
88x/menit, RR 18x/menit dan T 38 C. Pada pemeriksaan fisik regio coli tampak
adanya benjolan padat, nyeri dan mobile berukuran 2 cm. Dokter melakukan
biopsy tampak adanya sel datia langhans dan necrosis caseosa. Tatalaksana yang
tepat untuk pasien ini adalah ……
A. Eksisi limfonodi→tidak sesuai, karena inflamasi
B. Regimen kemoterapi→kasus limfoma
C. OAT 2RHZE / 4RH
D. OAT 2RHZ / 4RH→regimen untuk anak
E. Cefadroxil 500mg /12 jam selama 1 minggu→ tidak sesuai, karena TB
Limfadenitis TB
• Lifadenitis TB/skrofuloderma adalah salah
satu bentuk TB extra paru yang paling
sering.
• Limfadenditis TB termasuk dalam inflamasi
kronik, spesifik pada limfonodi yang
disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis
• Apabila berasal dari paru akan disertai
dengan
• Penyebab lain adalah Mycobacterium
atypical, seperti M. bovis, M. kansasii, dan
M. marinum Referensi : Toronto Notes 2020
Manifestasi Klinis
• Selain adanya pembengkakkan
limfonodi, gejala lain yang dapat
terjadi adalah demam ringan,
anorexia, dan penurunan berat
badan
• Gejala ini dapat disertai atau
tanpa gejala TB paru
• Dalam perjalananya terdapat 5
stage pada limfadenitis TB yaitu :
Diagnosis dan Tatalaksana
• Diagnosis Limfadenitis TB memerlukan
adanya biopsy yang menunjukkan adanya
tanda infeksi M. tuberculosis yaitu
granuloma caseosa yang terdiri dari sel
datia langhans, sel epitelioid, limfosit, dan
necrosis caseosa
• Pemeriksaan lain yang menunjang
diagnosis adalah tes tuberculin (+), kultur
mycobacterial, pewarnaan BTA.
• Tatalaksana dengan memberikan OAT
2RHZE dan 4RH. Pada anak regimen yang
diberikan adalah OAT 2RHZ dan 4 RH
Soal No.7
Seorang wanita berusia 30 tahun dibawa berobat ke IGD oleh keluarganya dengan
keluhan demam sejak 5 hari yang lalu. Belakangan pasien cenderung mengantuk.
Pasien baru saja balik bertugas dari Papua 1 minggu sebelumnya. Demam naik
turun sepanjang hari. Sejak 2 hari yang lalu, BAK pasien menjadi berwarna merah
kehitaman. Pada pemeriksaan Hb 5,8 gr/dL. Tatalaksana yang tepat untuk pasien
tersebut adalah ……
A. DHP 3 hari + Primakuin PO
B. Kina + klindamisin PO
C. Artesunat 2,4 mg IV
D. Artemeter 2,4mg/kgBB IM
E. Artesunat 2,4mg/kgBB IV
Soal No.7
Seorang wanita berusia 30 tahun dibawa berobat ke IGD oleh keluarganya dengan
keluhan demam sejak 5 hari yang lalu. Belakangan pasien cenderung mengantuk.
Pasien baru saja balik bertugas dari Papua 1 minggu sebelumnya. Demam naik
turun sepanjang hari. Sejak 2 hari yang lalu, BAK pasien menjadi berwarna merah
kehitaman. Pada pemeriksaan Hb 5,8 gr/dL. Tatalaksana yang tepat untuk pasien
tersebut adalah ……
A. DHP 3 hari + Primakuin PO→malaria ringan
B. Kina + klindamisin PO →alternative terapi oral P. falciparum
C. Artesunat 2,4 mg IV →kurang KgBB
D. Artemeter 2,4mg/kgBB IM →harusnya 3,2mg/kgBB
E. Artesunat 2,4mg/kgBB IV
Malaria Berat
• Malaria berat adalah salah satu manifestasi dari
malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum
(beberapa menyebutkan bisa disebabkan P. ovale)
• Manifestasi klinis dari malaria berat disebabkan oleh
kemampuan dari P. falciparum untuk memanipulasi
RBC melakukan cytoadheren, sequester, dan
rosetting. Yang menyebabkan gangguan di berbagaii
organ
• Sequester : RBC yang terinfeksi saling berikatan
• Rosetting : RBC terinfeksi berikatan dengan RBC yang
normal
Manifestasi Klinis
• Malaria berat adalah ditemukannya Plasmodium falciparum aseksual
dengan minimal 1 manifestasi klinis atau laboratorium :
Tatalaksana
• Terdapat beberapa pilihan obat untuk tatalaksana malaria berat, yaitu :
a. 1st line : IV Artesunat yang diberikan sebanyak 2,4mg/kgBB pada
0,12,dan 24 lalu dilanjutkan setiap 24 jam sampai pasien dapat
meminum obat oral (dapat IM pada setting puskesmas dan sulit
dirujuk)
b. Alternative : IM artemeter sebanyak 3,2mg/kgBB per hari dilanjutkan
dengan 1,6mg/kgBB perhari sampai pasien dapat meminum obat oral
c. 2nd line : IV Kina drip 20mg/kgBB dalam 500mL NS 0,9% selama 4 jam,
diselang seling dengan NS 0,9% 500mL. Hari berikutnya dilanjut kina
drip 10mg/kgBB sampai pasien dapat meminum obat oral.
Referensi : PMK Malaria 2013 dan Buku saku pedoman tatalaksana
Malaria 2017
SOAL NO. 8
Ny.S 62 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan susah menelan sejak 3 minggu
ini. Benjolan dileher bagian depan sejak 6 bulan yang lalu, 2 buIan ini semakin
membesar tanpa disertai nyeri disertai BB turun 4 Kg. Pemeriksaan fisis tidak
ditemukan exoptalmus, leher tampak benjolan di leher bagian depan sebelah kanan
sebesar kepalan tangan, permukaan berbenjol, bergerak ketika pasien diminta
menelan, nyeri tekan tidak ada, konsistensi keras, permukaan berbenjol-benjol, dan
bruit (-), kulit tidak berkeringat, dan ekstremitas tremor (-). Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 12,5 g/dl, Lekosit 5200/mm. Diagnosis paling tepat
untuk kasus ini adalah ….
A. Adenoma thyroid
B. Graves disease
C. Thyroiditis
D. Goiter
E. Ca thyroid
SOAL NO. 8
Ny.S 62 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan susah menelan sejak 3 minggu
ini. Benjolan dileher bagian depan sejak 6 bulan yang lalu, 2 buIan ini semakin
membesar tanpa disertai nyeri disertai BB turun 4 Kg. Pemeriksaan fisis tidak
ditemukan exoptalmus, leher tampak benjolan di leher bagian depan sebelah
kanan sebesar kepalan tangan, permukaan berbenjol, bergerak ketika pasien
diminta menelan, nyeri tekan tidak ada, konsistensi keras, permukaan berbenjol-
benjol, dan bruit (-), kulit tidak berkeringat, dan ekstremitas tremor (-). Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 12,5 g/dl, Lekosit 5200/mm. Diagnosis
paling tepat untuk kasus ini adalah ….
A. Adenoma thyroid  tidak ada gejala hipertiroidisme dikasus
B. Graves disease  tidak ada gejala hipertiroidisme dan eksoftalmus dikasus
C. Thyroiditis  tidak ada gejala demam atau nyeri pada kelenjar tiroid dikasus
D. Goiter tidak ada gejala pembesaran kelenjar tiroid dikasus
E. Ca thyroid
Sumber : slide mediko.id endokrin
Sumber : https://www.thyroidmanager.org/algorithm/possible-thyroid-cancer-initial-decisions/
Klasifikasi
Ca Tiroid

Sumber :
https://www.slideshare.net/meducationdotne
t/thyroid-cancer-differential-diagnosis-of-
lumps-in-neck-for-medical-students-and-
foundation-doctors
SOAL NO. 9
Tn.H, 75 tahun, datang dengan keluhan sesak, mudah lelah, dan palpitasi. Disertai
kesemutan dikedua ekstremitas. Pada pemeriksaan didapatkan TD 105/50 mmHg,
HR 104x/m, RR 22x/m, dan T 37C, iktus cordis pada ICS 6, bunyi jantung S3, ronchi
basah halus, edema tungkai, dan hepatomegaly ringan. Pada pemeriksaan
neurologis didapatkan penurunan reflex fisiologis lutut bilateral. Hasil pemeriksaan
laboratorium normal. Pasien kemungkinnan mengalami defisiensi….
A. Niacin
B. Piridoksin
C. Thiamin
D. Retinol
E. Riboflavin
SOAL NO. 9
Tn.H, 75 tahun, datang dengan keluhan sesak, mudah lelah, dan palpitasi. Disertai
kesemutan dikedua ekstremitas. Pada pemeriksaan didapatkan TD 105/50 mmHg,
HR 104x/m, RR 22x/m, dan T 37C, iktus cordis pada ICS 6, bunyi jantung S3, ronchi
basah halus, edema tungkai, dan hepatomegaly ringan. Pada pemeriksaan
neurologis didapatkan penurunan reflex fisiologis lutut bilateral. Hasil pemeriksaan
laboratorium normal. Pasien kemungkinnan mengalami defisiensi….
A. Niacin  dijelaskan di pembahasan
B. Piridoksin  dijelaskan di pembahasan
C. Thiamin
D. Retinol
E. Riboflavin  dijelaskan di pembahasan
Beri-Beri

• Disebabkan oleh defisiensi vitamin B1 (thiamine)


• Klasifikasi:
• Wet beriberi  mengenai jantung dan system
sirkulasi. Pada kasus yang ekstrem dapat
menyebabkan gagal jantung
• Dry beriberi merusak saraf dan dapat
menyebabkan hilangnya kekuatan otot dan
menyebabkan paralisis otot
• Dapat membahayakan jiwa jika tidak ditangani

Sumber : slide mediko.id endokrin


Beri-Beri

Sumber: http://www.fao.org/3/y2809e/y2809e09.htm
SOAL NO. 10
An. B, 15 tahun, tampak lebih pendek dan kecil dibanding anak seusianya. Pasien
belum mimpi basah. Ayah memiliki keluhan yang sama, dan ibu haid pertama usia
16 tahun. Pada PF tidak ditemukan : kumis, pertumbuhan payudara, bulu ketiak,
atau rambut pubis. Skrotum dan penis lebih kecil dari anak seusianya. Pemeriksaan
penunjang awal yang paling tepat untuk kasus ini adalah …
A. Bone age
B. Growth hormone
C. USG abdomen
D. TVUS
E. Urin lengkap
SOAL NO. 10
An. B, 15 tahun, tampak lebih pendek dan kecil dibanding anak seusianya. Pasien
belum mimpi basah. Ayah memiliki keluhan yang sama, dan ibu haid pertama usia
16 tahun. Pada PF tidak ditemukan : kumis, pertumbuhan payudara, bulu ketiak,
atau rambut pubis. Skrotum dan penis lebih kecil dari anak seusianya.
Pemeriksaan penunjang awal yang paling tepat untuk kasus ini adalah …
A. Bone age
B. Growth hormone  tidak relevan
C. USG abdomen  terlalu dini, tidak ada indikasi
D. TVUS  pasien laki2 (transvaginal ultrasound)
E. Urin lengkap  tidak relevan
Pubertas Terlambat (Delayed Puberty)
Jika tidak ada tanda
pubertas pada :
• Laki-laki usia 14 tahun
• Perempuan usia 13
tahun
Klasifikasi
• Hipergonadotropik
hipogonadism
• Hipogonadotropik
hipogonadism

Sumber : https://www.paediatricsandchildhealthjournal.co.uk/article/S1751-7222(07)00145-X/abstract
Pendekatan Diagnosis Pubertas Terlambat (Delayed Puberty)
• Pencitraan :
Usia tulang ( memastikan delayed puberty atau tidak), CT scan/MRI kepala dan
USG genitalia interna (atas indikasi)
• Hormonal (basal/uji GnRH)
LH, FSH, Prolaktin, estrogen, atau testosterone
• Analisis kromosom (dengan indikasi)

Sumber : https://www.paediatricsandchildhealthjournal.co.uk/article/S1751-7222(07)00145-X/abstract
SOAL NO. 11
Tn.M, 45 tahun, nyeri pada ibu jari kaki kiri yang semakin memberat sejak 4 hari
yang lalu. Nyeri mendadak muncul setelah pasien mengonsumsi seafood dalam
jumlah banyak. Pasien rutin mengonsumsi allopurinol karena memiliki riwayat asam
urat tinggi. Pada PF didapatkan TTV dbn, BB 75 kg, TB 160 cm, status lokalis tampak
MTP I sinistra edema,hiperemis, nyeri tekan (+), ROM terbatas karena nyeri.
Tatalaksana yang tepat adalah …
A. Kolkisin, hentikan allopurinol
B. Meloxicam, hentikan allopurinol
C. Kolkisin, lanjutkan allopurinol
D. Piroxicam, hentikan allopurinol
E. Meloxicam, lanjutkan allopurinol
SOAL NO. 11
Tn.M, 45 tahun, nyeri pada ibu jari kaki kiri yang semakin memberat sejak 4 hari
yang lalu. Nyeri mendadak muncul setelah pasien mengonsumsi seafood dalam
jumlah banyak. Pasien rutin mengonsumsi allopurinol karena memiliki riwayat
asam urat tinggi. Pada PF didapatkan TTV dbn, BB 75 kg, TB 160 cm, status lokalis
tampak MTP I sinistra edema,hiperemis, nyeri tekan (+), ROM terbatas karena
nyeri. Tatalaksana yang tepat adalah …
A. Kolkisin, hentikan allopurinol  allopurinol dilanjutkan
B. Meloxicam, hentikan allopurinol  kurang tepat
C. Kolkisin, lanjutkan allopurinol
D. Piroxicam, hentikan allopurinol  kurang tepat
E. Meloxicam, lanjutkan allopurinol  kurang tepat
Hiperurisemia Farmakologi
Etiologi 1. Xanthine Oksidase Inhibitor
Ketidaseimbangan antara metabolism purin dan  Allopurinol
eksresi asam urat 2. Uricosuric agent 
probenecid
Serangan akut gout 3. Antigout agent  kolkisin
• Karena fluktuasi kadar asam urat (gout acute)
• Terapi utama adalah menekan nyeri dan
radang Non farmakologi
• Jika pasien diketahui riwayat konsumsi Diet rendah purin  gula,
allopurinol maka tetap dilanjutkan saat tepung, telur, keju
serangan
• Beri kolkisin atau NSAID atau kortikosteroid Hindari  daging, ikan,
makanan laut, jeroan, alcohol,
kacang-kacangan
Sumber :https://www.aafp.org/afp/2014/1215/p831.html
Soal No. 12
Seorang laki-laki usia 48 th datang ke poliklinik RS dengan keluhan nyeri punggung sejak 2
minggu yang lalu. Keluhan disertai demam dan penurunan berat badan. Pemeriksaan fisik
didapatkan kifosis thoracal dan tonjolan berbentuk segitiga. Pemeriksaan MRI vertebra
thoracal didapatkan anterior wedge pada vertebra Th 10-11 dan cold abcess. Tatalaksana
yang tepat pada pasien tersebut adalah……

A. Regimen TB kategori 1
B. 2RHZE + 10 HR
C. 2RHZE + 10 HR dengan prednison
D. Evakuasi abses dan antibiotik broad spectrum
E. Pemberian prednison
Soal No. 12
Seorang laki-laki usia 48 th datang ke poliklinik RS dengan keluhan nyeri punggung sejak 2
minggu yang lalu. Keluhan disertai demam dan penurunan berat badan. Pemeriksaan fisik
didapatkan kifosis thoracal dan tonjolan berbentuk segitiga. Pemeriksaan MRI vertebra
thoracal didapatkan anterior wedge pada vertebra Th 10-11 dan cold abcess. Tatalaksana
yang tepat pada pasien tersebut adalah……

A. Regimen TB kategori 1
B. 2RHZE + 10 HR
C. 2RHZE + 10 HR dengan prednison  tidak diberi prednison, perberat destruksi tulang
D. Evakuasi abses dan antibiotik broad spectrum
E. Pemberian prednison
Spondylitis Spondylosis Spondylolysis Spondylolisthesis

• Inflamasi dari 1 • Proses degeneratif • Defek (lesi atau • Selip atau


atau lebih yang mengenai fraktur) pada pars pergeseran
vertebra tulang diskus vertebra dan interarticularis, vertebra dan tulang
belakang facet joints, yang tanpa belakang di
berkembang displacement dari atasnya, relatif
perlahan seiring usia vertebra terhadap vertebra
di bawahnya
Spondilitis TB

• Infeksi TB yang mengenai vertebrae thoracalis,


menginfeksi melalui suatu bagian tubuh yang disebut
dengan plexus batson.
• Infeksi ini menyebabkan destruksi sehingga terjadi
fraktur kompresi  Gibbus
Pemeriksaan Penunjang

• X-ray : gibbus dan


vertebrae plana.

• MRI : merupakan Fraktur kompresi dan


pilihan utama pada cold abcess (abses
kasus spondylitis TB. berkapsul dengan
batas tegas)
• CT-scan dengan
kontras : pilihan
kedua setelah x-ray
TATALAKSANA
Soal No. 13
Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan
mengalami nyeri pada tulangnya terutama pada malam hari selama 1 tahun
terakhir. Nyeri dialami terutama pada bagian proximal paha. Dari pemeriksaan
x-ray didapatkan gambaran sebagai berikut. Setelah diberikan aspirin keluhan
membaik. Diagnosis yang tepat adalah…………….
A. Ewing sarcoma
B. Osteoid Osteoma
C. Osteosarkoma
D. Osteomielitis subakut
E. Giant cell tumor
Soal No. 13
Seorang anak laki-laki berusia 13 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan
mengalami nyeri pada tulangnya terutama pada malam hari selama 1 tahun
terakhir. Nyeri dialami terutama pada bagian proximal paha. Dari pemeriksaan
x-ray didapatkan gambaran sebagai berikut. Setelah diberikan aspirin keluhan
membaik. Diagnosis yang tepat adalah…………….
A. Ewing sarcoma
B. Osteoid Osteoma
C. Osteosarkoma
D. Osteomielitis subakut
E. Giant cell tumor
Tumor Jinak Primer Tulang
1. Osteoid Osteoma
Osteoid osteoma adalah suatu
tumor osteoblastik jinak. Tumor
ini memiliki frekuensi sekitar 5%
dari seluruh tumor primer
tulang. Kekhasan dari tumor ini
adalah nyeri pada malam hari
dan sembuh dengan obat
Gambaran khas golongan aspirin
radiologis
adalah nidus

Dense sklerotik, central nidus


Tips Mengingat!
☀steosarcoma Chondrosarcoma Ewing sarcoma
10-30th, >60th >40th 10-20th
Codman triangle Popcorn appearance (bawang) Onion skin
Sun☀burst appearance periosteal reaction
Soal No. 14
Seorang pria 27 tahun datang dengan keluhan kesulitan menggerakan jari
manisnya. Saat ini jarinya dalam posisi semi-flexi dan apabila dicoba diluruskan
terdapat bunyi klik. Pada pemeriksaan didapatkan adanya nodul pada pangkal
jari. Tidak terdapat Riwayat gangguan hepar. Tatalaksana yang non operatif
pada pasien adalah……..
A. Injeksi triamcinolone intralesi
B. Pemberian pregabalin 1x75 mg/hari
C. Release pulley A1
D. Pemberian NSAID untuk anti nyeri
E. Pemakaian splint
Soal No. 14
Seorang pria 27 tahun datang dengan keluhan kesulitan menggerakan jari
manisnya. Saat ini jarinya dalam posisi semi-flexi dan apabila dicoba diluruskan
terdapat bunyi klik. Pada pemeriksaan didapatkan adanya nodul pada pangkal
jari. Tidak terdapat Riwayat gangguan hepar. Tatalaksana yang non operatif
yang tepat pada pasien adalah……..
A. Injeksi triamcinolone intralesi
B. Pemberian pregabalin 1x75 mg/hari
C. Release pulley A1  Operatif, tapi merupakan gold standard
D. Pemberian NSAID untuk anti nyeri
E. Pemakaian splint  dapat dilakukan namun kurang tepat (NCBI)
Trigger Finger

• Stenosis tendovaginitis dari tendo flexor


akibat terjepit oleh A1 pulley.
• Nyeri, clicking, dan gerak yang terbatas
pada daerah yang terkena.
• Faktor resiko : diabetes dan lebih dari 60
tahun.

Terapi : injeksi kortikosteroid intralesi.


Pulley A-1 Release adalah gold standar
Tenosynovitis de quervain

Finklestein test
Adalah tes khusus
untuk mendiagnosis
tenosynovitis de
quervain

Terjadi pada
kondisi gangguan
hepar
Suppurative tenosynovitis
• Akibat tusukan (jarum/duri)
dan laserasi.
• Harus dilakukan evakuasi pus
untuk mencegah nekrosis
tendo
Soal No. 15
Seorang perempuan datang bersama suaminya ke puskesmas karena takut
hamil. Pasien biasa menggunakan pil KB harian, tetapi saat ini sudah lupa
minum 10 hari yang lalu. Pasien berhubungan intim dengan suami 4 hari yang
lalu. Dokter menganjurkan menggunakan kontrasepsi darurat. Berikut ini adalah
kontrasepsi darurat yang dapat digunakan pasien ini adalah?
a. AKDR-Cu
b. Pil progestin 2x1 tablet
c. Pil kombinasi dosis rendah 2x4 tablet
d. KB suntik 1 bulanan
e. Pil kombinasi dosis tinggi 2x2 tablet
Soal No. 15
Seorang perempuan datang bersama suaminya ke puskesmas karena takut
hamil. Pasien biasa menggunakan pil KB harian, tetapi saat ini sudah lupa
minum 10 hari yang lalu. Pasien berhubungan intim dengan suami 4 hari yang
lalu. Dokter menganjurkan menggunakan kontrasepsi darurat. Berikut ini adalah
kontrasepsi darurat yang dapat digunakan pasien ini adalah?
a. AKDR-Cu  SUDAH 4 HARI
b. Pil progestin 2x1 tablet  DALAM 3 HARI
c. Pil kombinasi dosis rendah 2x4 tablet  DALAM 3 HARI
d. KB suntik 1 bulanan
e. Pil kombinasi dosis tinggi 2x2 tablet  DALAM 3 HARI
Buku Rekomendasi Praktik Pilihan
Penggunaan Kontrasepsi
Pada pasien ini sudah lupa
selama 10 hari
Soal No. 16
Seorang pasien datang membawa anaknya dengan adanya kelainan kongenital.
Saat diperiksa oleh dokter pasien memiliki agenesis renal bilateral, epikantus
yang prominen, hypoplasia pulmoner, low-set ear dan CTEV. Dokter kemudian
memikirkan diagnosis prenatal yang sesuai untuk kondisi tersebut. Pemeriksaan
yang dapat ditemukan untuk diagnosis prenatal pasien tersebut adalah………
A. AFI > 24 cm
B. Volume cairan amnion 1000 ml
C. AFI < 7cm
D. Terdapat alfa-feto protein
E. Didapatkan beta-hcg yang sangat tinggi
Soal No. 16
Seorang pasien datang membawa anaknya dengan adanya kelainan kongenital.
Saat diperiksa oleh dokter pasien memiliki agenesis renal bilateral, epikantus
yang prominen, hypoplasia pulmoner, low-set ear dan CTEV. Dokter kemudian
memikirkan diagnosis prenatal yang sesuai untuk kondisi tersebut. Pemeriksaan
yang dapat ditemukan untuk diagnosis prenatal pasien tersebut adalah………
A. AFI > 24 cm  Polihidramnion
B. Volume cairan amnion 1000 ml  normal
C. AFI < 7cm  pada potter syndrome
D. Terdapat alfa-feto protein  untuk spina bifida
E. Didapatkan beta-hcg yang sangat tinggi  pada tumor trophoblast
gestasional
USG pada hidramnion
• Polihidramnion diidentifikasi dengan AFI (amniotic fluid index) lebih dari 24
cm atau volume cairan amnion lebih dari 2000 mL
• Oligohydramnios diidentifikasi dengan AFI kurang dari 7 cm
Malformasi kongenital
Potter’s syndrome

Bilateral renal agenesis


Atresia Esofagus Oligohidramnion
Polihidramnion
Soal No. 17
Seorang wanita P0A5 datang ingin berkonsultasi dengan dokter karena sering
mengalami keguguran. Pasien menceritakan bahwa mengalami keguguran pada
trimester kedua, dan terjadi tanpa rasa nyeri. Dokter kemudian melakukan USG
dan didapatkan uterusnya berukuran 23 mm. Diagnosis yang tepat pada pasien
tersebut adalah……………………..
A. Abortus habitualis akibat Inkompatibilitas ABO
B. Abortus habitualis akibat inkompetensi cervix
C. Sindroma Mullerian Kongenital
D. Abortus habitualis akibat hiperprolaktinemia
E. Abortus habitualis akibat mioma uteri
Soal No. 17
Seorang wanita P0A5 datang ingin berkonsultasi dengan dokter karena sering
mengalami keguguran. Pasien menceritakan bahwa mengalami keguguran pada
trimester kedua, dan terjadi tanpa rasa nyeri. Dokter kemudian melakukan USG
dan didapatkan uterusnya berukuran 23 mm. Diagnosis yang tepat pada pasien
tersebut adalah……………………..
A. Abortus habitualis akibat Inkompatibilitas ABO
B. Abortus habitualis akibat inkompetensi cervix
C. Sindroma Mullerian Kongenital
D. Abortus habitualis akibat hiperprolaktinemia
E. Abortus habitualis akibat mioma uteri
Abortus Habitualis
TERSIER
Apabila riwayat kehamilan sebelumnya
Keguguran minimal 2/3 kali berturut- normal.
turut-turut < 20 minggu dan atau berat
janin <500 gram

PRIMER SEKUNDER
Apabila TIDAK TERDAPAT Riwayat Apabila terdapat riwayat minimal 1
keguguran berulang sebelumnya. bayi lahir hidup sebelumnya.
Servix Inkompeten
• Serviks inkompeten karakteristiknya
adalah abortus berulang pada trimester
2, dan tidak nyeri.
• Pada pemeriksaan USG transvaginal
didapatkan salah satu dari gambaran
berikut :
1. Cervix <25 mm
2. Funneling/ballooning serviks
3. OUI yang terdilatasi.
Soal No. 18
Wanita 34 tahun, G4P3A0 hamil 40 minggu mengalami persalinan macet.
Dibawa oleh keluarga ke rumah sakit terdekat. Pada pemeriksaan kepala bayi
sudah diluar setelah persalinan dibantu oleh bidan Puskesmas. Riwayat DM tak
terkontrol sejak 5 tahun lalu. Turtle sign (+). Perkiraan berat badan bayi 3500
gram. Dokter sudah melakukan Tindakan berupa manuver Mc. Robert dan
penekanan simfisis. Tidakan selanjutnya yang dapat dilakukan adalah……
A. Melakukan manuver rotasi interna
B. Melakukan Massanti Manuver
C. Akhiri persalinan secara perabdominam
D. Lakukan manuver rubin
E. Lakukan induksi persalinan
Soal No. 18
Wanita 34 tahun, G4P3A0 hamil 40 minggu mengalami persalinan macet.
Dibawa oleh keluarga ke rumah sakit terdekat. Pada pemeriksaan kepala bayi
sudah diluar setelah persalinan dibantu oleh bidan Puskesmas. Riwayat DM tak
terkontrol sejak 5 tahun lalu. Turtle sign (+). Perkiraan berat badan bayi 3500
gram. Dokter sudah melakukan Tindakan berupa manuver Mc. Robert dan
penekanan simfisis. Tidakan selanjutnya yang dapat dilakukan adalah……
A. Melakukan manuver rotasi interna (wood manuver)
B. Melakukan Massanti Manuver
C. Akhiri persalinan secara perabdominam
D. Lakukan manuver rubin
E. Lakukan induksi persalinan
Distosia Bahu
Keadaan dimana setelah kepala
dilahirkan, bahu anteriot tidak dapat
lewat di bawah simfisis pubis
• Kegagalan melahirkan bahu dengan
metode biasa
• Diagnosis:
– Kesulitan melahrikan wajah dan dagu
– “Turtle Sign”: kepala bayi melekat
erat di vulva atau bahkan tertarik
kembali
– Kegagalan paksi luar kepala bayi
– Kegagalan turunnya bahu
Turtle Sign
Manuver Mc
Robert

Penekanan
suprasimfisis
Wood’s screw manouvre
Tatalaksana Distosia Bahu Can be done simultaneously with
anterior dissimpaction
ALARM
• Ask for help
• Lift  manuver Mc. Robert
• The buttock
• The Legs
• Anterior Disimpaction of
Shoulder
• Rotation the Posterior
Shoulder  Wood’s Manuver
• Manual remover of posterior
arm
Rubin Maneuver
Anterior Disimpaction of Shoulder Adduction of anterior shoulder by
pressure applied to the posterior aspect
Suprapubic Pressure (Massanti Maneuvre) of the shoulder
Soal No. 19
Perempuan 32th P3A0 keluar perdarahan dari jalan lahir setelah melahirkan 1
jam yll di dukun. TD 110/80mmHg, N 90x/mnt, RR 18x/mnt, t 37,2°C. Px jalan
lahir terdapat robekan pada mukosa vagina. Tatalaksana yang tepat pada pasien
tersebut adalah………………
A. Lakukan penjahitan pada laserasi
B. Lakuka resusitasi cairan terlebih dahulu
C. Lakukan eksplorasi pada jalan lahir untuk memastikan
D.Tidak perlu dilakukan penjahitan
E. Lakukan penjahitan dengan metode B-Lynch
Soal No. 19
Perempuan 32th P3A0 keluar perdarahan dari jalan lahir setelah melahirkan 1
jam yll di dukun. TD 110/80mmHg, N 90x/mnt, RR 18x/mnt, t 37,2°C. Px jalan
lahir terdapat robekan pada mukosa vagina. Tatalaksana yang tepat pada pasien
tersebut adalah………………
A. Lakukan penjahitan pada laserasi
B. Lakuka resusitasi cairan terlebih dahulu
C. Lakukan eksplorasi pada jalan lahir untuk memastikan
D.Tidak perlu dilakukan penjahitan
E. Lakukan penjahitan dengan metode B-Lynch
Laserasi Jalan Lahir
I Luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina, komisura posterior tanpa
mengenai kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
posisi luka baik

II Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum dan otot perineum. Jahit menggunakan teknik
penjahitan laserasi perineum.
III Robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum hingga otot sfingter ani.
3a: <50% sfingter ani eksterna
3b: >50% sfingter ani eksterna
3c: meliputi sfingter ani interna

IV Mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot sfingter


ani sampai ke dinding depan rektum. Penolong asuhan persalinan normal
tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga
atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan
Tambahan :
• Derajat 3 : dilakukan di kamar operasi
• Dilakukan penjahitan bertahap dan
apabila tidak bisa harus dilakukan oleh
spesialis obstetric dan ginekologi
terlatih
Soal No. 20
Wanita, G1P0A0, datang dengan keluhan keluar lendir campur darah dari
kemaluan, diperiksa vital sign ibu : TD 110/80mmHg, nadi 88x/menit, nafas
22x/menit, suhu afebris. DJJ 152x/menit, pembukaan serviks 10 cm, ketuban
udah pecah, kontraksi uterus baik. Pada pemeriksaan leopold III teraba 2 bokong
dan kedua lutut tertekuk. Tatalaksana yang tepat pada pasien ini adalah?
A. Lakukan persalinan secara perabdominam
B. Lakukan Mc. Robert Manuver
C. Persalinan pervaginam dengan bracht manuver
D. Lakukan versi luar
E. Persalinan dibantu dengan forceps
Soal No. 20
Wanita, G1P0A0, datang dengan keluhan keluar lendir campur darah dari
kemaluan, diperiksa vital sign ibu : TD 110/80mmHg, nadi 88x/menit, nafas
22x/menit, suhu afebris. DJJ 152x/menit, pembukaan serviks 10 cm, ketuban
udah pecah, kontraksi uterus baik. Pada pemeriksaan leopold III teraba 2 bokong
dan kedua lutut tertekuk. Tatalaksana yang tepat pada pasien ini adalah?
A. Lakukan persalinan secara perabdominam
B. Lakukan Mc. Robert Manuver
C. Persalinan pervaginam dengan bracht manuver
D. Lakukan versi luar
E. Persalinan dibantu dengan forceps
Presentasi Bokong

Letak bokong kaki Footling Letak bokong murni


Di samping bokong Teraba kedua kaki/lutut Bokong menjadi bagian
teraba 2 kaki atau hanya teraba 1 depan, kedua tungkai
kaki/lutut lurus ke atas
Diagnosa
• Pergerakan anak terasa di perut bagian bawah pusat
• Pada palpasi teraba benda keras, melenting, bundar
pada fundus
• DJJ terdengar pada punggung anak setinggi pusat

Persalinan
• Dapat lahir spontan.
• Sikap konservatif dipertahankan sampai pusat lahir.
• 2 jam setelah pembukaan lengkap, anak sudah harus
lahir.
Perasat Persalinan

Bracht Manuever

• Presentasi bokong sempurna


atau murni.
• Pelvimetri klinis adekuat
• Janin tidak terlalu besar • Setelah tali pusat lahir,
• Tidak ada Riwayat SC dengan dikendorkan, bokong dipegang
dengan dua tangan.
indikasi DKP. • Pelan-pelan, tidak menarik,
• Kepala flexi. bokong dituntun ke arah perut
• Jika prolapse tali pusat  SC ibu.
• Setelah subocciput ada dibawah
simfisis, badan janin diputar ke
perut ibu.
Presentasi Kaki

Sebaiknya dilakukan SC

Pervaginam apabila :
• Persalinan sudah sedemikian
maju dan pembukaan lengkap
• Bayi preterm sehingga kans
hidup kecil
• Bayi kedua pada kehamilan
kembar
Soal No. 21
Ny. Ratna 20 tahun G2P1A0 aterm datang dengan keluhan kenceng-kenceng.
Tanda-tanda vital masih dalam batas normal. Pemeriksaan dalam didapatkan
pembukaan 1 cm, his baik. Dokter kemudian menilai bishop score didapatkan
nilai 4 . Tatalaksana yang tepat yang harus dilakukan adalah …
A. Lakukan induksi persalinan dengan menggunakan oksitosin
a. Lakukan priming dengan menggunakan misoprostol intravagina
b. Pimpin mengejan
c. Lakukan amniotomi
d. Lakukan induksi dengan menggunakan stripping-off the membrane
Soal No. 21
Ny. Ratna 20 tahun G2P1A0 aterm datang dengan keluhan kenceng-kenceng.
Tanda-tanda vital masih dalam batas normal. Pemeriksaan dalam didapatkan
pembukaan 1 cm, his baik. Dokter kemudian menilai bishop score didapatkan
nilai 4 . Tatalaksana yang tepat yang harus dilakukan adalah …
A. Lakukan induksi persalinan dengan menggunakan oksitosin
B. Lakukan priming dengan menggunakan misoprostol intravaginal
C. Pimpin mengejan
D. Lakukan amniotomy
E. Lakukan induksi dengan menggunakan stripping-off the membrane
Bishop Score

• Apabila bishop score < 5 maka


dilakukan pematangan serviks
terlebih dahulu.
• Apabila bishop score ≥ 5 maka dapat
dilakukan induksi
Priming vs Induksi Persalinan
Induksi Persalinan

PRIMING Teknik :
• Mekanik : pelepasan kulit ketuban dan
• Dapat menggunakan digital pemecahan kulit ketuban
yaitu : dimasukan 1 jari • Menggunakan oksitosin
sehingga lama-lama menjadi
lembut dan masak.
• Dapat menggunakan
misoprostol intravaginal
dengan dosis 200 or 400 μg.
SOAL NO.22
Pasien konfirmasi COVID dengan gejala sedang telah menjalani isolasi di rumah sakit selama 10 hari. Saat
ini pasien tidak mengeluhkan adanya gejala. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tidak ada kelainan.
Untuk mengubah status pasien konfirmasi menjadi selesai isolasi, apa yang harus dilakukan pasien
tersebut?
a. tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR. Dinyatakan selesai jika sudah isolasi mandiri selama
10 hari sejak pengambilan specimen diagnosis
b. tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR. Dinyatakan selesai jika sudah isolasi mandiri selama
10 hari sejak pengambilan specimen diagnosis ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi
menunjukkan gejala
c. Dinyatakan selesai isolasi apabila telah mendapatkan hasil follow up RT-PCR 1x negative ditambah
minimal 3 hari tidak bergejala
d. Dinyatakan selesai isolasi apabila telah mendapatkan hasil follow up RT-PCR 1x negative
e. Dinyatakan selesai isolasi apabila telah mendapatkan hasil follow up RT-PCR negative pada hari ke 10
dan 11
SOAL NO.22
Pasien konfirmasi COVID dengan gejala sedang telah menjalani isolasi di rumah sakit selama 10 hari. Saat
ini pasien tidak mengeluhkan adanya gejala. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tidak ada kelainan.
Untuk mengubah status pasien konfirmasi menjadi selesai isolasi, apa yang harus dilakukan pasien
tersebut?
a. tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR. Dinyatakan selesai jika sudah isolasi mandiri selama
10 hari sejak pengambilan specimen diagnosis
b. tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR. Dinyatakan selesai jika sudah isolasi mandiri
selama 10 hari sejak pengambilan specimen diagnosis ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi
menunjukkan gejala
c. Dinyatakan selesai isolasi apabila telah mendapatkan hasil follow up RT-PCR 1x negative ditambah
minimal 3 hari tidak bergejala
d. Dinyatakan selesai isolasi apabila telah mendapatkan hasil follow up RT-PCR 1x negative
e. Dinyatakan selesai isolasi apabila telah mendapatkan hasil follow up RT-PCR negative pada hari ke 10
dan 11
Evaluasi Akhir Status Klinis Pasien COVID-19
Evaluasi Akhir Status Klinis Pasien COVID-19
SOAL NO.23
Nn.Y, bekerja pelajar di Jakarta. Saat wabah COVID-19 masuk ke Indonesia, nn.Y kembali ke
kampung halamannya karena diliburkan. Pasien tidak merasakan keluhan apapun. 6 hari setelah
nn.y pulang, kedua orang tua pasien batuk dan sesak. Setelah diperiksa ternyata, kedua orang tua
pasien positif COVID-19. Pasien juga diketahui mengikuti perkumpulan karang taruna di desanya
dengan jumlah anggota 20 orang. Dari 20 peserta yang hadir, 8 peserta positif covid-19
sedangkan 12 orang yang lainnya negative. Apa scenario transmisi pandemic COVID-19 pada
kasus tersebut berdasarkan panduan WHO?
a. Tidak ada kasus
b. Kasus sporadic
c. Kasus klaster
d. Penularan komunitas
e. Kasus menular
SOAL NO.23
Nn.Y, bekerja pelajar di Jakarta. Saat wabah COVID-19 masuk ke Indonesia, nn.Y kembali ke
kampung halamannya karena diliburkan. Pasien tidak merasakan keluhan apapun. 6 hari setelah
nn.y pulang, kedua orang tua pasien batuk dan sesak. Setelah diperiksa ternyata, kedua orang tua
pasien positif COVID-19. Pasien juga diketahui mengikuti perkumpulan karang taruna di desanya
dengan jumlah anggota 20 orang. Dari 20 peserta yang hadir, 8 peserta positif covid-19
sedangkan 12 orang yang lainnya negative. Apa scenario transmisi pandemic COVID-19 pada
kasus tersebut berdasarkan panduan WHO?
a. Tidak ada kasus
b. Kasus sporadic
c. Kasus klaster
d. Penularan komunitas
e. Kasus menular
Transmisi COVID-19
Berdasarkan panduan WHO, terdapat 4 skenario transmisi pada pandemi COVID-19,
yaitu:
1. Wilayah yang belum ada kasus (No Cases)
2. Wilayah dengan satu atau lebih kasus, baik kasus import ataupun lokal, bersifat
sporadik dan belum terbentuk klaster (Sporadic Cases)
3. Wilayah yang memiliki kasus klaster dalam waktu, lokasi geografis, maupun paparan
umum (Clusters of Cases)
4. Wilayah yang memiliki transmisi komunitas (Community Transmission)
SOAL NO. 24
Tn.P 22 tahun datang dengan keluhan jantung berdebar-debar TD 160/100 HR 112
x/menit, RR 20 x/menit, T 37.7oC, lalu pada pemeriksaan EKG pada lead I, II dan III
ditemukan gambaran PR memendek dengan QRS lebar serta gambaran delta wave.
Diagnosis pada pasien ini adalah….
A. SVT
B. Wolf Parkinson White Syndrome
C. Atrial fibrilasi
D. Atrial ekstrasistol
E. Ventrikel ekstrasistol
SOAL NO. 24
Tn.P 22 tahun datang dengan keluhan jantung berdebar-debar TD 160/100 HR 112
x/menit, RR 20 x/menit, T 37.7oC, lalu pada pemeriksaan EKG pada lead I, II dan III
ditemukan gambaran PR memendek dengan QRS lebar serta gambaran delta
wave. Diagnosis pada pasien ini adalah….
A. SVT
B. Wolf Parkinson White Syndrome
C. Atrial fibrilasi
D. Atrial ekstrasistol
E. Ventrikel ekstrasistol
Sindrom Wolf Parkinson White (WPW)
• Sindrom Wolff-Parkinson-White merupakan salah satu
bentuk sindrom preeksitasi dimana terdapat jaras
aksesoris kongenital antara atrium dan ventrikel, sehingga WPW
terjadi aktivasi ventrikel lebih awal akibat arus listrik Wide QRS complex
dari atrium langsung turun ke ventrikel tanpa melalui AV PR-interval short (<12s)
node Wave delta wave
• Jaras aksesoris kongenital pada sindrom WPW dikenal
sebagai Bundle of Kent, yang langsung menghubungkan
antara atrium dan ventrikel tanpa melalui AV Node
• Karena adanya jaras aksesoris kongenital, pasien dengan
sindrom WPW akan sering mengalami episode
takiaritmia, akibat mekanismee reentry pada jaras
aksesorisnya yang kita sebut sebagai Atrioventrikular
Reentry Tachycardia ( AVRT ) Sumber : http://www.ina-ecg.com/2015/05/sindrom-wolff-parkinson-white.html
Karakteristik EKG pada Sindrom Wolf Parkinson White (WPW)
• Interval PR Memendek (< 120
msec)
• Terdapat Gelombang Delta (
adanya Slurring pada awal
gelombang QRS )
• Gelombang QRS sedikit melebar
akibat gelombang delta
• Adanya abnormalitas gelombang
ST/T akibat abnormalitas
repolarisasi
• Kadang Terlihat Pseudo Infarction
Pattern, Karena Gelombang Delta
Negatif menyerupai Gelombang Q
Patologis Sumber : http://www.ina-ecg.com/2015/05/sindrom-wolff-parkinson-white.html
SOAL NO. 25
Tn.Y 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada betis dan ujung kaki
kiri sejak 3 tahun terakhir. Nyeri bertambah ketika beraktivitas dan hilang pada saat
istirahat. Nyeri juga bertambah saat suhu dingin. Riwayat DM dan hipertensi
disangkal. Pasien adalah perokok aktif sejak usia 20 tahun, pada pemeriksaan fisik
tampak kaki membiru. EKG dan thorak dbn. Diagnosis yang tepat untuk kasus ini
adalah…
A. Arteritis Takayasu
B. Tromboangitis Obliterans
C. Sindrom CREST
D. Chronis critical limb ischemic
E. Emboli arteri
SOAL NO. 25
Tn.Y 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada betis dan ujung kaki
kiri sejak 3 tahun terakhir. Nyeri bertambah ketika beraktivitas dan hilang pada
saat istirahat. Nyeri juga bertambah saat suhu dingin. Riwayat DM dan hipertensi
disangkal. Pasien adalah perokok aktif sejak usia 20 tahun, pada pemeriksaan fisik
tampak kaki membiru. EKG dan thorak dbn. Diagnosis yang tepat untuk kasus ini
adalah…
A. Arteritis Takayasu  perbedaan tekanan darah > 10 mmHg karena inflamasi
B. Tromboangitis Obliterans
C. Sindrom CREST  subtype scleroderma
D. Chronis critical limb ischemic  tanda : jaringan iskemik atau luka tak kunjung
sembuh
E. Emboli arteri  jadi iskemik jika menyumbat kapiler
Buerger Disease (Thromboangiits obliterans)

• Etiologi : merupakan inflamasi pada arteri atau vena


(vasculitis)
• Lokasi : pada a.tibialis dan a. radialis
• Terbanyak pada usia <35 tahun berhubungan dengan
perokok.
• Gejala : klaudikasio intermitten, nyeri pada ujung kaki
saat istirahat dan gangren/ulkus pada ujung-ujung jari. Gangren pada ujung jari

Sumber : slide kardiologi mediko.id


Tromboangitis Obliterans

• Faktor Risiko : Merokok kuat


• Spasme arteri ekstremitas 
iskemi
• Klaudikasi = nyeri menjalar bila
beraktivitas, membaik dengan
istirahat.
• Bisa timbul gangren
• Tx : stop rokok, vasodilator,
bedah.
SOAL NO. 26
Ny.K datang ke poli umum dengan keluhan pusing berputar. Keluhan terutama
dirasakan saat berubah posisi dari berbaring ke berdiri. Pasien memiliki riwayat DM
selama 5 tahun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD saat berbaring 140/90
mmHg, TD setelah berdiri lama selama 3 menit 110/80. Diagnosis pada kasus ini
adalah ….
A. Vertigo
B. Hipotensi ortostatik
C. Aritmia ortostatik
D. Insufisiensi vena kronik
E. Sinkop
SOAL NO. 26
Ny.K datang ke poli umum dengan keluhan pusing berputar. Keluhan terutama
dirasakan saat berubah posisi dari berbaring ke berdiri. Pasien memiliki riwayat
DM selama 5 tahun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD saat berbaring 140/90
mmHg, TD setelah berdiri lama selama 3 menit 110/80. Diagnosis pada kasus ini
adalah ….
A. Vertigo  pusing berputar, bisa sentral maupun perifer
B. Hipotensi ortostatik
C. Aritmia ortostatik  dikenal dengan istilah POTS (postural orthostatic
tachycardia syndrome) HR meningkat >30x/menit dalam 10 menit pasien
berubah posisi dari berbaring keberdiri
D. Insufisiensi vena kronik  hiperpigmentasi, rasa berat di kaki, edema
E. Sinkop  penurunan kesadaran
Hipotensi Ortostatik
• Definisi: penurunan TD sistolik≥ 20 mmHg atau diastolic ≥ 10 mmHg setelah 3 menit
pada posisi berdiri
• Patofisiologi
• Pada saat berdiri terjadi pooling darah sebesar 300-800cc di ekstrimitas bawah atau
sirkulasi splanik
• Tubuh merespons dengan peningkatan simpatik  HR meningkat, resistensi perifer
meningkat, kontraktilitas meningkat
• Bila respon tersebut tidak adekuat  terjadi hipotensi dan hipoperfusi

Sumber : http://www.ina-ecg.com/2015/05/sindrom-wolff-parkinson-white.html
Hipotensi Ortostatik
• Pada DM terjadi gangguan saraf otonom sehingga respon simpatik menjadi tidak adekuat

Sumber : http://www.ina-ecg.com/2015/05/sindrom-wolff-parkinson-white.html
SOAL NO. 27
Tn.A diantar ke UGD dengan keluhan nyeri dada hebat mendadak 10 menit yang
lalu. Nyeri dirasakan seperti tersayat pisau. Oleh dokter dilakukan CT Scan dan
ditemukan robekan diaorta descenden. Diagnosis yang tepat menurut Debakey
adalah…..
A. Diseksi aorta tipe A
B. Diseksi aorta tipe B
C. Diseksi aorta tipe I
D. Diseksi aorta tipe II
E. Diseksi aorta tipe III
SOAL NO. 27
Tn.A diantar ke UGD dengan keluhan nyeri dada hebat mendadak 10 menit yang
lalu. Nyeri dirasakan seperti tersayat pisau. Oleh dokter dilakukan CT Scan dan
ditemukan robekan diaorta descenden. Diagnosis yang tepat menurut Debakey
adalah…..
A. Diseksi aorta tipe A  Bukan klasifikasi debakey
B. Diseksi aorta tipe B Bukan klasifikasi debakey
C. Diseksi aorta tipe I  pada aorta ascenden dan descenden
D. Diseksi aorta tipe II  pada aorta ascenden
E. Diseksi aorta tipe III
Diseksi Aorta
• Merupakan kondisi dimana terjadinya robekan pada lapisan dalam aorta
• Gejala klinis :
Nyeri hebat mendadak seperti tersayat pisau
• Klasifikasi :
• Menurut Stanford
• Tipe A : robekan aorta ascenden atau keduanya
• Tipe B : robekan aorta descenden
• Menurut debakey
• Debakey 1 : robekan aorta ascenden dan descenden
• Debakey 2: robekan aorta ascenden
• Debakey 3: robelan aorta descenden

Sumber : Sumber: Mann, Zippes, Libby. 2014. Brauwnalds Heart Disease; A Textbook of Cardiovascular Medicine 10th Edition. Elsevier. United
States
SOAL NO. 28
Laki-laki usia 50 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 2 jam
yang lalu. Nyeri dada kiri menjalar sampai rahang kiri yang terasa seperti tertindih
beban berat disertai keringat dingin. Pemeriksaan fisik TD 100/60 mmHg, N 85 x/m,
RR 24x/m. Pemeriksaan EKG tampak ST depresi pada lead I, Avl, v5, v6.
Kemungkinan arteri yang terkena adalah……
A. Right coronary artery
B. Left coronary artery
C. Right circumflexa artery
D. Left circumflexa artery
E. Left ascending artery
SOAL NO. 28
Laki-laki usia 50 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 2 jam
yang lalu. Nyeri dada kiri menjalar sampai rahang kiri yang terasa seperti tertindih
beban berat disertai keringat dingin. Pemeriksaan fisik TD 100/60 mmHg, N 85 x/m,
RR 24x/m. Pemeriksaan EKG tampak ST depresi pada lead I, Avl, v5, v6.
Kemungkinan arteri yang terkena adalah……
A. Right coronary artery
B. Left coronary artery
C. Right circumflexa artery
D. Left circumflexa artery
E. Left ascending artery
Anatomi Arteri Koroner
Aorta bercabang menjadi 2:
• Right coronary artery= suplai darah ke dinding
inferior jantung dan SA node RCA bercabang
menjadi posterior descending artery suplai darah
ke dinding posterior
NB : RCA suplai ke SA node dan AV node
sehingga dapat menybabkan gangguan konduksi
• Left coronary artery ( bercabang menjadi 2)
• Left anterior descending artery= suplai darah
ke dinding anteirior dan septal
• Left circumflex artery = suplai darah ke
dindinglateral

Sumber: Mann, Zippes, Libby. 2014. Brauwnalds Heart Disease; A Textbook of Cardiovascular Medicine 10th Edition. Elsevier. United States.
SOAL NO. 29
N. J, 21 tahun mengeluhkan nyeri pada tungkai dan betis terutama ketika berdiri
terlalu lama, pasien bekerja sebagai SPG Handphone dan sering berdiri lama.
Keluhan ini disertai penonjolan pembuluh darah didaerah betis berwarna kebiruan.
Keluhan demam, betis merah dan demam disangkal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tanda vital dalam batas normal. Tatalaksana awal yang tepat untuk
pasien ini adalah…
A. Cilostazol 2 x 100 mg PO
B. Bedah
C. Aspilet
D. Stocking
E. Warfarin 2 mg PO
SOAL NO. 29
N. J, 21 tahun mengeluhkan nyeri pada tungkai dan betis terutama ketika berdiri
terlalu lama, pasien bekerja sebagai SPG Handphone dan sering berdiri lama.
Keluhan ini disertai penonjolan pembuluh darah didaerah betis berwarna
kebiruan. Keluhan demam, betis merah dan demam disangkal. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal. Tatalaksana awal yang tepat untuk
pasien ini adalah…
A. Cilostazol 2 x 100 mg PO  tidak ada indikasi
B. Bedah  jika stoking tidak berhasil
C. Aspilet  tidak ada indikasi
D. Stocking
E. Warfarin 2 mg PO  tidak ada indikasi
CHRONIC VENOUS INSUFICIENCY
• Merupakan kelainan akibat gangguan pada katup
vena
• Faktor predisposisi :
• Kebiasaan berdiri atau duduk lama ( SPG, Naik
pesawat berjam-jam)
• Gejala klinis :
• Vena kaki berkelok-kelok
• Bengkak
• Perubahan warna kulit
• Ulkus

Sumber: Mann, Zippes, Libby. 2014. Brauwnalds Heart Disease; A Textbook of Cardiovascular Medicine 10th Edition. Elsevier. United States.
CHRONIC VENOUS INSUFICIENCY
Tatalaksana CVI:
• Awal pemakaian stocking kompresi
• Dilanjutkan noninvasive test (venography)
Jika belum membaik bisa dilakukan operasi

Sumber: Mann, Zippes, Libby. 2014. Brauwnalds Heart Disease; A Textbook of Cardiovascular Medicine 10th Edition. Elsevier. United States.
SOAL NO. 30
Pasien laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan muncul bejolan di
scrotum kiri sejak 1 bulan yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
apapun sebelumnya. Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan masa berkantong pada pada caput epididymis
yang tidak nyeri dan saat ditransluminasi didapatkan cahaya jernih. Diagnosis
yang tepat adalah …
a. Hidrokel
b. Torsio testis
c. Kista epididymis
d. Varikokel
e. Orkitis luetika
Soal TO AIPKI Regio IV Batch 1 2020
SOAL NO. 30
Pasien laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan muncul bejolan di
scrotum kiri sejak 1 bulan yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
apapun sebelumnya. Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan masa berkantong pada pada caput epididymis
yang tidak nyeri dan saat ditransluminasi didapatkan cahaya jernih. Diagnosis
yang tepat adalah …
a. Hidrokel  massa di skrotum
b. Torsio testis  nyeri hebat
c. Kista epididymis  sesuai
d. Varikokel  kantong cacing
e. Orkitis luetika  sifilis stadium 4
Soal TO AIPKI Regio IV Batch 1 2020
Varikokel Hidrokel Kista epididymis Orkitis luetika
Kesan seperti kantong Terkumpul cairan di Kista tembus Sifilis stadium IV
cacing  akibat disfungsi tunka vaginalis cahaya Terjadi
katup vena  terjadi sekitar skrotum pembengkakan
dilatasi vena Transluminasi (+) kronis di seluruh
pampiniformis testis
Kausa utama infestilitas
Spermatocele
Varicocele Hidrocele
SOAL NO. 31
Pasien laki-laki datang ke poli umum mengeluh nyeri pada daerah pinggang
kanan sejak 2 hari yang lalu, nyeri dirasakan tajam dan terus menerus. Pada
pemeriksaantanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri ketok CVA dan tidak ada tanda inflamasi apapun. Kemudian
dilakukan pemeriksaan USG terdapat gambaran seperti tanduk rusa. Maka
diagnosis pasien adalah …
a. Pielonefritis
b. Nefrolitiasis dan ureterolitiasis
c. Hidronefreosis dan hidroureter
d. Batu struvit
e. Ureterolitiasis
Soal TO AIPKI Regio IV Batch 1 2020
SOAL NO. 31
Pasien laki-laki datang ke poli umum mengeluh nyeri pada daerah pinggang
kanan sejak 2 hari yang lalu, nyeri dirasakan tajam dan terus menerus. Pada
pemeriksaantanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan nyeri ketok CVA dan tidak ada tanda inflamasi apapun. Kemudian
dilakukan pemeriksaan USG terdapat gambaran seperti tanduk rusa. Maka
diagnosis pasien adalah …
a. Pielonefritis  tidak tepat
b. Nefrolitiasis dan ureterolitiasis  tidak nyeri kolik
c. Hidronefreosis dan hidroureter  tidak ada pembesaran
d. Batu struvit  batu tanduk rusa
e. Ureterolitiasis  tidak ada nyeri kolik
Soal TO AIPKI Regio IV Batch 1 2020
Jenis Batu Ginjal

https://uroweb.org/guideline/urolithiasis/#3
https://uroweb.org/guideline/urolithiasis/#3
SOAL NO. 32
Pasien laki-laki usia 40 tahun datang ke IGD akibat kecelakaan lalu lintas
tunggal dengan sepeda motor dan kondisi setenag sadar. Pasien mengeluhkan
nyeri di pinggang dan punggung dan tidak bisa mengingat jelas kronologis
kejadian. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam batas normal.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan BAK berdarah, jejas
minimal di pinggang. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 15, Hct 44%, Cr serum 0,8. Maka diagnosis pasien adalah …
a. Ruptur ginjal
b. Ruptur ureter
c. Ruptur Buli
d. Ruptur Urethra
e. Ruptur Epididimis Soal TO AIPKI Regio IV Batch 1 2020
SOAL NO. 32
Pasien laki-laki usia 40 tahun datang ke IGD akibat kecelakaan lalu lintas
tunggal dengan sepeda motor dan kondisi setenag sadar. Pasien mengeluhkan
nyeri di pinggang dan punggung dan tidak bisa mengingat jelas kronologis
kejadian. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam batas normal.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan BAK berdarah, jejas
minimal di pinggang. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 15, Hct 44%, Cr serum 0,8. Maka diagnosis pasien adalah …
a. Ruptur ginjal  tidak sesuai
b. Ruptur ureter  tidak sesuai
c. Ruptur Buli  tepat
d. Ruptur Urethra  tidak sesuai
e. Ruptur Epididimis  tidak sesuai Soal TO AIPKI Regio IV Batch 1 2020
Ruptur buli intraperitoneal vs
ekstraperitoneal
Intraperitoneal Ekstraperitoneal
Lebih jarang, berhubungan dengan Lebih sering, berhubungan dengan
cedera vesika urinaria penuh fraktur pelvis
Kontras ekstravasasi sampai Kontras ekstravasasi flame-shaped ke
intraperitoneal region obturator atau ruang prevesicular
Retzius, ekstravasasi kontras perivesika
Tx : laparoskopi repair Tx : kateter folley 7-14 hari
Klasifikasi Imaging
Padilla-Fernández, Bárbara & Diaz-Alferez, F & Garcia-Garcia, M.A. & Herrero-Polo, M & Velasquez, Jose & Lorenzo-Gomez,
Fernanda. (2012). Bladder Neck Rupture Following Perineal Bull Horn Injury: A Surgical Challenge. Clinical medicine insights.
Case reports. 5. 123-8. 10.4137/CCRep.S10234.
SOAL NO. 33
Pasien wanita usia 30 tahun datang ke IGD RS karena kecelakaan lalu lintas.
Punggung kanan pasien membentur trotoar langsung. Pada pemeriksaan
didapatkan ekimosis pada pinggang dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan
penunjang CT scan didapatkan putusnya seluruh arteri dan vena renalis. Maka
diagnosis pasien adalah …
a. Rupture ginjal derajat 1
b. Rupture ginjal derajat 2
c. Rupture ginjal derajat 3
d. Rupture ginjal derajat 4
e. Rupture ginjal derajat 5
SOAL NO. 33
Pasien wanita usia 30 tahun datang ke IGD RS karena kecelakaan lalu lintas.
Punggung kanan pasien membentur trotoar langsung. Pada pemeriksaan
didapatkan ekimosis pada pinggang dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan
penunjang CT scan didapatkan putusnya seluruh arteri dan vena renalis. Maka
diagnosis pasien adalah …
a. Rupture ginjal derajat 1
b. Rupture ginjal derajat 2
c. Rupture ginjal derajat 3
d. Rupture ginjal derajat 4
e. Rupture ginjal derajat 5  sudah jelas
Klasifikasi

Chiron, P., Hornez, E., Boddaert, G., Dusaud, M., Bayoud, Y., Molimard, B., Desfemmes, F.R., & Durand, X. (2015). Grade IV
renal trauma management. A revision of the AAST renal injury grading scale is mandatory. European Journal of Trauma and
Emergency Surgery, 42, 237-241.
Klasifikasi

Chiron, P., Hornez, E., Boddaert, G., Dusaud, M., Bayoud, Y., Molimard, B., Desfemmes, F.R., & Durand, X. (2015). Grade IV
renal trauma management. A revision of the AAST renal injury grading scale is mandatory. European Journal of Trauma and
Emergency Surgery, 42, 237-241.
Pemeriksaan Penunjang Indikasi imaging
Laboratorium (wajib) • Gross hematuria
• Hematuria
• Hb dan Hct  cek perdarahan akut mikroskopis + sistol
• Urinalisis  cek hematuria <90mmHg
• Kreatinin  cek fungsi ginjal • Mekanisme : rapid
deceleration injury,
Imaging direct flank trauma,
• USG  cek hemoperitoneum, kurang penetrating
direkomendasikan • Kontusio pinggang
• IVP  jika tidak ada CT scan • Fraktur costa inferior
atau vertebrae
• CT scan  modality of choice
thoraco-lumbal
• MRI  tidak lebih baik dari CT scan
SOAL NO.34
Warga desa canden bekerja sama dengna pemerintah untuk membuat jamban
sehat. Jenis jamban yang dianjutrkan untku mencegah peyebaran bau dan
penularan berbagai penyakit adalah?
a. Pit privy
b. Bucket latrine
c. Trench latrine
d. Water-sealed latrine
e. Chemical latrine
SOAL NO.34
Warga desa canden bekerja sama dengna pemerintah untuk membuat jamban
sehat. Jenis jamban yang dianjutrkan untku mencegah peyebaran bau dan
penularan berbagai penyakit adalah?
a. Pit privy
b. Bucket latrine
c. Trench latrine
d. Water-sealed latrine
e. Chemical latrine
SOAL NO.35
Fasilitas tingkat lanjut dan faskes pertama berbeda. Pada faskes tingkat
lanjut cara pembayaran berdasarkan penggolongan diagnosis dan prosedur
klinis yang sama/mirip. Jenis pembayaran yang dimaksud adalah….
a. Kapitasi
b. Case mix
c. Fee for service
d. Out of Pocket
e. Taxation
SOAL NO.35
Fasilitas tingkat lanjut dan faskes pertama berbeda. Pada faskes tingkat
lanjut cara pembayaran berdasarkan penggolongan diagnosis dan prosedur
klinis yang sama/mirip. Jenis pembayaran yang dimaksud adalah….
a. Kapitasi
b. Case mix
c. Fee for service
d. Out of Pocket
e. Taxation
Sistem Pembayaran Kesehatan (WHO)
Sistem Keterangan
Fee for service Pembayaran per item pelayanan (pemeriksaan, terapi, pelayanan
pengobatan/tindakan diidentifikasi satu persatu) kemudian dijumlahkan dan
ditagihkan kepada pasien
Case payment/case mix Pembayaran bagi paket pelayanan atau episode pelayanan. Tidak berdasarkan item
Daily charge Pembayaran langsung dengan jumlah tetap per hari bagi pelayanan rawat inap
Bonus payment Pembayaran langsung sejumlah yang disepakati (biasanya global) bagi tipe pelayanan
yang diberikan
Capitation Pembayaran berdasarkan jumlah orang yang menjadi tanggung jawab dokter (tiap
tahun)
Salary Pendapatan per tahun tidak berdasarkan beban kerja atau biaya pelayanan yang
diberikan
Global budget Seluruh anggaran pelaksanaan ditetapkan di awal yang dirancang untuk menyediakan
pengeluaran tertinggi, tetapi memungkinkan pemanfaatan dana secara fleksibel
dalam batas tertentu
SOAL NO.36
Seorang pasien sudah lama dirawat di RS, oleh dokter diperiksa
didapati GCS E1M1V1, kemudian dokter ingin menerbitkan keterangan
mati batang otak, Siapakah yang berhak menerbitkan keterangan mati
batang otak di RS?
a. Direktur RS
b. Komite medik RS
c. DPJP
d. Tim dokter
e. Komite etik RS
SOAL NO.36
Seorang pasien sudah lama dirawat di RS, oleh dokter diperiksa
didapati GCS pasien E1M1Vt(terintubasi), kemudian dokter ingin
menerbitkan keterangan mati batang otak, Siapakah yang berhak
menerbitkan keterangan mati batang otak di RS?
a. Direktur RS
b. Komite medik RS
c. DPJP
d. Tim dokter
e. Komite etik RS
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014
tentang Penentuan Kematian dan Pemanfaatan Organ Donor
SOAL NO.37
Desa A pada tahun 2018 memiliki 10.000 bayi lahir hidup, 5 bayi meninggal
saat usia kurang dari 28 hari, 50 bayi meninggal usia kurang dari 1 tahun, dan
500 orang meninggal saat usia kurang dari 5 tahun. Angka kematian neontal
pada desa A tahun 2018 adalah ...
a. 0,05
b. 0,5
c. 5
d. 50
e. 500
SOAL NO.37
Desa A pada tahun 2018 memiliki 10.000 bayi lahir hidup, 5 bayi meninggal
saat usia kurang dari 28 hari, 50 bayi meninggal usia kurang dari 1 tahun, dan
500 orang meninggal saat usia kurang dari 5 tahun. Angka kematian neontal
pada desa A tahun 2018 adalah ...
a. 0,05
b. 0,5
c. 5
d. 50
e. 500
Angka Kematian (Mortality Rate)
1.000

100.000

1.000

Pada kasus:
(5/10.000)*1000= 0,5
SOAL NO.38
Bulan Mei 2019, di desa A terdapat 10 orang warga yang mengalami demam
dan tidak diketahui penyebanya. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan
dari rumah ke rumah dan ditemukan 70 dari 150 rumah yang diperiksa
terdapat jentik nyamuk pada bak penampungan air. Status kejadian luar
biasa belum ditetapkan. Tindakkan yang dilakukan oleh puskesmas desa A
adalah...
a. Fogging fokus 3x dengan radius 100 meter interval 1 minggu
b. Fogging fokus 2x dengan radius 100 meter interval 1 minggu
c. Fogging fokus 3x dengan radius 200 meter interval 1 minggu
d. Fogging fokus 2x dengan radius 200 meter interval 1 minggu
e. Fogging fokus 3x dengan radius 100 meter interval 2 minggu
SOAL NO.38
Bulan Mei 2019, di desa A terdapat 10 orang warga yang mengalami demam
dan tidak diketahui penyebanya. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan
dari rumah ke rumah dan ditemukan 70 dari 150 rumah yang diperiksa
terdapat jentik nyamuk pada bak penampungan air. Status kejadian luar
biasa belum ditetapkan. Tindakkan yang dilakukan oleh puskesmas desa A
adalah...
a. Fogging fokus 3x dengan radius 100 meter interval 1 minggu
b. Fogging fokus 2x dengan radius 100 meter interval 1 minggu
c. Fogging fokus 3x dengan radius 200 meter interval 1 minggu
d. Fogging fokus 2x dengan radius 200 meter interval 1 minggu
e. Fogging fokus 3x dengan radius 100 meter interval 2 minggu
PENANGGULANGAN NYAMUK
Pemberantasan Sarang Nyamuk
Nyamuk Dewasa

Fogging fokus
Fogging
Menguras Menutup Mengubur
Dilaksanakan dua putaran dengan massal
interval 1 minggu, radius 100m
Kegiatan
Wajib dilaksanakan oleh pengasapan
fokus secara
penyelidikan epidemiologi positif : puskesmas pada setiap serentak dan
ditemukan ≥1 penderita DBD lainnya atau penyelidikan epidemiologi menyeluruh pada
ditemukan ≥3 penderita panas tanpa sebab positif paling lama 3x24jam saat KLB sebanyak
2 putaran dengan
DAN interval 1 minggu.
ditemukan jentik > 5 % (Angka bebas nyamuk
<95%)
SOAL NO.39
Daerah A memiliki 5000 warga yang mayoritas adalah petani. Jarak tempuh
untuk ke kota kurang lebih 10 km dan rumah sakit terdekat berjarak 6 km,
namun dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum. Apabila di daerah
A akan dibangun suatu puskesmas, maka puskesmas tersebut termasuk
puskesmas yang berada pada daerah...
a. Tertinggal
b. Terpencil
c. Desa
d. Sederhana
e. Kota
SOAL NO.39
Daerah A memiliki 5000 warga yang mayoritas adalah petani. Jarak tempuh
untuk ke kota kurang lebih 10 km dan rumah sakit terdekat berjarak 6 km,
namun dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum. Apabila di daerah
A akan dibangun suatu puskesmas, maka puskesmas tersebut termasuk
puskesmas yang berada pada daerah...
a. Tertinggal
b. Terpencil
c. Desa
d. Sederhana
e. Kota
Kategori Puskesmas
Berdasarkan wilayah kerja
SOAL NO.40
Seorang laki-laki berusia 37 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
kencing manis sejak 5 tahun yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan dokter
menyarankan pasien rawat inap. Pasien adalah seorang pegawai negeri sipil
(PNS) dan peserta JKN dengan iuran5% dari gaji perbulan wajib bayar. Namun
tidak seluruhnya dibayar oleh peserta, sebagian dibayarkan oleh pemberi kerja.
Berapakah iuran yang wajib dibayarkan pemberi kerja pada kasus diatas?
a. 2%
b. 2,5%
c. 3%
d. 3,5%
e. 4%
SOAL NO.40
Seorang laki-laki berusia 37 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
kencing manis sejak 5 tahun yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan dokter
menyarankan pasien rawat inap. Pasien adalah seorang pegawai negeri sipil
(PNS) dan peserta JKN dengan iuran 5% dari gaji perbulan wajib bayar. Namun
tidak seluruhnya dibayar oleh peserta, sebagian dibayarkan oleh pemberi kerja.
Berapakah iuran yang wajib dibayarkan pemberi kerja pada kasus diatas?
a. 2%
b. 2,5%
c. 3%
d. 3,5%
e. 4%
TERBARU!!
LAMA!!
PB Dibayar oleh Pemerintah
Pekerja Penerima Upah Dibayar oleh Pemberi Kerja dan Pekerja
• PNS, TNI, POLRI: 5% dari gaji perbulan (3% dibayar oleh
pemberi kerja, 2% dibayar mandiri)
• BUMN,BUMD, SWASTA: 5% dari gaji perbulan (4% dibayar
dari pemberi kerja, 1% dibayar mandiri)

Pekerja Bukan Penerima Upah Dibayar oleh peserta bersangkutan


• Kelas 1: 80.000
• Kelas 2: 51.000
• Kelas 3: 25.500
Bukan Pekerja • Dibayar oleh peserta yang bersangkutan
• Veteran dan perintis kemerdekaan dibayarkan oleh
pemerintah
Soal No.41
Sesosok jasad perempuan ditemukan oleh warga mengapung di danau. Setelah
dilakukan pemeriksaan oleh tim forensik, didapatkan busa pada hidung dan mulut, kulit
keriput dan pucat di ujung jari, telapak tangan, punggung tangan, dan tumit. Hasil positif
pada uji diatom.
Mekanisme kematian jasad tersebut adalah?
a. Tenggelam
b. Hipoksia
c. Edema paru
d. Ventrikel fibrilasi
e. Atrial fibrilasi
Soal No.41
Sesosok jasad perempuan ditemukan oleh warga mengapung di danau. Setelah
dilakukan pemeriksaan oleh tim forensik, didapatkan busa pada hidung dan mulut, kulit
keriput dan pucat di ujung jari, telapak tangan, punggung tangan, dan tumit. Hasil
positif pada uji diatom.
Mekanisme kematian jasad tersebut adalah?
a. Tenggelam  penyebab kematian
b. Hipoksia  mekanisme kematian
c. Edema paru  mekanisme kematian pada air asin
d. Ventrikel fibrilasi
e. Atrial fibrilasi
KEMATIAN
Cara kematian  menjelaskan bagaimana PENYEBAB kematian datang
(alamiah, non alamiah : kecelakaan, pembunuhan, bunuh diri)

Penyebab kematian  perlukaan atau penyakit yang menimbulkan kekacauan fisik,


sehingga menghasilkan kematian
Contoh : luka tembak, luka tusuk, kanker, stroke

Mekanisme kematian  proses patofisiologis yang dihasilkan oleh penyebab kematian


Contoh : perdarahan, kerusakan jaringan otak, asfiksia
TENGGELAM (PENYEBAB kematian)
Tenggelam  fase menahan napas  inspirasi involunter  gasping untuk mencari
udara  penurunan kesadaran  hipoksia otak  kerusakan otak
Soal No.42
Jenazah seorang bayi dibawa oleh polisi ke RS untuk dilakukan otopsi. Polisi
mengatakan jenazah tersebut ditemukan di semak-semak. Setelah dilakukan
pemeriksaan, dokter pemeriksa mengatakan bahwa bayi yang ditemukan
telah cukup bulan.
Tanda yang dapat ditemukan pada jenazah tersebut, kecuali?
a. Berat badan 2600 gram
b. Kuku melewati ujung jari
c. Panjang badan 42 cm
d. Testis turun ke scrotum
e. Lingkar kepala 34 cm
Soal No.42
Jenazah seorang bayi dibawa oleh polisi ke RS untuk dilakukan otopsi. Polisi
mengatakan jenazah tersebut ditemukan di semak-semak. Setelah dilakukan
pemeriksaan, dokter pemeriksa mengatakan bahwa bayi yang ditemukan telah
cukup bulan.
Tanda yang dapat ditemukan pada jenazah tersebut, kecuali?
a. Berat badan 2600 gram
b. Kuku melewati ujung jari
c. Panjang badan 42 cm  seharusnya >48 cm
d. Testis turun ke scrotum
e. Lingkar kepala 34 cm
Kemampuan Hidup (Viabilitas)
SOAL NO.43
Laki laki 38 tahun datang kllinik karena keluhan nyeri punggung kiri, menjalar
sampai ke tungkai. dirasakan hilang timbul, memberat saat batuk/bersin. Hal ini
disertai dengan temuan hipoestesi kaki kiri sebelah lateral. Pada saat tungkai kiri
diangkat oleh dokter, pasien merasa kesakitan ketika tungkai kaki membentuk sudut
50 derajat. Nama pemeriksaan ini adalah....
A. Laseque
B. Siccard
C. Bragard
D. Naffziger
E. Valsava
SOAL NO.43
Laki laki 38 tahun datang kllinik karena keluhan nyeri punggung kiri, menjalar
sampai ke tungkai. Dirasakan hilang timbul, memberat saat batuk/bersin. Hal ini
disertai dengan temuan hipoestesi kaki kiri sebelah lateral. Pada saat tungkai kiri
diangkat oleh dokter, pasien merasa kesakitan ketika tungkai kaki membentuk
sudut 50 derajat. Nama pemeriksaan ini adalah....
A. Laseque
B. Siccard  mempertajam tes Laseque
C. Bragard  mempertajam tes Laseque
D. Naffziger  posisi pasien tegak dilakukan penekanan vena jugularis dan
meminta pasien mengejan
E. Valsava  meningkatkan tekanan intratekal
HNP Lumbal
• Nyeri menjalar (nyeri radikuler) dari punggung hingga ke tungkai bawah atau kaki
(ischialgia).
• Nyeri diperberat dengan batuk, bersin, atau mengejan (valsava maneuver)
• Gerakan punggung terbatas (terutama antefleksi) karena nyeri
• Tanda-tanda tegangan radiks
• Straight leg raise (SLR = Lasegue test) (+) atau crossed SLR -> menandakan
keterlibatan radiks L5,S1
• Femoral strecth test -> menandakan keterlibatan radiks L2-L4
• Kelemahan motorik yang diikuti dengan penurunan refleks fisiologis patella dan Achilles
• Bila sudah berat, dapat disertai gangguan otonom seperti retensi urin
Pemeriksaan Fisik • Straight leg raise test (Lasegue) test 
mencari adanya ischialgia.
• (+)  nyeri radikular dan parestesia sesuai
distribusi nervus ischiadicus pada 30-70o
dengan lutut ekstensi.
• Test braggard
• Test Siccard
SOAL NO.44
Laki-laki usia 60 tahun datang diantar keluarga dengan keluhan mudah marah.
Pasien juga tampak mengalami penurunan fungsi eksekusi dan emosi. Tidak
terdapat gangguan memori dan visual. Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan
adanya lateralisasi. Riwayat stroke sebelumnya disangkal. Pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Kemungkinan diagnosis pada kasus ini adalah …
A. Demensia vascular
B. Demensia lewy body
C. Demensia frontotemporal
D. Demensia alzheimer
E. Parkinson disease
SOAL NO.44
Laki-laki usia 60 tahun datang diantar keluarga dengan keluhan mudah marah.
Pasien juga tampak mengalami penurunan fungsi eksekusi dan emosi. Tidak
terdapat gangguan memori dan visual. Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan
adanya lateralisasi. Riwayat stroke sebelumnya disangkal. Pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Kemungkinan diagnosis pada kasus ini adalah …
A. Demensia vascular  riwayat gangguan cerebrovaskuler
B. Demensia lewy body  bersifat progresif, gajala dominan, ada gg memori,
disertai gg. visuospasial
C. Demensia frontotemporal
D. Demensia Alzheimer  ada penurunan fungsi berfikir, nalar, dan independen,
lewy’s body
E. Parkinson disease  gg.koordinasi gerak motoric halus
Sumber :www.insightmcc.org
Sumber : https://www.njmemorycenter.com/post/frontotemporal-dementia-what-is-it
SOAL NO. 45
Nn.Z 20 tahun dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan nyeri kepala berat dan
muntah hebat. Pasien alami kejang sekitar 30 menit sebelum masuk RS. Seminggu
sebelumnya sempat keluar cairan dari telinga yang berbau. Saat pemeriksaan
kesadaran tampak menurun, GCS 11. Kondisi yang paling mungkin sebabkan hal
tersebut adalah…
A. Toxoplasmosis encephalitis
B. Abses serebri
C. Meningitis
D. Kejang demam
E. Tumor otak
SOAL NO. 45
Nn.Z 20 tahun dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan nyeri kepala berat dan
muntah hebat. Pasien alami kejang sekitar 30 menit sebelum masuk RS. Seminggu
sebelumnya sempat keluar cairan dari telinga yang berbau. Saat pemeriksaan
kesadaran tampak menurun, GCS 11. Kondisi yang paling mungkin sebabkan hal
tersebut adalah…
A. Toxoplasmosis encephalitis  pada pasien immunocompromise
B. Abses serebri
C. Meningitis  ada tanda rangsang meninges dan belum ada penurunan
kesadaran
D. Kejang demam  umumnya pada anak, didahului demam tanpa ada etiologi
lain
E. Tumor otak  tidak ada keterangan di dapatkan massa pada kasus
Abses Serebri
• Merupakan suatu kondisi terbentuknya abses pada parenkim otak yang berasal
dari komplikasi infeksi, trauma, atau pembedahan
• Bakteri dapat invasi otak melalui:
• Penyebaran langsung  single brain abscess (bisa dari otitis media kronik
atau subakut dan mastoiditis, sinusitis frontal atau ethmoid, hingga infeksi
dental)
• Penyebaran hematogenic  biasanya multiple abscess, paling sering
terdistribusi dekat a. serebri media
• Patogen tersering: Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus
• Manifestasi klinis:
• Trias klasik: nyeri kepala, demam, deficit neurologis fokal
• Penurunan kesadaran: letargi hingga koma  tandai adanya edema serebri
dan prognosis buruk
• Muntah  peningkatan TIK
Abses Serebri
CT Scan kepala dengan kontras :
massa hipodens dengan
penyangatan cincin pada tepinya
(ring enhancement)

Terapi empirik:
• Sefalosporin generasi III intravena (Ceftriaxone 2
g/12 jam iv atau
• Cefotaxime 2 g/8 jam iv)
Metronidazole 500 mg/8 jam IV

Sumber : slide neurologi medico.id


Soal No.46
Seorang pasien perempuan usia 28 tahun datang bersama suaminya yang
berusia 34 tahun ke klinik dokter. Suaminya mengeluhkan istrinya ketika diajak
berhubungan seksual sering tidak mencapai klimaks. Pasien hanya dapat
ejakulasi apabila melakukan kegiatan masturbasi. Diagnosis yang tepat pada
pasien tersebut adalah…..
A. Hypoactive sexual desire disorder
B. Sexual aversion disorder
C. Female sexual arousal disorder
D. Dispareunia
E. Male orgasmic disorder
Soal No.46
Seorang pasien perempuan usia 28 tahun datang bersama suaminya yang
berusia 34 tahun ke klinik dokter. Suaminya mengeluhkan istrinya ketika diajak
berhubungan seksual sering tidak mencapai klimaks. Pasien hanya dapat
ejakulasi apabila melakukan kegiatan masturbasi. Diagnosis yang tepat pada
pasien tersebut adalah…..
A. Hypoactive sexual desire disorder
B. Sexual aversion disorder
C. Female sexual arousal disorder
D. Dispareunia
E. Male orgasmic disorder
Sexual desire disorder
• Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD)  kurangnya/tidak adanya fantasi dan keinginan untuk berhubungan seksual
• Sexual Aversion Disorder (SAD)  pasien tidak mau sama sekali untuk hampir/semua kontak seksual dengan partnernya

Sexual arousal disorder


• Female Sexual Arousal Disorder (FSAD)  ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan hubungan seksual
sampai selesai/kurangnya lubrikasi saat hubungan seksual persisten/rekuren
• Male Erectile Disorder  ketidakmampuan mempertahankan hubungan seksual sampai selesai/ketidakmampuan
ereksi persisten/rekuren

Gangguan ejakulasi
• Female Orgasmic Disorder  perempuan sulit mencapai orgasme
• Male Orgasmic Disorder  laki-laki sulit mencapai orgasme (ejakulasi)
• Premature Ejaculation  ejakulasi sebelum hubungan seksual selesai
Soal No.47
Seorang laki-laki usia 65 tahun dibawa oleh keluarganya dengan keluhan pasien
sering lupa ketika melakukan kegiatan sehari-hari. Pasien juga sering lupa pulang
rumahnya. Dokter kemudian memeriksakan MMSE didapatkan skor 16. Dari CT-
scan didapatkan atrofi seluruh lobus otak dan pelebaran girus cerebri. Obat yang
tepat diberikan untuk pasien tersebut adalah?
a. Fluoxetin
b. Galantamine
c. Venlaxafine
d. Risperidon
e. Haloperidol
Soal No.47
Seorang laki-laki usia 65 tahun dibawa oleh keluarganya dengan keluhan pasien
sering lupa ketika melakukan kegiatan sehari-hari. Pasien juga sering lupa pulang
rumahnya. Dokter kemudian memeriksakan MMSE didapatkan skor 16. Dari CT-
scan didapatkan atrofi seluruh lobus otak dan pelebaran girus cerebri. Obat yang
tepat diberikan untuk pasien tersebut adalah?
a. Fluoxetin
b. Galantamine
c. Venlaxafine
d. Risperidon
e. Haloperidol
Tidak ada bukti klinis penyebab dari Terjadi mendadak, Terdapat gangguan
Terdapat gejala
penyakit lain ataupun gejala neurologik didahului oleh adanya emosi, kebijaksanaan
parkinsosim yang
otak fokal gangguan vaskular pada dan kecenderungan
dominan
otak berkata-kata vulgar
Alzheimer
MMSE
Tatalaksana PPK Primer
Soal No.48
Seorang pasien laki-laki 23 tahun kuliah di fakultas kedokteran universitas A
datang ke puskesmas bersama temannya. Pasien mengaku sangat sering
bermain game online selama 4 tahun terakhir. Sehingga saat ini, pada saat siang
hari pasien tertidur, sedangkan pada malam hari pasien terjaga untuk dapat
bermain game. Diagnosis yang tepat pada pasien tersebut adalah……..
A. Hipersomnia
B. Narkolepsi
C. Insomnia tipe late
D. Katapleksi
E. Gangguan jadwal tidur-jaga
Soal No.48
Seorang pasien laki-laki 23 tahun kuliah di fakultas kedokteran universitas A
datang ke puskesmas bersama temannya. Pasien mengaku sangat sering
bermain game online selama 4 tahun terakhir. Sehingga saat ini, pada saat siang
hari pasien tertidur, sedangkan pada malam hari pasien terjaga untuk dapat
bermain game. Diagnosis yang tepat pada pasien tersebut adalah……..
A. Hipersomnia
B. Narkolepsi
C. Insomnia tipe late
D. Katapleksi
E. Gangguan jadwal tidur-jaga
Gangguan Tidur Non-Organik
Dissomnia Parasomnia
Jumlah, kuantitas, waktu Peristiwa abnormal selama tidur

• Insomnia : early (sulit mulai tidur),


middle (sulit mempertahankan), late • Somnabulisme : tidur
(terbangun dan tidak dapat tidur lagi) sambil berjalan.
• Hipersomnia : rasa kantuk yang
berlebihan pada siang hari yang bukan • Night terror : tidak dapat
disebabkan oleh jumlah tidur yang mengingat mimpinya,
kurang. terjadi pada fase NREM.
• Gangguan jadwal tidur-jaga non
organik : pola tidur-jaga dari individu
• Nightmares : Dapat
yang tidak seirama denga pola tidur mengigat mimpinya,
jaga yang normal bagi masyarakat terjadi pada fase REM
setempat.
Soal No. 49
Seorang laki-laki usia 24 tahun datang ke IGD. Kelaurga mengatakan pasien
sering bertingkah aneh, sering tertawa sendiri. Keluhan muncul sejak 6 bulan
terakhir. Pasien juga mengatakan mendengar suara-suara yang tidak diketahui
asalnya dan pasien juga suka mengumpulkan barang-barang bekas dan dibawa
pulang ke rumahnya. Dari pemeriksaan psikiatri didapatkan hipobulia.
Tatalaksana yang tepat pada pasien tersebut adalah………….
a. Chlorpromazine 1x10 mg
b. Fluoxetine 1x20 mg
c. Risperidone 1x2 mg
d. Haloperidol 1x1 mg
e. Alprazolam 1x0,5 mg
Soal No. 49
Seorang laki-laki usia 24 tahun datang ke IGD. Kelaurga mengatakan pasien
sering bertingkah aneh, sering tertawa sendiri. Keluhan muncul sejak 6 bulan
terakhir. Pasien juga mengatakan mendengar suara-suara yang tidak diketahui
asalnya dan pasien juga suka mengumpulkan barang-barang bekas dan dibawa
pulang ke rumahnya. Dari pemeriksaan psikiatri didapatkan hipobulia.
Tatalaksana yang tepat pada pasien tersebut adalah………….
a. Chlorpromazine 1x10 mg
b. Fluoxetine 1x20 mg
c. Risperidone 1x2 mg
d. Haloperidol 1x1 mg
e. Alprazolam 1x0,5 mg
F20. Skizofrenia
F20. Diagnosis Kisi-kisi
0 Skizofrenia paranoid • Halusinasi seperti mendengar suara-suara yang mengancam dan menakut-
nakuti.
• waham dapat berupa hampir setiap jenis waham dominam waham
dikendalikan, waham dipengaruhi, waham pasivisitas, dan waham di kejar-
kejar.
1 Skizofrenia herbefrenik Memenuhi kriteria skizofrenia dan :
Diagnosis ditegakkan pada usia 15-25 tahun. Premorbid adalah pemalu dan
senang menyendiri, sebagai tambahan pasien dapat menunjukkan perilaku
yang tidak bertanggung jawab, afek dangkal, suka tertawa sendiri, dan
proses pikir mengalmai disorganisasi, serta pembicaraan yang tak menentu
2 Skizofrenia katatonik Memenuhi kriteria skizofrenia dan :
Pasien secara sukarela menampilkan posisi tubuh tertentu dan
mempertahankannya (rigiditas), stupor dan gaduh-gelisah.
3 Depresi Pasca skizofren Gejala depresi pada pasien yang telah menderita skizofrenia minimal 1
tahun, gejala sisa skizofrenia masih ada namun bukan merupakan gejala yang
menonjol
F20. Skizofrenia
F20. Diagnosis Kisi-kisi
5 Skizofrenia residual Gejala negatif skizofrenia pada pasien yang telah menderita skizofrenia
minimal 1 tahun
6 Skizofrenia simpleks Gejala negatif skizofrenia pada pasien namun tidak ada riwayat waham dan
halusinasi sebelumnya dan disertai adanya hendaya.

Gejala positif Gejala negatif


Pada orang normal tidak ada. Pada orang normal ada pada
Waham, halusinasi, disorganisasi skizofrenia lebih berat.
pembicaraan & perilaku ( katatonia / affective flattening, alogia , avolition,
agitasi ). anhedonia, gangguan atensi
Gangguan Lainya
F Diagnosis Kisi-Kisi
21 Gangguan Skizotipal Eksentrik dan mistik

22 Gangguan waham menetap Adanya waham yang menetap tanpa halusinasi yang sudah bertahan
selama 3 bulan.

24 Gangguan waham terinduksi Gangguan 2 atau lebih mempunyai sistem waham yang sama, memiliki
hubungan dekat, 1 orang yang menginduksi yang lainya.

25 Gangguan skizoafektif Gejala skizofrenia dan gangguan afek sama-sama menonjol dan muncul
bersamaan, dapat berupa tipe manik, tipe depresi, ataupun tipe
campuran.
Nama generic Sediaan Dosis anjuran
Chlorpromazine 25, 100 mg 150 – 600 mg/hari

APG 1 Haloperidol 2, 5 mg 5 – 15 mg/hari


Perphenazine 2, 4, 8 mg 12 – 24 mg/hari
Trifluoperazine 1.5 mg 10-15 mg/hari

Nama generic Sediaan Dosis anjuran

Risperidone 1, 2, 3 mg 2 – 6 mg/hari

APG 2 Clozapine 25, 100 mg 25 - 100 mg/hari


Quetapine 25, 100, 200 mg 50 - 400 mg/hari
Olanzapine 5, 10 mg 10-20 mg/hari
Soal No.50
Seorang pasien laki-laki datang dengan keluhan terkena serbuk besi saat
menggerinda tanpa menggunakan kacamata pada mata kanan. Dari
pemeriksaan mata kanan didapatkan Injeksi pada konjungtiva, tampak corpus
alienum gram pada kornea 3mm dari limbus. Tatalaksana yang tepat pada
pasien tersebut adalah
A. Irigasi NaCl 2 liter
B. Ekstraksi dengan menggunakan cotton bud
C. Ekstraksi dengan menggunakan jarum 23G
D. Beri antibiotik salep mata
E. Rujuk ke Sp.M
Soal No.50
Seorang pasien laki-laki datang dengan keluhan terkena serbuk besi saat
menggerinda tanpa menggunakan kacamata pada mata kanan. Dari
pemeriksaan mata kanan didapatkan Injeksi pada konjungtiva, tampak corpus
alienum gram pada kornea 3mm dari limbus. Tatalaksana yang tepat pada
pasien tersebut adalah
A. Irigasi NaCl 2 liter
B. Ekstraksi dengan menggunakan cotton bud
C. Ekstraksi dengan menggunakan jarum 23G
D. Beri antibiotik salep mata
E. Rujuk ke Sp.M
Benda Asing di Mata
Definisi

• Benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai pada mata dan
dapat menyebabkan iritasi pada jaringan

Gejala

• Benda masuk ke mata


• Nyeri
• Mata merah dan berair
• Sensasi benda asing
• Fotofobia
Benda Asing di Mata

Pemeriksaan Fisik

• Visus : konjungtiva  normal, kornea  turun


• Injeksi konjungtiva
• Ditemukan benda asing pada konjungtiva atau kornea

Komplikasi

• Ulkus kornea
• Keratitis
Benda Asing di Mata
Tatalaksana Benda Asing di Konjungtiva (4A)

• Berikan tetes mata tetrakain 0,5% 1-2 tetes


• Gunakan lup
• Angkat benda asing dengan lidi kapas atau jarum suntik ukutan 23 G
• Arah pengambilan dilakukan dari tengah ke tepi
• Oleskan lidi kapas yang diberi povidon iodin pada tempat bekas benda asing
• Antibiotik topikal (salep/tetes mata) : Kloramfenikol 1 tetes/2 jam selama 2
hari

Tatalaksana Benda Asing di Kornea (2)

• Rujuk Sp.M
Sumber : PPK FASYANKES PRIMER, Buku Ilmu Kesehatan Mata UGM , Kanski Clinical Ophthalmology
Soal No.51
Anak 6 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan mata kanan merah tersiram
cairan pemutih saat ibunya mencuci. Pada pemeriksaan didapatkan injeksi
konjungtiva (+), injeksi perikornea (+), erosi kornea (+), VOD 6/60. Penanganan
pertama yang dilakukan adalah
A. Diberi tetes kortikosteroid
B. Irigasi dengan normal saline
C. Diberi salep antibiotik tanpa bebat tekan
D. Irigasi dengan larutan asam karena pemutih bersifat basa
E. Irigasi dengan larutan basa karena pemutih bersifat asam
Soal No.51
Anak 6 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan mata kanan merah tersiram
cairan pemutih saat ibunya mencuci. Pada pemeriksaan didapatkan injeksi
konjungtiva (+), injeksi perikornea (+), erosi kornea (+), VOD 6/60. Penanganan
pertama yang dilakukan adalah:
A. Diberi tetes kortikosteroid  bukan penanganan pertama
B. Irigasi dengan normal saline
C. Diberi salep antibiotik tanpa bebat tekan  bukan penanganan pertama
D. Irigasi dengan larutan asam karena pemutih bersifat basa  tidak boleh
E. Irigasi dengan larutan basa karena pemutih bersifat asam  tidak boleh
Trauma Kimia Mata (3A)
Definisi

• Masuknya zat-zat kimia (asam atau basa) ke jaringan mata dan sekitarnya 
kedaruratan mata
• Trauma basa menyebabkan kerusakan lebih berat pada mata

Pemeriksaan Fisik

• Hiperemia konjungtiva
• Defek epitel kornea dan konjungtiva
• Iskemia limbus kornea
• Kekeruhan kornea dan lensa
• Penurunan visus
• Pemeriksaan kertas lakmus : merah  asam, biru  basa
Trauma Kimia Mata (3A)
Basa Asam
Mekanisme Reaksi penyabunan/saponifikasi  Asam merusak ikatan protein
sel nekrosis. Sel yang nekrosis intramolekular dan menyebakan
mengeluarkan enzim kolagenase  koagulasi. Reaksi koagulasi menjadi
kerusakan lebih lanjut barier penetrasi.
Bahan NaOH, amoniak, freon, sabun, Asam sulfat, air aki, zat pemutih,
shampo, semen, kapur gamping, asam asetat, dll.
tiner, lem, cairan pembersih dalam
rumah tangga, soda kuat
Penanganan Segera irigasi mata dengan air/garam fisiologis sebanyak-banyaknya sampai
Emergensi pH air mata kembali normal
Setelah irigasi selesai, nilai tajam penglihatan lalu rujuk ke Sp.M
Sumber : PPK FASYANKES PRIMER, Buku Ilmu Kesehatan Mata UGM , Kanski Clinical Ophthalmology
SOAL NO.52
Wanita 55 tahun meneluhkan penurunan penglihatan di kedua mata sejak 1 tahun
lalu dan keluhan semakin memberat. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi
tidak terkontrol. Tanda vital dlam batas normal. Pemeriksaan fundoskopi didapatkan
cotton wool (+), AV nicking (+), AV crossing (+), papilledema(-). Apakah gambaran
klinis lain yang dapat ditemukan?
A. Cherry red spots
B. Haabs striae
C. Silver wire
D. Bussaca nodul
E. Drusen
SOAL NO.52
Wanita 55 tahun meneluhkan penurunan penglihatan di kedua mata sejak 1 tahun
lalu dan keluhan semakin memberat. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi
tidak terkontrol. Pemeriksaan fundoskopi didapatkan cotton wool (+), AV nicking (+),
AV crossing (+), papilledema(-). Apakah gambaran klinis lain yang dapat ditemukan?
A. Cherry red spots  central retinal artery occlusion
B. Haabs striae  glaucoma kongenital
C. Silver wire
D. Bussaca nodul  uveitis anterior
E. Drusen  AMD
Retinopati Hipertensif
• Terjadi pada penderita dengan tekanan
darah tinggi kronis  >140/90mmHg
• Pembuluh darah pada penderita
hipertensi kronis menjadi kaku dan
sempit
• Iskemik retina  membentuk cotton
wool spot dan papilledema atau edema
diskus optikus
• Nekrosis  perdarahan retina (flame
shaped dan dot blot hemorrhage)
• Akumulasi lipid  eksudat
Funduskopi Retinopati Hipertensif
• Copper wiring  darah masih
dapat lewat
• Silver wiring  gangguan
aliran darah sudah terjadi
• Cotton wool eksudat 
mikroinfark
• Hard eksudat  kebocoran
protein
• AV nicking  arteriol melewari
vena yang mengeras
SOAL NO.53
Laki-laki 60 tahun datang ke IGD mengeluhkan mata kanan merah dan kabur sejak 2
hari lalu. Pasien mengaku 1 minggu lalu barusaja melakukan operasi katarak dan
penglihatannya berangsur membaik. Pemeriksaan mata saat ini pasien merasakan
sakit terutama saat digerakkan. Pemeriksaan mata didapatkan injeksi konjungtiva,
injeksi silier, hipopion, kornea keruh, segmen mata belakang tidak dapat dinilai.
Apakah pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk mengetahui etiologi
keluhan pasien?
A. USG mata
B. Pemeriksaan slit lamp
C. Gonioskopi
D. Kultur humor vitreous
E. Kultur humor aqueous
SOAL NO.53
Laki-laki 60 tahun datang ke IGD mengeluhkan mata kanan merah dan kabur sejak 2
hari lalu. Pasien mengaku 1 minggu lalu barusaja melakukan operasi katarak dan
penglihatannya berangsur membaik. Pemeriksaan mata saat ini pasien merasakan
sakit terutama saat digerakkan. Pemeriksaan mata didapatkan injeksi konjungtiva,
injeksi silier, hipopion, kornea keruh, segmen mata belakang tidak dapat dinilai.
Apakah pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk mengetahui etiologi
keluhan pasien?
A. USG mata  jika visualisasi segmen posterior sulit dinilai
B. Pemeriksaan slit lamp  menilais egmen anterior
C. Gonioskopi  melihat struktur sudu tiridokorneal
D. Kultur humor vitreous
E. Kultur humor aqueous  tidak tepat
Opthalmitis
• Merupakan inflammasi purulent • Onset
cairan intraokuler pada vitreous • Akut  <6 minggu
dan aqueous humor akibat infeksi • Kronik  >6 minggu
• Endoftalmitis sering berasal dati • Etiologi  Stafilococcus epidermidis (70%)
vitritis progresif. Endoftalmitis post • Pemeriksan
operatif akut adalah jenis tersering • Lokalis  eksternal, visus, fundoskopi,
• Tipe slit lamp
• Eksogen  postoperative, • Lab  gram , kultur humor aqueous dan
trauma, post injeksi vitreus) vitreous, PCR darah lengkap, LDH
• Endogen • Radiologi  CT-scan, MRI orbita, USG
okular
Opthalmitis
• Endoftalmitis  inflammasi intraocular yang meliputi kavitas ocular dan
struktur disekitarnya tanpa melewati sclera
• Panoftalmitis  endoftalmitis dengan keterlibatan sclera dan kapsula
tenon hingga jaringan orbital
• Minta pasien menggerakkan bola mata  jika nyeri (+)  panoftalmitis

Amaurotic
cat eye reflex
Pemeriksaan Penunjang
• Evaluasi USG Okular
• Dilakukan jika terdapat opasifikasi media refraksi yang signifikan sehingga
menghalangi visualisasi yang adekuat dari fundus
• Hasil  dispersed vitreous opacities with vitritis, corneal thickening
• Singkirkan  ablasio retina, dislokasi material lensa, benda asing
• Investigasi mikrobiologis  menentukan etiologi
• Etiologi tersering (bakteri)  gram (+)
• Sampel humor vitreous lebih sering menunjukkan hasil positif disbanding
sampel humor aqueous
• Pewarnaan gram, kultur, sensitivitas antibiotik
SOAL NO.54
Wanita 60 tahun mengeluhkan rasa mengganjal pada mata kanan tanpa disertai
nyeri. Suami pasien mengatakan adanya jaringan putih kemerahan pada bagian putih
mata istrinya sejak 3 bulan lalu. Pemeriksaan mata ditemukan jaringan dari kantus
media mata hingga bagian hitam mata. Pemeriksaan mata posterior dalam batas
normal. apakah tatalaksana yang tepat untuk pasien?
A. Ekokleasi
B. Enukleasi
C. Eksisi
D. Diet rendah lemak
E. Ekstirpasi
SOAL NO.54
Wanita 60 tahun mengeluhkan rasa mengganjal pada mata kanan tanpa disertai
nyeri. Suami pasien mengatakan adanya jaringan putih kemerahan pada bagian
putih mata istrinya sejak 3 bulan lalu. Pemeriksaan mata ditemukan jaringan dari
kantus media mata hingga bagian hitam mata. Pemeriksaan mata posterior dalam
batas normal. Apakah tatalaksana yang tepat untuk pasien?
A. Ekokleasi  kalazion
B. Enukleasi  moluscum kontangiosum
C. Eksisi  tidak tepat
D. Diet rendah lemak  xanthelasma
E. Ekstirpasi
Pterygium
• Merupakan pertumbuhan jaringan fibrovaskular jinak pada konjungtiva
berbentuk segitiga dan bisa meluas hingga limbus dan pupil
• Seringkali asimptomatik namun bisa muncul gejala mata kering dan rasa
mengganjal
• Penyebab pasti masih tidak diketahui. Paparan sinar UV dapat memicu
pertumbuhan pterygium
Staging
Manajemen
• Menghindari pajanan sinar UV  preventif (tidak menghilangkan
pterigium yang sudah ada
• Air mata artifisial untuk mengurangi gejala
• Kortikosterois topikal  bila ada indikasi (inflammasi akut)
• Pembedahan  tindakan definitive (kekambuhan masih mungkin
terjadi)  Ekstirpasi Pterygium
SOAL NO.55
Wanita 25 tahun datang dengan keluhan keluar cairan dari kedua telinga sejak 3
bulan lalu. Cairan berwarna kekuningan dan berbau. Pasien mengaku pernah
mengalami hal serupa saat usia 10 tahun dan hilang timbul. Pada otoskopi
didapatkan liang telinga lapang, terdapat jaringan granulasi, membrane timpani
perforasi total. Apakah komplikasi intrakranial yang dapat terjadi pasa pasien?
A. Labirinitis
B. Abses perisinus
C. Hidrosefalus otik
D. Petrositis
E. Paresis nervus fasialis
SOAL NO.55
Wanita 25 tahun datang dengan keluhan keluar cairan dari kedua telinga sejak 3
bulan lalu. Cairan berwarna kekuningan dan berbau. Pasien mengaku pernah
mengalami hal serupa saat usia 10 tahun dan hilang timbul. Pada otoskopi
didapatkan liang telinga lapang, terdapat jaringan granulasi, membrane timpani
perforasi total. Apakah komplikasi intrakranial yang dapat terjadi pasa pasien?
A. Labirinitis  komplikasi intratemporal
B. Abses perisinus
C. Hidrosefalus otik  intratemporal
D. Petrositis  intratemporal
E. Paresis nervus fasialis  intratemporal
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
Merupakan peradangan kronik telinga tengah dengan perforasi
membrane timpani dan riwayat keluarnya secret dari telinga lebih dari
12 minggu, baik terus menerus atau hilang timbul

Attic = pars flaccida Cholesteatoma


Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
• Diagnosis
• Keluar cairan dari telinga secara terus menerus atau
hilang timbul lebih dari 12 minggu
• Cairan berwarna kuning atau kuning-kehijauan atau
bercampur darah, jernih, berbau
• Gangguan pendengaran
• Pemeriksaan penunjang
• Garputala  menunjukkan tuli konduksi
• Audiometri
• Foto mastoid
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
• Tatalaksana
• OMSK tipe aman
• Konservatif atau medikamentosa
• Cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari
• Obat tetes telinga yang menngandung antibiotik dan kortikosteroid
• Oral eritromisin atau ampisilin
• Miringoplasti atau timpanoplasti setelah 2 bulan
• OMSK tipe bahaya  mastiodektomi
• Komplikasi
• Intratemporal  labirinitis, paresis nervus fasialis, hidrosefalus otik, petrositis
• Intrakranial  abses (subperiosteal, perisinus, subdural, otak), thrombosis
sinus lateralis, serebritis
SOAL NO.56
Laki-laki usia 17 tahun datang dengan keluhan mimisan pada hidung kiri. Keluhan
disertai hidung tersbuat dan pusing sejak 10 tahun lalu dan hilang timbul.
Pemeriksaan fisik ditemukan massa putih keabuan di cavum nasi kiri yang mudah
berdarah. Pada rhinoskopi posterior ditemukan massa melekat pada nasofaring
berwarna keabuan yang menonjol ke kavum nasi. Apakah diagnosis pasien tersebut?
A. Polip nasi
B. Karsinoma faring
C. Angiofibroma nasofaring belia
D. Karsinoma nasofaring
E. Karsinoma nasal
SOAL NO.56
Laki-laki usia 17 tahun datang dengan keluhan mimisan pada hidung kiri. Keluhan
disertai hidung tersbuat dan pusing sejak 10 tahun lalu dan hilang timbul.
Pemeriksaan fisik ditemukan massa putih keabuan di cavum nasi kiri yang mudah
berdarah. Pada rhinoskopi posterior ditemukan massa melekat pada nasofaring
berwarna keabuan yang menonjol ke kavum nasi. Apakah diagnosis pasien
tersebut?
A. Polip nasi  massa putih mengkilap
B. Karsinoma faring  massa pada faring
C. Angiofibroma nasofaring belia
D. Karsinoma nasofaring  massa nasofaring pada usia dewasa
E. Karsinoma nasal massa pada nasal
Angiofibroma Nasofaring Belia
• Etiologi  belum diketahui pasti. Berkaitan dengan ketidakseimbangan hormonal
• Faktor risiko  laki=laki, remaja (7-19 tahun)
• Merupakan tumor jinak pembuluh darah di nasofaring
• Anamnesis  hidung tersumbat progresif, epistaksis berulang masif, rinorea
kronis, gangguan penciuman, otalgia, sefalgia
• Rhinoskopi posterior  massa tumor dengan konssitensi kenyal, warna abu abu
sampai merah muda, bagian yang tampak dilapisi selaput lender berwarna
keunguan, sedangkan bagian yang meluas keluar nasofaring berwarna putih atau
abu abu
• Terapi  operasi, hormonal, radioterapi
Angiofibroma Nasofaring Belia
History Physical Exam. Diagnosis Treatment
Laki-laki, dewasa muda, Anterior rhinoscopy: red Juvenile Surgery
with shiny/bluish mass. No angiofibroma
recurrent epistaxis. lymph nodes enlargement.
SOAL NO.57
Wanita 30 tahun datang dengan keluhan mulut mencong kesebelah kanan sejak 1
minggu lalu. Keluhan disertai telinga kanan yang terasa nyeri terutama bila daun
telinga digerakkan. Telinga kanan juga mengeluarkan cairan kuning. Pasien
merupakan penderita DM sejak 10 tahun lalu. Apakah penyebab tersering kasus
diatas?
A. Staphylococcus aureus
B. Aspergilus niger
C. Group A β-hemolyticus
D. Pseudomonas aureginosa
E. Streptococcus epidermidis
SOAL NO.57
Wanita 30 tahun datang dengan keluhan mulut mencong kesebelah kanan sejak 1
minggu lalu. Keluhan disertai telinga kanan yang terasa nyeri terutama bila daun
telinga digerakkan. Telinga kanan juga mengeluarkan cairan kuning. Pasien
merupakan penderita DM sejak 10 tahun lalu. Apakah penyebab tersering kasus
diatas?
A. Staphylococcus aureus
B. Aspergilus niger
C. Group A β-hemolyticus
D. Pseudomonas aureginosa
E. Streptococcus epidermidis
Otitis Eksterna Nekrotika (Maligna)
• Etiologi  Pseudomonas aeruginosa
• Faktor risiko  penderita DM, imunokompromis
• Diagnosis
• Rasa gatal pada liang telinga, nyeri diliang telinga, secret telinga yang bannyak,
pembengkakan liang telinga, terdapat tanda radang sistemik
• Granulasi, paralisis saraf fasialis
• Penunjang
• Kultur secret telinga  pseudomonas (+)
• Uji sensitivitas antipseudomonas
• Biopsi jaringan granulasi
Otitis Eksterna
Nekrotika (Maligna)

Terapi
Antibiotik dan debridement agresif
Dosis dewasa:
ciprofloxacin 400 mg IV/8 jam; 750 mg
PO/2 jam
SOAL NO.58
Laki-laki usia 30 tahun datang dengan keluhan nyeri tenggorok sejak 1 minggu lalu.
Keluhan disertai batuk dan nyeri tekan. Tidak terdapat suara serak. TD:120/90
HR:80x/menit RR:20x/menit T:38°C. Pada pemeriksaan didapatkan tonsil T1/T1, tidak
hiperemis, arkus posterior tonsil hiperemis dan dinding posterior faring hiperemis,
secret dan granul. Apakah diagnosis pasien?
A. Tonsillitis akut
B. Laryngitis akut
C. Abses peritonsil
D. Vocal nodule
E. Faringitis akut
SOAL NO.58
Laki-laki usia 30 tahun datang dengan keluhan nyeri tenggorok sejak 1 minggu lalu.
Keluhan disertai batuk dan nyeri tekan. Tidak terdapat suara serak. TD:120/90
HR:80x/menit RR:20x/menit T:38°C. Pada pemeriksaan didapatkan tonsil T1/T1, tidak
hiperemis, arkus posterior tonsil hiperemis dan dinding posterior faring hiperemis,
secret dan granul. Apakah diagnosis pasien?
A. Tonsillitis akut
B. Laryngitis akut
C. Abses peritonsil
D. Vocal nodule
E. Faringitis akut
Faringitis Akut Bakterial
• Etiologi  grup A streptokokkus beta hemolitikus
• Tanda dan gejala  nyeri kepala hebat, muntah, demam dengan suhu tinggi,
jarang disertai batuk
• Pemeriksaan
• Tonsil besar
• Faring dan tonsil hiperemis
• Terdapat eksudat dipermukaan faring dan tonsil
• Bercak petekie pada palatum dan faring
• Kelenjar limfe leher anterior membesar, kenyal ,dan nyeri pada penekanan
Terapi
• Antibiotik
• Penicillin G Benzatin 50.000 U/KgBB IM dosis tunggal
• Amoksisilin 50mg/kgBB/hari atau 3x500mg (dewasa
• Eritromisisn 4x500mg
• Kortikosteroid
• Dexametasone 8-16mg IM 1x
• Anak  0.08-0.3 mg/kgBB IM 1x
• Analgetik
• Kumur dengan air hangat atau antiseptik
SOAL NO.59
Wanita 40 tahun datang dengan keluhan hidung berbau sejak 1 bulan lalu. Keluhan
disertai demam dan nyeri kepala. Pasein juga mengeluhkan hidung tersumbat.
Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada daerah ppi kanan. Rhinoskopi anterior
tampak konkanasal kongesti dan hiperemis. Pada faring tampak ingus purulent yang
turun ke tenggorokan. Ditemukan juga karies gigi pada molar II kanan oatas. Apakah
diagnosis pasien?
A. Sinusitis maksilaris dentogen
B. Sinusitis ethmoidalis
C. Rhinitis alergi
D. Rhinosinositis dentogen
E. Ozaena
SOAL NO.59
Wanita 40 tahun datang dengan keluhan hidung berbau sejak 1 bulan lalu. Keluhan
disertai demam dan nyeri kepala. Pasein juga mengeluhkan hidung tersumbat.
Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada daerah pipi kanan. Rhinoskopi
anterior tampak konka nasal kongesti dan hiperemis. Pada faring tampak ingus
purulent yang turun ke tenggorokan. Ditemukan juga karies gigi pada molar II
kanan oatas. Apakah diagnosis pasien?
A. Sinusitis maksilaris dentogen
B. Sinusitis ethmoidalis
C. Rhinitis alergi  terdapat riwayat alergi
D. Rhinosinositis dentogen  faktor risiko karies gigi
E. Ozaena  bau busuk dirasakan oleh orang sekitar, pasien tidak mencium bau
tersebut
Sinusitis
• Inflammasi mukosa sinus paranasal
• Faktor predisposisi  ISPA viral, rhinitis, polip hidung, deviasi
septum, hipertrofi konka, sumbatan kompleks ostiomeatal, infeksi
tonsil, infeksi gigi, kelainan imunogenik
• Faktor lain  lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering,
merokok
• Etiologi  Streptococcus pneumonia (30-50%), Haemophylus
influenza (20-40%), Moraxella catarrhalis (4%, pada anak  20%)
Rhinosinusitis
Akut • ≤ 4 minggu
• Bakteri penyebab: S. Pneumonia (30-50%), H.Influenzae (20-40%),
M.Catarrhalis
Subakut • 4-12 minggu
• Bakteri penyebab: S. Pneumonia (30-50%), H.Influenzae (20-40%),
M.Catarrhalis
Kronis • ≥ 12 minggu
S. Aureus (40%), P. Aeruginosa (10-25%), K. Pneumoniae, P. Mirabilis

Rekuren ≥4x/tahun, setiap episode ≥7-10 hari, ada periode sembuh sempurna

Kronik ≥4x/tahun, setiap episode ≥7-10 hari, ada periode sembuh sempurna
eksaserbasi akut
Rhinosinusitis
• Diagnosis
• Gejala yang dialami sesuai dengan kriteria menurut American Academy of
Otolaringology
• Gejala mayor  hidung tersumbat, post nasal sdrip yang purulent, nyeri
pada wajah, hiposmia atau anosmia
• Gejala minor  sakit kepaa, demam, halitosis, rasa penuh di telinga, batuk
• Diagnosis  >2 gejala mayor, 1 gejala mayor dan 2 gejala minor
SOAL NO. 60
Laki-laki 40 tahun datang dengan keluhan benjolan pada daun
telinga tampak seperti berikut: Keluhan muncul sejak 3 hari
lalu. Riwayat trauma disangkal. Manakah pernyataan berikut
yang benar mengenai kasus diatas?
A. Diagnosis pasien adalah psedohematom
B. Disebabkan oleh kumpulan cairan kekuningan diantara
lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga
C. Merupakan radang tulang rawas yang menjadi kerangka
daun telinga
D. Terapi definitive kasus tersebut adalah balut tekan selama 3
hari
E. Sering diawali dengan adanya trauma kecil pada daun
telinga yang tidak diobati dengan baik
SOAL NO. 60
Laki-laki 40 tahun datang dengan keluhan benjolan pada daun
telinga tampak seperti berikut: Keluhan muncul sejak 3 hari
lalu. Riwayat trauma disangkal. Manakah pernyataan berikut
yang benar mengenai kasus diatas?
A. Diagnosis pasien adalah psedohematom  pseudokista
B. Disebabkan oleh kumpulan cairan kekuningan diantara
lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga
C. Merupakan radang tulang rawan yang menjadi kerangka
daun telinga  perikondritis
D. Terapi definitif kasus tersebut adalah balut tekan selama 3
hari  1 minggu
E. Sering diawali dengan adanya trauma kecil pada daun
telinga yang tidak diobati dengan baik  tidak selalu
Pseudokista
• Benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan
kekuningan diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga
• Gejala  benjolan tidak nyeri, dan biasanya pasien tidak mengetahui
penyebabnya
• Kumpulan cairan harus dikeluarkan secara steril untuk mencegah timbulnya
perikondritis
• Balut tekan dengan semen gips selama 1 minggu
SOAL NO.61
Seorang Laki-Laki, 64 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas,
disertai dengan batuk berdahak yang memberat sejak 2 hari. Sudah 1 tahun
pasien batuk berdahak dan sesak nafas, pasien sebelumnya rutin kontrol ke
poli Paru, namun sudah 3 bulan ini tidak kontrol karena anaknya tidak
sempat mengantarkanya ke RS. Pada pemeriksaan fisik ditemukan dada
tampak seperti tong dan auskultas paru ada ronkhi-wheezing. Pada Ro
Thorax ditemukan Emfisematous Lung disertai Pneumonia. Mana yang tidak
perlu dilakukan pada tatalaksana awal pasien ini ?
a. Oksigenasi
b. Inj Levofloxacin
c. Nebu Combivent
d. Inj Aminofilin
e. Periksa ECG
SOAL NO.61
Seorang Laki-Laki, 64 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak nafas,
disertai dengan batuk berdahak yang memberat sejak 2 hari. Sudah 1 tahun
pasien batuk berdahak dan sesak nafas, pasien sebelumnya rutin kontrol ke
poli Paru, namun sudah 3 bulan ini tidak kontrol karena anaknya tidak
sempat mengantarkanya ke RS. Pada pemeriksaan fisik ditemukan dada
tampak seperti tong dan auskultas paru ada ronkhi-wheezing. Pada Ro
Thorax ditemukan Emfisematous Lung disertai Pneumonia. Mana yang tidak
perlu dilakukan pada tatalaksana awal pasien ini ?
a. Oksigenasi
b. Inj Levofloxacin
c. Nebu Combivent
d. Inj Aminofilin -> Sudah tidak direkomendasikan lagi
e. Periksa ECG -> Untuk identifikasi keluhan penyerta e.g. Aritmia atau
Gagal Jantung
PPOK Eksaserbasi Akut ditandai dengan
3 tanda cardinal, yakni :
- Bertambahnya Sesak Nafas
- Bertambahnya Volume Dahak
- Peningkatan Purulensi Dahak

Penyebab Eksaserbasi Akut : Infeksi


saluran pernafasan atau terpapar
dengan polusi
Aminofilin merupakan
derivate dari
Methylxantine, yang
diyakini memiliki efek
samping toksisitas yang
tinggi pada kasus PPOK
eksaserbasi akut.

Manajemen Kunci PPOK


Eksaserbasi Akut :
1. Oksigenasi atau NIV
pada pasien dengan
gagal nafas
2. Bronkodilator
3. Antibiotik
4. Kortikosteroid
SOAL NO.62
Seorang Laki-Laki, 64 tahun kontrol ke poli Paru. Sudah 1 tahun pasien batuk
berdahak dan sesak nafas, namun saat ini relatif terkontrol. Demam, batuk
darah, penurunan BB disangkal. Pasien memiliki riwayat merokok. Riwayat
alergi dan asma disangkal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan dada tampak
seperti tong dan perkusi hipersonor. Berdasarkan klinis pasien, mana yang
kecil kemungkinan ditemukan pada pemeriksaan Ro Thorax pasien ini ?
a. Hiperinflasi Paru
b. Hiperlusen
c. Diafragma Mendatar
d. Tampakan kavitasi
e. Ruang Retrosternal Melebar
SOAL NO.62
Seorang Laki-Laki, 64 tahun kontrol ke poli Paru. Sudah 1 tahun pasien batuk
berdahak dan sesak nafas, namun saat ini relatif terkontrol. . Demam, batuk
darah, penurunan BB disangkal. Pasien memiliki riwayat merokok. Riwayat
alergi dan asma disangkal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan dada tampak
seperti tong dan perkusi hipersonor. Berdasarkan klinis pasien, mana yang
kecil kemungkinan ditemukan pada pemeriksaan Ro Thorax pasien ini ?
a. Hiperinflasi Paru
b. Hiperlusen
c. Diafragma Mendatar
d. Tampakan kavitasi -> Pada TB atau Abses Paru
e. Ruang Retrosternal Melebar
PPOK adalah penyakit
kronik, dengan
hambatan aliran udara
yang persisten,
progresif dan
berhubungan dengan
respon inflammasi
kronis terhadap
partikel dan gas
berbahaya.
Gejala : Sesak nafas,
mengi, batuk kering
atau berdahak yang
kronis.
Faktor Resiko : Genetik,
pajanan terhadap
polusi, rokok, riwayat
infeksi paru, etc.
Tampakan Ro Thorax
PPOK
Hiperinflasi Paru :
- Diafragma Mendatar
- Peningkatan
Retrosternal Space
- Peningkatan
Radiolusen Paru
Irreguler
- Peningkatan Diameter
AP Thorax
- Pelebaran Jarak Iga
- Sternal Bowing
- Saber-sheath Trachea
SOAL NO.63
Seorang pasien laki-laki, usia 66 tahun datang diantar oleh anaknya ke klinik
pratama dengan keluhan batuk dan pilek sejak 3 hari yang lalu. Pemeriksaan
GCS 456, TD 80/60 mmHg, N 100x/menit, RR 32x/menit, Suhu 37,8 C, SpO
98%. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya Ronkhi di paru sebelah
kanan. Hasil rontgen thorax ditemukan adanya Pneumonia. Apa pilihan
pengobatan yang tepat pada pasien ini ?
a. Rawat Jalan dengan Azitromycin 1x500mg
b. Rawat Jalan dengan Ciprofloxacin 2x500mg
c. Rawat Inap RS di bangsal biasa
d. Rawat Inap di Puskesmas
e. Rawat Inap RS di ICU
SOAL NO.63
Seorang pasien laki-laki, usia 66 tahun datang diantar oleh anaknya ke klinik
pratama dengan keluhan batuk dan pilek sejak 3 hari yang lalu. Pemeriksaan
GCS 456, TD 80/60 mmHg, N 100x/menit, RR 32x/menit, Suhu 37,8 C, SpO
98%. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya Ronkhi di paru sebelah
kanan. Hasil rontgen thorax ditemukan adanya Pneumonia. Apa pilihan
pengobatan yang tepat pada pasien ini ?
a. Rawat Jalan dengan Azitromycin 1x500mg
b. Rawat Jalan dengan Ciprofloxacin 2x500mg
c. Rawat Inap RS di bangsal biasa
d. Rawat Inap di Puskesmas
e. Rawat Inap RS di ICU
Pneumonia
Gejala :
- Demam
- Batuk berdahak mucoid atau purulent,
terkadang bisa juga berdarah
- Sesak Nafas
Pemeriksaan Fisik :
- Inspeksi dada bisa asimetris
- Fremitus mengeras
- Perkusi redup
- Auskultasi suara nafas bronkovesikuler,
hingga ronkhi
Pemeriksaan Penunjang :
- Leukositosis atau Leukopenia
- Ro Thorax
- Kultur Sputum atau Darah bila tersedia
Pasien Ini :
- Usia > 65th
- RR > 30 x/menit
- TD Sistolik < 90 mmHg
Skoring CURB-65 = 3
Kesimpulan : Pasien indikasi dirawat di RS dengan ICU
SOAL NO.64
Tn. Budi berusia 65 tahun datang dengan keluhan sesak napas yang hilang timbul sejak 1
tahun yang lalu. Sesak membuatnya sering berhenti untuk ambil nafas setelah berjalan
sebentar atau naik beberapa naik tangga. Pasien dahulu bekerja sebagai buruh pabrik
asbes. Pasien juga mengeluhkan kadang batuk berdahak berwarna jernih, darah (-), demam
disangkal. Riwayat alergi disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sesak, TD
110/70 mmHg, nadi 102 x/mnt, napas 26 x/mnt, suhu 37,1◦C. Barrel chest (+), suara napas
menurun di kedua lapang paru, ronki -/-, wheezing -/-, ekspirasi memanjang. Pada
spirometri didapatkan angka FEV1/FVC ≤ 70% setelah pemberian bronkodilator dan angka
FEV1 50% prediksi. Pada pemeriksaan foto toraks diperoIeh gambaran hiperlusen, jantung
pendulum dengan diafragma mendatar. Apakah talaksana paling tepat pada pasien ini?
A. SABA atau short acting anticholinergic inhalasi bila perlu
B. LABA + Kortikosteroid inhalasi
C. Long acting anticholinergic + kortikosteroid inhalasi
D. LABA atau Long acting anticholinergic inhalasi
E. LABA + kortikosteroid inhalasi + long term oxygen therapy
SOAL NO.64
Tn. Budi berusia 65 tahun datang dengan keluhan sesak napas yang hilang timbul sejak 1 tahun yang
lalu. Sesak membuatnya sering berhenti untuk ambil nafas setelah berjalan sebentar atau naik
beberapa naik tangga. Pasien dahulu bekerja sebagai buruh pabrik asbes. Pasien juga mengeluhkan
kadang batuk berdahak berwarna jernih, darah (-), demam disangkal. Riwayat alergi disangkal,
riwayat mondok karena kondisi ini di sangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sesak,
TD 110/70 mmHg, nadi 102 x/mnt, napas 26 x/mnt, suhu 37,1◦C. Barrel chest (+), suara napas
menurun di kedua lapang paru, ronki -/-, wheezing -/-, ekspirasi memanjang. Pada spirometri
didapatkan angka FEV1/FVC ≤ 70% setelah pemberian bronkodilator dan angka FEV1 50% prediksi.
Pada pemeriksaan foto toraks diperoIeh gambaran hiperlusen, jantung pendulum dengan
diafragma mendatar. Apakah talaksana paling tepat pada pasien ini?
A. SABA atau short acting anticholinergic inhalasi bila perlu -> grup A
B. LABA + Kortikosteroid inhalasi -> grup D
C. Long acting anticholinergic + kortikosteroid inhalasi -> grup D
D. LABA atau Long acting anticholinergic inhalasi
E. LABA + kortikosteroid inhalasi + long term oxygen therapy ->grup D
Berat Gejala PPOK
Tatalaksana PPOK

