Anda di halaman 1dari 37

REFERAT

DISFUNGSI EREKSI

Pembimbing :
Mayor CKM dr. Bambang Triono, Sp.U

Melly Aji Ningrum 30101306993


DEFINISI

Disfungsi ereksi didefinisikan sebagai


ketidakmampuan menetap untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi penis yang cukup
untuk kinerja seksual yang memuaskan.
Definition Of Dysfunctional Erection

• Ketidakmampuan mencapai atau


mempertahankan ereksi penis yang
cukup, untuk melakukan hubungan
seksual yang memuaskan. Keadaan ini
dialami sekurang-kurangnya dalam 3
bulan terakhir.
(concencus Guidline
Panel, Des 1997)
• Impotent: is reserved for men who
experience erectile failure during
INSIDENSI
Angka kejadian
Diperkirakan pada 1995, terdapat lebih dari 152 juta
pria di seluruh dunia yang menderita DE. Proyeksi pada 2025
menunjukkan prevalensi sekira 322 juta pria, artinya akan
terjadi penambahan sebanyak 170 juta penderita DE dalam
kurun waktu 30 tahun.
Sistem reproduksi
Anatomi penis pria terdiri atas testis, saluran
kelamin, kelenjar tambahan, dan penis.
Penis seperti kepala tetapi bagian ujungnya agak
meruncing ke depan. Penis adalah organ seks utama
yang letaknya di antara kedua pangkal paha. Penis
mulai dari arcus pubis menonjol ke depan berbentuk
bulat panjang
Panjang penis adalah sekitar 9 sampai 12 cm. Pada saat
ereksi yang penuh, penis akan memanjang dan
membesar sehingga menjadi sekitar 10 cm sampai 14
cm. Pada orang barat (caucasian) atau orang Timur
Tengah lebih panjang dan lebih besar yakni sekitar 12,2
cm sampai 15,4 cm.
Pendarahan pada penis
Setiap corpus cavernosum dikelilingi oleh selubung fibrosa tebal, tunika albuginea,
yang membatasi perluasan jaringan ereksi, menghasilkan peningkatan tekanan
intracorporal dan, akhirnya, ereksi selama periode rangsangan seksual. Masing-masing
memiliki korpus kavernosus arteri terpusat berjalan, yang memasok darah ke ruang
lacunar beberapa, yang saling berhubungan dan dilapisi oleh endotelium vaskular
Rangsangan
Seks (indra)

1. Psikologis baik
2. Tesosteron cukup (Psikogenik)
3. Syaraf utuh Th-11 sampai L-2
Thoraco lumbar erection
4. pembuluh darah utuh center
Central otonom
(Refleksogenik)
Sacral erection center
(S2-S5)
Erection Phases
• Latent
• Penis elongated
• Decreasing of resistance of intra cavernous tension

• Tumescence phase
• Enlargement and rigidity of penis increase
• Intra cavernous volume and tension increase

• Erection phase
• Full erection
• Pulsation in penis
• Intra cavernous tension 10 – 20 mm/Hg below systolic tension
• Stability intra cavernous tension
• Penis volume constant caused by blood out flow stop

• Rigid phase
• Fully enlargement
• Intra cavernous tension 10 – 20 mm/Hg above systolic tension caused by bulbo-cavernous reflex

• Detumescence Phase
• Decreasing of rigidity caused by blood outflow
Signal transduction pathways
Fisiologyhambatan

Gagal yg lalu

Negative Tampilan
influence ! jelek

Isteri
ketakuta Gendut
n Isteri
domina Isteri
n gualak
Spinal inervation of Epididymis
Vas deferentia

ejaculation Urethra Ampulary glands


Bulbourethral glands Seminal vesicles
Ejaculatory ducts
Prostate
THORACO LUMBAR HYPOGASTRIC NERVE Internal urinary sphincter
Th11-L2
OUTFLOW (Sympathetic)

SEMINAL EMISSION
Pudendal nerve Bulbocavernosus
(somatic) Ischiocavernosus
S2-S5 SACRAL External urinary sphincter
OUTFLOW

Pudendal nerve Pelvic nerve Glands secretion from prostate


(parasympathetic) and seminal vesicles

Tactile stimulation of the penis PROJECTILE EJACULATION


ETIOLOGI DE
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Disfungsi Ereksi beragam sekali. Oleh karena itu, bebrapa organisasi telah mencoba untuk
mengklasifikasi disfungsi ereksi berdasarkan penyebabnya. Rekomendasi dari International Society of Impotence Research ditampilkan pada
diagram dan table dibawah:

Sebuah klasifikasi fungsional dari impotensi. Perhatikan bahwa tidak mungkin untuk impotensi individu diperoleh hanya dari satu sumber.
Sebagian besar kasus memiliki efek psikologis dari berbagai tingkatan, dan penyakit sistemik serta efek farmakologis dapat memperngaruhi
juga
PATOFISIOLOGI DE
Perilaku seksual dan ereksi penis dikendalikan oleh
hipotalamus, sistem limbik, dan korteks serebral.
Oleh karena itu, stimulasi atau inhibisi pesan dapat
disampaikan ke pusat-pusat ereksi spinal untuk
memfasilitasi atau menghambat ereksi. Dua
mekanisme yang mungkin telah diajukan untuk
menjelaskan penghambatan ereksi pada disfungsi
psikogenik: inhibisi langsung yang berlebihan dari
pusat ereksi spinal oleh otak dari penghambatan
suprasacral dan outflow simpatis berlebihan atau
peningkatan kadar katekolamin perifer, yang dapat
meningkatkan tonus otot polos penis untuk
mencegah relaksasi yang diperlukan nya.
Hipogonadisme merupakan temuan yang tidak jarang
pada populasi impoten. Androgen mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan saluran reproduksi
pria dan karakteristik seks sekunder; pengaruhnya
terhadap libido dan perilaku seksual sudah mapan.

Hiperprolaktinemia, baik dari adenoma hipofisis atau


obat, mengakibatkan disfungsi kedua reproduksi dan
seksual. Gejala mungkin termasuk kehilangan libido,
disfungsi ereksi, galaktorea, ginekomastia, dan
infertilitas.
• Diabetes mellitus, meskipun gangguan
endokrinologik paling umum, menyebabkan
DE melalui vaskuler, komplikasi neurologis,
endotel, dan psikogenik
• Penyakit vaskular dan jantung (terutama yang
berhubungan dengan hiperlipidemia,
diabetes, dan hipertensi) berkaitan erat
dengan disfungsi ereksi.
• Permasalahan hormonal dan metabolik
lainnya, termasuk hipogonadisme primer dan
sekunder, hipotiroidisme, gagal ginjal kronis,
dan gagal hati juga berdampak buruk pada
berlebihan merupakan kontributor utama pada
DE. Merokok merupakan salah satu penyebab
arterio oklusive disease. Psikogenik disorder
termasuk depresi, disforia dan kondisi
kecemasan juga berhubungan dengan
peningkatan kejadian disfungsi seksual
multipel termasuk kesulitan ereksi.
 Cedera tulang belakang, tindakan bedah pelvis
dan prostat dan trauma pelvis merupakan
penyebab DE yang kurang umum
 DE iatrogenik dapat disebabkan oleh
gangguan saraf pelvis atau pembedahan
prostat, kekurangan glisemik, tekanan darah,
KLASIFIKASI DE

Klasifikasi menurut International Society of Impotence Research


DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
Gangguan ereksi dan gangguan dorongan seksual
Ejakulasi, orgasme dan nyeri kelamin
Fungsi seksual pasangan
Faktor gaya hidup : merokok, alkohol yang berlebihan dan
penyalahgunaan narkotika
Penyakit kronis
Trauma dan operasi daerah pelvis / perineum / penis
Radioterapi daerah penis
Penggunaan obat – obatan
Penyakit saraf dan hormonal
Penyakit psikiatrik dan status psikologik
2. Pemeriksaan Fisik
-Pemeriksaan tanda-tanda hipogonadisme
-Pemeriksaan DRE
-Pemeriksaan Nadi perifer

3. Pemeriksaan penunjang
-Pemeriksaan laboratorium
kadar testosteron serum, glukosa, lipid, darah lengkap, fungsi
ginjal.
Grade 1 : Penis membesar saat ereksi, namun tidak
kuat untuk melakukan penetrasi
Grade 2 : Penis berereksi cukup keras namun tidak
cukup keras untuk melakukan penetrasi
Grade 3 : Penis bererksi cukup keras, namun tidak
sepenuhnya keras sehingga masih dapat melakukan
hubungan seksual, namun tidak maksimal
Grade 4 : Penis dapat bereksi secara baik dan dapat
melakukan hubungan seksual dengan pasangan secara
optimal
PENATALAKSANAAN
Mechanisms of the smooth muscle pathway and
Phosphodiesterases (PDEs)

Decrease
Ca2+

Protein
kinase G
Protein
kinase A

Relaxation of Inhibitor
Stimulation

PDE Inhibitor
1. Terapi lini pertama
Terapi lini pertama yaitu memberi oral pada
pasien.
Sildenafil (viagra)
Tadalafil (Cialis)
Vardenafil (Levitra).