Kasus
Pasien

• Kelompok A – Rendah Risiko, Sedikit Gejala Pasien dengan klasifikasi GOLD 1 atau 2, mengalami eksaserbasi
paling banyak 1 kali dalam setahun dan tidak pernah mengalami perawatan rumah sakit akibat eksaserbasi, serta
hasil penilaian CAT score<10 atau mMRC grade 0-1.1
• Kelompok B – Rendah Risiko, Banyak Gejala Pasien dengan klasifikasi GOLD 1 atau 2, mengalami eksaserbasi
paling banyak 1 kali dalam setahun dan tidak pernah mengalami perawatan rumah sakit akibat eksaserbasi, serta
hasil penilaian CAT score ≥10 atau mMRC grade>=2
• Kelompok C – Tinggi Risiko, Sedikit Gejala Pasien dengan klasifikasi GOLD 3 atau 4, dan/atau mengalami
eksaserbasi sebanyak ≥2 kali per tahun atau ≥1 kali mengalami perawatan rumah sakit akibat eksaserbasi, serta
hasil penilaian CAT score<10 atau mMRC grade 0-1
• Kelompok D – Tinggi Risiko, Banyak Gejala Pasien dengan klasifikasi GOLD 3 atau 4, dan/atau mengalami
eksaserbasi sebanyak ≥2 kali per tahun atau ≥1 kali mengalami perawatan rumah
SOAL NO.65
Perempuan 10 tahun, sesak setelah orang tuanya membersihkan kamar di
rumahnya yang baru. Riwayat serupa ditemukan sebelumnya bulan yang lalu.
Pemeriksaan fisik ditemukan respirasi memanjang, wheezing (+), pasien
mampu hanya bicara kata. Diagnosis pada pasien ini adalah?
A. Asma intermiten serangan sedang
B. Asma persisten ringan serangan berat
C. Asma persisten berat serangan sedang
D. Asma intermiten serangan berat
E. Asma persisten sedang serangan ringan
SOAL NO.65
Perempuan 10 tahun, sesak setelah orang tuanya membersihkan kamar di rumahnya
yang baru. Riwayat sesak serupa ditemukan sebelumnya 1 bulan yang lalu.
Pemeriksaan fisik ditemukan respirasi memanjang, wheezing (+), pasien
mampu hanya bicara kata. Diagnosis pada pasien ini adalah?
A. Asma intermiten serangan sedang
B. Asma persisten ringan serangan berat
C. Asma persisten berat serangan sedang
D. Asma intermiten serangan berat
E. Asma persisten sedang serangan ringan
Klasifikasi derajat serangan asma
dan derajat kekerapan asma
dapat dibaca di Pedoman
Nasional Asma Anak IDAI 2016
Analisis kasus soal:
ANAK 10 tahun , sesak, riwayat serupa 1 bln
yll (berarti dalam 1 bulan 2x serarangan=
jarak <6 minggu), anak hanya bisa bicara
dalam kata
Berarti derajat kekerapannya dimasukkan
dalam Persisten Ringan.
Derajat serangan asmanya dimasukkan ke
dalam asma serangan berat
SOAL NO.66
Seorang laki-laki berusia 52 tahun dibawa keluarganya ke IGD RS dengan keluhan sesak
nafas sejak 1 hari yang lalu. Keluhan dirasakan semakin memberat sejak 2 jam yang lalu.
Pasien tampak mengantuk dan sulit diajak bicara. Pasien diketahui mempunyai kebiasaan
merokok lebih dari 35 tahun yang lalu, rata-rata sebanyak 1 bungkus/hari. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, somnolen, tekanan darah 110/70
mmHg, denyut nadi 116x/menit, frekuensi nafas 32x/menit, terdapat pernafasan cuping
hidung dan bibir sianosis. Pada pemeriksaan toraks menunjukkan barrel shape chest, gerak
simetris, hipersonor, suara nafas menurun dengan ekspirasi memanjang dan didapatkan
wheezing. Apakah kondisi yang sedang dialami pasien?
A. Laktoasidosis
B. Asidosis metabolic
C. Alkalosis metabolic
D. Asidosis respiratorik
E. Alkalosis respiratorik
SOAL NO.66
Seorang laki-laki berusia 52 tahun dibawa keluarganya ke IGD RS dengan keluhan sesak nafas sejak 1
hari yang lalu. Keluhan dirasakan semakin memberat sejak 2 jam yang lalu. Pasien tampak
mengantuk dan sulit diajak bicara. Pasien diketahui mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 35
tahun yang lalu, rata-rata sebanyak 1 bungkus/hari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum lemah, somnolen, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 116x/menit, frekuensi nafas
32x/menit, terdapat pernafasan cuping hidung dan bibir sianosis. Pada pemeriksaan toraks
menunjukkan barrel shape chest, gerak simetris, hipersonor, suara nafas menurun dengan
ekspirasi memanjang dan didapatkan wheezing. Apakah kondisi yang sedang dialami pasien?
A. Laktoasidosis
B. Asidosis metabolic -> pada pasien Diabetic Ketoacidosis, gangguan fungsi ginjal, syok, diare
berat
C. Alkalosis metabolic -> sering pada pasien vomitus profuse, hipokalemia
D. Asidosis respiratorik
E. Alkalosis respiratorik -> sering pada kondisi, cemas takut, penggunaan ventilasi mekanik
SOAL NO.67
An. Tito, 2 tahun, dibawa ibunya ke dokter karena batuk sejak 2 hari
yang lalu. Menurut ibu ketika anaknya mulai batuk pendek dengan
rangkaian 5-20 batuk tanpa bernafas, muka bisa menjadi merah, wajah
membiru, mata menonjol, lidah terjulur. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan nadi 100x/menit, RR 26x/menit, suhu 37,8C, tampak
perdarahan subkonjungtiva. MenurutAnda sebagai dokter An. Tito ini
berada dalamstadium sakit…
A. Kataral
B. Erupsi
C. Asimptomatik
D. Paroksismal
E. Konvalsen
SOAL NO.67
An. Tito, 2 tahun, dibawa ibunya ke dokter karena batuk sejak 2 hari
yang lalu. Menurut ibu ketika anaknya mulai batuk pendek dengan
rangkaian 5-20 batuk tanpa bernafas, muka bisa menjadi merah, wajah
membiru, mata menonjol, lidah terjulur. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan nadi 100x/menit, RR 26x/menit, suhu 37,8C, tampak
perdarahan subkonjungtiva. Menurut Anda sebagai dokter An. Tito ini
berada dalam stadium sakit…
A. Kataral -> gejala ISPA ringan dengan/ tanpa demam
B. Erupsi
C. Asimptomatik
D. Paroksismal
E. Konvalsen -> gejala berkurang, terjadi petekie di kulit
PERTUSIS
• Etiologi: Bordetella pertusis (cocobaccilus gram negatif)
• Diagnosis :
• Stadium kataral : gejala minimal dengan atau tanpa demam
• Stadium paroksismal: batuk paroksismal dengan inspiratory whooping and
post-tussive vomitting disertai muka merah atau sianosis, hipersalivasi,
distensi vena leher
• Stadium konvalesens: gejala berkurang, dapat terjadi ptekiae, perdarahan
konjungtiva
• Penunjang: DL ( leukositosis, limfositosis absolut), Antibodi IgG toksin
pertusis (+)
Tatalaksana Pertusis
• Suportif umum
• Observasi ketat
• Antibiotik :
 <1 bulan:
• Eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari 4 dosis selama14 hari
• Azitromisin 10 mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 5 hari
 ≥ 1 bulan:
• Eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari 4 dosis selama14 hari (max 2 g/hari)
• Klaritromisin 15 mg/kgBB/hari 2 dosis selama7 hari
• Azitromisin 10 mg/kgBB dosis tunggal padahari pertama, lalu 5 mg/kgBB dosis
tunggal padahari ke2-5.
SOAL NO.68
Wanita 30 tahun datang dengan bercak putih pada kulitnya. Pasein
mengaku bercak muncul di bekas cacar air 6 bulan lalu. Keluhan serupa
pada keluarga disangkal. Pemeriksaan fisik tampak macula
hipopigmentasi, multipel, menyebar, dluoresen negatif. Apakah
diagnosis pasein tersebut?
A.Pytiasis alba
B.Tinea versicolor
C.Pytiriasis sika
D.Vitiligo
E.Hipopigmentasi pasca inflammasi
SOAL NO.68
Wanita 30 tahun datang dengan bercak putih pada kulitnya. Pasein
mengaku bercak muncul di bekas cacar air 6 bulan lalu. Keluhan serupa
pada keluarga disangkal. Pemeriksaan fisik tampak macula
hipopigmentasi, multipel, menyebar, dluoresen negatif. Apakah
diagnosis pasein tersebut?
A.Pytiasis alba
B.Tinea versicolor
C.Pytiriasis sika
D.Vitiligo
E.Hipopigmentasi pasca inflammasi
HIPOPIGMENTASI

• Hipopigmentasi/ hipomelanosis/ leukoderma adalah


pengurangan jumlah pigmen melanin atau berkurang mapun
tidak adanya melanosit
• Hipomelanosis lokal dapat dikaitkan dengan defek pada migrasi
prekursor melanosit dan transfer pigmen yang tidak teratur
antara melanosit dan keratinosit, dan akibat perubahan paska
inflammasi
HIPOPIGMENTASI PASCA INFLAMMASI

Dapat terjadi pada seluruh jenis kulit, namun lebih sering


EPIDEMIOLOGI ditemukan pada orang berkulit gelap.
Pria = wanita

Adanya hambatan penyebaran melanosom setelah kelainan kulit


seperti dermatitis atopik, dermatitis eksematosa, psoriasis
ETIOLOGI parapsoriasis pitiriasis likenoides kronik, alopesia musinosa, mikosis
fungi, lupus eritematosa diskoid, liken planus, liken striatus, dermatitis
seboroik, varicella, herpes, dan sebagainya.
GAMBARAN KLINIS
TERAPI

• Terapi sesuai dengan kelainan kulit yang mendasarinya


• Skin Helath Restoration  konsep yang bertujuan untuk
mengembalikan dan menjaga setiap sel di kulit dapat
melaksanakan fungsi fisiologis dengan bak sehingga
menghasikan kulit yang sehat
• Prognosis  bonam
SOAL NO.69
Wanita 28 tahun mengeluhkank keputihan berbau yang makin banyak
setelah berhubungan seksual. Pada pemeriksaan geinekologi, tampak
cairan keabuan dengan pH vagina 6. Dokter melanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopi dan tampak gambaran seperti dibawah ini.
Apakah mekanisme antibiotik lini pertama yang paling tepat pada kasus
tersebut?
A. Mengikat ribosom subunit 30S
B. Menghambat RNA polymerase
C. Menghambat sintesis ergosterol
D. Menghambat topoisomerase II
E. Merusak DNA dan membentuk metabolit toksik
SOAL NO.69
Wanita 28 tahun mengeluhkank keputihan berbau yang makin banyak
setelah berhubungan seksual. Pada pemeriksaan geinekologi, tampak
cairan keabuan dengan pH vagina 6. Dokter melanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopi dan tampak gambaran seperti dibawah ini.
Apakah mekanisme antibiotik lini pertama yang paling tepat pada kasus
tersebut?
A. Mengikat ribosom subunit 30S
B. Menghambat RNA polymerase
C. Menghambat sintesis ergosterol
D. Menghambat topoisomerase II
E. Merusak DNA dan membentuk metabolit toksik
BACTERIAL VAGINOSIS

• Kausa  Gardnerella vaginalis


• Inkubasi  beberapa hari – 4 minggu
• Klinis 
• Sekret homogen, putih keabuan, tidak terlalu
banyak, melekat pada dinding vagina, tanda radang
(-), bau amis (terutama setelah berhubungan
seksual)
• pH>4.5
• Clue cells (+)  bakteri menempel pada tepi sel
• Whiff/ amine test (+)  bau amis bila sekret
ditetesi larutan KOH
PATOGENESIS

• Terganggunya flora normal vagina  biasanya rumah unuk lactobacillus sp.


Yang menghasilkan H2O2, namun terusir oleh gardnerella vaginalis, prevotella
sp, porphyromonas sp, dll
• Akibat hilangnya H2O2, pH vagina naik sehingga meningkatkan proliferasi
bakteri anaerob
• Gardnerella vaginalis membentuk biofilm pada epitel vaginal. Jika sel epitel ini
terlepas maka akan terlihat seperti dikerumuni oleh bakteri ini  clue cells
DIAGNOSIS

• Kriteria Amsel (minimal 3 syarat terpenuhi)


• Duh tubuh vagina putih keabuan, homogen
• pH vagina >4.5
• Tes KOH (whiff test)  positif bila menghasilkan bau amis seperti ikan
• Clue cells >20% (sel epitel vagina yang dikelilingi oleh bakteri)
CLUE CELLS

Pewarnaan Gram Sediaan Normal Saline (Wet Mount)


TERAPI
MEKANISME AKSI METRONIDAZOL
SOAL NO.70
Laki-laki, 45 tahun rutin berobat TB control dengan keluhan benjolan di
leehr sejak 3 bulan lalu. Awalnya sebesar telur dan banyak nanah. Saat
ini ingin mengetahui ada perbaikan atau tidak. Apakah parameter
perbaikan dari diagnosis pasien tersebut?
A. Fistel dan ulkus menutup
B. Sikatrik kemerahan
C. Batuk dan demam sudah tidak ada
D. Kelenjar getah bening berukuran >2cm
E. LED meningkat
SOAL NO.70
Laki-laki, 45 tahun rutin berobat TB control dengan keluhan benjolan di
leehr sejak 3 bulan lalu. Awalnya sebesar telur dan banyak nanah. Saat
ini ingin mengetahui ada perbaikan atau tidak. Apakah parameter
perbaikan dari diagnosis pasien tersebut?
A. Fistel dan ulkus menutup
B. Sikatrik kemerahan
C. Batuk dan demam sudah tidak ada
D. Kelenjar getah bening berukuran >2cm
E. LED meningkat
INFEKSI TB KUTIS

Eksogen
• TB Chancre • Scrofuloderma
(autoinokulasi)
• TB veruccosa cutis
• Lupus Vulgaris
• Orifisial TB
Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium bovis • TB milier akut
Bacille carmete guerin
• Contiguous • Abscess metastatic

Endogen • Hematogenous • Lupus vulagris

• Lymphogenous • Lupus vulgaris


SCROFULODERMA

Bentuk TB kutis paling sering di negara tropis

• Penularan langsung infeksi TB pada nodus limfatikus, tulang atau sendi


• Dapat dikarenakan konsumsi dari susu terkontamikasi M.bovis atau vaksin
• Banyak menyerang anak dan dewasa muda
• Terjadi secara kornik dan sering terjadi kambuh kambuhan
• Lesi  supurasi kulit menyebabkan ulkus dengan tepi irregular lalu akan
terdapat penyembuhan spontan dengan cribiform scarring
• Predileksi  leher, ketiak, lipat paha
PATOGENESIS
• Limfadenitis TB meluas dan berkonfluensi
• Periadenitis (perlekatan dengan jaringan sekitar kelenjar getah bening)
• Perlunakan KGB dengan konsistensi beragam
• Hasil akhir  abses dingin
• Pemberntukan fistel
• Meluas menjajdi ulkus yang khas
• Bentuk memanjang, tepi ireguler, dinding bergaung, kulit sekitar livid,
jaringan granulasi (+), dan pus (+)
• Sembuh spontan/ sikatrik/ jembatan kulit
GAMBARAN KLINIS
PEMERIKSAAN
• Kultur mycobacterial (Gold Standard)
• Stained smear
• Histopatologi
• Tuberculin skin test
• Interferon-gamma release assay
• Polymerase chain reaction  multibasiler
• Theurapeutic trial  perbaikan dalam 6 minggu
KRITERIA PENYEMBUHAN

• Fistula dan ulkus menutup


• Kelenjar getah bening mengecil dengan diameter <1cm
dan konsistensi keras
• Sikatrik eritematosa menjadi tidak merah lagi
• LED menurun dan normal kembali
SOAL NO.71
Anak usia 5 tahun dibawa ibunya dengan keluhan borok di kaki. Awalnya
digigit serangga, terasa gatal lalu digaruk, lama kelamaan menjadi borok dan
tampak kemerahan yang meluas. Pemeriksan fisik tampak gambaran seperti
dibawah ini. Apakah terapi yang tepat pada pasien?
A. Asam fusidat 5%
B. Mupirocin 5%
C. Wound toilet dengan NaCl 0.9%
D. Asam urea 0.1%
E. Dexamethasone 1%
SOAL NO.71
Anak usia 5 tahun dibawa ibunya dengan keluhan borok di kaki. Awalnya
digigit serangga, terasa gatal lalu digaruk, lama kelamaan menjadi borok dan
tampak kemerahan yang meluas. Pemeriksan fisik tampak gambaran seperti
dibawah ini. Apakah terapi yang tepat pada pasien?
A. Asam fusidat 5%
B. Mupirocin 5%
C. Wound toilet dengan NaCl 0.9%
D. Asam urea 0.1%
E. Dexamethasone 1%
INFEKSI BAKTERI

IMPETIGO KRUSTOSA

IMPETIGO BULLOSA

EKTIMA

ERISIPELAS, SELULITIS

FOLIKULITIS, FURUNKEL, KARBUNKEL

ERITRASMA
EKTIMA
Bentuk ulseratif dari impetigo atau didahului oleh lesi kulit garukan atau gigitan serangga
Kausa  Streptococcus β-hemolyticus

UKK  krusta tebal melekat menutupi ulkus dibawahnya, dikelilingi haloeritem dan
edema, bentuk bulat atau lonjong berdiameter 1-3cm
Awalnya berupa pustul atau bula yang cepat membesar dan menjadi ulkus yang nyeri
TERAPI PYODERMA
• Topikal
• Banyak pus/ krusta  kompres dengan kalium permanganate (PK) 1/5000,
rivanol 3xsehari @1jam selama keadaan akut
• Tidak tertutup pus/ krusta  krim mupirocin 2% atau asam fusidat 2% 2xsehari
selama 7-10hari
• Sistemik (5-7 hari)
• Kloksasilik atau dikloksasilin
• Dewasa  4x250-500mg, anak  50mg/kg/hari dalam 4 dosis
• Amoxiclav
• Dewasa  3x250-500mg, anak  25mg/kg/hari dalam 3 dosis
• Eritromisin
• Dewasa  4x250-500mg, anak  20-50mg/kg/hari
• Insisi dan drainase
• Khusus karbunkel yang menjadi abses
Soal No. 72
Tn ADI 65 tahun datang ke klinik dengan BAB 2-3 x sehari terutama saat setelah
menkonsumsi makana berminyak seperti daging rendang. BAB sering mengapung dan
sulit di siram. Pasien juga sering mengalami penurunan berat badan 6 kg dalam 2
bulan terakhir serta badan sering gatal gatal. Pada pemeriksaan tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan mukosa oral dan konjungtiva kering ,
splenomegali dan hepatomegali. Dokter inign melakukan pemeriksaan penunjang
untuk membuktikan keluhan BAB pasien. Apa pemeriksaan penunjang gold standard
yang dapat dilakukan ?
a. Sudan stain
b. Steatocrit
c. Analisis lemak feses 72 jam
d. Pemeriksaan elastase
e. Pemeriksaan chymotripsin
Soal No. 72
Tn ADI 65 tahun datang ke klinik dengan BAB 2-3 x sehari terutama saat setelah
menkonsumsi makana berminyak seperti daging rendang. BAB sering mengapung dan
sulit di siram. Pasien juga sering mengalami penurunan berat badan 6 kg dalam 2
bulan terakhir serta badan sering gatal gatal. Pada pemeriksaan tanda vital dalam
batas normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan mukosa oral dan konjungtiva kering ,
splenomegali dan hepatomegali. Dokter inign melakukan pemeriksaan penunjang
untuk membuktikan keluhan BAB pasien. Apa pemeriksaan penunjang gold standard
yang dapat dilakukan ?
a. Sudan stain
b. Steatocrit
c. Analisis lemak feses 72 jam
d. Pemeriksaan elastase
e. Pemeriksaan chymotripsin
Malabsorpsi Lemak
Kegagalan tubuh untuk memecah
dan menyerap lemak dari sistem
saluran cerna
Etiologi
a. Insufisiensi pankreas →
kurangnya lipase untuk
menghidrolisis lemak ec
pankreatitis kronik •
b. Defisiensi garam empedu •
Gangguan produksi atau sekresi
c. Gangguan penyerapan 
defisiensi vit ADEK
Azer SA, Sankararaman S. Steatorrhea. [Updated 2020 May 23]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2020 Jan-. /
Manifestasi klinis
a. Steatorrhea → BAB pucat,
berminyak, berbau tidak
sedap, sulit disiram,
mengapung di toilet
b. Diare
c. Penurunan berat badan
Pemeriksaan Penunjang
Konfirmasi Steatorrhea Mencari mekanisme malabsorpsi
• Sudan stain → Perhitungan jumlah • Insufisiensi pankreas → tes
fat globules (angka normal ≤20 / elastase feses
lapang pandang besar) • Defisiensi garam empedu → jarang
• Steatocrit → menilai jumlah lemak dilakukan penunjang
pada feses yang telah disentrifugasi • Malabsorpsi → tes D-xylose (celiac
(angka normal <10%) disease), mikroskopi (giardiasis), dl
• Analisis lemak 72 jam (Metode van
de Kamer) → penunjang terbaik
(Normal bila ekskresi lemak <7
g/hari)
Soal No. 73
Seorang anak berumur 1 tahun, datang diantar ibunya dengan keluhan rewel
dan diare terus menerus. Riwayat ASI lengkap 6 bulan, kemudian dilanjutkan
MPASI. Saat ini konsumsi susu formula. Setiap kali minum sufor, anak akan
diare disertai rasa kram dan nyeri perut yang hebat sampai anak sulit
ditenangkan. Anak rewel, tidak menunjukkan tanda dehidrasi, ketika
dilakukan pemeriksaan fisik pada anus didapatkan lesi kemerahan.
Tatalaksana yang tepat adalah .....
A. Mengganti susu formula dengan susu terhidrolisat sebagian
B. Mengganti susu formula dengan susu terhidrolisat sempurna
C. Mengganti susu formula dengan susu soya
D. Mengganti susu formula dengan susu tanpa laktosa
E. Mengganti susu formula dengan susu sapi

TO AIPKI BATCH I REGIO IV 2020


Soal No. 73
Seorang anak berumur 1 tahun, datang diantar ibunya dengan keluhan rewel dan
diare terus menerus. Riwayat ASI lengkap 6 bulan, kemudian dilanjutkan MPASI. Saat
ini konsumsi susu formula. Setiap kali minum sufor, anak akan diare disertai rasa
kram dan nyeri perut yang hebat sampai anak sulit ditenangkan. Anak rewel, tidak
menunjukkan tanda dehidrasi, ketika dilakukan pemeriksaan fisik pada anus
didapatkan lesi kemerahan. Tatalaksana yang tepat adalah .....
A. Mengganti susu formula dengan susu terhidrolisat sebagian  Untuk ASA
B. Mengganti susu formula dengan susu terhidrolisat sempurna Untuk ASA
C. Mengganti susu formula dengan susu soya  Untuk ASA
D. Mengganti susu formula dengan susu tanpa laktosa
E. Mengganti susu formula dengan susu sapi  Tidak memperingan gejala

TO AIPKI BATCH I REGIO IV 2020


Intoleransi Laktosa
• Ketidakmampuan tubuh untuk
mencerna “gula susu/laktosa” 
defisiensi enzim laktase.
“reaksi non – imunologis”

PPM IDAI
Pemeriksaan Penunjang
Analisis tinja :
• Metode klini test
• Kromatografi tinja
• pH tinja  tinja bersifat asam
Pemeriksaan radiologis lactosabarium meal
Ekskresi galaktos pada urin
Uji hidrogen napas

PPM IDAI
Tatalaksana
Sebagian besar self limited, cukup menjaga status hidrasi agar tidak
dehidrasi dan menjaga asupan nutrisi
• Pemberian cairan rehidrasi oral (CRO) hipotonik
• Rehidrasi cepat (3-4 jam)
• ASI harus tetap diberikan
• Realimentasi segera dengan makanan sehari-hari
• Susu formula yang diencerkan tidak dianjurkan
• Susu formula khusus diberikan sesuai indikasi
• Antibiotik hanya berdasarkan indikasi kuat.
Tatalaksana
Pertimbangan penggantian susu formula selama diare akut (diare
kurang dari 7 hari), sebagai berikut :
• Diare tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan-sedang : susu formula
normal dilanjutkan
• Diare tanpa dehidrasi atau dehidrasi ringan-sedang dengan gejala
klinis intoleransi laktosa yang berat (selain diare) dapat diberikan
susu formula bebas laktosa.
• Diare dengan dehidrasi berat diberikan susu formula bebas laktosa
Soal No. 74
Seorang bayi perempuan berusia 1 minggu dibawa ibunya ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
keluar nanah dari tali pusar sejak 4 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan demam dan tali pusar
berbau busuk serta bengkak. Riwayat melakukan persalinan di dukun beranak. Pada pemeriksaan
tanda vital didapatkan suhu tubuh 39,4°C, frekuensi napas 48x/ menit, denyut nadi 128x/menit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tali pusar hiperemis, edema dan terdapat discharge purulen.
Tatalaksana yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Salep gentamicin
B. Kompres betadine
C. Kompres alcohol
D. Ampicillin IV
E. Ampicillin IV + Gentamicin IV
Soal No. 73
Seorang bayi perempuan berusia 1 minggu dibawa ibunya ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
keluar nanah dari tali pusar sejak 4 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan demam dan tali pusar
berbau busuk serta bengkak. Riwayat melakukan persalinan di dukun beranak. Pada pemeriksaan
tanda vital didapatkan suhu tubuh 39,4°C, frekuensi napas 48x/ menit, denyut nadi 128x/menit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tali pusar hiperemis, edema dan terdapat discharge purulen.
Tatalaksana yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Salep gentamicin
B. Kompres betadine
C. Kompres alcohol
D. Ampicillin IV
E. Ampicillin IV + Gentamicin IV
Omphalitis

Suatu peradangan pada tali


pusat
Etiologi : S. aureus ,
Streptococcus Group A , E. Coli
K. Penumoniae , Proteus
mirabillis

Faktor resiko  kurang nya


perawatan tali pusat
Manifestasi Klinis
• Pus dari sisa umbilikus
• Eritem pada dasar sisa umbilikus
• Perdarahan dari sisa umbilikus
• Bayi rewel
• Demam  tanda bayi beresiko spesis/meningitis
Tatalakasana
• Bersihkan tali pusat dengan larutan antiseptik 8x/hari hingga tidak
ada nanah
• Oles salep antibiotik 3-4 x sehari
• Penogbatan sistemik
a. Kloksasilin oral – selama 5 hari
b. Tanda sepsis (+)  Beta lactam + aminoglikosida
c. Tidak ada perbaikan  MRSA , obati dengan vancomycin
Soal No. 75
Seorang bayi berusia 6 minggu datang ke IGD RS dengan keluhan kuning
sejak 10 hari yang lalu. Bayi cukup bulan dengan BBL 2900 gram dan
menangis saat lahir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bayi ikterik, letargis
dan menangis lemah. Pada USG didapatkan triangular cord sign (+). Pada
pemeriksaan feses 3 porsi didapatkan feses alkolis. Hasil pemeriksaan
penunjang yang paling mendukung diagnosis pada pasien ini adalah….
a. Kenaikan bilirubin direk darah
b. Kenaikan bilirubin indirek darah
c. Kenaikan SGOT dan SGPT dalam darah
d. Kenaikan bilirubin total dalam darah
e. Kenaikan creatinin phosphokinase dalam darah
Soal No. 75
Seorang bayi berusia 6 minggu datang ke IGD RS dengan keluhan kuning
sejak 10 hari yang lalu. Bayi cukup bulan dengan BBL 2900 gram dan
menangis saat lahir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bayi ikterik, letargis
dan menangis lemah. Pada USG didapatkan triangular cord sign (+). Pada
pemeriksaan feses 3 porsi didapatkan feses alkolis. Hasil pemeriksaan
penunjang yang paling mendukung diagnosis pada pasien ini adalah….
a. Kenaikan bilirubin direk darah
b. Kenaikan bilirubin indirek darah  tidak terjadi peningkatan
c. Kenaikan SGOT dan SGPT dalam darah  tidak yang palin spesifik
d. Kenaikan bilirubin total dalam darah tidak yang paling spesifik
e. Kenaikan creatinin phosphokinase dalam darah  kurang tapat
Ikterus Neonatorum
Ikterus fisiologis:
– Awitan terjadi setelah 24 jam
– Memuncak dalam 3-5 hari, menurun dalam 7 hari (pada NCB)
– Ikterus fisiologis berlebihan → ketika bilirubin serum puncak adalah 7-15 mg/dl pada NCB
Ikterus non fisiologis:
– Awitan terjadi sebelum usia 24 jam
– Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam
– Tingkat cutoff > 15 mg/dl pada NCB
– Ikterus bertahan > 8 hari pada NCB, > 14 hari pada NKB
– Tanda penyakit lain
Gangguan obstruktif menyebabkan hiperbilirubinemia direk. Ditandai bilirubin direk > 1 mg/dl jika bil tot <5 mg/dl atau bil
direk >20% dr total bilirubin. Penyebab: kolestasis, atresia bilier, kista duktus koledokus.
Atresia Bilier
• Penyakit kolangiopati fibro-obliteratif yang mengenai panjang tertentu duktus
biliaris intra dan ekstrahepatika
• Secara umum mencapai end-stage pada usia 9- 18 bulan
Gejala
• Persistent, ikterik patologis 2 minggu kehidupan  harus curiga
obstruksi bilier akibat atresia bilier atau kista koledokus atau proses
kolestatik akibat beberapa kelainan
• Ikterik progresif  bilirubin direk
• Feses berwarna pucat / acholic stool
• Tanda penyakit hati tahap akhir: teraba hepatomegali, splenomegaly,
gagal tumbuh (failure to thrive), malnutrisi
Pemeriksaan Penunjang
• USG: pembesaran hati, tidak ada dilatasi bilier, panjang kandung empedu <
1,5 cm, kolaps tidak berlumen atau tidak terlihat. Selain itu kontraktilitas
kandung empedu rendah atau tidak ada kontraksi, yang dinilai setelah
puasa 4 jam, triangular cord sign (thickness of the echogenic anterior wall
of the right portal vein (EARPV) measured on a longitudinal ultrasound
can.)
• Biopsi hati
• HIDA Scan (Hepatobiliary scintigraphy)  menilai fungsi sistem
hepatobilier dan menganalis fungsi dari keduanya.
• ERCP, PTC
• Gold standard: kolangiografi intraoperatif
Soal No. 76
Seorang pria usia 35 tahun datang ke IGD dengan keluhan mata berair, perih dan terasa
mengganjal. Keluhan dirasakan sejak 4 jam SMRS. Pasien mengaku bekerja sebagai tukang
las. Dalam pemeriksaan fisik didapati TD : 130/80 mmHg, HR : 67 x/menit, RR : 16 x/menit,
suhu afebris. Pada pemeriksaan didapatkan pada serbuk besi pada kornea yang melewati
limbus dengan edema kornea. Tatalaksana yang tepat adalah
a. Edukasi pasien dan tutup mata dengan patch
b. Ekstraksi dengan lidi kapas lalu beri antibiotik topikal
c. Irigasi dengan NaCl 0,9%
d. Rujuk Spesialis Mata
e. Ekstraksi dengan jarum 25G
Soal No. 76
Seorang pria usia 35 tahun datang ke IGD dengan keluhan mata berair, perih dan terasa
mengganjal. Keluhan dirasakan sejak 4 jam SMRS. Pasien mengaku bekerja sebagai tukang
las. Dalam pemeriksaan fisik didapati TD : 130/80 mmHg, HR : 67 x/menit, RR : 16 x/menit,
suhu afebris. Pada pemeriksaan didapatkan pada serbuk besi pada kornea yang melewati
limbus dengan edema kornea. Tatalaksana yang tepat adalah
a. Edukasi pasien dan tutup mata dengan patch
b. Ekstraksi dengan lidi kapas lalu beri antibiotik topikal
c. Irigasi dengan NaCl 0,9%
d. Rujuk Spesialis Mata
e. Ekstraksi dengan jarum 25G
Benda Asing Kornea
• Faktor resiko : pekerja industri tanpa kacamata proteksi, pengguna kendaraan bermotor tanpa
helm
• Keluhan : nyeri, mata berair, mata merah, sensasi benda asing, penurunan visus
• Perhatikan ada tidaknya rust ring  terutama corpus alienum besi

Pemeriksaan Penunjang
• Tes Fluorescein  melihat ada tidaknya defek epitel
• Tes Seidel  melihat ada tidaknya fistula/perforasi

Tatalaksana : Rujuk ke spesialis Mata (bedakan dengan


benda asing pada konjungtiva!)

Sumber: Sidarta, Ilyas. 2010. Ilmu Penyakit Mata ed.III. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Benda asing konjungtiva SKDI

• Faktor resiko : pekerja industri tanpa kacamata proteksi, pengguna kendaraan bermotor
tanpa helm
• Keluhan : nyeri, mata berair, mata merah, sensasi benda asing

Prinsip tatalaksana : ALES(An)2


‒ Anestesi local (pantokain/tetrakain )
‒ Lidi kapas yang dibasahi normal saline
‒ Ekstraksi dari arah dalam keluar
‒ Spuit 23-25 G bila gagal dengan lidi kapas
‒ Antiseptik (Povidone iodine)
‒ Antibiotik topical profilaksis
Sumber: Sidarta, Ilyas. 2010. Ilmu Penyakit Mata ed.III. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Soal No. 77
Seorang perempuan usia 27 tahun datang ke poli mata karena merasa pandangan ganda.
Pasien mengalami kecelakaan 2 hari lalu dan terbentur stang motor hingga sulit membuka
mata selama 2 hari karena bengkak. Pasien mengatakan menjadi pusing dan melihat ganda
saat melirik kearah kanan. Riwayat penyakit kronis sebelumnya disangkal. Pemeriksaan tanda
vital dalam batas normal, pemeriksaan fisik mata visus kedua mata 6/6, segmen mata
anterior dan posterior tidak ada kelainan. Pada saat pasien diminta melihat kearah kanan,
mata sebelah kiri bergerak ke kanan sedangkan mata kanan posisi tetap lurus kedepan.
Pernyataan yang tepat dibawah ini adalah...
a. N.IV kanan pasien mengalami cedera
b. N.IV dan N.III kanan pasien mengalami cedera
c. N.III dan N.IV kanan pasien masih intak
d. N.VI kanan pasien masih intak
e. N.VI dan N.III kanan pasien masih intak
Soal No. 77
Seorang perempuan usia 27 tahun datang ke poli mata karena merasa pandangan ganda.
Pasien mengalami kecelakaan 2 hari lalu dan terbentur stang motor hingga sulit membuka
mata selama 2 hari karena bengkak. Pasien mengatakan menjadi pusing dan melihat ganda
saat melirik kearah kanan. Riwayat penyakit kronis sebelumnya disangkal. Pemeriksaan
tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan fisik mata visus kedua mata 6/6, segmen mata
anterior dan posterior tidak ada kelainan. Pada saat pasien diminta melihat kearah kanan,
mata sebelah kiri bergerak ke kanan sedangkan mata kanan posisi tetap lurus kedepan.
Pernyataan yang tepat dibawah ini adalah...
a. N.IV kanan pasien mengalami cedera  mata kanan tidak bisa melirik ke bawah dan ke luar
(kanan)
b. N.IV dan N.III kanan pasien mengalami cedera  mata kanan hanya dapat melirik ke kanan
c. N.III dan N.IV kanan pasien masih intak
d. N.VI kanan pasien masih intak  cedera, karena tidak dapat melirik ke luar (kanan)
e. N.VI dan N.III kanan pasien masih intak  N. VI cedera, karena tidak dapat melirik ke luar
Gerakan Bola Mata

N. IV (Trochlearis) : Oblique Superior


N. VI (Abdusen) : Rectus Lateral
N. III (Occulomotor) : Sisa otot lainnya

ChleO Super
(troChlearis = Oblique Superior
6A ReLa!
(nervus 6 = Abdusen = Rectus Lateral

Sumber: Sidarta, Ilyas. 2010. Ilmu Penyakit Mata ed.III. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Gerakan Bola Mata
Gerakan mata ke atas  Rectus superior + Oblique inferior
Gerakan mata ke bawah  Rectus inferior + Oblique Superior
Gerakan mata ke luar  Rectus lateral
Gerakan mata ke dalam  Rectus medial

Oblik = Kebalik
(Kalau gerakan ke atas  oblik bawah! (inferior)
dan sebaliknya

Pada kasus : ketika mata melirik ke kanan  mata kanan tidak bergerak
Mata kanan bergerak ke kanan = Gerak ke luar = Rectus Lateral (N. VI)  rusak
Kesimpulan : N. III dan N. IV masih intak
Soal No. 78
Seorang laki-laki usia 48 tahun, mengeluhkan pandangan mata kanan tiba-tiba buram, seperti
tertutup tirai hitam. Pasien sempat mengeluhkan adanya bintik-bintik hitam melayang yang
ikut bergerak pada lapang pandangnya. Riwayat trauma disangkal. Keluhan lain disangkal.
Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik didapati TD
: 140/70 mmHg, HR : 68 x/menit, RR : 14 x/menit, suhu afebris. GDS 320 mg/dL, GDP 270
mg/dL. Kondisi yang dialami oleh pasien tersebut adalah…
a. Pendarahan Vitreus
b. Age-Related Macular Degeneration
c. Ablasio Retina Traksional
d. Ablasio Retina Eksudatif
e. Ablasio Retina Rhegmatogen
Soal No. 78
Seorang laki-laki usia 48 tahun, mengeluhkan pandangan mata kanan tiba-tiba buram,
seperti tertutup tirai hitam. Pasien sempat mengeluhkan adanya bintik-bintik hitam
melayang yang ikut bergerak pada lapang pandangnya. Riwayat trauma disangkal. Keluhan
lain disangkal. Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus tidak terkontrol. Pada pemeriksaan
fisik didapati TD : 140/70 mmHg, HR : 68 x/menit, RR : 14 x/menit, suhu afebris. GDS 320
mg/dL, GDP 270 mg/dL. Kondisi yang dialami oleh pasien tersebut adalah…
a. Pendarahan Vitreus  gejala floaters, unilateral, tidak nyeri, dapat disertai visual loss
b. Age-Related Macular Degeneration  skotoma sentral, drusen (+), tes amsler grid
c. Ablasio Retina Traksional
d. Ablasio Retina Eksudatif  pada hipertensi
e. Ablasio Retina Rhegmatogen  biasanya disebabkan miopi tinggi
Ablasio Retina SKDI

• Keadaan terpisahnya lapisan sel kerucut dan batang dari lapisan epitel pigmen retina
• Sel epitel pigmen masih melekat dengan membrane Bruch

Manifestasi Klinis : mendadak!


Floaters, fotopsia, penurunan visus
pada tipe eksudatif  tanpa floaters dan
fotopsia, ada shifting fluid (area yang lepas
bergerak sesuai posisi
Tipe Ablasio Retina
Rhegmatogen Non Rhegmatogen
‒ Akibat myopia berat (> 6) Traksi
‒ Retina robek  vitreous ‒ Akibat proliferasi jaringan fibrovascular
humor masuk ke area antara ‒ Pada retinopati diabetika
epitel dan neurosensory
Eksudatif
‒ Timbunan eksudat dibawah
retina  mengangkat retina
‒ Pada tumor retrobulbar,
retinoblastoma

Serous
‒ Pada uveitis posterior
Pemeriksaan Penunjang
• Oftalmoskop, bila keruh  slitlamp atau USG
• Funduskopi
Rhegmatogen Traksi Eksudatif

Vitreoretinal band

• Tatalaksana : retinopecsy pneumatic, scleral buckling, vitrektomi

Fraser, S., & Steel, D. (2010). Retinal detachment. BMJ clinical evidence, 2010, 0710.
Soal No. 79
Seorang pria usia 30 tahun datang dengan keluhan kabur saat
melihat jauh. Pasien harus memincingkan mata agar tulisan lebih
terlihat jelas. Pasien menggunakan kacamata. Pada pemeriksaan
didapatkan hasil VODS 6/30 dengan koreksi S-2,5 menjadi 6/6. Di
bawah ini yang sesuai dengan kondisi pasien adalah...
A. Koreksi dengan lensa sferis (-) terbesar
B. Koreksi dengan lensa sferis (-) terkecil
C. Sumbu bola mata lebih pendek
D. Titik fokus jatuh di belakang retina
E. Lensa terlalu datar
Soal No. 79
Seorang pria usia 30 tahun datang dengan keluhan kabur saat
melihat jauh. Pasien harus memincingkan mata agar tulisan lebih
terlihat jelas. Pasien menggunakan kacamata. Pada pemeriksaan
didapatkan hasil VODS 6/30 dengan koreksi S-2,5 menjadi 6/6. Di
bawah ini yang sesuai dengan kondisi pasien adalah...
A. Koreksi dengan lensa sferis (-) terbesar
B. Koreksi dengan lensa sferis (-) terkecil
C. Sumbu bola mata lebih pendek
D. Titik fokus jatuh di belakang retina
E. Lensa terlalu datar
Miopia SKDI
Kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi)
akan dibias membentuk bayangan di depan retina
Refraktif Peningkatan indeks bias; lensa menjadi lebih cembung
Bentuk miopia
Aksial Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal
Derajat myopia
• Ringan  S -0.25 D sampai S -3.00 D
• Sedang  S -3.25 D sampai S -6.00 D
• Berat  > -6.00 D

Prinsip resep kacamata :


Miopia = Mini (negative terkecil)
Lensa sferis negative terkecil yang
Hipermetropi = Besar (positif terbesar)
memberikan visus terbaik
Miopia Hipermetropia Astigmatisma
Rabun Jauh Rabun Dekat Kelengkungan kornea atau
lensa tidak rata
Sumbu bola mata lebih Sumbu bola mata lebih pendek Koreksi : lensa silinder (C+/-)
panjang
Titik fokus jatuh di depan Titik fokus jatuh di belakang Jenis:
retina retina 1. Miopia simpleks  C-
Lensa terlalu cembung, Lensa terlalu datar, akomodasi 2. Hipermetropia simpleks 
akomodasi kuat susah C+
3. Miopia kompositus  C-S-
Koreksi : lensa sferis (-) terkecil Koreksi : lensa sferis (+) 4. Hipermetropia kompositus
terbesar  C+S+
5. Mikstus  C-S+ atau C+S-
(C>S)
Soal No. 80
Laki-laki usia 21 tahun datang dengan keluhan telinga kanan nyeri dan gatal. Keluhan
dirasakan sejak 3 hari lalu. Pasien sering membersihkan telinga dengan cotton bud 2 hari
sekali. Seminggu yang lalu pasien berwisata ke air terjun dan berenang di danaunya. Keluhan
demam, batuk, pilek disangkal. Pada pemeriksaan fisik telinga kanan hiperemis, nyeri saat
dilakukan manipulasi. Pada pemeriksaan otoskopi ditemukan adanya edema dan hiperemis
di canalis acusticus eksterna. Pemeriksaan telinga kiri dalam batas normal. Tatalaksana yang
tepat adalah…
a. Analgetik
b. Antipiretik
c. Salep polymyxin B
d. Salep asam fusidat
e. Tampon antibiotik
Soal No. 80
Laki-laki usia 21 tahun datang dengan keluhan telinga kanan nyeri dan gatal. Keluhan
dirasakan sejka 3 hari lalu. Pasien sering membersihkan telinga dengan cotton bud 2 hari
sekali. Seminggu yang lalu pasien berwisata ke air terjun dan berenang di danaunya. Keluhan
demam, batuk, pilek disangkal. Pada pemeriksaan fisik telinga kanan hiperemis, nyeri saat
dilakukan manipulasi. Pada pemeriksaan otoskopi ditemukan adanya edema dan hiperemis
di canalis acusticus eksterna. Pemeriksaan telinga kiri dalam batas normal. Tatalaksana yang
tepat adalah…
a. Analgetik  terapi simptomatik, bukan terapi utama
b. Antipiretik  dapat diberikan bila pasien demam
c. Salep polymyxin B  tatalaksana otitis eksterna sirkumskripta
d. Salep asam fusidat  tatalaksana kelainan kulit akibat infeksi bakteri
e. Tampon antibiotik
SKDI
Otitis Eksterna
• Faktor predisposisi : perubahan pH, udara lembab dan hangat, trauma ringan saat mengorek telinga,
berenang
• Klinis : nyeri bila disentuh, gatal, otorhea, nyeri tarik dan nyeri tekan tragus
Otitis Eksterna Benigna Otitis Eksterna Maligna
Sirkumskipta/Furunkulosa • Etiologi : Pseudomoas aeruginosa
• Etiologi : Staphylococcus aureus • Predisposisi : DM, immunosupresan,
• Lokasi : 1/3 luar, mengenai folikel penggunaan steroid lama
rambut/glandula sebacea • Klinis
• Tampak bisul, membrane timpani terlihat  Otalgia hebat, discharge purulent
 Granulasi di isthmus dasar c.a.e
Difusa (Swimmer’s ear) • Penjalaran
• Etiologi : Pseudomonas aeruginosa  Fissura Santorini
• Lokasi : 2/3 dalam  Foramen stilomastoid (parese N. VII)
• Edema seluruh lumen, batas tidak tegas,  Foramen jugularis (N. IX, N. XI)
membrane timpani tidak terlihat
Sirkumskripta Difusa Maligna
Tatalaksana
Otitis Eksterna Benigna Otitis Eksterna Maligna
Sirkumskipta/Furunkulosa • Antibiotik dan debridement agresif
Salep Ikhtiol/Salep antibiotic (Polymixin B atau • Ciprofloxacin 400 mg IV/8 jam; 750 mg
basitrasin) PO/2jam

Difusa (Swimmer’s ear) Antibiotik sistemik (infeksi berat)  Ampicillin


Tampon antibiotika mengandung polymixin B, 250 mg/6 jam atau Eritromisin 250 mg/6 jam
neomisin, hidrokortison, dan anestesi topikal
Soal No. 81
Seorang anak usia 2 tahun dibawa orangtuanya ke klinik dengan keluhan sulit menelan sejak 3
bulan terakhir. Pada pemeriksaan didapatkan massa dengan konsistensi lunak, tidak nyeri
pada leher sisi lateral, uji transluminasi (+). Diagnosis yang paling mungkin pada pasien adalah
a. Higroma kistik
b. Fistula kista brachial
c. Kista duktus tiroglosus
d. Struma difus tiroid
e. Wry neck
Soal No. 81
Seorang anak usia 2 tahun dibawa orangtuanya ke klinik dengan keluhan sulit menelan sejak
3 bulan terakhir. Pada pemeriksaan didapatkan massa dengan konsistensi lunak, tidak nyeri
pada leher sisi lateral, uji transluminasi (+). Diagnosis yang paling mungkin pada pasien
adalah
a. Higroma kistik
b. Fistula kista brachial  benjolan berada di anterior m. sernocleidomastoid, tidak ikut
bergerak ketika menelan
c. Kista duktus tiroglosus  benjolan berada di garis tengah akibat sisa duktus tiroglosus,
ikut bergerak ketika menelan
d. Struma difus tiroid  benjolan difus pada leher, muncul gejala hipo/hipertiroid
e. Wry neck  nama lain tortikolis, merupakan pemendekan/jaringan parut pada m.
sternocleidomastoid, riwayat cedera pada leher saat lahir
Higroma Kistik SKDI
• Malformasi kongenital yang terdiri dari kista-kista berisi cairan limfatik
• Adanya kegagalan sistem limfatik terhubung ke vena  kegagalan budding pada jaringan
limfatik  sisa jaringan limfatik yang tersekuestrasi berpotensi menjadi kista
Manifestasi Klinis
• Gejala muncul akibat kompresi struktur
sekitar  disfagia, distress pernafasan
• Massa leher lunak, compressible, tidak
nyeri
• Terletak di trigonum posterior leher
• Transiluminasi (+) Diagnosis : USG
Tatalaksana
Tidak dapat resolusi spontan  harus dilakukan operasi; dapat terjadi rekurensi bila masih ada
jaringan residu
Soal No. 82
Seorang laki-laki usia 22 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan penurunan pendengaran
telinga kiri. Pasien merasa telinganya penuh. Keluhan nyeri dan gatal disangkal. Tidak ada
riwayat demam maupun batuk. Pada pemeriksaan fisik telinga kiri didapatkan massa cokelat
hampir memenuhi liang telinga, gendang telinga sulit tervisualisasi. Pemeriksaan telinga
kanan dalam batas normal. Apa tatalaksana awal yang tepat untuk pasien?
a. Evakuasi cerumen dengan pengait
b. Irigasi dengan NaCl
c. Evakuasi serumen dengan lidi kapas
d. Tetes telinga hydrogen peroksida
e. Tetes telinga antibiotik
Soal No. 82
Seorang laki-laki usia 22 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan penurunan
pendengaran telinga kiri. Pasien merasa telinganya penuh. Keluhan nyeri dan gatal disangkal.
Tidak ada riwayat demam maupun batuk. Pada pemeriksaan fisik telinga kiri didapatkan
massa cokelat hampir memenuhi liang telinga, gendang telinga sulit tervisualisasi.
Pemeriksaan telinga kanan dalam batas normal. Apa tatalaksana awal yang tepat untuk
pasien?
a. Evakuasi cerumen dengan pengait
b. Irigasi dengan NaCl
c. Evakuasi serumen dengan lidi kapas
d. Tetes telinga hydrogen peroksida
e. Tetes telinga antibiotik
SKDI
Serumen Prop
• Serumen yang menumpuk dan menggumpal  merupakan hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar
seruminosa, epitel kulit yang terlepas, dan partikel debu
• Faktor risiko  iklim, keadaan lingkungan, liang telinga sempit, produksi serumen banyak
Klinis Telinga gembrebeg terutama bila telinga masuk air (mandi/berenang) karena
serumen mengembang  menekan membrane timpani

Tatalaksana
Serumen lembek Dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada applicator
Serumen keras • Diekstraksi menggunakan hook/loop
• Bila gagal  ditetesi Carbogliserin 10% selama 3 hari
• Bila terdorong jauh  irigasi air hangat (kontraindikasi perforasi MT)
Indikasi ekstraksi serumen  berkala setiap 6-12 bulan, membrane timpani sulit dievaluasi,
otitis eksterna
Soal No. 83
Tn. Zui, 70 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan timbul benjolan yang tidak menetap
sejak 5 bulan yang lalu. Keluhan tidak disertai gatal maupun nyeri. Dari pemeriksaan status
lokalis didapatkan nodul ulcerative yang tampilannya mengkilat dan didapatkan
teleangiektasis. Pasien diketahui bekerja sebagai nelayan. Diagnosa pada pasien ini adalah……
A. Nevus pigmentosus
B. Carcinoma sel squamous
C. Melanoma maligna
D. Freckles
E. Carcinoma sel basal
Soal No. 83
Tn. Zui, 70 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan timbul benjolan yang tidak menetap
sejak 5 bulan yang lalu. Keluhan tidak disertai gatal maupun nyeri. Dari pemeriksaan status
lokalis didapatkan nodul ulcerative yang tampilannya mengkilat dan didapatkan
teleangiektasis. Pasien diketahui bekerja sebagai nelayan. Diagnosa pada pasien ini
adalah……
A. Nevus pigmentosus  hiperpigmentasi dengan pertumbuhan lambat
B. Carcinoma sel squamous  ulserasi, luka tidak sembuh, mudah berdarah
C. Melanoma maligna  hiperpigmentasi cepat
D. Freckles  macula coklat terang pada daerah yang sering terkena sinar matahari
E. Carcinoma sel basal
Karsinoma Pada Kulit SKDI

Karsinoma Sel Basal Karsinoma sel squamosa Melanoma maligna


Asal Tumor Sel epidermal pluripotent Sel epidermis dari berbagai
tingkat maturitas
Etiologi UV UV Iritasi berulang nevus
pigmentosus, UV
Sifat Daerah berambut Laki-laki 40-50 tahun Tidak khas
Luka-residif Tungkai bawah
Bentukan Klinis Ulkus roden, kilatan Ulserasi, luka tidak sembuh, Hiperpigmentasi cepat
mutiara, dasar luka kotor mudah berdarah
Metastase Jarang Jarang-bisa Sering dan mudah
Histo PA Sel palisade Horn pearl Sel-sel melanosit
berdiferensiasi ganas
Soal No. 84
An.Bejo usia 4 tahun datang dibawa orang tuanya kedokter dengan keluhan keluar bintik-
bintik kemerahan sejak 2 hari yang lalu. Awalnya saat demam tinggi, ruam bintik kemerahan
muncul mulai dari leher lalu menyebar keseluruh badan. Sekitar 4 hari sebelumnya pasien
mengeluh demam, batuk dan mata merah. Saat ini pasien juga mengalami BAB cair 5x dalam
sehari. Pada saat pemeriksaan terdapat lesi maculopopular dengan dasar eritematosa
tersebar diskret diseluruh tubuh. Diagnosis yang mungkin pada pasien ini adalah……
A. Varicella
B. Demam berdarah
C. Demam dengue
D. Morbilli
E. Eksantema subitum
Soal No. 84
An.Bejo usia 4 tahun datang dibawa orang tuanya kedokter dengan keluhan keluar bintik-
bintik kemerahan sejak 2 hari yang lalu. Awalnya saat demam tinggi, ruam bintik
kemerahan muncul mulai dari leher lalu menyebar keseluruh badan. Sekitar 4 hari
sebelumnya pasien mengeluh demam, batuk dan mata merah. Saat ini pasien juga
mengalami BAB cair 5x dalam sehari. Pada saat pemeriksaan terdapat lesi maculopopular
dengan dasar eritematosa tersebar diskret diseluruh tubuh. Diagnosis yang mungkin pada
pasien ini adalah……
A. Varicella tidak tepat
B. Demam berdarah  tidak tepat
C. Demam dengue  tidak tepat
D. Morbilli
E. Eksantema subitum  tidak tepat
Morbili SKDI
Disebut juga Rubeola atau campak adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus measles. Sangat infeksius, dan
menular lewat udara.

Gejala
• Prodromal : demam, malaise, gejala respirasi atas
(pilek, batuk), dan konjungtivitis
• Pada demam H-4 biasanya muncul gejala eksantem
yaitu lesi macula dan papula eritem,dimulai dari kepala
daerah perbatasan dahi rambut, dibelakang telinga,
dan menyebar secara sentrifugal ke bawah hingga
muka, badan, ekstremitas, dan mencapai kaki
• Masa inkubasi 10-15 hari
• Belum mendapat imunisasi campak
Sumber PPK dokter fasyankes primer 2017
Morbili SKDI
Pemeriksaan Fisik
• Demam, konjungtivitis,
limfadenopati general
• Koplik spot pada orofaring sebelum
muncul eksantem
• Pada H-3 lesi menghilang perlahan
dengan urutan sesuai
kemunculannya dengan sisa warna
coklat kekuningan atau deskuamasi
ringan

Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan. Sitologi  sel datia
berinti banyak (tanda infeksi virus)
Sumber PPK dokter fasyankes primer 2017
Morbili SKDI
Tatalaksana
• Terapi suportif dengan menjaga cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang dari diare
dan emesis
• Terapi simptomatis dengan antipiretik jika demam, antibiotic jika terdapat infeksi bakteri
sekunder
• Suplemantasi vitamin A diberikan pada :
• Bayi usia kurang dari 6 bulan 50.000 IU/hari PO diberi 2 dosis
• Usia 6-11 bulan 100.000 IU/hari PO 2 dosis
• Anak diatas 1 tahun 200.000 IU/hari PO 2 dosis
• Anak dengan tanda defisiensi vitamin A, 2 dosis pertama sesuai usia, dilanjutkan dosis
ketiga sesuai usia yang diberikan 2-4 minggu kemudian

Sumber PPK dokter fasyankes primer 2017


Soal No. 85
By.Leo yang berusia 2 bulan dibawa oleh orangtuanya berobat ke puskesmas dengan keluhan
kulit mengelupas di hampir seluruh tubuh sejak 3 hari yang lalu. Diawali dengan demam.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu39°C. Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan bula
kendur, erosi, serta kulit tampak mengelupas di seluruh tubuh, nikolski sign (+), krusta radier
di perioral serta fisura bibir. Etiologi pada pasien ini adalah…..
A. Toksin eksfoliatif Staphylococcus aureus
B. Reaksi Hipersensitivitas tipe IV
C. Disebabkan oleh bakteri Streptococcus B haemoliticus
D. Destruksi desmoglein intra epidermal oleh igG
E. Reaksi Hipersensitivitas tipe III
Soal No. 85
By.Leo yang berusia 2 bulan dibawa oleh orangtuanya berobat ke puskesmas dengan keluhan
kulit mengelupas di hampir seluruh tubuh sejak 3 hari yang lalu. Diawali dengan demam.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu39°C. Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan
bula kendur, erosi, serta kulit tampak mengelupas di seluruh tubuh, nikolski sign (+), krusta
radier di perioral serta fisura bibir. Etiologi pada pasien ini adalah…..
A. Toksin eksfoliatif Staphylococcus aureus
B. Reaksi Hipersensitivitas tipe IV  SJS, TEN
C. Disebabkan oleh bakteri Streptococcus B haemoliticus  impetigo non bulosa
D. Destruksi desmoglein intra epidermal oleh igG  pemphigus vulgaris
E. Reaksi Hipersensitivitas tipe III  SLE
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS) SKDI
Gejala
• Ruam berwarna merah-oranye, pucat, makula eksantema, terbatas di
kepala dan menyebar ke bagian tubuh lain.
• Disertai dengan rhinorrhea purulen, konjungtivitis, atau otitis media.
• Tanda Nikolsky positif.
• Ruam kulit disertai dengan nyeri tekan pada kulit menyebabkan anak
Definisi menolak untuk digendong atau berbaring.
Adalah penyakit infeksi • Dalam waktu 24-48 jam, makula eksantema secara bertahap berubah
yang dapat mengancam menjadi lepuh, dan pada daerah seperti lipat paha, ketiak, hidung, dan
nyawa, ditandai dengan telinga, secara khusus berbentuk bula besar lembut yang merupakan
terbentuknya bula pada lapisan epidermis yang berkerut dan tampak seperti kertas tisu.
• Setelah 24 jam, bula tersebut pecah meninggalkan krusta berkilat,
permukaan kulit yang
lembab, dan memiliki permukaan berwarna merah.
disebabkan oleh toksin
• Pada tahap ini pasien akan iritabel, sakit, demam dengan sad man facies,
eksfoliatif oleh bakteri
dan edema wajah ringan, dan gambaran khas krusta radier di perioral
Staphylococcus aureus serta fisura bibir.
Sumber PPK PERDOSKI 2017
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS) SKDI
Medikamentosa
Prinsip : eradikasi S.aureus
1. Antibiotik anti stafilokokal IV
• Penicillinase-resistant penicillin, misalnya dikloksasilin, nafcillin, dan
oksilin. Dapat juga diberikan sefalosporin generasi I atau II atau
klindamisin.
• Apabila terdapat/ dicurigai ada methycillin resistent Staphylococcus
aureus (MRSA) pada infeksi berat: diberikan vankomisin 1-2 gram/hari
dalam dosis terbagi, intravena, selama 7 hari.
Penatalaksanaan 2. Pada kasus rekuren, diberikan antibiotik berdasarkan hasil kultur dan
Non medikamentosa resistensi.
3. Terapi tambahan:
Menerangkan kepada ibu • Daerah yang lembap atau yang mengalami erosi dapat dilubrikasi
pasien tentang pencegahan, dengan menggunakan emolien untuk meringankan rasa gatal dan nyeri
misalnya hindari infeksi ISPA, tekan
luka pada kulit, dan lainnya • Untuk mengurangi nyeri tekan pada kulit diberikan analgesik, misalnya
asetaminofen.
Sumber PPK PERDOSKI 2017
Soal No. 86
Ny. usia 35 tahun datang kedokter dengan keluhan bercak kecoklatan pada pipi dan hidung.
Keluhan sudah dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Pasien mengaku menggunkan suntik Kb
selama 5 tahun. Pemeriksaan dermatologi menunjukkan macula hiperpigmentasi berbatas
tegas. Diagnosa pada pasien ini adalah…..
A. Kloasma
B. Lentigo
C. Freckles
D. Melanoma maligna
E. Basalioma
Soal No. 86
Ny. usia 35 tahun datang kedokter dengan keluhan bercak kecoklatan pada pipi dan
hidung. Keluhan sudah dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Pasien mengaku menggunkan
suntik Kb selama 5 tahun. Pemeriksaan dermatologi menunjukkan macula
hiperpigmentasi berbatas tegas. Diagnosa pada pasien ini adalah…..
A. Kloasma
B. Lentigo  bentuk bulat oval tidak teratur
C. Freckles  macula coklat terang dipipi biasanya factor keturunan
D. Melanoma maligna  hiperpigmentasi cepat
E. Basalioma  ulkus roden, seperti kilatan mutiara
Melasma/Kloasma SKDI
Etiologi
Sinar UV dan hormonal

Predisposisi
Makula berwarna coklat dan terdapat
dibagian yang sering terpapar sinar
matahari terutama wajah atau dahi

Efloresensi
Makula hiperpigmentasi batas tegas
dengan tepi ireguler umumnya
simetris

Sumber PPK PERDOSKI 2017


Melasma/Kloasma SKDI
Tatalaksana

• Pencegahan:
• Tabir surya
• Hilangkan factor penyebab (stop KB atau
obat-obatan penyebab)
• Topikal:
• Hidrokuinon 2-5%
• Asam retinoat
• Asam azaelat
• Sistemik:
• Asam askorbat/vitamin C
• Glutation
• Tindakan Khusus : Chemical peeling, laser
Sumber PPK PERDOSKI 2017
Soal No. 87
Seorang perempuan usia 65 tahun dibawa ke poli saraf dengan keluhan sering lupa cara
melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, menyisir rambut, dan mengangkat telepon
sejak 1 bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat hipertensi selama 15 tahun dan tidak minum
obat teratur. Pasien juga memiliki keluhan kelemahan lengan dan tungkai kanan sejak 2 bulan
yang lalu. Kelemahan terjadi secara tiba-tiba. Pada pemeriksaan fisik kesadaran
composmentis, TD 150/90 mmHg, nadi 79x/menit, RR 20x/menit, suhu 36.50C. Kekuatan
motorik ekstremitas atas dan bawah 3333/5555. Diagnosis sementara pasien…
a. Demensia Lewy Bodies
b. Pick’s disease
c. Delirium
d. Demensia Vaskular
e. Demensia Alzheimer
Soal No. 87
Seorang perempuan usia 65 tahun dibawa ke poli saraf dengan keluhan sering lupa cara
melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan, menyisir rambut, dan mengangkat telepon
sejak 1 bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat hipertensi selama 15 tahun dan tidak
minum obat teratur. Pasien juga memiliki keluhan kelemahan lengan dan tungkai kanan
sejak 2 bulan yang lalu. Kelemahan terjadi secara tiba-tiba. Pada pemeriksaan fisik
kesadaran composmentis, TD 150/90 mmHg, nadi 79x/menit, RR 20x/menit, suhu 36.50C.
Kekuatan motorik ekstremitas atas dan bawah 3333/5555. Diagnosis sementara pasien…
a. Demensia Lewy Bodies  gejala parkinonsim (TRAP)
b. Pick’s disease  perubahan perilaku (kompulsif), pola diet, personality
c. Delirium  kesadaran berkabut, periode singkat dan berfluktuasi
d. Demensia Vaskular
e. Demensia Alzheimer  ada riwayat gangguan neurologis
SKDI
Demensia
• Sindrom penurunan fungsi intelektual dibanding sebelumnya yang cukup berat
• Mengganggu aktivitas sosial dan aktivitas hidup keseharian
• Tidak disebabkan delirium maupun gangguan psikiatri mayor

Gangguan kognisi minimal 2 dari domain berikut :


‒ Mengingat informasi baru
‒ Logika dan pengambilan keputusan
‒ Visuospasial
‒ Berbahasa
‒ Kepribadian dan perilaku

Sumber : Panduan Praktik Klinis Neurologi PERDOSSI 2016


Subtipe Dementia Manifestasi Klinis
Demensia Alzheimer • Onset gradual
• Gangguan memori (amnesia anterograde)
• Gangguan fungsi : afasia, apraksia, agnosia, eksekutif
Demensia Vaskular • Gangguan memori + penyakit serebrovaskular (stroke,
infark lakunar) atau aterosklerotik (diabetes, hipertensi,
penyakit jantung koroner) + Gangguan gerak sesuai topis
Demensia Lewy Body • Parkinsonism (Tremor, Rigidity, Akinesia, Postural
Instability)
• Gangguan kognitif dan halusinasi visual
Demensia Frontotemporal • Perubahan kepribadian (disinhibisi)
/Pick’s disease • Gangguan perilaku (apatis, agresif, agitasi, kompulsif)
• Perubahan pola diet (alcohol, rokok, makanan berlemak)
Sumber : Bansal, Nitin & Parle, Milind. (2017). Dementia: An Overview. Journal of Pharmaceutical Technology,
Research and Management. 2. 29-45. 10.15415/jptrm.2017.21003.
Screening gangguan kognitif
‒ Mini Mental State Examination (MMSE)
‒ Clock Drawing Test
‒ Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia
(MoCA-INA)

‒ Alzheimer : Amnesia, Afasia, Apraksia,


Agnosia (4A)
‒ Lewy Body : Lewy TRAP! (Lewi terjebak!)
‒ Pick’s disease : Perubahan Personality, Pola Sumber :
https://radiologyassistant.nl/neuroradiology/
diet, komPulsif (PPP) dementia/role-of-mri
Soal No. 88
Seorang pria usia 45 tahun dibawa keluarga ke IGD RS karena penurunan kesadaran. Terdapat
riwayat demam 3 minggu yang lalu disertai nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD
130/80, nadi 80x/menit, suhu 37,8oC. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kaku kuduk
(+), Babinski sign (+), dan Kernig sign (+). Pada pemeriksaan penunjang didapatkan cairan
serebrospinal berwarna agak kekuningan, terdapat limfosit, peningkatan protein, dan glukosa
yang rendah. Diagnosis pada kasus diatas adalah…
a. Meningitis bakterial
b. Meningitis TB
c. Meningitis virus
d. Meningoensefalitis bakterial
e. Meningoensefalitis TB
Soal No. 88
Seorang pria usia 45 tahun dibawa keluarga ke IGD RS karena penurunan kesadaran. Terdapat
riwayat demam 3 minggu yang lalu disertai nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
TD 130/80, nadi 80x/menit, suhu 37,8oC. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kaku
kuduk (+), Babinski sign (+), dan Kernig sign (+). Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
cairan serebrospinal berwarna agak kekuningan, terdapat limfosit, peningkatan protein, dan
glukosa yang rendah. Diagnosis pada kasus diatas adalah…
a. Meningitis bakterial  warna keruh, dominasi sel polimorfonuklear, protein tinggi, glukosa
rendah
b. Meningitis TB  sudah terdapat tanda defisit neurologis pada soal sehingga masuk
diagnosis ensefalitis
c. Meningitis virus  warna jernih, dominasi MN, protein normal/tinggi, glukosa normal
d. Meningoensefalitis bacterial  warna keruh, dominasi sel polimorfonuklear, deficit
neurologis (+)
e. Meningoensefalitis TB
Meningitis
SKDI

Inflamasi lapisan meninges (membrane yang melapisi sereburm dan korda spinalis) yang disebabkan
infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur)
Gambaran Klinis Riwayat demam, sakit kepala, kaku kuduk, dapat disertai
penurunan kesadaran

Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan kaku kuduk (+)
• Pemeriksaan rangsang meningeal (+)  Kernig sign (+), Brudzinski sign (+)
• Pemeriksaan neurologis  defisit neurologis (+) pada meningoensefalitis
 Pada soal terdapat Babinski (+)  tanda lesi Upper Motor Neuron

Pemeriksaan Penunjang Lumbal Pungsi untuk analisa cairan LCS


Analisa cairan LCS

Indikator Bakterial Viral Tuberculosis


Tekanan Meningkat Normal/meningkat Meningkat
Makroskopis Keruh Jernih Xantokrom
Leukosit >1000 10-1000 500-1000
PMN +++ + +
MN + +++ +++
Protein Tinggi Normal/tinggi Tinggi
Glukosa Rendah Normal Rendah

Kontraindikasi Lumbal Pungsi


Infeksi pada daerah tusukan, adanya abses/tumor pada fossa posterior, peningkatan TIK (dapat
diberikan dexamethasone terlebih dulu)
Hati-hati membedakan Meningitis dengan Encephalitis
Encephalitis Meningitis

Demam (+) Demam (+)


Nyeri kepala, mual, muntah, letargi (+) Nyeri kepala, mual, muntah, letargi (+)
Kejang (+) Kejang minimal
Penurunan kesadaran (+) Penurunan kesadaran minimal
Fotofobia (-) Fotofobia (+)
Defisit neurologis (+) Defisit neurologis (-)

Tatalaksana
• Elevasi kepala 20-30o, pemberian cairan infus, antipiretik, anti kejang
• Bila ada peningkatan TIK  drip Manitol 20% (1 gr/kgBB dalam 20 menit, 0,5 gr/kg dalam 4 -6 jam)
• Antibiotik sesuai etiologi
Soal No. 89
Seorang wanita usia 30 tahun mengeluhkan nyeri kepala sisi kiri yang terasa berdenyut, dan
hilang timbul sejak 3 bulan SMRS. Nyeri dirasakan kurang lebih selama 30 menit. Pasien
adalah seorang guru. Nyeri kepala akan timbul bila pasien sedang mendapat banyak deadline
koreksi dan beban kerja di sekolah. Saat keluhan muncul, pasien juga melihat garis-garis
hitam putih. Tanda vital didapatkan dalam batas normal. Diagnosis dan terapi abortif yang
tepat pada kasus ini adalah…
a. TTH; Ibuprofen
b. Cluster Headache; Oksigen 100%
c. Migraine; Sumatriptan
d. TTH; Parasetamol
e. Migraine; Amitriptilin
Soal No. 89
Seorang wanita usia 30 tahun mengeluhkan nyeri kepala sisi kiri yang terasa berdenyut, dan
hilang timbul sejak 3 bulan SMRS. Nyeri dirasakan kurang lebih selama 30 menit. Pasien
adalah seorang guru. Nyeri kepala akan timbul bila pasien sedang mendapat banyak
deadline koreksi dan beban kerja di sekolah. Saat keluhan muncul, pasien juga melihat garis-
garis hitam putih. Tanda vital didapatkan dalam batas normal. Diagnosis dan terapi abortif
yang tepat pada kasus ini adalah…
a. TTH; Ibuprofen  nyeri kepala seperti diikat; tatalaksana sudah tepat
b. Cluster Headache; Oksigen 100%  nyeri di area mata, lakrimasi, ptosis; tatalaksana
sudah tepat
c. Migraine; Sumatriptan
d. TTH; Parasetamol  tatalaksana tidak tepat
e. Migraine; Amitriptilin  diagnosis tepat, tatalaksana tidak tepat; amitriptilin merupakan
profilaksis TTH
Migraine
SKDI

• Nyeri kepala primer dengan kualitas vascular (berdenyut), diawali unilateral yang diikuti mual,
fotofobia, fonofobia, gangguan tidur
• Patofisiologi  adanya vasokonstriksi pembuluh darah intracranial (menyebabkan timbul aura)
dan vasodilatasi pembuluh darah menginges (menyebabkan nyeri pilsatil)
• Faktor pemicu  menstruasi, terlambat makan, stress, kurang tidur

Kriteria Diagnosis • Nyeri kepala 4-72 jam


• Unilateral, berdenyut, bertambah berat bila aktivitas
• Mual/muntah/fotofobia/fonofobia
Jenis Migraine
Classic Migraine Dengan aura (gangguan visual/sensorik/bicara)

Common Migraine Tanpa aura


Tatalaksana Abortif Tatalaksana Profilaksis
• Ergotamin 1 mg, diulang tiap setengah jam • Propanolol 2x40 mg/hari
maksimal 30 mg/hari • Asam valproate 2 x 250
• Sumatriptan 2 x 50-100 mg/hari • CCB (Verapamil, flunarizine), SSRI (fluoxetine)
• Analgesik (NSAID
Indikasi Pemberian Profilaksis
Indikasi keberhasilan terapi abortif • Serangan >2-3x/bulan
• Bebas nyeri sesudah 2 jam pengobatan • Menganggu aktivitas sehari-hari
• Perbaikan skala nyeri setelah 2 jam • Tidak dapat mengatasi nyeri
• Efikasi konsisten pada 2-3x serangan • Terapi abortif gagal
• Tidak rekuren/tidak mengonsumsi obat
kembali dalam 24 jam Keberhasilan terapi profilaksis
Frekuensi serangan menurun 50% per bulan
selama 3 bulan
Membedakan Migraine, Tension dan Cluster Headache

Migrain Tension Cluster


(unilateral) (bilateral, seperti diikat) (nyeri di dalam dan sekitar
mata, ptosis, lakrimasi)
Soal No. 90
Seorang laki laki 37 tahun mengaku gairah seksualnya sangat meningkat apabila saat
berhubungan badan dengan istrinya, ia juga melihat istrinya disetubuhi oleh lelaki lain.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien ini?
A. Troilisme
B. Voyeurisme
C. Masokisme
D. Sadisme
E. Ekshibisionisme
Soal No. 90
Seorang laki laki 37 tahun mengaku gairah seksualnya sangat meningkat apabila saat
berhubungan badan dengan istrinya, ia juga melihat istrinya disetubuhi oleh lelaki lain.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien ini?
A. Troilisme
B. Voyeurisme  mengintip orang saat telanjang atau saat sedang melakukan hubungan
seksual
C. Masokisme  preferensi seksual untuk menjadi korban disiksa
D. Sadisme  preferensi seksual untuk menjadi pelaku yang menyiksa
E. Ekshibisionisme  memamerkan bagian tubuh (contoh: alat kelamin) di tempat publik
Gangguan Seksual (Parafilia)
• Frotteurisme: mendapatkan kepuasan seksual • Masokisme: preferensi seksual untuk menjadi
dengan menggesekkan alat kelamin pada korban disiksa.
orang lain.
• Fetishisme: kepuasan seksual dengan • Sadisme: preferensi seksual untuk menjadi
mengandalkan benda-benda tertentu sebagai pelaku yang menyiksa
objek fantasi, partner seksual yang • Nekrofilia: preferensi seksual pada mayat.
memakainya.
• Transvestisme: kepuasan seksual dengan • Voyeurisme: mengintip orang saat telanjang
memakai pakaian lawan jenis untuk atau saat sedang melakukan hubungan
menghayatinya (riasan lengkap, rambut palsu) seksual.
• Troilisme: preferensi seksual dengan lebih dari
satu pasangan di waktu yang sama. • Ekshibisionisme: memamerkan bagian tubuh
• Pedofilia: preferensi seksual terhadap (contoh: alat kelamin) di tempat publik.
anakanak.

Sumber: DSM 5
Tatalaksana
• Non farmakologis: CBT, group therapy
• Farmakologis:
Antidepresan (SSRI)
- Sertralin 150-200 mg/hari
- Fluoksetin 20-80 mg/hari
- Fluvoksamin 200-300 mg/hari
- Citalopram 20-80 mg/hari
- Paroksetin 20-60 mg/hari
Antiandrogen untuk menurunkan libido
Mood stabilizer
Sumber: Medscape
Soal No. 91
Seorang laki laki 35 tahun dibawa berobat oleh keluarganya dengan keluhan sering
mengamuk sejak 3 bulan lalu. Menurut keluarga pasien sering berbicara dan tertawa sendiri.
Pasien mengaku dirinya adalah raja dari kerajaan majapahit. Ia juga yakin bahwa seluruh
umat manusia memiliki kasta yang sangat rendah. Keluhan sudah dialami sejak 9 bulan lau.
Pada pemeriksaan pasien tampak kooperatif dan mengulang kalimat itu-itu saja. Apakah
diagnosis yang tepat pada pasien ini?
A. Skizofrenia paranoid
B. Akatisia
C. Waham kendali
D. Waham nihilistik
E. Megalomania
Soal No. 91
Seorang laki laki 35 tahun dibawa berobat oleh keluarganya dengan keluhan sering
mengamuk sejak 3 bulan lalu. Menurut keluarga pasien sering berbicara dan tertawa sendiri.
Pasien mengaku dirinya adalah raja dari kerajaan majapahit. Ia juga yakin bahwa seluruh
umat manusia memiliki kasta yang sangat rendah. Keluhan sudah dialami sejak 9 bulan lau.
Pada pemeriksaan pasien tampak kooperatif dan mengulang kalimat itu-itu saja. Apakah
diagnosis yang tepat pada pasien ini?
A. Skizofrenia paranoid → yang ditanyakan adalah psikopatologi, bukan diagnosis
B. Akatisia → salah 1 jenis EPS
C. Waham kendali → keyakinan bahwa segala tindakan nya merupakan hasil kendali orang
lain (merasa dikendalikan)
D. Waham nihilistik → keyakinan bahwa dirinya sudah meninggal
E. Megalomania
Waham (Delusi)
• Waham  Keyakinan yang salah terhadap kenyataan, yang tetap dipertahankan dan
tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan dalam bidang agama dan
budaya tidak dianggap sebagai waham.
Jenis waham
• Waham kejar  keyakinan merasa dirinya dikejar-kejar, selalu diikuti, atau menjadi target
oleh orang lain.
• Waham kebesaran (grandiose delusion/megalomania)  keyakinan secara berlebihan
bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain
• Waham cemburu  waham yang berkaitan dengan rasa cemburu, misalnya cemburu
terhadap pasangannya.
• Waham somatik  keyakinan seseorang bahwa tubuh atau sebagian tubuhnya terserang
penyakit
• Waham nihilistik  keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia

Sumber: DSM V
Jenis Waham (Lanjutan)
• Waham aneh (bizzare)  Waham yang aneh, mustahil, dan tidak masuk akal. Termasuk
dalam waham bizzare antara lain:
- Thought insertion (percaya bahwa ada seseorang memasuki
- pikirannya)
- Thought broadcasting (percaya bahwa isi pikirannya dapat
- diketahui oleh orang lain)
- Thought withdrawal (percaya bahwa seseorang telah
- mengambil keluar pikirannya)
- Waham kendali (kepercayaan seseorang bahwa dirinya
- dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar. Misalnya
- meyakini dirinya adalah sebuah robot dan gerak-geriknya
- dikendalikan)
Soal No. 92
Seorang perempuan 30 tahun dibawa suaminya ke IGD karena seringkali
menunjukkan perilaku aneh, seperti menjambak rambutnya dan berteriak, serta
mengumpat dengan bahasa kotor. Bahkan kadang pasien tertawa seram dengan
mengunyah bunga melati dan mawar. Setelah beberapa saat pasien kembali
sadar dan mengaku tidak mengingat apapun yang telah dilakukannya. Kondisi
yang mungkin dialami pasien adalah…
A. Trans disosiatif
B. Fugue disosiatif
C. Depersonalisasi
D. Skizofrenia herbefrenik
E. Derealisasi
Soal No. 92
Seorang perempuan 30 tahun dibawa suaminya ke IGD karena seringkali
menunjukkan perilaku aneh, seperti menjambak rambutnya dan berteriak, serta
mengumpat dengan bahasa kotor. Bahkan kadang pasien tertawa seram dengan
mengunyah bunga melati dan mawar. Setelah beberapa saat pasien kembali
sadar dan mengaku tidak mengingat apapun yang telah dilakukannya. Kondisi
yang mungkin dialami pasien adalah…
A. Trans disosiatif
B. Fugue disosiatif → pergi dari rumah, berganti identitas, hilang ingatan
C. Depersonalisasi → merasa dirinya tidak nyata
D. Skizofrenia herbefrenik → waham bizzare dan halusinasi
E. Derealisasi → merasa lingkungan di sekitarnya tidak nyata
Gangguan Disosiatif
• Amnesia disosiatif  Hilang ingatan
• Gangguan identitas disosiatif/gangguan kepribadian ganda (multiple personality
disorder)  Kepribadian ganda atau lebih yang bertukartukar sepanjang hari
• Fugue disosiatif  Tiba-tiba pergi dari rumah atau tempat kerja, dengan kesulitan
mengingat sebagian atau seluruh masa lalu. Pasien bisa menggunakan identitas
baru.
• Trans disosiatif  Dalam istilah awam dikenal sebagai “kerasukan/kesurupan”:
berteriak, menangis, atau hal-hal lainnya yang seringkali berkaitan dengan topik
agamis.
• Depersonalisasi  merasa dirinya tidak nyata
• Derealisasi  merasa lingkungan sekitarnya tidak nyata
Soal No. 93
Tn. DL, 48 tahun, datang dengan keluhan nyeri di punggung bagian tengah dan sulit berjalan
sehingga gerakannya menjadi lambat Keluhan sudah dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan
semakin lama makin memberat. Pasien pernah dilakukan pemeriksaan oleh spesialis penyakit
dalam pada saat pemeriksaan rontgen thorax ditemukan perselubungan pada apex paru
kanan atas. Pada pemeriksaan fisik didapati keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
kompos mentis, Pemeriksaan fisis normal. Pada inspeksi punggung didapatkan Kifosis
vertebra torakal bertambah disertai gibbus. Apakah diagnosis pada pasien ini?
A. Spondilolistesis vertebra torakalis
B. Spondilosis vertebra torakalis
C. Tumor metastasis vertebra
D. Paget’s disease
E. Pott’s disease
Soal No. 93
Tn. DL, 48 tahun, datang dengan keluhan nyeri di punggung bagian tengah dan sulit berjalan
sehingga gerakannya menjadi lambat Keluhan sudah dirasakan sejak 6 bulan terakhir dan
semakin lama makin memberat. Pasien pernah dilakukan pemeriksaan oleh spesialis penyakit
dalam pada saat pemeriksaan rontgen thorax ditemukan perselubungan pada apex paru
kanan atas. Pada pemeriksaan fisik didapati keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
kompos mentis, Pemeriksaan fisis normal. Pada inspeksi punggung didapatkan Kifosis
vertebra torakal bertambah disertai gibbus. Apakah diagnosis pada pasien ini?
A. Spondilolistesis vertebra torakalis -> pergeseran segmen vertebra ke anterior
B. Spondilosis vertebra torakalis -> adanya osteofit pada vertebra
C. Tumor metastasis vertebra -> tidak ada tanda-tanda keganasan
D. Paget’s disease -> tidak sesuai klinis
E. Pott’s disease
SKDI 3B
Spondilitis TB/Pott’s Disease
• Merupakan suatu bentuk TB
ektrapulmonar, dimana vertebra
merupakan lokasi TB tulang yang paling
sering akibat penyebaran secara
hematogen
• Menyerang segmen vertebra via jalur
arteri dan vena (plexus Barton) ->
anterior wedging dari vertebra->
terbentuk gibbus -> kifosis
• Lokasi tersering dari infeksi: paradiskal,
anterior, dan sentral
• Manifestasi klinis: nyeri punggung
kronik, deformitas (paling sering
berupa kifosis), abses paraspinal (cold
abscess), defisit neurologis
Garg RK, et al. Spinal Tuberculosis: A Review. The
Journal of Spinal Cord medicine. 2011
Pemeriksaan Penunjang
• X-Ray • CT-scan
• Destruksi pada vertebral end plates • Dapat melihat pola destruksi tulang
• Hilangnya/memendeknya diskus (fragmentary, osteolitik, sklerotik, atau
intervertebralis
• New bone formation subperiosteal)
• Pembentukan abses • Abses paraspinal
• Temuan lain tergantung lokasi • MRI -> gold standard

Garg RK, et al. Spinal Tuberculosis: A Review. The


Journal of Spinal Cord medicine. 2011
Tatalaksana Spondilitis TB
• OAT lini pertama selama minimal 9 bulan (rekomendasi WHO)
• Operatif, tujuan: (1) debridement, (2) stabilisasi vertebra

Garg RK, et al. Spinal Tuberculosis: A Review. The


Journal of Spinal Cord medicine. 2011
Soal No. 94
Ny. KA, 41 tahun, datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan utama nyeri pada
sendi-sendi yang dirasakan sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga memperhatikan sejak sebulan
terakhir jari jempol kakinya menjadi bengkak dan merah. Pada pemeriksaan fisis didapatkan
inflamasi pada seluruh digiti I pedis dextra disertai hiperkeratosis pada kuku-kuku kaki.
Dokter kemudian memeriksakan rheumatoid factor (RF) dan hasilnya negatif. Apakah
diagnosis pada pasien tersebut?
A. Rheumatoid arthritis
B. Gout arthritis
C. Septic arthritis
D. Psoriatic arthritis
E. Tenosinovitis supuratif
Soal No. 94
Ny. KA, 41 tahun, datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan utama nyeri pada
sendi-sendi yang dirasakan sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga memperhatikan sejak sebulan
terakhir jari jempol kakinya menjadi bengkak dan merah. Pada pemeriksaan fisis didapatkan
inflamasi pada seluruh digiti I pedis dextra disertai hiperkeratosis pada kuku-kuku kaki.
Dokter kemudian memeriksakan rheumatoid factor (RF) dan hasilnya negatif. Apakah
diagnosis pada pasien tersebut?
A. Rheumatoid arthritis -> tidak sesuai, RF (+)
B. Gout arthritis -> tidak sesuai klinis, tidak ada kristal berbentuk jarum pada sendi
C. Septic arthritis -> tidak sesuai klinis, tidak ada tanda sepsis
D. Psoriatic arthritis
E. Tenosinovitis supuratif-> tidak sesuai klinis
SKDI 3A
Psoriatic Arthritis
• Merupakan suatu jenis peradangan
sendi yang berkaitan dengan kejadian
psoriasis, yang bermanifestasi ke
berbagai organ ekstrartikular
• Termasuk dalam kelompok penyakit
spondiloartropati seronegatif, yakni
peradangan pada sendi dan/atau
vertebra dengan penanda faktor
rheumatoid yang negatif
• Kriteria diagnosis mengacu pada
kriteria CASPAR tahun 2006
Manifestasi Klinis

Dactylitis (sausage Enthesitis (peradangan


digit appearance) pada tempat insersi
tendon/ligamen),
Pada gambar: enthesitis
tendon achilles

Psoriatic nail
(hiperkeratosis +
onikolisis)
Penatalaksanaan Psoriatic Arthritis

EULAR Recommendations for the Management of Psoriatic Arthritis:


2019 Update
Soal No. 95
Tn. JP, 25 tahun, datang ke poliklinik orthopedi dengan keluhan utama nyeri pada bagian
punggung bagian atas. Pasien merupakan seorang pekerja lepas di salah satu perusahaan
tambang dan sehari-hari harus memikul beban berat, ditambah dengan postur yang buruk.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan saat pasien berdiri, leher pasien tampak maju ke depan
serta punggung atas pasien membungkuk. Apakah jenis kelainan yang dialami oleh pasien?
A. Skoliosis
B. Lordosis
C. Kifosis
D. Spondilosis
E. Spondilolistesis
Soal No. 95
Tn. JP, 25 tahun, datang ke poliklinik orthopedi dengan keluhan utama nyeri pada bagian
punggung bagian atas. Pasien merupakan seorang pekerja lepas di salah satu perusahaan
tambang dan sehari-hari harus memikul beban berat, ditambah dengan postur yang buruk.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan saat pasien berdiri, leher pasien tampak maju ke depan
serta punggung atas pasien membungkuk. Apakah jenis kelainan yang dialami oleh pasien?
A. Skoliosis -> pertambahan kemiringan vertebra ke sisi kanan dan kiri
B. Lordosis -> pertambahan sudut vertebra lumbal ke depan
C. Kifosis
D. Spondilosis -> osteofit pada vertebra
E. Spondilolistesis -> pergerakan segmen vertebra ke anterior
SKDI
Kelainan Bentuk Vertebra
Kifosis
• Berlebihnya kurvatura pada punggung atas -> bertambahnya derajat kifosis
torakalis
• Etiologi:
• Idiopatik
• Penyakit degenratif (mis. Osteoarthritis)
• Gangguan pertumbuhan (mis. Scheuermann’s disease)
• Trauma (mis. Osteopororsis dengan fraktur kompresi)
• Kelengkungan melebihi 45O disebut hiperkifosis
• Tatalaksana: 3O (observasi, orthosis, operasi) tergantung pada derajat
keparahan
• Terapi rehabilitasi fisik khusus: Schroth method

Campbell Orthopedic vol.2


Soal No. 96
Seorang anak berusia 6 tahun datang dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan tidak nafsu makan dan
rewel sejak 5 hari yang lalu. Keluhan juga disertai BAB cair sekitar 4x/hari. Pasien sering bermain tanah dengan
teman sebayanya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan berat badan 15 kg dan diakui ibunya turun 3 kg sejak 1
bulan lalu. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang mikroskopi feses dan didapatkan gambaran berikut:

Terapi yang paling tepat pada kasus ini adalah…

A. Albendazole 1x400mg selama 3 hari

B. Albendazole 1x400mg SD

C. Pirantel pamoat 3x10mg/kgBB

D. Mebendazole 2x100mg selama 5 hari

E. Mebendazole 100mg SD
Soal No. 96
Seorang anak berusia 6 tahun datang dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan tidak nafsu makan dan
rewel sejak 5 hari yang lalu. Keluhan juga disertai BAB cair sekitar 4x/hari. Pasien sering bermain tanah dengan
teman sebayanya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan berat badan 15 kg dan diakui ibunya turun 3 kg sejak 1
bulan lalu. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang mikroskopi feses dan didapatkan gambaran berikut:

Terapi yang paling tepat pada kasus ini adalah…

A. Albendazole 1x400mg selama 3 hari  tidak tepat dosis

B. Albendazole 1x400mg SD

C. Pirantel pamoat 3x10mg/kgBB  untuk bayi dan ibu hamil

D. Mebendazole 2x100mg selama 5 hari  tidak tepat dosis

E. Mebendazole 100mg SD  tidak tepat dosis


SKDI
Askariasis
• Etiologi: Ascaris lumbricoides
• Nama lain: cacing gelang
• Transmisi: air, fecal-oral
• Stadium infektif: telur yang terfertilisasi
• Stadium diagnostik: cacing dewasa, telur
• Manifestasi Klinis
- Sering kali asimptomatik
- Batuk kering, sesak nafas, wheezing →
saat larva bermigrasi
- Hepatomegali
- Nyeri perut kolik
- Diare
- Muntah
- Cacing dewasa dapat keluar dari anus
Sumber: CDC
Pemeriksaan penunjang
• Mikroskopi feses → penunjang diagnosis Telur
terbaik
- Telur → gambaran telur dengan
membran tiga lapis
• Laboratorium
- Eosinofilia
- Peningkatan IgG dan IgE
• Pencitraan Dewasa
- Xray abdomen → dapat menunjukkan
gambaran obstruksi usus, terkadang
cacing tergambar sebagai jaringan lunak
tubular/kurvilinear
- Barium swallow → filling defek
berbentuk cacing dewasa
Tatalaksana
• Albendazol 1x400 mg single dose → First line
• Mebendazole 2x100mg selama 3 hari
• Untuk anak usia < 1 tahun & ibu hamil : Pirantel pamoat 3x10mg/kgBB
Soal No. 97
Seorang anak usia 14 tahun, datang dibawa orangtuanya karena mimisan sejak 3 jam yang
lalu. Sebelumnya, anak sudah mengalami demam sejak 2 hari yang lalu disertai dengan pegal-
pegal, nyeri kepala hebat, disertai rasa berat pada kedua mata. Pada PF, didapatkan TD
120/80 mmHg, HR 110x/m, RR 24 x/m, Suhu 38,80C. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan Hb 13 g/dL, Hematokrit 39%, Trombosit 128.000. Sebagai dokter di IGD, maka
pemeriksaan darah yang paling tepat untuk dilakukan pada pasien adalah...
A. Widal
B. Kultur urin
C. Antigen NS1
D. IgG anti dengue
E. IgM anti dengue
Soal No. 97
Seorang anak usia 14 tahun, datang dibawa orangtuanya karena mimisan sejak 3 jam yang
lalu. Sebelumnya, anak sudah mengalami demam sejak 2 hari yang lalu disertai dengan pegal-
pegal, nyeri kepala hebat, disertai rasa berat pada kedua mata. Pada PF, didapatkan TD
120/80 mmHg, HR 110x/m, RR 24 x/m, Suhu 38,80C. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan Hb 13 g/dL, Hematokrit 39%, Trombosit 128.000. Sebagai dokter di IGD, maka
pemeriksaan darah yang paling tepat untuk dilakukan pada pasien adalah...
A. Widal  untuk demam tifoid
B. Kultur urin  tidak dilakukan pada suspek infeksi dengue
C. Antigen NS1
D. IgG anti dengue  kurang tepat karena pasien masih demam hari ke-2
E. IgM anti dengue  kurang tepat karena pasien masih demam hari ke-2
Infeksi Dengue Diagnosis SKDI

• Etiologi: Virus Dengue Klinis Demam mendadak tinggi, terus-menerus


selama 2-7 hari
• Virus dengue memiliki 4 serotipe Terdapat manifestasi perdarahan seperti uji
DEN-I, DENII, DEN-III, dan DEN- torniquet +, petechie, echimosis, purpura,
IV perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan
gusi, hematemesis melena
• Manifestasi infeksi dengue dapat
Pembesaran hati
beragam, berupa Dengue Fever
(DF), Dengue Hemorrhagic Fever Syok ditandai nadi lemah dan cepat, tekanan
nadi turun, tekanan darah turun, kulit dingin
(DHF) grade I-IV
Laborat Trombositopenia (<100.000)
oris
Hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit
>20%
Derajat
DHF

Sumber: WHO, 2011


Serologi Dengue Serologi Hari
NS1 (+) mulai hari 1-2
IgM Dengue (+) mulai hari 3-5
Soal No. 98
Nn. Rima 24 tahun datang dengan keluhan BAK merah kehitaman sejak 2 hari yang lalu. Nyeri perut
(+), muntah (+). Pasien baru saja didiagnosis malaria dan sedang menjalani pengobatan primakuin
hari ke 7. Pemeriksaan fisik TTV dbn, sklera ikterik (+), konjungtiva anemis (+) dan
hepatosplenomegali (+). Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8g/dl, leukosit 6000 sel/ul,
trombosit 150.000, peningkatan bilirubin indirek dan LDH, hitung retikulosit 10%. Pemeriksaan
apusan darah tepi didapatkan bite cell dan heins body (+), Apakah patofisiologi yang mendasari
penyakit pasien tersebut?
a. Sekuestrasi parasit ke pembuluh darah
b. Depresi sel induk progenitor di dalam sumsum tulang
c. Defisiensi substrat pembentuk rantai globin
d. Maturasi DNA yang terhambat
e. Defisiensi enzim eritrosit
Soal No. 98 Tanda Hemolisis SKDI

Nn. Rima 24 tahun datang dengan keluhan BAK merah kehitaman sejak 2 hari yangaktivitas redoks tinggi
lalu. Nyeri perut
(+), muntah (+). Pasien baru saja didiagnosis malaria dan sedang menjalani pengobatan primakuin
hari ke 7. Pemeriksaan fisik TTV dbn, sklera ikterik (+), konjungtiva anemis (+) dan
hepatosplenomegali (+). Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8g/dl, leukosit 6000 sel/ul,
trombosit 150.000, peningkatan bilirubin indirek dan LDH, hitung retikulosit 10%. Pemeriksaan
apusan darah tepi didapatkan bite cell dan heins body (+), Apakah patofisiologi yang mendasari
Respon sutul baik
penyakit pasien tersebut? Def. G6PD
a. Sekuestrasi parasit ke pembuluh darah  malaria falciparum berat (primakuin cuma 1 hari)
b. Depresi sel induk progenitor di dalam sumsum tulang  an. aplastik
c. Defisiensi substrat pembentuk rantai globin  thalassemia
d. Maturasi DNA yang terhambat  an. megaloblastik
e. Defisiensi enzim eritrosit Dx : An. Hemolitik  defisiensi G6PD
Alur diagnosis anemia SKDI
SKDI
AnemiaHemolitik
Curiga anemia hemolitik bila :

• Klinis: Anemia, Jaundice / Ikterik, Splenomegali / Hepatosplenomegali


• Lab: Retikulosit ↑, Bilirubin total ↑ dengan dominasi bilirubin indirek ↑
(Ikterik pre-hepatal), LDH ↑ , Haptoglobin ↓

Sklera ikterik Splenomegali: jika ekstravaskular


SKDI
Defek Intrinsik : Anemia Defisiensi G6PD

• Merupakan anemia hemolitik akibat defisiensi enzim eritrosit


• Eritrosit tidak memiliki mitokondria, sehingga menghasilkan ATP
melalui 2 jalur (jalur glikolisis dan HMP shunt) yang membutuhkan
enzim.
• Defisiensi G6PD (glucose 6 phospate dehydrogenase) adalah
defisiensi enzim (bekerja pada jalur HMP shunt) yang paling sering
ditemukan.
SKDI
Anemia Defisiensi G6PD
SKDI

Anemia Defisiensi G6PD


SKDI

G6PD X
Link resesif

Pencetus infeksi, makanan,


obat-obatan dengan aktivitas
redoks tinggi
Anemia Defisiensi G6PD SKDI

Pencetus obat-obatan dengan


aktivitas redoks tinggi
Soal No. 99
Seorang wanita usia 43 tahun datang ke dokter dengan keluhan lemas, mudah lelah, mata
kekuningan dan urin berwarna merah gelap. Pasien menyangkal adanya perdarahan. Pasien pernah
mengalami hal yang serupa terkait dengan kondisi cuaca yang panas. Pemeriksaan fisik didapatkan
tensi 100/70 mmHg, RR 23x/menit, suhu 36,2oC, nadi 99x/menit. Pasien tampak pucat, konjungtiva
anemis, sclera ikterus. Dari pemeriksaan abdomen ditemukan adanya splenomegali. Pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 6,6 g/dl, retikulosit meningkat. Hapusan darah tepi menunjukkan sel
darah yang normokromik normositer. Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan
diagnosis pasien tersebut adalah...
a. Apusan darah tepi
b. Hb elektroforesis
c. Direct coomb test
d. Indirect coomb test
e. Aspirasi sumsum tulang
Soal No. 99 Tanda Hemolisis

Seorang wanita usia 43 tahun datang ke dokter dengan keluhan lemas, mudah lelah, mata
kekuningan dan urin berwarna merah gelap. Pasien menyangkal adanya perdarahan. Pasien
pernah mengalami hal yang serupa terkait dengan kondisi cuaca yang panas. Pemeriksaan fisik
didapatkan tensi 100/70 mmHg, RR 23x/menit, suhu 36,2oC, nadi 99x/menit. Pasien tampak pucat,
AIHA tipe warm?
konjungtiva anemis, sclera ikterus. Dari pemeriksaan abdomen ditemukan adanya splenomegali.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 6,6 g/dl, retikulosit meningkat. Hapusan darah tepi
menunjukkan sel darah yang normokromik normositer. Pemeriksaan penunjang yang digunakan
untuk menegakkan diagnosis pasien tersebut adalah...
a. Apusan darah tepi  tidak untuk menegakkan diagnosis
b. Hb elektroforesis  u/ thalasemia
c. Direct coomb test
d. Indirect coomb test  u/ skrining darah
Dx : An. Hemolitik  AIHA
e. Aspirasi sumsum tulang  pada leukemia, MDS, an. aplastik
SKDI
AIHA (Autoimmune Hemolitik Anemia)

• Definisi:
Merupakan suatu kelainan dimana terdapat autoantibodi
terhadap sel-sel eritrosit sehingga eritrosit mudah lisis dan umur
eritrosit memendek.
• Gejala dan tanda: sama dengan anemia hemolitik lainnya
• Pemeriksaan Penunjang :
• Laboratorium: sama dengan anemia hemolitik lainnya
• Deteksi autoantibodi pada eritrosit: direct coomb’s test postif.
• Hapusan darah tepi: tampak fragmentasi dari eritrosit
(sferosit,skistosit, helmet cell, dan retikulosit).
Autoimmune Hemolitik Anemia
SKDI

Yang Gendut selalu bikin anget! (IgG  warm)


SKDI

Spherocyte Agglutination
Pada tipe warm Pada tipe cold
SKDI
TERAPI
Warm AIHA SKDI
• Kortikosteroid : 1-1,5 mg/kgBB per
hari. Dalam 2 minggu akan menunjukan
respon baik (retikulosit meningkat,
direk coomb positif lemah indirek
negatif). Nilai normal dan stabil akan
dicapai pada hari ke 30 sampai hari ke
90.
• Splenektomi : dilakukan bila terapi
steroid tidak adekuat atau tidak bisa
dilakukan penurunan dosis selama 3
bulan.
• Rituximab 100 mg per minggu selama
4 minggu.
• Imunosupressan : azatiophrin 50-200
mg/hari

Tipe Dingin
• Hindarkan dari udara dingin yang dapat
memicu hemolisis.
SKDI

Terapi transfusi
Terapi transfui bukan merupakan kontraindikasi mutlak. Pada kondisi
yang mengancam jiwa (seperti Hb< 3 mg/dl) tranfusi dapat diberikan
sambal menunggu efek steroid dan immunoglobulin. Sediaan yang
dipakai adalah washed PRC.

Terapi transfusi pada AIHA membutuhkan perhatian khusus.


• Sel darah merah yang paling kompatibel harus diberikan.
• Sel darah merah dari donor yang sepenuhnya kompatibel sukar
ditemukan karena autoantibodi pada pasien biasanya bereaksi
dengan antigen yang terletak pada sel-sel darah donor.
Soal No. 100
Tn. Gugun, 70 tahun, dibawa ke IGD karena penurunan kesadaran. Sebelumnya, pasien sempat berbicara
melantur, kemudian semakin lama semakin tidak sadar. Pasien merupakan penderita kencing manis sejak 25
tahun yang lalu, namun jarang berobat. Pada PF, didapatkan TD 110/70 mmHg, RR 30x/m, nafas tidak berbau
buah. Pada pemeriksaan darah, didapatkan GDS 634 mg/dl, hipokalemia. Pada urinalisis, tidak ditemukan
keton. Kemudian dokter IGD melakukan rehidrasi pasien dengan NaCl 0,9%. Berikut adalah tatalaksana
selanjutnya yang tepat...
A. Koreksi kalium, berikan insulin setelah kalium terkoreksi
B. Koreksi bikarbonat, berikan insulin setelah bikarbonat terkoreksi
C. Segera berikan insulin, kemudian koreksi kalium dilakukan
D. Segera berikan insulin, kemudian lakukan koreksi bikarbonat
E. Berikan obat pulang dengan kombinasi Metformin 3x500 mg dan Glimepirid 1x2mg
Soal No. 100
Tn. Gugun, 70 tahun, dibawa ke IGD karena penurunan kesadaran. Sebelumnya, pasien sempat berbicara
melantur, kemudian semakin lama semakin tidak sadar. Pasien merupakan penderita kencing manis sejak 25
tahun yang lalu, namun jarang berobat. Pada PF, didapatkan TD 110/70 mmHg, RR 30x/m, nafas tidak berbau
buah. Pada pemeriksaan darah, didapatkan GDS 634 mg/dl, hipokalemia. Pada urinalisis, tidak ditemukan
keton. Kemudian dokter IGD melakukan rehidrasi pasien dengan NaCl 0,9%. Berikut adalah tatalaksana
selanjutnya yang tepat...
A. Koreksi kalium, berikan insulin setelah kalium terkoreksi
B. Koreksi bikarbonat, berikan insulin setelah bikarbonat terkoreksi  tidak perlu koreksi bikarbonat
C. Segera berikan insulin, kemudian koreksi kalium dilakukan  harus koreksi kalium terlebih dahulu
D. Segera berikan insulin, kemudian lakukan koreksi bikarbonat  harus koreksi kalium terlebih dahulu
E. Berikan obat pulang dengan kombinasi Metformin 3x500 mg dan Glimepirid 1x2mg  salah
Krisis Hiperglikemia SKDI

Source : Perkeni
SKDI
Hyperosmolar Hyperglycemic State

• Trias
• Hiperglikemia
• Hiperosmolaritas
• Dehidrasi (tanpa ketoasidosis yang signifikan)
• Patogenesis: Dehidrasi akibat diuresis osmotik. Defisiensi insulin relatif, masih
cukup untuk mencegah lipolisis & ketoasidosis
Tatalaksana HHS

1. SEGERA: CAIRAN IV NACL 0,9% 1 L/JAM


• Tentukan status hidrasi
• Syok Hipovolemik : NaCl 0,9% 1 L/jam, jika perlu plasma expander
• Syok Kardiogenik : tatalaksana syok
• Hipotensi ringan: lanjutkan IV fluid, periksa Na → tentukan ulang jenis cairan
IV berdasarkan hasil Na
Tatalaksana HHS
2. Kalium
• Pastikan fungsi ginjal baik: diuresis min 50ml/jam
• <3.3 mEq/L → tunda insulin
• 3.3-5.0 mEq/L → beri 20-30 mEq kalium dalam tiap liter cairan iv
• > 5.0 mEq/L → turunkan kalium
3. Insulin: reguler insulin Bolus 0,1-0,15 U/kg 1-2 jam setelah rehidrasi
• Lanjutkan dengan IV drip 0,1 U/kg/jam dan dapat dititrasi
• Target: kadar glukosa serum 250-300mg/dL
Soal No. 101
Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan mual, muntah, demam tinggi,
dan disertai nyeri perut sejak 3 jam SMRS. Sebelumnya pasien pernah mengeluh lemas dan
tidak nafsu makan. Penurunan berat badan disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD
90/60, HR 80x/menit, RR 20x/menit, T 38.5 C. Pasien memiliki riwayat konsumsi jamu pegal
linu secara rutin, namun beberapa hari ini warung yang menjual jamu tersebut tutup.
Mekanisme yang menyebabkan kondisi pada pasien adalah...
a. Hiperkortisol
b. Hipokortisol
c. ACTH meningkat
d. Hipopituitari
e. Hipergonadism
(Soal TO AIPKI Regio I Bath 1 2020)
Soal No. 101 SKDI

Seorang laki-laki usia 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan mual, muntah, demam
tinggi, dan disertai nyeri perut sejak 3 jam SMRS. Sebelumnya pasien pernah mengeluh
lemas dan tidak nafsu makan. Penurunan berat badan disangkal. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan TD 90/60, HR 80x/menit, RR 20x/menit, T 38.5 C. Pasien memiliki riwayat
konsumsi jamu pegal linu secara rutin, namun beberapa hari ini warung yang menjual
jamu tersebut tutup. Mekanisme yang menyebabkan kondisi pada pasien adalah...
Paparan steroid eksternal terus-menerus tiba-tiba dihentikan
a. Hiperkortisol
b. Hipokortisol
Dx : Krisis Addison / Insufisiensi
c. ACTH meningkat Adrenal akut

d. Hipopituitari
e. Hipergonadism
(Soal TO AIPKI Regio I Bath 1 2020)
Krisis Hipoadrenal SKDI

GEJALA

• Lemah
• Hiperpigmentasi
• Penurunan berat badan
• Nyeri abdomen
• Nyeri punggung
• Diare
• Konstipasi
• Sinkop
SKDI
Kunci Pemeriksaan pada krisis
PEMERIKSAAN FISIK
hipoadrenal adalah kadar kortisol dan
ACTH pada jam 9 pagi. Penurunan
• Hipotensi ortostatik
serum kortisol hingga undetectable
• Takikardi
menegakkan diagnosis, apabila dan
• Tanda hipopigmentasi
serum kortisol >589 nmol/L maka
• Syok
diagnosis krisis hipoadrenal dapat
• Penurunan kesadaran
disingkirkan.

Tatalaksana
Hidrokortison intravena 100 mg stat dapat menggantikan
mineralokortikoid dan glukokortikoid. Dilanjutkan dengan 100 mg tiap
6 jam untuk 24 jam pertama, kemudian setengah dosis untuk hari
berikutnya bila penyakit dasarnya sudah teratasi.
SKDI

Steroid eksternal
Soal No. 102
Tn. Gendang, 55 tahun, datang berobat untuk kontrol penyakitnya. Pasien merupakan penderita kencing manis,
tidak rutin berobat. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil HDL 47 mg/dl, LDL 105 mg/dl, dan
Triasilgliserol 390 mg/dl. Tatalaksana farmakologis yang paling tepat adalah...
A. Fenofibrat
B. Pravastatin
C. Probenecid
D. Allopurinol
E. Rosuvastatin
Soal No. 102
Tn. Gendang, 55 tahun, datang berobat untuk kontrol penyakitnya. Pasien merupakan penderita kencing manis,
tidak rutin berobat. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil HDL 47 mg/dl, LDL 105 mg/dl, dan
Triasilgliserol 390 mg/dl. Tatalaksana farmakologis yang paling tepat adalah...
A. Fenofibrat
B. Pravastatin  target utama pada kasus ini adalah penurunan trigliserida
C. Probenecid  untuk hiperurisemia
D. Allopurinol  untuk hiperurisemia
E. Rosuvastatin  target utama pada kasus ini adalah penurunan trigliserida
Dislipidemia SKDI

• Kelainan metabolisme lipid, ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi


lipid plasma (kenaikan kolesterol total, LDL, trigliserida, serta penurunan HDL).
• Dislipidemia:
• Primer : genetik/ familial.
• Sekunder : akibat penyakit lain, misal DM, hipotiroidisme, sind. nefrotik,
penyaakit hati obstruktif obat (progestin, steroid, beta blocker).

Source : Medscape
Obat Hipolipidemik

• Nicotinic acid : ↓ produksi VLDL, ↑ HDL, dapat menyebabkan resistensi insulin


• Bile acid sequestrant : meningkatkan pengeluaran LDL dari sirkulasi dengan
menstimulasi reseptor LDL
• Statin : ↓ kolesterol dengan menginhibisi HMG CoA reduktase, ↓ lipoprotein, ↑
sintesis resepto LDL
• Asam fibrat : ↓ VLDL trigliserid, ↑ lipolisis trigliserid melalui ↑ aktivitas lipase, ↑
HDL
Soal No. 103
Ny. ML, 47 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut sisi kanan atas yang menjalar ke
pundak kanan sejak 3 hari yang lalu, memberat sejak kemarin. Keluhan disertai dengan rasa
menggigil dan mual muntah. Pasien juga memperhatikan matanya menjadi sedikit kuning.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70 mmHg, HR 81 x/menit, RR 21 x/menit,
suhu 37,7OC. Pada pemeriksaan fisik ditemukan BB 81 kg, TB 159 cm. Dokter kemudian
melakukan palpasi di regio kanan atas dan menyuruh pasien menarik napas dalam. Pasien
merasa sangat nyeri dan berhenti menarik napas. Apakah diagnosis yang tepat pada kasus di
atas?
A. Pankreatitis akut
B. Kolangitis
C. Kolelitiasis
D. Koledokolitiasis
E. Kolesistitis
Soal No. 103
Ny. ML, 47 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut sisi kanan atas yang menjalar ke
pundak kanan sejak 3 hari yang lalu, memberat sejak kemarin. Keluhan disertai dengan rasa
menggigil dan mual muntah. Pasien juga memperhatikan matanya menjadi sedikit kuning.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70 mmHg, HR 81 x/menit, RR 21 x/menit,
suhu 37,7OC. Pada pemeriksaan fisik ditemukan BB 81 kg, TB 159 cm. Dokter kemudian
melakukan palpasi di regio kanan atas dan menyuruh pasien menarik napas dalam. Pasien
merasa sangat nyeri dan berhenti menarik napas. Apakah diagnosis yang tepat pada kasus di
atas?
A. Pankreatitis akut -> tidak sesuai klinis
B. Kolangitis -> tidak ada charcot’s triad
C. Kolelitiasis -> pada kasus sudah ada tanda inflamasi
D. Koledokolitiasis -> pada kasus sudah ada tanda inflamasi
E. Kolesistitis
Gall Bladder Disorders

Kolelitiasis Koledoko Kolesistitis Kolangitis


litiasis
Nyeri + + +/- +/-
kolik
Nyeri - - + +
tekan
Demam - - + (low) + (high)
Ikterus - ++ +/- ++
SKDI 3B

Murphy’s Sign
Tatalaksana Kolesisititis Akut
• Pengobatan umum termasuk istirahat total, rehidrasi, pemberian
nutrisi parenteral, diet ringan, antispasmodik, dan antibiotik
• Antibiotik intravena meliputi golongan cephalosporin dan
metronidazole untuk melawan bakteri gabungan aerob dan anaerob
yang sering kali menjadi etiologi kolesistitis akut
• Kolesistektomi dilakukan setelah fase akut terlewati

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Keenam. 2014


Soal No. 104
Tn. NF, 33 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan terutama saat setelah
makan. Keluhan sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu namun semakin lama semakin
memberat. Gejala juga biasanya muncul segera setelah makan. Pasien pernah membeli obat
sendiri di apotek dan diberikan antasida. Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada regio epigastrium. Pada pemeriksaan
urea breath test didapatkan hasil +. Apakah tatalaksana lini pertama yang diberikan pada
pasien ini?
A. Lansoprazole + Metronidazole + Klaritromisin
B. Pantoprazole + Amoksisilin + Klaritromisin
C. Esomeprazole + Metronidazole + Tetrasiklin
D. Rabeprazole + Amoksisilin + Levofloksasin
E. Omeprazole + Metronidazole + Tetrasiklin + Bismuth subsalisilat
Soal No. 104
Tn. NF, 33 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan terutama saat setelah
makan. Keluhan sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu namun semakin lama semakin
memberat. Gejala juga biasanya muncul segera setelah makan. Pasien pernah membeli obat
sendiri di apotek dan diberikan antasida. Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada regio epigastrium. Pada pemeriksaan
urea breath test didapatkan hasil +. Apakah tatalaksana lini pertama yang diberikan pada
pasien ini?
A. Lansoprazole + Metronidazole + Klaritromisin -> bukan pilihan pertama
B. Pantoprazole + Amoksisilin + Klaritromisin
C. Esomeprazole + Metronidazole + Tetrasiklin -> bukan pilihan pertama
D. Rabeprazole + Amoksisilin + Levofloksasin -> lini kedua
E. Omeprazole + Metronidazole + Tetrasiklin + Bismuth subsalisilat -> lini kedua
SKDI 3A
Infeksi Helicobacter pylori
• Urease yang dihasilkan oleh
H.pylori menghidrolisis urea
menjadi karbondioksida dan
ammonia -> membuat
H.pylori dapat hidup di
lingkungan asam
• Pemeriksaan non invasif:
• Urea breath test
• Stool antigen test
• Pemeriksaan invasif:
• Esofagogastroduodenoskopi +
biopsi mukosa bagian antrum
dan korpus gaster
• Kultur dan PCR

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Keenam. 2014


Terapi Eradikasi Helicobacter pylori
Catatan:
• Untuk lini pertama, urutan prioritas setelah
regimen PPI + Amoksisilin + Klaritromisin adalah
• PPI + Metronidazole + Klaritromisin
• PPI + Metronidazole + Tetrasiklin
• Sediaan PPI yang dapat digunakan adalah
• Lansoprazole 30 mg
• Omeprazole 20 mg
• Esomeprazole 40 mg
• Pantoprazole 40 mg
• Rabeprazole 20 mg
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Keenam. 2014
Soal No. 105
Ny. SR, 65 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sulit menelan makanan sejak 1 tahun yang
lalu secara progresif. Keluhan awalnya terjadi bila menelan makanan yang padat namun saat
ini pasien bahkan sulit menelan bubur. Pasien juga mengaku makanan sering keluar kembali
ke mulut setelah ditelan. Pada pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisis tidak
didapatkan kelainan. Riwayat penyakit lain tidak ada. Dokter melakukan manometri esofagus
dengan hasil aperistalsis 2/3 distal esofagus disertai dengan relakasasi LES yang tidak
sempurna. Diagnosis pada pasien ini adalah
A. Gastroesophageal reflux disease
B. Karsinoma esofagus
C. Akalasia sekunder
D. Akalasia primer
E. Ruptur esofagus
Soal No. 105
Ny. SR, 65 tahun, datang ke IGD dengan keluhan sulit menelan makanan sejak 1 tahun yang
lalu secara progresif. Keluhan awalnya terjadi bila menelan makanan yang padat namun saat
ini pasien bahkan sulit menelan bubur. Pasien juga mengaku makanan sering keluar kembali
ke mulut setelah ditelan. Pada pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisis tidak
didapatkan kelainan. Riwayat penyakit lain tidak ada. Dokter melakukan manometri esofagus
dengan hasil aperistalsis 2/3 distal esofagus disertai dengan relakasasi LES yang tidak
sempurna. Diagnosis pada pasien ini adalah
A. Gastroesophageal reflux disease -> gejala disfagia progresif, tidak sesuai dengan GERD
B. Karsinoma esofagus -> tidak ditemukan tanda keganasan
C. Akalasia sekunder-> akalasia + penyakit penyebab
D. Akalasia primer
E. Ruptur esofagus -> gejala berupa hematemesis hebat + syok
SKDI
Akalasia
• Suatu kelainan khas yang ditandai dengan tidak
adanya peristaltik pada korpus esofagus bagian
bawah dan hipertonik lower esophageal
sphincter (LES) sehingga tidak relaksasi secara
sempurna -> kegagalan transfer bolus makanan
ke lambung
• Pembagian jenis akalasia
• Akalasia primer : penyebab tidak diketahui
• Akalasia sekunder: disebabkan oleh penyakit
sekunder (mis. Tumor intraluminal, pendorongan
ekstralumen, chagas disease)
• Patogenesis: aganglionosis pada plexus
myenterikus -> kontraksi hipertonik LES ->
hilangnya relaksasi
Akalasia, cont’d
• Manifestasi klinis
• Disfagia, baik untuk makanan padat maupun cair, berlangsung secara
progresif (bisa selama bertahun-tahun)
• Regurgitasi yang berhubungan dengan posisi tubuh
• Penurunan berat badan akibat malnutrisi
• Nyeri dada retrosternal seperti terbakar (kadang misdiagnosis dengan
GERD)
• Pemeriksaan penunjang
• Manometri esofagus: ditemukan tekanan LES meningkat > 26 mmHg
dengan relaksasi yang tidak sempurna + aperistaltis korpus esofagus
• Barium swallow -> bird beak appearance
• Endoskopi -> rule out keganasan Bird’s beak app.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Keenam. 2014


Tatalaksana Akalasia
• Farmakologis
• Nitrat (ISDN) 5 mg 10-15 menit sebelum makan -> menurunkan tekanan LES
• Calcium channel blocker dihidropiridin (mis. Nifedipin) 10 – 20 mg per oral
• Atropin sulfat
• Ekstrak belladona
• Pembedahan
• Pneumatic dilation
• Esofagomiotomi (Heller’s myotomy)
• Injeksi botulinum toksin

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Keenam. 2014


Soal No. 106
Tn. WQ, 18 tahun, datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan kuning pada kulitnya yang
dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan demam dan gatal pada seluruh
tubuh. Belakangan saat kencing pasien merasa warna menjadi gelap seperti teh. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva ikterik disertai dengan slight hepatomegali. Dokter
melakukan pemeriksaan darah dengan hasil IgM anti-HAV (+). Bagaimanakah pola penularan
dari agen penyebab kasus di atas?
A. Feko oral
B. Semen
C. Koinfeksi dengan hepatitis B
D. Cairan tubuh
E. Injeksi obat-obatan terlarang
Soal No. 106
Tn. WQ, 18 tahun, datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan kuning pada kulitnya yang
dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan demam dan gatal pada seluruh
tubuh. Belakangan saat kencing pasien merasa warna menjadi gelap seperti teh. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva ikterik disertai dengan slight hepatomegali. Dokter
melakukan pemeriksaan darah dengan hasil IgM anti-HAV (+). Bagaimanakah pola penularan
dari agen penyebab kasus di atas?
A. Feko oral
B. Semen -> pada hepatitis B dan C
C. Koinfeksi dengan hepatitis B -> pada hepatitis D
D. Cairan tubuh -> pada hepatitis B dan C
E. Injeksi obat-obatan terlarang -> pada hepatitis B dan C
Tipe Hepatitis
Hepatitis A Hepatitis B Hepatitis C Hepatitis D Hepatitis E
Genom RNA DNA RNA RNA RNA
Famili Picornavirus Hepadnavirus Flavivirus - Calicivirus
Penularan Feko-oral Cairan tubuh Cairan tubuh Cairan tubuh, Feko-oral
koinfeksi dengan
Hep.B
Infeksi kronik Tidak ada Ada Ada Ada Tidak ada
Hepatitis Sangat jarang ~1% Sangat jarang 20% pada 10-20% pada
fulminan superinfeksi, pasien hamil
jarang pada
koinfeksi
Hepatoma - Ya Ya - -
SKDI
Hepatitis A
Manifestasi Klinis
• Demam (biasanya ringan)
• Malaise
• Mual muntah
• Hepatomegali
• Nyeri perut regio kuadran
kanan atas
• Ikterus

Pemeriksaan lab:
• Peningkatan AST/ALT
• Limfositosis dapat ditemukan
• Peningkatan bilirubin total
Hepatitis A, cont’d
Fase perjalanan penyakit Hepatitis A Tatalaksana Hepatitis A
• Fase pre-ikterik : gejala Suportif
konstitusional seperti anoreksia, • Bed rest
mual muntah, malaise, myalgia, • Antipiretik
• Asupan gizi yang cukup
nyeri kepala, demam
• Cairan intravena apabila terdapat
• Fase ikterik: ikterik, hepatomegali, tanda dehidrasi atau mual muntah
urin berwarna seperti teh, BAB berat
dempul Pemberian imunoglobulin hepatitis
A direkomendasikan untuk individu
• Fase konvalesens: gejala sudah pascapaparan hepatitis A dan
menghilang, peningkatan fungsi individu yang belum divaksin
hati masih terkadang ditemukan
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Keenam. 2014
Soal No. 107
Seorang perempuan 28 tahun datang ke poli dengan keluhan benjolan pada bibir kemaluan
yang nyeri. Tidak ada gangguan haid atau keluar secret abnormal dari kemaluan. Tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan fisik didapatkan arah jam 5 labia minora terdapat massa
3x3 cm, fluktuatif (-), hiperemis (-). Tatalaksana yang tepat pada pasien…
a. Observasi
b. Insisi drainase
c. Eksisi
d. Marsupialisasi
e. Analgetik oral
Soal No. 107
Seorang perempuan 28 tahun datang ke poli dengan keluhan benjolan pada bibir kemaluan
yang nyeri. Tidak ada gangguan haid atau keluar secret abnormal dari kemaluan. Tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan fisik didapatkan arah jam 5 labia minora terdapat massa
3x3 cm, fluktuatif (-), hiperemis (-). Tatalaksana yang tepat pada pasien…
a. Observasi
b. Insisi drainase
c. Eksisi
d. Marsupialisasi
e. Analgetik oral
Kista Bartholini Tatalaksana SKDI
• Adanya obstruksi sekunder pada duktus akibat inflamasi nonspesifik
• Kelenjar bartholini  terletak di vestibularis mayor
• Sering asimptomatik
Word Kateter
(4-6 minggu)

Marsupialisasi

Bila ada abses  insisi drainase dan


antibiotic spectrum luas
Kista lain
Kista Gartner
Kista Gartner
• Adanya sisa duktus wolffian
• Terletak di dinding anterolateral superior vagina
• Bila ukuran besar dapat menimbulkan  dysuria, gatal,
dyspareunia
• Haisl PA  epitel kuboid selapis
• Tatalaksana  drainase Kista Nabothi

Kista Nabothi
• Adanya metaplasia skuamosa, jaringan endoserviks, diganti
dengan epitel berlapis gepeng
• Permukaan licin (tampak seperti beras) muncul di permukaan
servix
Soal No. 108
Seorang perempuan berumur 30 tahun dengan P2A0 mengeluhkan adanya benjolan di perut
yang tidak terasa nyeri. Selama ini pasien haid teratur dengan banyak dan lama perdarahan
tergolong normal. Beberapa bulan terakhir pasien merasa tidak tuntas saat BAK dan
konstipasi. Pemeriksaan fisik teraba massa, keras di daerah suprapubik, mobile, nyeri tekan (-),
berukuran 8x8x7 cm. Kemungkinan diagnosis pasien adalah
a. Mioma geburt
b. Mioma uteri submucosa
c. Mioma uteri subserosa
d. Mioma uteri intramural
e. Kista ovarium
Soal No. 108
Seorang perempuan berumur 30 tahun dengan P2A0 mengeluhkan adanya benjolan di perut
yang tidak terasa nyeri. Selama ini pasien haid teratur dengan banyak dan lama perdarahan
tergolong normal. Beberapa bulan terakhir pasien merasa tidak tuntas saat BAK dan
konstipasi. Pemeriksaan fisik teraba massa, keras di daerah suprapubik, mobile, nyeri tekan
(-), berukuran 8x8x7 cm. Kemungkinan diagnosis pasien adalah
a. Mioma geburt  mioma submukosa yang bertangkai, keluar dari cervix
b. Mioma uteri submucosa  berada dibawah mukosa
c. Mioma uteri subserosa
d. Mioma uteri intramural  berada di dalam miometrium
e. Kista ovarium  tidak tepat
Mioma Uteri/Leiomyoma/Fibroid Uterus SKDI

• Tumor jinak otot polos rahim


• Dipengaruhi hormone reproduksi
• Faktor resiko : Multipara, menarche usia <10 tahun, obesitas, alkohol

Klasifikasi
Subserosa Di lapisan serosa uterus, tumbuh ke arah luar

Intramural DI dalam miometrium

Submukosa Dibawah lapiran kavum uteri


Bila keluar dari rongga rahim ke servix  Mioma Geburt

Pedunculated Memiliki tangkai


Manifestasi Klinis
• Perdarahan banyak dan lama selama masa haid/diluar
masa haid
• Nyeri akibat tekanan/terputarnya tangkai tumor
• Penekanan organ sekitar tumor  gangguan BAB, BAK
• Infertilitas akibat penekanan saluran indung telur
Popcorn calcification
(uterine fibroid)

Pemeriksaan Penunjang  Tatalaksana


• USG abdominal/transvaginal  Terapi hormonal  GnRH agonis
• Histeroskopi (visualisasi myoma  Pembedahan (miomektomi/histerktomi)
submukosa/geburt) bila :
• Histopatologi  sel otot polos dengan  ada perdarahan + efek massa
jaringan ikat fibrosa  Infertilitas/abortus
Soal No. 109
Seorang wanita usia 29 tahun datang ke poli kebidanan dengan keluhan benjolan pada
payudara kanan sejak 2,5 minggu yang lalu. Pasien pertama kali menyadari benjolan tersebut
saat sedang mandi. Keluhan nyeri disangkal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan yang
soliter pada kuadran superolateral. Benjolan bersifat lunak, mobiil dan batas tegas. Pada
penekanan papilla tidak didapatkan adanya cairan yang keluar. Apakah diagnosis yang paling
tepat pada pasien ini?
a. Ca mammae
b. Fibrokista
c. Phylloides
d. FAM
e. Ductal carcinoma in situ (DCIS)
Soal No. 109
Seorang wanita usia 29 tahun datang ke poli kebidanan dengan keluhan benjolan pada
payudara kanan sejak 2,5 minggu yang lalu. Pasien pertama kali menyadari benjolan
tersebut saat sedang mandi. Keluhan nyeri disangkal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
benjolan yang soliter pada kuadran superolateral. Benjolan bersifat lunak, mobile dan
batas tegas. Pada penekanan papilla tidak didapatkan adanya cairan yang keluar. Apakah
diagnosis yang paling tepat pada pasien ini?
a. Ca mammae  benjolan progresif, permukaan tidak rata, ada penurunan berat badan
b. Fibrokista  terasa nyeri terutama ketika haid
c. Phylloides  tumor berukuran besar > 15 cm, tidak nyeri, tidak ada discharge
d. FAM
e. Ductal carcinoma in situ (DCIS)  discharge (+) berupa darah keluar dari puting susu
Fibroadenoma Mammae
SKDI

• Etiologi : gangguan hormon estrogen Manifestasi Klinis


• Membesar saat kehamilan dan mengecil saat menopause Tidak nyeri, mobile, seringkali soliter,
konsistensi lunak, batas tegas
Diagnosis Banding

Fibroadenoma Phylloides Fibrokista


Ukuran Biasanya 2-3 cm Biasanya >15 cm Dapat membesar
hingga 5-6 cm
Wujud Padat Padat Kistik
Nyeri Tidak nyeri Tidak nyeri Menjelang haid
Discharge Tidak ada discharge Tidak ada discharge Serosa/kehijauan
Histologi Memiliki kapsul Kapsul yang robek, Tidak memiliki kapsul
proyeksi seperti jari
Pemeriksaan Penunjang

Tatalaksana :
Lumpektomi

Mamografi FAM USG FAM Histologi FAM


Massa isodense Massa hipoekoik Sel epitel dengan stroma
dengan kalsifikasi batas tegas hiposelular
Soal No. 110
Seorang wanita 25 tahun G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu datang dengan keluhan keluar
lendir darah dari jalan lahir disertai perut mulas sejak 5 jam terakhir. Tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan dalam portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-), teraba
bokong dan 1 tumit. Diagnosis
a. Bokong murni
b. Bokong sempurna
c. Bokong kaki
d. Bokong murni dan gawat janin
e. Bokong tidak sempurna dan gawat janin
Soal No. 110
Seorang wanita 25 tahun G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu datang dengan keluhan keluar
lendir darah dari jalan lahir disertai perut mulas sejak 5 jam terakhir. Tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan dalam portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-), teraba
bokong dan 1 tumit. Diagnosis
a. Bokong murni
b. Bokong sempurna
c. Bokong kaki
d. Bokong murni dan gawat janin
e. Bokong tidak sempurna dan gawat janin
SKDI
Letak Sungsang Faktor Resiko
Prematuritas, gemelli, hidramnion,
Janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
hydrocephalus, plasenta previa, CPD
ateri dan bokong di bagian bawah cavum uteri

Bokong Murni Bokong kaki Bokong Sempurna

Pinggul FLEKSI
Lutut Keduanya ekstensi 1 ekstensi, 1 fleksi Keduanya fleksi
Cara pertolongan partus

Bracht spontan Lovset Maneuver

Mauriceau Maneuver
(melahirkan kepala)
Tatalaksana

Zatuchni Andros Score Persalinan pervaginam hanya bila

Skor untuk menilai keberhasilan persalinan • Persalinan sudah maju dan pembukaan
sungsang secara pervaginam sudah lengkap
• Bayi preterm yang kemungkinan hidup kecil
• Bayi kedua pada kehamilan kembar

Sectio Caesaria direkomendasikan pada


• Presentasi bokong pada primigravida
• Double footling breech
• Pelvis kecil/malformasi
• Janin sangat besar
• Bekas SC dengan indikasi CPD
Skor <= 3  disarankan untuk SC
Soal No. 111
Seorang perempuan usia 20 tahun, G2P1A0 hamil 37-38 minggu datang dengan keluhan
mulas dan keluar air-air dari jalan lahir. Tanda vital dalam batas normal. Taksiran berat janin
3400 gr, DJJ 145 kali/menit, His 2-3x/10 menit selama 45 detik. Pemeriksaan dalam
pembukaan 5 cm. Setelah dilakukan observasi selama 4 jam pembukaan 6, His 2x/10 menit
selama 20 detik Apa tatalaksana yang tepat?
a. Misoprostol 25 mcg
b. Pasang infus
c. Drip oksitosin
d. Observasi dan evaluasi 4 jam
e. Observasi dan evaluasi 2 jam
Soal No. 111
Seorang perempuan usia 20 tahun, G2P1A0 hamil 37-38 minggu datang dengan keluhan
mulas dan keluar air-air dari jalan lahir. Tanda vital dalam batas normal. Taksiran berat janin
3400 gr, DJJ 145 kali/menit, His 2-3x/10 menit selama 45 detik. Pemeriksaan dalam
pembukaan 5 cm. Setelah dilakukan observasi selama 4 jam pembukaan 6, His 2x/10 menit
selama 20 detik. Apa tatalaksana yang tepat?
a. Misoprostol 25 mcg  digunakan untuk priming; pada kasus ibu sudah inpartu sehingga
tidak diperlukan misoprostol
b. Pasang infus  tidak tepat
c. Drip oksitosin
d. Observasi dan evaluasi 4 jam  tidak tepat karena kemajuan turunnya bagian terendah <
2 cm/jam
e. Observasi dan evaluasi 2 jam  tidak tepat karena kemajuan turunnya bagian terendah <
2 cm/jam
Persalinan Lama
SKDI

Penyebab persalinan lama :

Kala I Kala 2
• Gangguan Power/His Distosia Bahu
 Inersia uteri Kala II memanjang
 Kontraksi uterus hipertonik
 Inkoordinasi kontraksi uterus Faktor Predisposisi
• Gangguan Passage • Paritas dan interval kelahiran
 Disproporsi kepala-panggul • Ketuban pecah dini
• Gangguan Passenger
 Malposisi, malpresentasi Pemeriksaan Penunjang
 Disproporsi kepala-panggul
Partograf, Doppler, Urin, Darah tepi lengkap
Nulipara Multipara
Persalinan lama :
Kemajuan pembukaan servix fase aktif <1.2 cm/jam <1.5 cm/jam
Kemajuan turunnya bagian terendah < 1 cm/jam < 2 cm/jam
Persalinan macet :
Fase deselerasi memanjang > 3 jam >1 jam
Tidak ada pembukaan > 2 jam > 2 jam
Tidak ada penurunan bagian terendah > 1 jam > 1 jam
Kegagalan penurunan bagian terendah

Penegakkan Diagnosis
Grafik pembukaan servix pada partograf Tidak ada kemajuan penurunan bagian
berada di antara garis waspada dan terendah janin pada persalinan kala II
bertindak, atau memotong garis bertindak (maksimal 2 jam nulipara dan 1 jam multipara)
Tatalaksana
 Menentukan sebab terjadinya persalinan lama
• Power : his tidak adekuat (frekuensi <3x/10 menit dan durasi tiap kontraksi <40 detik
• Passenger : malpresentasi, malposisi, janin besar
• Passage : panggul sempit, kelainan servix/vagina
 Prinsip umum
• Lakukan augmentasi persalinan dengan oksitosin dan atau amniotomi bila ada gangguan
power
• Lakukan tindakan operatif (forceps, vakum, SC) untuk gangguan passenger/passage
 Antibiotik (Ampicillin 2 g IV tiap 6 jam dan Gentamisin 5 mg/kgBB tiap 24 jam) bila ada :
• Tanda infeksi
• Ketuban pecah > 18 jam
 Pantau tanda gawat janin
 Segera rujuk
Soal No. 112
Seorang wanita 40 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 41 minggu, datang ke IGD dengan keluhan
perut kencang-kencang seperti hendak melahirkan. Pasien rutin menggunakan insulin
sebelum dan selama kehamilan. Tekanan darah 130/80, nadi 92, frekuensi nafas 20, suhu 37,
IMT 32 kg/m2, his 4x 10’ 40””, DJJ 150x/menit. Pemeriksaan dalam pembukaan lengkap.
Dokter kemudian memimpin persalinan. Setelah 1 jam dipimpin, kepala bayi melekat pada
vulva, terkadang masuk kembali. Dokter kemudian melakukan tindakan episiotomy dan
mencoba manuver McRoberts. Komplikasi bayi dari kasus persalinan diatas?
a. Fraktur vertebra thorakalis
b. Cedera pleksus brakialis C3-C4
c. Cedera pleksus brakialis C5-C7
d. Distosia bahu
e. Disproporsi kepala panggul
Soal No. 112
Seorang wanita 40 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 41 minggu, datang ke IGD dengan keluhan
perut kencang-kencang seperti hendak melahirkan. Pasien rutin menggunakan insulin
sebelum dan selama kehamilan. Tekanan darah 130/80, nadi 92, frekuensi nafas 20, suhu
37, IMT 32 kg/m2, his 4x 10’ 40””, DJJ 150x/menit. Pemeriksaan dalam pembukaan lengkap.
Dokter kemudian memimpin persalinan. Setelah 1 jam dipimpin, kepala bayi melekat pada
vulva, terkadang masuk kembali. Dokter kemudian melakukan tindakan episiotomy dan
mencoba manuver McRoberts. Komplikasi bayi dari kasus persalinan diatas?
a. Fraktur vertebra thorakalis  tidak tepat
b. Cedera pleksus brakialis C3-C4  tidak tepat
c. Cedera pleksus brakialis C5-C7
d. Distosia bahu  merupakan diagnosis kasus
e. Disproporsi kepala panggul  tidak tepat
Distosia Bahu SKDI

• Keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu anterior tidak dapat lewat di bawah
simfisis pubis
• Faktor penyebab terbanyak : makrosomia (Ibu dengan DM/obesitas, kehamilan postterm)

Penegakkan Diagnosis
• Kesulitan melahirkan wajah dan dagu
• “Turtle sign”  Kepala bayi melekat erat di vulva
atau bahkan tertarik kembali
• Kegagalan paksi luar kepala bayi
• Kegagalan turunnya bahu

Turtle Sign
Tatalaksana
Manuver
McRoberts

Penekanan Suprapubis
(Anterior Shoulder
Disimpaction – Manuver
Massanti)
Rotasi Internal Melahirkan lengan posterior
(Wood Maneuver) (Manual removal of posterior
arm – Manuver Schwartz)

Komplikasi
• Cedera Pleksus brakhialis (C5-T1)
• Fraktur humerus dan klavikula
• Hipoksia bayi
• Perdarahan post partum
• Robekan perineum derajat 3-4
• Ruptur uteri
• Fistula rektovaginal
Soal No. 113
Ny. DF, 41 tahun, datang ke IGD dengan keluhan rasa nyeri di dada kiri yang
tembus belakang, dirasakan sejak 1 jam terakhir. Pasien menyangkal mempunyai
riwayat penyakit apapun maupun mengalami gejala yang serupa. Pemeriksaan
tanda vital didapatkan RR 49x/menit. Pada saat EKG didapatkan gambaran
berikut. Tatalaksana apakah yang dilakukan pada pasien?
A. Monitoring dan observasi
B. Atropin 0.5 mg bolus IV
C. Dopamin 5 mcg/kgBB IV
D. Epinefrin 5 mcg bolus IV
E. Pemasangan transcutaneous pacing
Soal No. 113
Ny. DF, 41 tahun, datang ke IGD dengan keluhan rasa nyeri di dada kiri yang
tembus belakang, dirasakan sejak 1 jam terakhir. Pasien menyangkal mempunyai
riwayat penyakit apapun maupun mengalami gejala yang serupa. Pemeriksaan
tanda vital didapatkan RR 49x/menit. Pada saat EKG didapatkan gambaran
berikut. Tatalaksana apakah yang dilakukan pada pasien?
A. Monitoring dan observasi -> sudah ada gejala ischemic chest discomfort
B. Atropin 0.5 mg bolus IV
C. Dopamin 5 mcg/kgBB IV -> digunakan kalau atropin tidak memberi efek
D. Epinefrin 5 mcg bolus IV -> digunakan kalau atropin tidak memberi efek
E. Pemasangan transcutaneous pacing
-> untuk AVB derajat 2 mob.2 atau TAVB
AVB Derajat I
SKDI
Bundle Branch Block

Keyword: pemanjangan interval PR secara Keyword: pemanjangan interval PR secara


konstan TANPA adanya dropped beat progresif diikuti dropped beat, kemudian
siklus akan terulang
Bundle Branch Block, cont’d

Keyword: pemanjangan interval PR secara konstan Keyword: disosiasi gelombang P dan kompleks QRS.
DENGAN adanya dropped beat. Biasanya memiliki Khas: terkadang ada gelombang P dalam kompleks QRS
pola, misalnya 3:1 (2 gelombang P untuk 1 QRS)
Ket:
• Bila mendapatkan AVB
derajat 1 –derajat 2 Mobitz 1
-> Atropin dapat digunakan
• Bila mendapat AVB derajat 2
mobitz 2 atau total AVB ->
langsung transcutaneous
pacing/transvenous pacing

AHA 2010. Adult Bradycardia


Soal No. 114
Nn. MN, 23 tahun, datang ke IGD dengan keluhan utma perasaan berdebar yang
dialami sejak beberapa jam yang lalu. Pasien mengaku akhir-akhir ini sering
merasa berdebar. Pasien tidak memiliki gejala lain. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan RR 152x/menit. Dokter melakukan EKG dan didapatkan hasil sebagai
berikut. Tatalaksana pada pasien ini adalah?
A. Manuver vagal
B. Adenosine 6 mg bolus IV
C. Amiodarone 150 mg bolus IV
D. Kardioversi 50 J
E. Kardioversi 120 J
Soal No. 114
Nn. MN, 23 tahun, datang ke IGD dengan keluhan utma perasaan berdebar yang
dialami sejak beberapa jam yang lalu. Pasien mengaku akhir-akhir ini sering
merasa berdebar. Pasien tidak memiliki gejala lain. Pemeriksaan tanda vital
didapatkan RR 152x/menit. Dokter melakukan EKG dan didapatkan hasil sebagai
berikut. Tatalaksana pada pasien ini adalah?
A. Manuver vagal
B. Adenosine 6 mg bolus IV -> jika simptomatik
C. Amiodarone 150 mg bolus IV -> untuk QRS lebar
D. Kardioversi 50 J -> jika simptomatik
E. Kardioversi 120 J -> dosis tidak sesuai
SKDI
Takiaritmia
• Gangguan irama jantung yang ditandai dengan HR > 100x/menit
• Klasifikasi berdasarkan sempit/lebarnya dan reguler/tidaknya kompleks
QRS
• Narrow QRS (<0.12 s) -> masalah dari supraventrikel. Contoh:
• Atrial fibrillation : sempit, ireguler
• Atrial flutter : sempit, reguler (walau kadang bisa ireguler)
• Supraventricular tachycardia : sempit, reguler
• Wide QRS (>0.12 s) -> masalah dari ventrikel
• Ventricular tachycardia : lebar, reguler
• Ventricular fibrillation : lebar, ireguler
• Torsades de pointes (Vt Polimorfik) : lebar, ireguler
Narrow & Wide QRS
Atrial fibrillation: Ventricular
gel. P menghilang
/tidak jelas tachycardia

Atrial flutter: Torsades de


saw tooth pointes (VT
appearance Polimorfik)
Supraventricular
tachycardia: Ventricular
gelombang P fibrillation
tertutup kompleks
QRS (hanya terdapat
1 gelombang selain
kompleks QRS)
AHA 2010. Adult Tachycardia
Soal No. 115
Tn. RS, 61 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada hebat yang terjadi
secara tiba-tiba 15 menit lalu. Nyeri dada dirasakan seperti tersayat-sayat pisau.
Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun lalu. Pada CT-
scan toraks didapatkan adanya robekan di aorta ascendens. Diagnosis pasien
berdasarkan klasifikasi de Bakey adalah?
A. Diseksi aorta tipe I
B. Diseksi aorta tipe II
C. Diseksi aorta tipe III
D. Diseksi aorta tipe A
E. Diseksi aorta tipe B
Soal No. 115
Tn. RS, 61 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada hebat yang terjadi
secara tiba-tiba 15 menit lalu. Nyeri dada dirasakan seperti tersayat-sayat pisau.
Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun lalu. Pada CT-
scan toraks didapatkan adanya robekan di aorta ascendens. Diagnosis pasien
berdasarkan klasifikasi de Bakey adalah?
A. Diseksi aorta tipe I -> harusnya tipe II
B. Diseksi aorta tipe II
C. Diseksi aorta tipe III -> harusnya tipe II
D. Diseksi aorta tipe A -> harusnya tipe II
E. Diseksi aorta tipe B -> harusnya tipe II
SKDI 1
Diseksi Aorta
• Terjadinya robekan pada
lapisan tunika intima dari aorta
-> pemisahan dinding aorta
membentuk false lumen
• When to think of aortic
dissection?
• Nyeri dada + gejala neurologis
• Nyeri dada + pulsus defisit
• Nyeri dada + TD sangat tinggi
atau sangat rendah atau berbeda
antara tangan dan kaki
• Nyeri dada hebat seperti
tersayat-sayat dan tidak respon
dengan analgetik
Penunjang:
• CT scan thorax: definitif
• Xray thorax: “calcium sign” (lingkaran
merah) -> jarak antara garis putih di aortic
knob bagian dalam dan luar >0.5 cmn
• EKG: bisa terdapat gambaran iskemi/infark
apabila sudah ada komplikasi

http://sjrhem.ca/rcp-aortic-dissection/
Soal No. 116
An. HC, 5 tahun, dibawa orangtuanya dengan keluhan badan kebiruan. Keluhan
ini tidak selalu muncul. Ketika biru, pasien suka tiba-tiba berjongkok.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan dokter menyimpulkan adanya kelainan
jantung bawaan yang dialami pasien. Berikut ini temuan kelainan anatomis
jantung yang tidak ditemukan pada penyakit yang dialami pasien adalah
A. Right ventricular hypertrophy
B. Overriding aorta
C. Ventricular septal defect
D. Atrial septal defect
E. Pulmonary stenosis
Soal No. 116
An. HC, 5 tahun, dibawa orangtuanya dengan keluhan badan kebiruan. Keluhan
ini tidak selalu muncul. Ketika biru, pasien suka tiba-tiba berjongkok.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan dokter menyimpulkan adanya kelainan
jantung bawaan yang dialami pasien. Berikut ini temuan kelainan anatomis
jantung yang tidak ditemukan pada penyakit yang dialami pasien adalah
A. Right ventricular hypertrophy -> termasuk
B. Overriding aorta -> termasuk
C. Ventricular septal defect -> termasuk
D. Atrial septal defect
E. Pulmonary stenosis -> termasuk
SKDI 1
Tetralogy of Fallot
• Dikenal dengan 4 tanda:
• Pulmonary stenosis
• RVH
• VSD
• Overriding aorta
• Temuan pada
auskultasi:
• Single S2 (akibat
stenosis pulmonal)
• Murmur ejeksi sistolik
pada ICS 2 kiri (akibat
stenosis pulmonal)
• Khas pada CXR: boot-shaped heart
• Khas: cyanotic spell/tet spell (pasien
tiba2 jongkok pada saat sianosis)
• Pada awalnya terjadi left-to-right
shunt -> apabila berlangsung terus,
maka akan terjadi pergeseran menjadi
right-to-left shunt -> Eisenmenger
syndrome

Nelson Pediatrics. 19th edition


Soal No. 117
Tn. Afgan usia 36 tahun dibawa ke UGD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Pasien mengeluh adanya nyeri dan sesak napas. Pada pemeriksaan fisik TD 90/60,
HR 130 x/menit, RR 40 x/menit. Pada dada kanan didapatkan gerak napas
paradoksal dan bunyi napas melemah. Pada foto dada menunjukkan gambaran
radiolusen paru kanan dan fraktur iga 3-6 kanan. Apa diagnosis pada pasien ini?
a. Flail chest dan contusion paru
b. Hematothoraks massif
c. Tension pneumothoraks
d. Open pneumothoraks
e. Tamponade jantung
Soal No. 117
Tn. Afgan usia 36 tahun dibawa ke UGD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien mengeluh
adanya nyeri dan sesak napas. Pada pemeriksaan fisik TD 90/60, HR 130 x/menit, RR 40 x/menit.
Pada dada kanan didapatkan gerak napas paradoksal dan bunyi napas melemah. Pada foto dada
menunjukkan gambaran radiolusen paru kanan dan fraktur iga 3-6 kanan. Apa diagnosis pada
pasien ini?
a. Flail chest dan contusion paru
b. Hematothoraks massif  darah di toraks > 1500 cc, suara napas lemah, perkusi redup, tanda-
tanda syok +
c. Tension pneumothoraks  suara nafas melemah, hipersonor, JVP meningkat, deviasi trakea ke
sisi sehat
d. Open pneumothoraks  sucking chest wound
e. Tamponade jantung  Hipotensi, JVP meningkat, suara jantung menjauh (trias Beck)
FLAIL CHEST SKDI

• Flail chest akibat trauma → multiple fraktur kosta (dua atau lebih tulang iga yang berurutan
mengalami fraktur pada dua tempat atau lebih)
• Menyebabkan → Gerakan paradoksal pada dinding dada karena terbentuk segmen bebas yang
dapat tertarik ke dalam saat inspirasi (paradoks: karena dinding dada seharusnya bergerak ke luar
saat ekspirasi).
• Flail chest tidak menyebabkan hipoksia, masalah utama karena trauma pada paru yang
mengakibatkan kontusio paru
• Pemeriksaan: X-ray (multiple fraktur + gambaran radiolusen)
• Tatalaksana Awal : ventilasi adekuat, pemebrian oksigen, resusitasi cairan
• Bedah:
• Stabilisasi bedah
• Operasi fiksasi jika ada penyakit yang mendasari misal Multipel Myeloma
Kontusio paru memberikan gambaran air-space disease.
Soal No. 118
Pasien, 37 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan batuk lebih dari 3 minggu disertai dengan
dahak berwarna kehijauan. Sebelumnya pasien sudah pernah meminum obat selama 6 bulan
penuh 1 tahun yang lalu namun dinyatakan belum sembuh. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan Tekanan Darah 130/80 mmHg, N: 84 kali/menit, Respirasi 24 kali/menit, Suhu : 37,3°C.
Pemeriksaan fisik terdengar suara ronkhi di apeks kedua lapang paru, setelah dilakukan kultur dan
resistensi ditemukan BTA (+,+,-) dan resisten terhadap obat INH dan Rifampisin tetapi masih sensitif
terhadap streptomisin dan etambutol. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
a. TB TDR
b. TB XDR
c. TB kasus baru
d. TB MDR
e. TB drop out
Soal No. 118
Pasien, 37 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan batuk lebih dari 3 minggu disertai dengan
dahak berwarna kehijauan. Sebelumnya pasien sudah pernah meminum obat selama 6 bulan
penuh 1 tahun yang lalu namun dinyatakan belum sembuh. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan Tekanan Darah 130/80 mmHg, N: 84 kali/menit, Respirasi 24 kali/menit, Suhu : 37,3°C.
Pemeriksaan fisik terdengar suara ronkhi di apeks kedua lapang paru, setelah dilakukan kultur dan
resistensi ditemukan BTA (+,+,-) dan resisten terhadap obat INH dan Rifampisin tetapi masih
sensitif terhadap streptomisin dan etambutol. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
a. TB TDR
b. TB XDR
c. TB kasus baru
d. TB MDR
e. TB drop out
TB Berdasarkan Hasil Uji Kepekaan Obat SKDI

• Mono resistan (TB MR): Resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama saja
• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan
• Poli resistan (TB PR): Resistan terhadap lebih dari satu jenis O A T lini
pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal
salah satu dari O A T lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin
dan Amikasin)
• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap rifampisin dengan atau
tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan
metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional).
Soal No. 119
Seorang pasien wanita berusia 65 tahun datang ke RS dengan diare. Pasien menjalani rawat
inap hingga hari ke 3 kemudian pasien mengeluh sesak dan demam tinggi sejak 1 hari yang
lalu. Keluhan dirasakan semakin memberat beserta batuk merah kental seperti jelly. Pada
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD 110/70 mmHg, RR 30 x/menit, HR 80 x/min dan
suhu 38 C. Pada pemeriksaan auskultasi didapatkan ronkhi di kedua lapang paru, wheezing (-).
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan penunjang dan didapatkan hasil bakteri gram
negative pada sputum pasien. Kemungkinan yang merupakan penyebab keluhan pasien
tersebut adalah...
a. Mycobacterium tuberculosis
b. Mycoplasma pneumoniae
c. Streptococcus pneumoniae
d. Staphylococcus aureus
e. Klebsiella pneumonia
Soal No. 119
Seorang pasien wanita berusia 65 tahun datang ke RS dengan diare. Pasien menjalani rawat
inap hingga hari ke 3 kemudian pasien mengeluh sesak dan demam tinggi sejak 1 hari yang
lalu. Keluhan dirasakan semakin memberat beserta batuk merah kental seperti jelly. Pada
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan TD 110/70 mmHg, RR 30 x/menit, HR 80 x/min dan
suhu 38 C. Pada pemeriksaan auskultasi didapatkan ronkhi di kedua lapang paru, wheezing (-).
Dokter kemudian melakukan pemeriksaan penunjang dan didapatkan hasil bakteri gram
negative pada sputum pasien. Kemungkinan yang merupakan penyebab keluhan pasien
tersebut adalah...
a. Mycobacterium tuberculosis  kronik, bakter tahan asam Dx : HAP
b. Mycoplasma pneumoniae  bakteri intraseluler
c. Streptococcus pneumoniae  sputum seperti karat, bakteri gram (+)
d. Staphylococcus aureus  bakteri gr (+)
e. Klebsiella pneumonia
PNEUMONIA SKDI
Infiltrat baru atau progresif + ≥ 2 gejala :
1. Batuk progresif
2. Perubahan karakter dahak/ purulent;
3. Suhu aksila ≥ 38oC atau riwayat demam
4. Fisis : tanda konsolidasi, nafas bronkhial, ronkhi.
5. Lab : leukositosis ≥ 10.000/ leukopenia ≤4.500

Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi : bagian tertinggal waktu bernafas.
• Palpasi : fremitus dapat meningkat
• Perkusi : redup
• Auskultasi : terdengar suara nafas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai
ronkhi basah halus, yang kemudian menjadi RBK pada stadium resolusi.
PNEUMONIA PADA PASIEN RAWAT INAP
Pneumonia Pada Pasien Rawat Inap

Community Health-care Hospital Ventilator


Acquired ascociated Acquired Ascociated
pneumonia pneumonia Pneumonia Pneumonia
(CAP) (HCAP) (HAP) (VAP)

Akibat kontak
dengan tenaga
Terjadi dalam 48 Kesehatan (cuci Terjadi setelah
jam pertama darah, 48 jam pertama Terjadi paska 48
masuk dalam kemoterapi, masuk dalam jam di intubasi
rumah sakit (di perawatan luka, rumah sakit. endotrakeal.
luar RS). rawat inap >1 Tanpa di-intubasi
hari dalam 90
hari terakhir.
ETIOLOGI
• Pneumonia komunitas  Gram (+), streptococcus pneumonia
• Pneumonia nosocomial  Gram (-), klebsiella pneumonia,
pseudomonas aeruginosa.
• Pneumonia atipik  Chlamydia, Legionella, Mycoplasma
• Pneumonia aspirasi  bakteri anaerob (sputum berbau busuk)

Pseudomonas
Klebsiella
S. Pneumonia Haemophyllus,
Pneumonia
pneumococcus
Soal No. 120
Seorang laki-laki 35 tahun dilarikan ke IGD karena tersengat aliran listrik saat hendak
membetulkan lampu tangan yang rusak. Pakaian dan aksesoris masih menempel di tubuh
korban. Gambaran khas yang mungkin ditemukan sesuai dengan traumatologi pada pasien
adalah…
A. Gambaran arborescent mark disertai magnetisasi
B. Pakaian compang amping dan terdapat metalisasi
C. Kelim tato, kelim jelaga dan kelim api
D. Luka berupa putusnya kapiler di bawah kulit akibat teregang melebihi elastisitasnya
E. Lesi kulit berbentuk bulat dengan bagian tengah datar berwarna pucat, dikelilingi kulit
yang menimbul dan hiperemis di sekitarnya
Soal No. 120
Seorang laki-laki 35 tahun dilarikan ke IGD karena tersengat aliran listrik saat hendak
membetulkan lampu tangan yang rusak. Pakaian dan aksesoris masih menempel di tubuh
korban. Gambaran khas yang mungkin ditemukan sesuai dengan traumatologi pada pasien
adalah…
A. Gambaran arborescent mark disertai magnetisasi  gambaran khas luka akibat petir
B. Pakaian compang amping dan terdapat magnetisasi  gambaran khas luka akibat petir
C. Kelim tato, kelim jelaga dan kelim api  luka akibat senjata api
D. Luka berupa putusnya kapiler di bawah kulit akibat teregang melebihi elastisitasnya 
gambaran luka memar/ hematom
E. Lesi kulit berbentuk bulat dengan bagian tengah datar berwarna pucat, dikelilingi kulit
yang menimbul dan hiperemis di sekitarnya
Trauma Listrik
SKDI A

• Faktor yg berperan: • Gambaran khas: kerusakan lapisan


- Tegangan (volt) tanduk berupa luka bakar dengan
tepi menonjol, disekitarnya pucat,
- Kuat arus (ampere)
dikelilingi kulit yang hiperemis.
- Tahanan kulit (ohm)
• Bisa juga ditemukan metalisasi dan
- Arah aliran listrik, misal melintasi magnetisasi jika tegangan tinggi.
otak atau jantung
• Kematian terjadi akibat fibrilasi
- Luas permukaan kontak ventrikel, kelumpuhan otot, dan
- Lama kontak pusat pernapasan.
Sumber: Buku Ilmu Kedokteran Forensik FKUI
Sumber: Saukko P, Knight B. Knight’s forensic pathology. 3rd ed. London: Edward Arnold; 2004
Soal No. 121
Seorang laki-laki 38 tahun merupakan korban penganiayaan oleh tetangganya. Ia ditusuk dengan pisau dapur
tepat di dada. Di RS, dokter melakukan pemeriksaan dan tampak luka terbuka di bagian dada kanan, tepi rata,
tidak ada jembatan jaringan, ukuran 3x0,5 cm, menembus jaringan paru. Derajat luka dan pasal yang sesuai
dengan kondisi tersebut adalah…
A. Luka berat, KUHP pasal 90
B. Luka ringan, KUHP pasal 351
C. Luka sedang, KUHP pasal 352
D. Luka berat, KUHP pasal 353
E. Luka sedang, KUHP pasal 91
Soal No. 121
Seorang laki-laki 38 tahun merupakan korban penganiayaan oleh tetangganya. Ia ditusuk dengan pisau dapur
tepat di dada. Di RS, dokter melakukan pemeriksaan dan tampak luka terbuka di bagian dada kanan, tepi rata,
tidak ada jembatan jaringan, ukuran 3x0,5 cm, menembus jaringan paru. Derajat luka dan pasal yang sesuai
dengan kondisi tersebut adalah…
A. Luka berat, KUHP pasal 90
B. Luka ringan, KUHP pasal 351  tidak termasuk luka ringan, pasal tidak sesuai
C. Luka sedang, KUHP pasal 352  tidak termasuk luka sedang, pasal tidak sesuai
D. Luka berat, KUHP pasal 353  pasal tidak sesuai
E. Luka sedang, KUHP pasal 91  tidak termasuk luka sedang
Hukum Pidana Indonesia terkait SKDI
Penganiayaan

Sumber: Visum et Repertum Perlukaan: Aspek Medikolegal dan Penentuan Derajat Luka (Maj Kedokt Indon, Vol 60, 2010)
Luka Berat Menurut Pasal 90 KUHP
Kriteria
• Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
• Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencariaan;
• Kehilangan salah satu panca indera;
• Mendapat cacat berat;
• Menderita sakit lumpuh;
• Terganggunya daya pikir selamat empat minggu lebih; atau
• Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Soal No. 122
Tn. Jacob, usia 35 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan sesak yang memberat sejak 4 hari smrs. Pasien
sebelumnya mengeluh batuk kering disertai demam. Pasien memiliki riwayat kontak dengan teman yang
ternyata positif COVID 19. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR 35x/mnt dan
suhu 38,5°C. Dokter mencurigai pasien juga terkena COVID 19. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan CT
scan dan ditemukan gambaran crazy paving dan konsolidasi air bronchogram. Pada tahap manakah penyakit
pasien tersebut?
A. Tahap awal
B. Tahap progresif
C. Tahap puncak
D. Tahap absorbsi
E. Tahap paroksismal
Soal No. 122
Tn. Jacob, usia 35 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan sesak yang memberat sejak 4 hari smrs. Pasien
sebelumnya mengeluh batuk kering disertai demam. Pasien memiliki riwayat kontak dengan teman yang
ternyata positif COVID 19. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR 35x/mnt dan
suhu 38,5°C. Dokter mencurigai pasien juga terkena COVID 19. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan CT
scan dan ditemukan gambaran crazy paving dan konsolidasi air bronchogram. Pada tahap manakah penyakit
pasien tersebut?
A. Tahap awal  ground glass opacity
B. Tahap progresif
C. Tahap puncak  ground glass opacity masih ada dan crazy paving menghilang
D. Tahap absorbs  gambaran konsolidasi
E. Tahap paroksismal  tidak ada istilah ini
Gambaran CT-Scan COVID-19

Source : Kompendium Diagnostik dan Pengobatan Covid-19 (Interim)


Soal No. 123
Tn.Y, 65 tahun, merupakan seorang pensiunan BUMD. Setiap bulannya, Tn.Y
mendapatkan uang pensiun. Uang pensiun terdiri dari pensiun pokok
Rp2.000.000 dan tunjangan keluarga Rp750.000. Berapa iuran BPJS yang
harus dibayarkan oleh peserta?
A. 2% x Rp2.000.000
B. 2% x Rp2.750.000
C. 3% x Rp2.000.000
D. 2% x Rp2.000.000
E. 3% x Rp2.750.000
Soal No. 123
Tn.Y, 65 tahun, merupakan seorang pensiunan BUMD. Setiap bulannya, Tn.Y
mendapatkan uang pensiun. Uang pensiun terdiri dari pensiun pokok
Rp2.000.000 dan tunjangan keluarga Rp750.000. Berapa iuran BPJS yang
harus dibayarkan oleh peserta?
A. 2% x Rp2.000.000
B. 2% x Rp2.750.000
C. 3% x Rp2.000.000
D. 2% x Rp2.000.000
E. 3% x Rp2.750.000
SKDI
Perpres No.64 tahun 2020
Soal No. 124
Seorang perempuan berusia 14 tahun diantar bapaknya ke Puskesmas dengan
keluhan lemas disertai bengkak di kelopak mata terutama waktu pagi hari. Pada
anamnesis diketahui volume kencing agak berkurang dan tampak gelap. Dua minggu
yang lalu pasien terkena radang tenggorokan. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah
160/90 mmHg, Hasil pemeriksaan laboratorium darah ditemukan ureum 100 mg/dL,
dan kreatinin 2,3 mg/dL. Hasil pemeriksaan urin ditemukan proteinuri dan hematuri.
Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut?
A. Glomerulonefritis akut
B. Nefrolitiasis
C. Faringitis kronik eksaserbasi akut
D. Vesikolithiasis
E. Glumerulo nefritis kronik
Soal No. 124
Seorang perempuan berusia 14 tahun diantar bapaknya ke Puskesmas dengan keluhan lemas
disertai bengkak di kelopak mata terutama waktu pagi hari. Pada anamnesis diketahui volume
kencing agak berkurang dan tampak gelap. Dua minggu yang lalu pasien terkena radang
tenggorokan. Pada pemeriksaan fisik tekanan darah 160/90 mmHg, Hasil pemeriksaan
laboratorium darah ditemukan ureum 100 mg/dL, dan kreatinin 2,3 mg/dL. Hasil
pemeriksaan urin ditemukan proteinuri dan hematuri. Apakah kemungkinan diagnosis pasien
tersebut?
A. Glomerulonefritis akut
B. Nefrolitiasis
C. Faringitis kronik eksaserbasi akut
D. Vesikolithiasis
E. Glumerulo nefritis kronik
Sindrom Nefrotik vs Nefritik SKDI A
GN Post Streptococcal
• Insidensi : 2/3 GNA pada anak 3-7 tahun, pria >wanita
• Etiologi : GABHS , Infeksi ekstra renal berasal dari Traktus Respirasi
dan infeksi kulit (pioderma)
• Pemeriksaan laboratorium
• Urin : Jumlah menurun, berat jenis meningkat, eritrosit : (+ +) /
>5/LPB
• Darah : LED meningkat, ureum dan kreatinin sedikit meningkat,
B1C –Globulin (C3) menurun, Adeno Streptolicin O (ASTO)
meningkat
Soal No. 125
Seorang pria berusia 30 tahun dibawa ke UGD setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas. Posisi pasien saat kecelakaan adalah terjepit di antara jok dan
dashboard. Pada pemeriksaan fisik didapatkan discharge berwarna merah pada
ujung penis, prostat tidak teraba, dan ditemukan fraktur pelvis. Apakah
diagnosis yang paling mungkin pada pasien tersebut
A. Ruptur urethra posterior
B. Ruptur urethra anterior
C. Ruptur prostat
D. Ruptur vesica urinaria
E. Ruptur ginjal
Soal No. 125
Seorang pria berusia 30 tahun dibawa ke UGD setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas. Posisi pasien saat kecelakaan adalah terjepit di antara jok dan
dashboard. Pada pemeriksaan fisik didapatkan discharge berwarna merah pada
ujung penis, prostat tidak teraba, dan ditemukan fraktur pelvis. Apakah
diagnosis yang paling mungkin pada pasien tersebut
A. Ruptur urethra posterior
B. Ruptur urethra anterior
C. Ruptur prostat
D. Ruptur vesica urinaria
E. Ruptur ginjal
Kupu-kupu  terbang  Arahnya ke depan (anterior)
Ruptur uretra SKDI B Floating  berenang gaya dada  Arahnya ke belakang
Klinis : riwayat trauma tidak bisa kencing, nyeri perut bawah,
darah menetes dari uretra, jejas pada area suprapubik
Uretra Anterior Uretra Posterior

• Akibat straddle injury dan instrumentasi • Akibat trauma tumpul, fraktur pelvis
urologi (pemasangan kateter)
• Hematoma perineal (Butterfly hematom) • Floating prostat (prostat letak tinggi) pada
Robekan fascia Buck hingga fascia colles  colok dubur
ekstravasasi darah
Pemeriksaan penunjang : Retrograde Uretrography

Ruptur uretra anterior Ruptur uretra posterior


Tatalaksana
• Simptomatik
• Retensi urin  sistostomi suprapubik (kontraindikasi pemasangan kateter!)
• RUJUK  tindakan bedah terutama pada rupture uretra posterior + cedera pelvis
(Koreksi uretra ditunda hingga cedera pelvis teratasi)

Sjamsuhidajat R, Prasetyono TO, Rudiman R, et al. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah Vol. 1-3. Edisi 4. Jakarta : EGC
Soal No. 126
Seorang bayi berusia 6 minggu datang ke IGD RS dengan keluhan kuning sejak 10
hari yang lalu. Bayi cukup bulan dengan BBL 2900 gram dan menangis saat lahir.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan bayi ikterik, letargis dan menangis lemah.
Pada USG didapatkan triangular cord sign (+). Pada pemeriksaan feses 3 porsi
didapatkan feses alkolis. Hasil pemeriksaan penunjang yang paling mendukung
diagnosis pada pasien ini adalah….
a. Kenaikan bilirubin direk darah
b. Kenaikan bilirubin indirek darah
c. Kenaikan SGOT dan SGPT dalam darah
d. Kenaikan bilirubin total dalam darah
e. Kenaikan creatinin phosphokinase dalam darah
Soal No. 126
Seorang bayi berusia 6 minggu datang ke IGD RS dengan keluhan kuning sejak 10
hari yang lalu. Bayi cukup bulan dengan BBL 2900 gram dan menangis saat lahir.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan bayi ikterik, letargis dan menangis lemah.
Pada USG didapatkan triangular cord sign (+). Pada pemeriksaan feses 3 porsi
didapatkan feses alkolis. Hasil pemeriksaan penunjang yang paling mendukung
diagnosis pada pasien ini adalah….
a. Kenaikan bilirubin direk darah  kolestasis
b. Kenaikan bilirubin indirek darah
c. Kenaikan SGOT dan SGPT dalam darah
d. Kenaikan bilirubin total dalam darah
e. Kenaikan creatinin phosphokinase dalam darah
Soal No. 127
Seorang pria usia 65 tahun mengeluhkan buang air kecil berkurang sejak 1 tahun
terakhir. Keluhan pasien disertai dengan bengkak kedua tungkai. Pemeriksaan
tanda vital didapatkan TD 170/100 mmHg, N 70x/m, RR 20x/m, t 36.2’C. Berat
Badan pasien 50 kg. Pemeriksaan thorax dan abdomen dalam batas normal.
Pemeriksaan lab menunjukkan Hb 8.1 g/dL, Ur 150, Cr 1.7. Dari data tersebut
didapatkan diagnosis pasien CKD grade 3. Berapakah GFR Pasien?
a. 60.67 ml/min/1.73 m2
b. 30.63 ml/min/1.73 m2
c. 25.35 ml/min/1.73 m2
d. 0.88 ml/min/1.73 m2
e. 65.50 ml/min/1.73 m2
Soal No. 127
Seorang pria usia 65 tahun mengeluhkan buang air kecil berkurang sejak 1 tahun
terakhir. Keluhan pasien disertai dengan bengkak kedua tungkai. Pemeriksaan
tanda vital didapatkan TD 170/100 mmHg, N 70x/m, RR 20x/m, t 36.2’C. Berat
Badan pasien 50 kg. Pemeriksaan thorax dan abdomen dalam batas normal.
Pemeriksaan lab menunjukkan Hb 8.1 g/dL, Ur 150, Cr 1.7. Dari data tersebut
didapatkan diagnosis pasien CKD grade 3. Berapakah GFR Pasien?
a. 60.67 ml/min/1.73 m2
b. 30.63 ml/min/1.73 m2
c. 25.35 ml/min/1.73 m2
d. 0.88 ml/min/1.73 m2
e. 65.50 ml/min/1.73 m2
GANGGUAN GINJAL KRONIS

• Kerusakan ginjal ditandai


penurunan LFG selama > 3
bulan.
• LFG <60 ml/menit/1,732 m2

Rumus perhitungan GFR, Cockcroft-Gault, apabila


wanita dikalikan dengan 0,85
Soal No. 128
Perempuan usia 30 tahun datang dengan keluhan sesak, batuk darah, keringat
malam. Pemeriksaan fisik TD 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, Suhu 37,3 °C, RR
24x/m. Pasien didiagnosis TB Paru dan sudah mendapatkan obat kategori 1. Pasien
sudah meminum obatnya selama 2 minggu dan merasakan keluhan sudah
membaik, sehingga pasien tidak melanjutkan pengobatan selama 3 minggu.
Bagaimana talaksana pada pasien tersebut ?
a. OAT kategori 2
b. Lanjutkan OAT kategori 1
c. OAT lini ke-2
d. Pengobatan TB MDR
e. Antibiotik spektrum luas 1 bulan
Soal No. 128
Perempuan usia 30 tahun datang dengan keluhan sesak, batuk darah, keringat
malam. Pemeriksaan fisik TD 110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, Suhu 37,3 °C, RR
24x/m. Pasien didiagnosis TB Paru dan sudah mendapatkan obat kategori 1. Pasien
sudah meminum obatnya selama 2 minggu dan merasakan keluhan sudah
membaik, sehingga pasien tidak melanjutkan pengobatan selama 3 minggu.
Bagaimana talaksana pada pasien tersebut ?
a. OAT kategori 2
b. Lanjutkan OAT kategori 1  pasien belum dikatakan putus obat
c. OAT lini ke-2
d. Pengobatan TB MDR
e. Antibiotik spektrum luas 1 bulan
Tuberkulosis
OAT Kategori-1: 2 (HRZE) / 4(HR)3
– Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
– Pasien TB paru terdiagnosis klinis
– Pasien TB ekstra paru
OAT Kategori -2: 2 (HRZE) S /(HRZE) /5(HR)3E3)
– Pasien kambuh
– Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1
sebelumnya
– Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)
Pemberian sisipan tidak diperlukan lagi pada pedoman TB terbaru
Soal No. 129
Laki-Laki 35 tahun, dengan bab warna hitam terjadi 1 jam yang lalu. Sebelumnya
pasien mendapatkan pengobatan hepatitis B. Dari pemeriksaan fisik di dapatkan
sclera ikterik, konjungtiva anemis, abdomen distensi, spider navi (+), teraba
pembesaran hepar 2 jari dibawah arcus costa, schufneer 2, dan didapatkan
edema kedua tungkai, HbSag (+) HbeAg (+), HBV (+), peningkatan JVP. Apakah
penyebab perdarahan pada kasus diatas?
a. Pecahnya Vv esophagus
b. Pecahnya Vv Rectalis
c. Pecahnya Vena Gastrica
d. Pecahnya Vena Porta
e. Pecahnya Vena Azygos
Soal No. 129
Laki-Laki 35 tahun, dengan bab warna hitam terjadi 1 jam yang lalu.
Sebelumnya pasien mendapatkan pengobatan hepatitis B. Dari pemeriksaan
fisik di dapatkan sclera ikterik, konjungtiva anemis, abdomen distensi, spider
navi (+), teraba pembesaran hepar 2 jari dibawah arcus costa, schufneer 2, dan
didapatkan edema kedua tungkai, HbSag (+) HbeAg (+), HBV (+), peningkatan
JVP. Apakah penyebab perdarahan pada kasus diatas?
a. Pecahnya Vv esophagus
b. Pecahnya Vv Rectalis
c. Pecahnya Vena Gastrica
d. Pecahnya Vena Porta
e. Pecahnya Vena Azygos
PSCBA
Hematoschezia
PSCBB
Tissue toilet bleeding

Hematemesis
Melena
Coffee ground vomit

PENYAKIT HEPAR KRONIS


Penyebab munculnya melena adalah
akibat adanya PSCBA

Caput medusae Splenomegali

Ascites Hemorrhoid

Caput medusae
Soal No. 130
Seorang wanita usia 25 tahun dibawa ke UGD RS setelah dibacok begal
didaerah punggung 30 menit lalu. Pasien mengeluhkan kaki kirinya tidak
dapat digerakkan. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 130/80, N
95x/m, RR 22x/m, t 36.4’C. Pemeriksaan status neurologis didapatkan
hemiplegia sinistra dan hilangnya sensasi nyeri serta suhu kontralateral
lesi. Apakah diagnosis pasien?
a. Complete spinal transection
b. Posterior cord syndrome
c. Brown Sequard syndrome
d. Central cord syndrome
e. Anterior cord syndrome
Soal No. 130
Seorang wanita usia 25 tahun dibawa ke UGD RS setelah dibacok begal
didaerah punggung 30 menit lalu. Pasien mengeluhkan kaki kirinya tidak
dapat digerakkan. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 130/80, N
95x/m, RR 22x/m, t 36.4’C. Pemeriksaan status neurologis didapatkan
hemiplegia sinistra dan hilangnya sensasi nyeri serta suhu kontralateral
lesi. Apakah diagnosis pasien?
a. Complete spinal transection
b. Posterior cord syndrome
c. Brown Sequard syndrome
d. Central cord syndrome
e. Anterior cord syndrome
Trauma Medula Spinalis
Jenis Lesi Deskripsi Lesi Medicologic
Lesi transversal medulla spinalis Lesi motorik, sensorik, dan -
propioseptif pada kanan dan kiri.

Central Cord Lesion Kelainan sensoris dan motorik ATAS lebih BURUK
extremitas atas lebih buruk dari yang
bawah.
Brown-Sequard Syndrome Lesi motorik dan propioseptif Motorik dan Sensorik lesinya
IPSILATERAL, nyeri dan suhu BERLAWANAN
KONTRALATERAL
Anterior Cord Syndrome Lesi ipsilateral dan kontralateral pada Satu-satunya yang SELAMAT
motorik, sensorik dan suhu adalah PROPIOSEPTIF

Posterior Cord Syndrome Kerusakan pada propioseptif, vibrasi Satu-satunya yang RUSAK adalah
dan diskriminasi 2 titik ipsi dan PROPIOSEPTIF
kontralateral
Soal No. 131
Laki-laki, 67 tahun adalah seorang pensiunan departemen keuangan kabupaten
Jawa Tengah. Pasien datang ke puskesmas untuk kontrol penyakit gula darahnya,
akan tetapi rupanya pasien sudah punya komplikasi ke mata yang kemungkinan
adalah diabetic retinopathy yang mempengaruhi fungsi penglihatannya.
Akhirnya, ia dirujuk ke rs yang menggunakan fasilitas BPJS. Apa keanggotaan
BPJS yang digunakan pria tersebut?
a. PBI tidak bekerja
b. Non-PBI tidak bekerja
c. PBI penerima upah
d. Non-PBI pemerima upah
e. Bukan pekerja
Soal No. 131
Laki-laki, 67 tahun adalah seorang pensiunan departemen keuangan kabupaten
Jawa Tengah. Pasien datang ke puskesmas untuk kontrol penyakit gula darahnya,
akan tetapi rupanya pasien sudah punya komplikasi ke mata yang kemungkinan
adalah diabetic retinopathy yang mempengaruhi fungsi penglihatannya.
Akhirnya, ia dirujuk ke rs yang menggunakan fasilitas BPJS. Apa keanggotaan
BPJS yang digunakan pria tersebut?
a. PBI tidak bekerja
b. Non-PBI tidak bekerja
c. PBI penerima upah
d. Non-PBI pemerima upah
e. Bukan pekerja
Perpres No.64 tahun 2020
Soal No. 132
Anak usia 5 tahun dibawa ibunya berobat dengan keluhan demam sejak 2
hari yang lalu. Keluhan disertai dengan batuk dan nyeri. Pada pemeriksaan
fisik diperoleh T2/T2, tampak membran putih mudah berdarah dan teraba
pembesaran KGB servikal. Jenis organisme penyebab keluhan di atas
adalah...
a. Basil gram -
b. kokobasil gram –
c. Basil gram +
d. Kokus gram +
e. Kokus gram –
Soal No. 132
Anak usia 5 tahun dibawa ibunya berobat dengan keluhan demam sejak 2
hari yang lalu. Keluhan disertai dengan batuk dan nyeri. Pada pemeriksaan
fisik diperoleh T2/T2, tampak membran putih mudah berdarah dan teraba
pembesaran KGB servikal. Jenis organisme penyebab keluhan di atas
adalah...
a. Basil gram -
b. kokobasil gram –
c. Basil gram +
d. Kokus gram +
e. Kokus gram –
Difteria
KLASIFIKASI TANDA DAN GEJALA
Respiratory Diphteriae
Nasal difteria • Pilek ringan dengan atau tanpa gejala
sistemik
• Pseudomembrane pada septum nasi
Pharyngeal dan tonsillar • Nyeri tenggorok
• Bull-neck
• Pseudomembran purulent berwarna
putih-keabuan.
Laryngeal • Stridor progresif suara parau, batuk
kering.
• Demam tinggi, lemah, sianosis,
pembengkakan KGB leher.
Cutaneous Diphteriae
Sesuai karakteristik
Soal No. 133
Anak berusia 11 tahun dibawa ibunya ke dokter karena mata sering berkedip
kedip sendiri. Gerakan berulang, cepat, dan dialami sudah lama sejak kecil.
Karena hal ini pasien jadi sering diejek teman-temannya. Pasien merasa sedih
dan malu, serta jadi akhirnya tidak mau sekolah serta aktivitas keluar rumah.
Apakah tatalaksana yang sesuai diberikan pada pasien kasus diatas?
a. Haloperidol
b. Metilphenidat..
c. Diazepam
d. Sertralin
e. Risperidon
Soal No. 133
Anak berusia 11 tahun dibawa ibunya ke dokter karena mata sering berkedip
kedip sendiri. Gerakan berulang, cepat, dan dialami sudah lama sejak kecil.
Karena hal ini pasien jadi sering diejek teman-temannya. Pasien merasa sedih
dan malu, serta jadi akhirnya tidak mau sekolah serta aktivitas keluar rumah.
Apakah tatalaksana yang sesuai diberikan pada pasien kasus diatas?
a. Haloperidol
b. Metilphenidat..
c. Diazepam
d. Sertralin
e. Risperidon  tic
TIC DISORDER

TIC

Motor/Vocal Motor dan Vocal

Provisional Kronik
Tourette

Tatalaksana : antipsikotik (risperidone 1 mg/hari atau Haloperidol 0,5 mg/hari)


Soal No. 134
Di sebuah kepulauan di wilayah Oceania ada sebuah pulau yang sangat terpencil
dan sulit mendapat akses medis. Di daerah tersebut juga masih banyak
persalinan yang tidak tertangani dengan baik sehingga banyak kasus partus yang
bermasalah. Dari 1000 anak yang ada di pulau tersebut, didapatkan 50 anak
menderita penyakit cerebral palsy. Saat disurvei kembali pada tahun 2018
didapatkan 18 kasus baru selain kasus sebelumnya. Berapakah prevalence rate
pada tahun 2018?
a. 5%
b. 4,8%
c. 5,8%
d. 6.8%
e. 3.2%
Soal No. 134
Di sebuah kepulauan di wilayah Oceania ada sebuah pulau yang sangat terpencil
dan sulit mendapat akses medis. Di daerah tersebut juga masih banyak
persalinan yang tidak tertangani dengan baik sehingga banyak kasus partus yang
bermasalah. Dari 1000 anak yang ada di pulau tersebut, didapatkan 50 anak
menderita penyakit cerebral palsy. Saat disurvei kembali pada tahun 2018
didapatkan 18 kasus baru selain kasus sebelumnya. Berapakah prevalence rate
pada tahun 2018?
a. 5%
PR = 50+18 / 1000
b. 4,8% x 100%
c. 5,8%
d. 6.8%
e. 3.2%
Prevalence vs Incidence Rate
Soal No. 135
Perempuan usia 40 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan sesak nafas dan
jantung berdebar sejak tadi malam. Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak
sesak dan gelisah, TD 100/70x/menit, Nadi 150x/menit iregular, RR 26x/menit.
Auskultasi jantung S1-S2 normal, regular, terdapat ronkhi basah halus 1/3
lapang paru. Hasil pemeriksaan EKG menunjukkan gambaran sebagai berikut.
Tatalaksana yang tepat adalah... Tatalaksana yang tepatadalah...
a. Adenosin 6 mg iv
b. Diltiazem 10 mg iv bolus pelan
c. Kardioversi sinkronisasi 50 J
d. Kardioversi sinkronisasi 120 J
e. Vagal manuver
Soal No. 135
Perempuan usia 40 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan sesak nafas dan
jantung berdebar sejak tadi malam. Pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak
sesak dan gelisah, TD 100/70x/menit, Nadi 150x/menit iregular, RR 26x/menit.
Auskultasi jantung S1-S2 normal, regular, terdapat ronkhi basah halus 1/3
lapang paru. Hasil pemeriksaan EKG menunjukkan gambaran sebagai berikut.
Tatalaksana yang tepat adalah... Tatalaksana yang tepatadalah...
a. Adenosin 6 mg iv
b. Diltiazem 10 mg iv bolus pelan
c. Kardioversi sinkronisasi 50 J (Unstable SVT)
d. Kardioversi sinkronisasi 120 J
e. Vagal manuver
SVT tidak stabil
Soal No. 136
Laki-laki, 42 tahun mengeluhkan nyeri dada dan sesak napas sejak 1 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan demam dan batuk sejak 3 hari. Pada pemeriksaan
fisik diperoleh TD 110/70 mmHg, Nadi 90 x/menit, RR 28 x/menit, suhu 38 oC,
auskultasi bronkovesikular dengan ronki basah kasar di lapang paru kanan.
Pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk menegakkan diagnosis adalah...
a. EKG
b. Rontgen toraks
c. Faal jantung
d. ASTO
e. Spirometri
Soal No. 136
Laki-laki, 42 tahun mengeluhkan nyeri dada dan sesak napas sejak 1 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan demam dan batuk sejak 3 hari. Pada pemeriksaan
fisik diperoleh TD 110/70 mmHg, Nadi 90 x/menit, RR 28 x/menit, suhu 38 oC,
auskultasi bronkovesikular dengan ronki basah kasar di lapang paru kanan.
Pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk menegakkan diagnosis adalah...
a. EKG
b. Rontgen toraks
c. Faal jantung Pneumonia
d. ASTO
e. Spirometri
Sumber : NCBI
Soal No. 137
Pasien anak 8 tahun datang dengan ibunya dengan keluhan bisul sejak 2 hari
yang lalu. Pasien merasa nyeri dan bila pecah keluar nanah. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan papul eritematosa dengan tumbuh rambut bagian tengahnya.
Terapi yang tepat pada pasien ini adalah...
a. Salep asam fusidat 2%
b. Salep mupirocin 1%
c. Salep basitrasin 5%
d. Salep ketokonazol 2%
e. Selenium sulfida 1,8%
Soal No. 137
Pasien anak 8 tahun datang dengan ibunya dengan keluhan bisul sejak 2 hari
yang lalu. Pasien merasa nyeri dan bila pecah keluar nanah. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan papul eritematosa dengan tumbuh rambut bagian tengahnya.
Terapi yang tepat pada pasien ini adalah...
a. Salep asam fusidat 2%
b. Salep mupirocin 1%
c. Salep basitrasin 5%
d. Salep ketokonazol 2%
e. Selenium sulfida 1,8%
Disebabkan oleh S. Aureus
TATALAKSANA PIODERMA
TOPIKAL
• Bila banyak pus/krusta : kompres dengan permanganas kalikus 1/5000 atau atau rivanol 1% atau
povidone iodine 1%.
• Bila tidak : salep/krim asam fusidat 2%, mupirosin 2%. Dioleskan 2-3 kali sehari, selama 7-10 hari
SISTEMIK : Selama 5-7 hari, jika ada selulitis atau demam
• Kloksasilin/dikloksasilin : 4x250-500 mg/hari PO
• Amoksisilin + asam clavulanate : 3x250-500 mg/hari

ERITRASMA
• Disebabkan corynebacterium minutissimum
• Sering pada lipatan, UKK : makula eritema dengan
skuama halus dan berbatas tegas.
• Wood lamp : coral red
• Tx : (ERI obatnya ERI) Eritromisin 4x250 mg selama 7-
14 hari
Soal No. 138
Seorang pasien perempuan usia 50 tahun datang ke poliklinik RS dengan
keluhan pusing berputar. Keluhan disertai mual dan muntah. Tampak telinga
keluar cairan kental kekuningan sejak 5 tahun yang lalu. TD 125/85, HR 88
x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 38oC Pada pemeriksaan otoskopi didapatkan
membrane timpani perforasi disertai dengan sekret yang mukopurulen. Keluhan
badan seperti berputar terjadi ketika tragus telinga ditekan. Diagnosis yang
tepat untuk pasien ini adalah?
a. Labirintitis et causa mastoiditis
b. BPPV et causa mastoiditis
c. Vertigo perifer et causa mastoiditis
d. Meniere disease et causa mastoiditis
e. Vertigo sentral et causa mastoiditis
Soal No. 138
Seorang pasien perempuan usia 50 tahun datang ke poliklinik RS dengan
keluhan pusing berputar. Keluhan disertai mual dan muntah. Tampak telinga
keluar cairan kental kekuningan sejak 5 tahun yang lalu. TD 125/85, HR 88
x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 38oC Pada pemeriksaan otoskopi didapatkan
membrane timpani perforasi disertai dengan sekret yang mukopurulen.
Keluhan badan seperti berputar terjadi ketika tragus telinga ditekan. Diagnosis
yang tepat untuk pasien ini adalah?
a. Labirintitis et causa mastoiditis
b. BPPV et causa mastoiditis
c. Vertigo perifer et causa mastoiditis
d. Meniere disease et causa mastoiditis
e. Vertigo sentral et causa mastoiditis
Yang membedakan keduanya : HEARING LOSS!!
Soal No. 139
Seorang perempuan berusia 34 tahun datang dengan kehamilan G4P3A0 untuk
memeriksakan kehamilannya. Pasien saat ini hamil dengan usia kehamilan 28
minggu. Pada pemerisaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi
88 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 37,0 C. pada pemeriksaan abdomen tinggi
fundus uteri dua jari di atas pusat, denyut jantung janin tidak terdengar, tidak
ada gerak janin. Kemungkinan diagnosis pasien tersebut adalah?
a. Abortus imminens
b. Missed abortion
c. Abortus
d. Intrauterine fetal death.
e. IUGR/FGR
Soal No. 139
Seorang perempuan berusia 34 tahun datang dengan kehamilan G4P3A0 untuk
memeriksakan kehamilannya. Pasien saat ini hamil dengan usia kehamilan 28
minggu. Pada pemerisaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi
88 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 37,0 C. pada pemeriksaan abdomen tinggi
fundus uteri dua jari di atas pusat, denyut jantung janin tidak terdengar, tidak
ada gerak janin. Kemungkinan diagnosis pasien tersebut adalah?
a. Abortus imminens
b. Missed abortion
c. Abortus
d. Intrauterine fetal death  sudah >20 minggu
e. IUGR/FGR
IUFD menurut WHO adalah janin yang mati dalam Rahim
dengan berat 500 gram atau lebih atau kematian janin
dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

TANDA dan GEJALA

Tidak adanya gerakan janin

Retrogresi dari tinggi fundus

Tonus uteri (-)

Fetal movement (-)

DJJ janin (-)


Soal No. 140
Seorang wanita 30 tahun datang dengan keluhan nyeri tangan kanan sejak 2 jam
lalu. Nyeri disertai pucat dan dingin pada tangan tersebut. PAsien juga sempat
demam dan nyeri kepala. Pemeriksaan fisik didapatkan TD lengan kanan 90/60
mmHg, TD lengan kiri 110/70 mmHg, TD tungkai 160/90 mmHg, RR 20x/m, t
37.0’C. Pulsasi nadi radialis kanan teraba lemah, terdengar bruit a. carotis kanan.
Apakah diagnosis pasien?
a. Raynaud disease
b. Takayasu arteritis
c. Limfangitis
d. Coarctasio Aorta
e. Diseksi aorta thoracalis
Soal No. 140
Seorang wanita 30 tahun datang dengan keluhan nyeri tangan kanan sejak 2
jam lalu. Nyeri disertai pucat dan dingin pada tangan tersebut. PAsien juga
sempat demam dan nyeri kepala. Pemeriksaan fisik didapatkan TD lengan kanan
90/60 mmHg, TD lengan kiri 110/70 mmHg, TD tungkai 160/90 mmHg, RR
20x/m, t 37.0’C. Pulsasi nadi radialis kanan teraba lemah, terdengar bruit a.
carotis kanan. Apakah diagnosis pasien?
a. Raynaud disease
b. Takayasu arteritis  ada bruit
c. Limfangitis
d. Coarctasio Aorta  tidak ada bruit aorta
e. Diseksi aorta thoracalis
Radang pada aorta
dan cabang-
cabangya
Soal No. 141
Seorang wanita 55 tahun digigit anjing peliharaannya 1 jam SMRS. Pasien datang ke
IGD untuk rawat luka. Pada pemeriksaan status lokalsi ditemukan luka gigitan pada
betis kaki kanan 1 buah, ukuran 3cm x 2 cm x 1cm, dasar otot, luka bersih tanpa
perdarahan aktif. Bagaimana tatalaksana pasien?
a. Berikan VAR 0.5 ml SC sebanyak dua dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0.5 ml SC
sebanyak satu dosis pada hari ke-7 dan ke-21
b. Berikan VAR 0.5 ml IM sebanyak dua dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0.5 ml IM
sebanyaksatu dosis pada hari ke-7 dan ke-21
c. Berikan SAR 0.5 ml IM sebanyak dua dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0.5 ml IM
sebanyak satu dosis pada hari ke-7 dan ke-21
d. Berikan SAR 0.5 ml SC sebanyak dua dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0.5 ml SC
sebanyak satu dosis pada hari ke-7 dan ke-21
e. Berikan VAR 0.5 ml IV bolus sebanyak dua dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0.5 ml
SC sebanyak satu dosis pada hari ke-7 dan ke-21
Soal No. 141
Seorang wanita 55 tahun digigit anjing peliharaannya 1 jam SMRS. Pasien datang ke
IGD untuk rawat luka. Pada pemeriksaan status lokalsi ditemukan luka gigitan pada
betis kaki kanan 1 buah, ukuran 3cm x 2 cm x 1cm, dasar otot, luka bersih tanpa
perdarahan aktif. Bagaimana tatalaksana pasien?
a. Berikan VAR 0.5 ml SC sebanyak dua dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0.5 ml SC
sebanyak satu dosis pada hari ke-7 dan ke-21
b. Berikan VAR 0.5 ml IM sebanyak dua dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0.5 ml IM
sebanyak satu dosis pada hari ke-7 dan ke-21
c. Berikan SAR 0.5 ml IM sebanyak dua dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0.5 ml IM
sebanyak satu dosis pada hari ke-7 dan ke-21
d. Berikan SAR 0.5 ml SC sebanyak dua dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0.5 ml SC
sebanyak satu dosis pada hari ke-7 dan ke-21
e. Berikan VAR 0.5 ml IV bolus sebanyak dua dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0.5 ml
SC sebanyak satu dosis pada hari ke-7 dan ke-21
RABIES
• Ditularkan melalui gigitan hewan yang
terinfeksi (anjing, monyet, kelelawar,
kucing, serigala)
• Inkubasi virus : 2 minggu-2 tahun
(umumnya 3-8 minggu)
• Mortalitas mencapai 100% apabila virus
telah menginfeksi SSP -> Pencegahan
penting dilakukan
Luka resiko tinggi : Jilatan/luka pada mukosa,luka diatas daerah bahu (mukosa, leher,
kepala), luka pada jari tangan, kaki, genitalia, luka lebar/dalam dan luka yang banyak
multiple wound)
Tatalaksana
• Fase awal: Luka gigitan harus segera dicuci dengan air sabun (detergen) 5- 10 menit
kemudian dibilas dengan air bersih, dilakukan debridement dan diberikan desinfektan
seperti alkohol 40-70%.
• Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) Bila serum heterolog (berasal dari
serum kuda) Dosis 40 IU/ kgBB disuntikkan infiltrasi pada luka sebanyak-banyaknya,
sisanya disuntikkan secara IM. Bila serum homolog (dari manusia) 20 IU/kgBB
• Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dalam waktu 10 hari infeksi yang dikenal sebagai post-exposure
prophylaxis atau “PEP”VAR secara IM pada otot deltoid atau anterolateral paha dengan dosis 0,5 ml
pada hari 0, 3, 7,14, 28 (regimen Essen atau rekomendasi WHO), atau pemberian VAR 0,5 ml pada hari 0,
7, 21.
Dosis VAR dan SAR
Soal No. 142
Seorang anak laki-laki 13 tahun dibawa ke IGD RS dengan keluhan diare lender
darah dengan frekuensi 5x/hari dan berbau busuk. Didapatkan nyeri perut dan
demam meriang. Dokter meminta untuk dilakukan pemeriksaan apusan feses
didapatkan sel dengan vakuola glikogen dan terdapat pula beberapa eritrosit di
dalam sel tersebut. Penyebab yang mungkin adalah….
a. Entamoeba histolytica
b. Giardia lambria
c. Balantidium coli
d. Rotavirus
e. Vibrio colera
Soal No. 142
Seorang anak laki-laki 13 tahun dibawa ke IGD RS dengan keluhan diare lender
darah dengan frekuensi 5x/hari dan berbau busuk. Didapatkan nyeri perut dan
demam meriang. Dokter meminta untuk dilakukan pemeriksaan apusan feses
didapatkan sel dengan vakuola glikogen dan terdapat pula beberapa eritrosit
di dalam sel tersebut. Penyebab yang mungkin adalah….
a. Entamoeba histolytica  terdapat eritrosit
b. Giardia lambria
c. Balantidium coli
d. Rotavirus
e. Vibrio colera
Persisten adalah diare Kronis adalah diare > 14
DIARE Akut apabila
<14 hari
> 14 hari dengan hari dengan penyebab
penyebab INFEKSI NON INFEKSI

ETIOLOGI CIRI DIARE TATALAKSANA


Rotavirus Diare cair kekuningan, pantat kemerahan Rehidrasi dan zink

Shigelosis Diare lendir darah, keram perut, demam, disentri Quinolon (ciprofloxacin 500 mg 2x1),
dengan lemas Cotrimoxazole 960 mg 2x1
E. Hystolitica Diare lendir darah, bau busuk Metronidazole 500 mg 3x1

Giardia Lambia Diare berlemak, steatorrhea Metronidazole 500 mg 2x1

Vibrio Cholera Diare seperti cucian beras Azitromisin 500 mg 3x1, tetrasiklin 500
mg 4x1, doksisiklin 300 mg 1x1
C. Difficile Pemakaian antibiotik lama Metronidazole 500 mg 3x1
Jenis E-Coli Diare Yang Disebabkan
Enteropathogenic (EPEC) Infantile (pediatric) diarrhea

Enterotoxigenic (ETEC) Traveller Diarrhea


Enteroinvasive (EIEC) Bloody diarrhea
Enterohaemorrhagic (EHEC) Hemorrhagic colitis, sebabkan HUS

Enteroaggregative (EAEC) Stacked brick appearance diarrhea, E. Hystolitica


persisten diare dan pada HIV.

MEDIKOLOGIC!
Pada diare akibat amoeba dapat
ditemuka kristal Charcot-Leyden
yang dapat juga ditemukan pada
Entamoeba Coli Giardia Lambia Balantidium coli asma dan sindroma loeffler
Soal No. 143
Perempuan, 41 th, dating dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Pasien
juga mengeluhkan nyeri abdomen kuadran kanan atas. Pemeriksaan vital sign
didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, Suhu 39 C, RR 16 x/ menit, Nadi 92
x/menit. Pemeriksaan fisik didapatkan Murphy sign(+), Sklera ikterik (-).
Pemeriksaan Laboratorium angka Leukosit 14.000/mm3. Diagnosis yang tepat
adalah …
a. Kolelitiasis
b. Koledokolitiasis
c. Kolesistitis
d. Abses Hepar
e. Kolangitis
Soal No. 143
Perempuan, 41 th, dating dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Pasien
juga mengeluhkan nyeri abdomen kuadran kanan atas. Pemeriksaan vital sign
didapatkan tekanan darah 130/90 mmHg, Suhu 39 C, RR 16 x/ menit, Nadi 92
x/menit. Pemeriksaan fisik didapatkan Murphy sign(+), Sklera ikterik (-).
Pemeriksaan Laboratorium angka Leukosit 14.000/mm3. Diagnosis yang tepat
adalah …
a. Kolelitiasis Pasien ini
b. Koledokolitiasis terdapat 4F
c. Kolesistitis
d. Abses Hepar
e. Kolangitis  Ikterus (+)
USG
Didapatkan adanya batu
empedu yaitu gambaran
acoustic shadow serta adanya
penebalan dinding kandung
empedu >3mm. Terapi utama
adalah cholecystectomi
Soal No. 144
Pasien perempuan, usia 29 tahun, hamil 16 minggu, datang ke poliklinik
bersama bayinya yang berusia 10 bulan dengan keluhan gatal pada seluruh
tubuh, lengan, dan tangan sejak 5 hari yang lalu. Gatal terutama dirasakan pada
malam hari. Setelah dilakukan pemeriksaan, maka keduanya didiagnosis skabies.
Pengobatan yang paling aman untuk kedua pasien diatas adalah…
a. Ibu dan bayi dengan permethrin 5%
b. Ibu dan bayi dengan gameksan 1%
c. Ibu dengan gameksan 1%, bayi dengan permethrin 5%
d. Ibu dengan belerang endap, bayi dengan gameksan 1%
e. Ibu dengan belerang endap, bayi menunda terapinya
Soal No. 144
Pasien perempuan, usia 29 tahun, hamil 16 minggu, datang ke poliklinik
bersama bayinya yang berusia 10 bulan dengan keluhan gatal pada seluruh
tubuh, lengan, dan tangan sejak 5 hari yang lalu. Gatal terutama dirasakan pada
malam hari. Setelah dilakukan pemeriksaan, maka keduanya didiagnosis skabies.
Pengobatan yang paling aman untuk kedua pasien diatas adalah…
a. Ibu dan bayi dengan permethrin 5%
b. Ibu dan bayi dengan gameksan 1%
c. Ibu dengan gameksan 1%, bayi dengan permethrin 5%
d. Ibu dengan belerang endap, bayi dengan gameksan 1%
e. Ibu dengan belerang endap, bayi menunda terapinya
SKABIES • Disebabkan oleh sarcoptes scabiei var hominis.
• Diagnosis presumptif apabila terdapat trias :
• Lesi kulit : kunikulus, ujung papul/vesikel.
Dapat timbul pustule/nodul. Predileksi
pada daerah dengan stratum korneum
tipis.
• Pruritus nocturnal.
• Terdapat Riwayat sakit serupa dalam satu
rumah/kontak
PEMERIKSAAN PENUNJANG TATALAKSANA

Ink burrow Dermoskopi

• Burrow ink test


• Skin scrapping
• Uji tetrasiklin
• Dermoskopi
Soal No. 145
Datang seorang perempuan18 tahun dengan keluhan utama mata kanan merah.
Merah dirasakan sejak 2 hari yang lalu setelah pemakaian soft lens. Pasien juga
merasakan pandangannya kabur, foreign body sensation, nyeri dan berair. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan VOD 6/30 pinhole tidak maju, blepharospasme,
hiperemi, injeksi siliar. Untuk menegakkan diagnosis pemeriksaan apa yang
perlu dilakukan ?
a. Konfrontasi, konvergensi, sensibilitas
b. Placido, refleks pupil, konfrontasi
c. Konfrotasi, placido, sensibilitas
d. Fluoresein, placido, sensibilitas
e. Sensiilitas, flouresein, sonde
Soal No. 145
Datang seorang perempuan18 tahun dengan keluhan utama mata kanan
merah. Merah dirasakan sejak 2 hari yang lalu setelah pemakaian soft lens.
Pasien juga merasakan pandangannya kabur, foreign body sensation, nyeri dan
berair. Pada pemeriksaan fisik didapatkan VOD 6/30 pinhole tidak maju,
blepharospasme, hiperemi, injeksi siliar. Untuk menegakkan diagnosis
pemeriksaan apa yang perlu dilakukan ?
a. Konfrontasi, konvergensi, sensibilitas
b. Placido, refleks pupil, konfrontasi
c. Konfrotasi, placido, sensibilitas
d. Fluoresein, placido, sensibilitas
e. Sensibilitas, flourescein, sonde
Keratitis : radang pada kornea

Mata merah, penurunan visus, nyeri,


fotofobia, blefarospasme, edema kornea,
infiltrate seluler, dan injeksi siliar (perikornea).

KLASIFIKASI •Infective Keratitis (bakterial, viral, fungal,


chlamydial, protozoal, spirochaetal)
•Allergic Keratitis (fliktenularis, vernal,
atopic)
•Trophic Keratitis (keratomalasia)
•Traumatic Keratitis
Keratoscope untuk menilai ada
gangguan kelengkungan pada kornea
(astigmatisma)
Soal No. 146
Seorang anak 12 tahun datang dengan keluhan nyeri kaki kanan. Nyeri
memberat pada malam hari sehingga pasien sering terbangun dari tidur.
Pemeriksaan TTV dalam batas normal. Pada inspeksi didapatkan gait antalgic,
palpasi didapatkan edema, hangat dan nyeri tekan pada tibia proksimal dextra.
ROM Genu dextra terbatas akibat nyeri. Pada pemeriksaan radiografi ditemukan
sunburst appearance tibia proximal dextra. Apakah diagnosis pasien?
a. Chondrosarcoma
b. Osteosarcoma
c. Multiple myeloma
d. Osteochondroma
e. Ewing sarcoma
Soal No. 146
Seorang anak 12 tahun datang dengan keluhan nyeri kaki kanan. Nyeri
memberat pada malam hari sehingga pasien sering terbangun dari tidur.
Pemeriksaan TTV dalam batas normal. Pada inspeksi didapatkan gait antalgic,
palpasi didapatkan edema, hangat dan nyeri tekan pada tibia proksimal dextra.
ROM Genu dextra terbatas akibat nyeri. Pada pemeriksaan radiografi ditemukan
sunburst appearance tibia proximal dextra. Apakah diagnosis pasien?
a. Chondrosarcoma
b. Osteosarcoma
c. Multiple myeloma
d. Osteochondroma
e. Ewing sarcoma
OSTEOSARKOMA

Gambaran Khas
• Codman triangle dan sunburst pada x-ray.
• Pada anak-anak : akibat pijat
• Pada usia tua : didahului paget disease
Tips Mengingat!
☀steosarcoma Chondrosarcoma Ewing sarcoma
10-30th, >60th >40th 10-20th
Codman triangle Popcorn appearance (bawang) Onion skin
Sun☀burst appearance periosteal reaction
Soal No. 147
Seorang anak 8 tahun dibawa ibunya berobat karena ujung kemaluan nya
mengembung Ketika BAK sejak 2 hari lalu. Pasien menangis setiap BAK dan
mengeluh nyeri. Menurut ibu pasien, sebelumnya pasien pernah mengalami
kondisi serupa. Pada pemeriksaan fisik didapatkan N 110x/m, RR 24x/m, t
37.8’C. Pemeriksaan genital ditemukan preputium menutupi glans penis dan
glans penis tampak bengkak, hiperemis. Apakah diagnosis pasien?
a. Balanitis dan Parafimosis
b. Balanopostitis dan fimosis
c. Epididimitis dan parafimosis
d. Epispadia dan fimosis
e. Urethritis dan fimosis
Soal No. 147
Seorang anak 8 tahun dibawa ibunya berobat karena ujung kemaluan nya
mengembung Ketika BAK sejak 2 hari lalu. Pasien menangis setiap BAK dan
mengeluh nyeri. Menurut ibu pasien, sebelumnya pasien pernah mengalami
kondisi serupa. Pada pemeriksaan fisik didapatkan N 110x/m, RR 24x/m, t
37.8’C. Pemeriksaan genital ditemukan preputium menutupi glans penis dan
glans penis tampak bengkak, hiperemis. Apakah diagnosis pasien?
a. Balanitis dan Parafimosis
b. Balanopostitis dan fimosis
c. Epididimitis dan parafimosis
d. Epispadia dan fimosis
e. Urethritis dan fimosis
Fimosis dan Parafimosis
FIMOSIS PARAFIMOSIS

Gambaran Klinis Preputium tidak dapat ditarik ke Preputium terperangkap


belakang, mengembung saat di belakang penis, nyeri
kencing bahkan sampai nekrotik
Komplikasi ISK berulang, prostatitis, balanitis Nekrosis penis.
xerotica, balanoposthitis.
Tatalaksana • Steroid topical 1-2 bulan. • Mengembalikan secara
• Sirkumsisi manual.
• Dorsumsisi
Balanitis : radang pada glans penis
Posthitis : radang pada preputium
Pada keduanya  disebut balanoposthitis
Soal No. 148
Perempuan usia 70 tahun, dibawa ke UGD setelah ditemukan tidak sadar di
pinggir jalan. Pada pemeriksaan fisik, nadi carotis tidak teraba, GCS 4. Hasil
monitor EKG menunjukan hasil sebagai berikut. Diagnosis yang tepat untuk
pasien ini adalah?
a. Supraventrikular takikardi
b. Sinus takikardi
c. Atrial fibrilasi
d. Ventrikular takikardia
e. Pulseless electrical activity
Soal No. 148
Perempuan usia 70 tahun, dibawa ke UGD setelah ditemukan tidak sadar
di pinggir jalan. Pada pemeriksaan fisik, nadi carotis tidak teraba, GCS 4.
Hasil monitor EKG menunjukan hasil sebagai berikut. Diagnosis yang tepat
untuk pasien ini adalah?
a. Supraventrikular takikardi
b. Sinus takikardi
c. Atrial fibrilasi
d. Ventrikular takikardia
e. Pulseless electrical activity
2020 CPR Guideline
Soal No. 149
Perempuan, usia 32 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan keputihan sejak
1 bulan yang lalu. Keputihan berwarna putih keabuan, kental, dan berbau amis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan discharge mukoid pada introitus vagina, tidak
didapatkan eritema pada labia mayora, minor, maupun dinding vagina. Pada
pemeriksaan gram didapatkan gambaran sebagai berikut. Penatalaksanaan yang
tepat pada kasus ini adalah?
a. Metronidazol 3x500 mg selama 7 hari
b. Metronidazol 2x500 selama 5 hari
c. Klindamisin 2x300 mg selama 7 hari
d. Metronidazol 1 gr SD
e. Klindamisin 3x200 mg selama 7 hari
Soal No. 149
Perempuan, usia 32 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan keputihan sejak
1 bulan yang lalu. Keputihan berwarna putih keabuan, kental, dan berbau amis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan discharge mukoid pada introitus vagina, tidak
didapatkan eritema pada labia mayora, minor, maupun dinding vagina. Pada
pemeriksaan gram didapatkan gambaran sebagai berikut. Penatalaksanaan yang
tepat pada kasus ini adalah?
a. Metronidazol 3x500 mg selama 7 hari
b. Metronidazol 2x500 selama 5 hari
c. Klindamisin 2x300 mg selama 7 hari
d. Metronidazol 1 gr SD
e. Klindamisin 3x200 mg selama 7 hari
Bacterial Vaginosis Trichomoniasis Candidiasis Vaginalis
Etiologi Gardnerella vaginalis Trichomonas vaginalis Candida sp.

Duh Tubuh Berbau amis, abu-abu putih Kuning-hijau berbusa, bau busuk Putih kental bergumpal
(cottage-cheese)
Nyeri Biasanya tidak nyeri Dispareunia, strawberry cervix Dispareunia, dysuria, rasa
terbakar
Gatal Biasanya tidak gatal Tidak gatal Sangat gatal

Penunjang Whiff test  bau amis Saline/giemsa smear - Trofozoit KOH- pseudohifa dengan
Gram  Clue cell blastospora
Soal No. 150
Seorang wanita usia 20 tahun dengan diagnosis fraktur tertutup cruris dextra. Pasien
direncanakan akan menjalani operasi elekif pemasangan plate and screw. Saat ini
kondisi pasien komposmentis, mengeluh nyeri pada kaki. TTV TD 110/80, N 80x/m, RR
18x/m, Suhu 37.0 C. Pemeriksaan lab darah Hb 10 g/dL, Eritrosit 5x106, Leukosit
14.000, Trombosit 375.000, LED 37mm/jam. BB pasien 65 kg dengan tinggi 150 cm.
Riwayat merokok sehari setengah bungkus. Bagaimanakah status pasien berdasarkan
ASA?
a. ASA I
b. ASA II
c. ASA III
d. ASA IE
e. ASA IIIE
Soal No. 150
Seorang wanita usia 20 tahun dengan diagnosis fraktur tertutup cruris dextra. Pasien
direncanakan akan menjalani operasi elekif pemasangan plate and screw. Saat ini
kondisi pasien komposmentis, mengeluh nyeri pada kaki. TTV TD 110/80, N 80x/m, RR
18x/m, Suhu 37.0 C. Pemeriksaan lab darah Hb 10 g/dL, Eritrosit 5x106, Leukosit
14.000, Trombosit 375.000, LED 37mm/jam. BB pasien 65 kg dengan tinggi 150 cm.
Riwayat merokok sehari setengah bungkus. Bagaimanakah status pasien berdasarkan
ASA?
a. ASA I
b. ASA II
c. ASA III
d. ASA IE
e. ASA IIIE

Anda mungkin juga menyukai