Ketiga jenis obat ini merupakan obat untuk


menghambat enzim Phosphodiesterase-5 (PDE-5),
suatu enzim yang terdapat di organ penis dan
berfungsi untuk menyelesaikan ereksi penis.
Sildenafil
Preparat erektogenik golongan PDE-5 yang pertama kali
ditemukan.
Mula kerja Sildenafil antara ½ jam – 1 jam. Sedangkan masa
kerjanya berkisar 5-10 jam.
Sildenafil tidak begitu selektif dalam menghambat PDE-5.
karena, zat ini ternyata juga menghambat PDE-6, jenis enzim
yang letaknya di mata. Kondisi ini menyebabkan penglihatan
mata menjadi biru (blue vision).
Obat ini juga tidak bisa diminum berbarengan dengan
makanan karena absorsi (penyerapannya) akan terganggu jika
lambung dalam kondisi penuh
Efek samping sildenafil

1. Efek vasodilatasi : sakit kepala, flushing, rhinitis, dizziness,


hipotensi dan hipotensi postural.
2. Efek pada saluran cerna : dispepsi dan rasa panas di
epigastrium.
3. Efek gangguan visual : penglihatan berwarna hijau kebiru-
biruan, silau, dan penglihatan kabur. Gejala ini berlangsung
selama beberapa jam (1-5 jam) terutama terjadi pada dosis
tinggi,
4. Gangguan terhadap otot rangka seperti mialgia, terutama
didapati pada multiple daily dose, tetapi belum diketahui
mengapa efek ini timbul.
Vandenafil
Vandenafil, lebih selektif dalam menghambat PDE-5
mengingat dosisnya tergolong kecil yaitu antara
10mg-20mg. Mula kerjanya lebih cepat, 10 menit –
1jam, dengan masa kerja 5-10 jam. Keunggulan
Vandenafil adalah absorsinya tidak dipengaruhi oleh
makanan. Jadi jika Anda ingin melakukan hubungan
intim dengan istri setelah candle light dinner, boleh-
boleh saja. Kelemahannya, akan terjadi vasodilatasi
(pelebaran pembuluh darah di hidung sehingga
menyebabkan hidung tersumbat). Biasanya minum
pertama akan menyebabkan pening.
Tadalafil
Tadalafil, masa kerjanya jauh lebih panjang yaitu
36 jam. Mula kerjanya sekitar 1 jam dan tidak
dipengaruhi oleh makanan sehingga absorsinya tidak
terganggu. Kekurangannya, obat ini juga
menghambat PDE-11 enzim yang letaknya di
pinggang sehingga jika mengkonsumsi ini, si pria
akan mengalami rasa sakit di pinggang.
Terapi lini kedua
Paad terapi lini keduan yang terdiri dari suntikan
intravernosa dan pemberian alprostadil melalui uretra.
Terapi suntikan intrakarvenosa yang digunakan adalah
penghambat adrenoreseptor dan prostaglandin.
Prinsip kerja obat ini adalah dapat menyebabkan
relakasasi otot polos pembuluh darah dan karvenosa
yang dapat menyebabkan ereksi. melakukan
penyuntikan secara entrakavernosa dan pengobatan
secara inraurethra yang memasukkan gel ke dalam
lubang kencing. Pasien dapat melakukan sendiri cara
ini setelah dilatih oleh dokter.
Terapi lini ketiga
Terapi lini ketiga yaitu implantasi prosthesis
pada penis. Tindakan ini dipertimbangkan pada
kasus gagal terapi medikamentosa atau pada
pasien yang menginginkan solusi permanen
untuk masalah disfungsi ereksi. Terdapat 2 tipe
prosthesis yaitu semirigid dan inflatable.
Tindakan ini sudah banyak dilakukan di luar
negeri namun di Indonesia belum ada
EFEK SAMPING OBAT
PRIAPISMUS
Priapismus adalah suatu keadaan yang jarang terjadi dimana penis terus
menerus ereksi dan sangat sakit.
Priapismus adalah keadaan medis yang sangat nyeri dan berbahaya
dimana penis yang ereksi tidak kembali ke fase flaksid, meskipun tidak
ada rangsangan fisik dan psikologis, dalam waktu 4 jam. Priapismus
dipertimbangkan sebagai kegawatdaruratan medis yang harus segera
ditangani.
TERAPI BEDAH

Pilihan terapi bedah untuk menkoreki DE


dibagikan menurut tiga kategori, yaitu:

1. Implantasi protesa penis


2. Revaskularisasi penis
3. Pembedahan untuk Corporal Veno-occlusive Dysfunction
(CVOD)
Kelebihannya:
1. Teknik bedah sederhana
2. Komplikasi relatif sedikit
3. Tidak ada bagian yang dipindah
4. Implan yang sedikit atau tidak mahal
5. Tingkat keberhasilannya 70-80%
6. Efektivitasnya tinggi
Kekurangannya:
1. Ereksi terus sepanjang waktu
2. Tidak meningkatkan lebar (ukuran) penis
3. Risiko infeksi
4. Dapat melukai atau merubah erection
AMS 650 penile prosthesis dan The Mentor AccuForm penile bodies
prosthesis 5. Dapat menyebabkan nyeri/mengerosi kulit
PROGNOSIS
Disfungsi ereksi temporer sering terjadi dan
biasanya bukan masalah yang serius. Akan
tetapi, jika DE menjadi persisten, efek psikologis
menjadi signifikan. DE dapat menyebabkan
gangguan hubungan antara suami istri dan
dapat menyebabkan terjadinya depresi. DE yang
persisten dapat merupakan suatu gejala dari
kondisi medis yang serius seperti diabetes,
penyakit jantung, hipertensi, gangguan tidur,
atau masalah sirkulasi.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai