Anda di halaman 1dari 7

DISFUNGSI EREKSI

Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan darah menuju korpora) meningkat sedangkan


yang menetap seorang pria untuk mencapai outflow (aliran darah meninggalkan korpora)
atau mempertahankan ereksi yang cukup menurun, hal ini menyebabkan peningkatan
guna melakukan aktifitas seksual yang volume darah dan ketegangan pada korpora
memuaskan. Disfungsi ereksi ini diderita oleh meningkat sehingga penis menjadi
separuh pria yang berusia lebih dari 40 tahun ereksi(tegang).
dan sepertiga dari populasi ini merasa
Persarafan penis terdiri atas sistem saraf
terganggu karena penyakit ini. Dahulu diduga
otonomik (simpatetik dan parasimpatetik)
bahwa sebagian besar disfungsi ereksi
dan somatik (sensorik dan motorik) yang
disebabkan oleh faktor psikogenik, tetapi
berpusat di nukleus intermediolateralis
dengan ditemukan sarana diagnosis yang baik
medula spinalis pada segemen S2-4 dan Th12
ternyata banyak disfungsi ereksi disebabkan
- L2. Dari neuron yang berpusat di korda
karena faktor organik.
spinalis, serabut-serabut saraf simpatetik dan
1. FISIOLOGI EREKSI parasimpatetik membentuk nervus
kavernosus yang memasuki korpora
Penis mendapatkan aliran darah dari arteri
kavernosa dan korpus spongiosum. Saraf ini
pudenda interna yang kemudian menjadi
memacu neurotransmiter untuk memulai
arteri penis komunis. Selanjutnya arteri ini
proses ereksi serta mengakhirinya pada
bercabang menjadi arteri kavernosa atau
proses detumesensi. Saraf somato-sensorik
arteri sentralis, arteri dorsalis penis, dan arteri
menerima rangsangan disekitar genitalia dan
bulbouretralis. Arteri penis komunis ini
saraf somato-motorik menyebabkan kontraksi
melewati kanal dari Alcock yang berdekatan
otot bulbokavernosus dan ischiokavernosus.
dengan os pubis dan mudah mengalami
cedera jika terjadi fraktur pelvis. Arteri Fase ereksi dimulai dari rangsangan yang
sentralis memasuki rongga kavernosa berasal dari genitalia eksterna berupa
kemudian bercabang-cabang menjadi arteri rangsangan raba(taktil) atau rangsangan yang
helisin, yang kemudian arteriole ini akan berasal dari otak berupa fantasi, rangsangan
mengisikan darah ke dalam sinusoid. pendengaran atau penglihatan. Rangsangan
tersebut menyebabkan terlepasnya
Darah vena dari ringga sinusoid dialirkan
neurotransmiter dan mengakibatkan
melalui anyaman/pleksus yang terletak di
terjadinya dilatasi arteri kavernosus/arteri
bawah tunika albuginea. Anyaman/pleksus ini
helisin, relaksasi otot kavernosus dn kontraksi
bergabung membentuk venule emisaria dan
venule emisaria. Keadaan ini menyebabkan
kemudian menembus tunika albuginea untuk
banyak darah yang mengisi rongga sinusoid
mengalirkan darah ke vema dorsalis penis.
dan menyebabkan ketegangan penis.
Rangsangan seksual menimbulkan
Demikian pula sebaliknya pada fase flaksid
peningkatan aktivitas saraf parasimpatis yang
terjadi konstriksi arteriole, kontraksi otot
mengakibatkan terjadinya dilatasi arteiole
kavernosus dan dilatasi venule untuk
dan konstiksi venule sehingga inflow (aliran
mengalirkan darah ke vena-vena penis

358
sehingga rongga sinusoid berkurang 2. ETIOLOGI
volumenya.
Timbulnya disfungsi ereksi disebabkan oleh
Urutan fase ereksi mulai dari flaksid sampai beberapa faktor antara lain (1) psikogen, (2)
terjadi ereksi maksimal : nerogen, (3) arteriel, (4) kavernosal, (5)
penyakit sistemik. Seringkali penyebab
Flaksid → pengisian awal → tumesen →
disfungsi ereksi tidak hanya disebabkan oleh
ereksi penuh → rigid → detumesen
salah satu faktor saja tetapi oleh beberapa
Saat ini diketahui bahwa neuroefektor yang faktor secara bersamaan. Untuk
paling utama didalam korpus kavernosum memudahkan penyebab disfungsi ereksi
pada proses ereksi adalah non adrenergik non disingkat sebgai IMPOTEN
kolinergik atau NANC. Rangsangan seksual
Inflamasi Prostatitis
yang diteruskan oleh neuroefektor nanc
Mekanis Penyakit peyronie
menyebabkan terlepasnya nitrit oksida (NO),
Psikogenik Ansietas, depresi,
yang selanjutnya akan mempengaruhi enzim
konflik rumah tangga,
guanilat siklase untuk mengubah guanil tri
perasaan bersalah,
fosfat (GTP) menjadi siklik guanil mono fosfat
norma agama
(cgmp). Substansi terakhir ini menurunkan
jumlah kadar kalsium didalam sel otot polos Oklusif vaskuler Arteriogenik :
hipertensi, rokok,
yang menyebabkan relaksasi otot polos
hiperlipidemia,
kavernosum sehingga terjadi ereksi penis.
diabetes melitus,
Sebaliknya pada fase flaksid terjadi penyakit pembuluh
pemecahan cgmp oleh enzim fosfodiesterase darah perifer
5 (PDE-5) menjadi guanil mono fosfat. Cara Venogenik : kegagalan
bekerja salah satu obat disfungsi ereksi, mekanisme veno-
sildenafil sitrat adalah sebagai inhibitor enzim oklusif (karena
PDE-5 sehingga kadar cgmp tetap perubahan anatomis
dipertahankan dan degeneratif)
Terdapat 3 tipe ereksi yaitu : (1) ereksi Trauma Fraktur pelvis, cedera
refleksogenik, (2) ereksi psikogenik, (3) ereksi korda spinalis, trauma
nokturnal. Ereksi refleksogenik terjadi karena penis
adanya rangsangan pada organ genitalia Ekstra faktor Iatrogenik :
berupa rangsangan raba. Ereksi psikogenik pembedahan pada
terjadi karena adangan rangsangan seksual daerah pelvis,
yang berasal dari otak berupa rangsangan prostatektomi
audio, visual, fantasi sedangkan ereksi Lain-lain : usia lanjut,
nokturnal adalah ereksi yang terjadi pada saat gagal ginjal kronik,
tidur dan bersamaan dengan fase REM (Rapid sirosis hepar,
Eye Movement). prapismus, aliran
rendah
Neurogenik Kelainan pada otal :

359
tumor, cedera otak, penjumlahan dari 5 pertanyaan kurang atau
epilepsi, CVA, sama dengan 21 menunjukan adanya gejala
parkinson disfungsi ereksi.
Kelainan pada medula
PERTANYAAN JAWABAN SKOR
spinalis : tumor,
Selama 6 bulan 1. Sangat
cedera, tabes dorsalis
terakhir ini: rendah
Kelainan pada saraf
1. Bagaimana 2. Rendah
perifer : diabetes
derajat 3. Cukup
melitus dan defisiensi
keyakinan 4. Tinggi
vitamin
anda bahwa 5. Sangat
anda dapat tinggi
Dahulu dipercayai bahwa 90% penyebab ereksi serta
disfungsi ereksi adalah faktor psikogenik terus bertahan
tetapi sekarang anggapan ini berubah setelah untuk
banyak ditemukan alat-alat untuk mendeteksi bersenggama?
adanya kelainan organik penyebab disfungsi 2. Pada saat 1. Tidak
ereksi. Dan sekarang diperkirakan bahwa anda ereksi bersengg
kurang lebih 50% penyebabnya adalah setelah ama
organik. mendapatkan 2. Tidak/
rangsangan Hampir
3. DIAGNOSIS
seksual tidak
Evaluasi terhadap pasien yang mengeluh seberapa pernah
disfungsi ereksi meliputi evaluasi riwayat sering penis 3. Sesekali
seksual, evaluasi medik dan evaluasi anda cukup (<50%)
prikologik. Tujuan evaluasi ini adalah untuk keras untuk 4. Kadang-
menentukan apakah pasien memang dapat masuk kadang
menderita disfungsi ereksi atau disfungsi ke dalam (50%)
seksual yang lain. Kadang-kadang pasien yang vagina? 5. Sering
mengeluh disfungsi ereksi ternyata bukan (>50%)
menderita disfungsi ereksi tetapi menderita 6. Selalu/ha
penuruna libido, ejakulasi dini, ejakulasi mpir
retrograd, tidak dapat menikmati orgasmus selalu
(anorgasmus) atau kelainan lain. Untuk 3. Setelah penis 1. Tidak
membantu mengidentifikasi kemungkinan masuk ke bersengg
adanya disfungsi ereksi beberapa ahli telah dalam vagina ama
merancang suatu indeks fungsi ereksi dan pasangan 2. Tidak/
diantaranya adalah indeks internasional untuk anda, Hampir
fungsi ereksi ke-5 atau internationale index of seberapa tidak
erectile function-5 (IIEF-5). Indeks ini terdiri seringkah pernah
atas 5 butir pertanyaan dan tiap-tiap anda mampu 3. Sesekali
pertanyaan diberi nilai 0 sampai 5. Jika

360
mempertaha (<50%) Wawancara atau anamnesis yang cermat
nkan penis 4. Kadang- dapat membedakan antara penyebab
tetap keras? kadang psikogenik dan organik. Disfungsi ereksi yang
(50%) disebabkan oleh faktor psikogen biasanya
5. Sering menunjukan ciri-ciri sebagai berikut:
(>50%)
1. Timbulnya mendadak dan didahului
6. Selalu/
oleh peristiwa tertentu, mialnya
Hampir
sehabis cerai/ditinggal istri atau
selalu
pasangannya, keluar dari pekerjaan,
4. Ketika 0. Tidak
atau oleh tekanan kejiawaan.
bersenggama mencoba
2. Situasional yaitu disfungsi ereksi
seberapa bersengg
timbul bila hendak melakukan
sulitkah ama
aktivitas seksual dengan wanita
mempertahan 1. Sangat
tertentu, tetapi ereksi timbul kembali
kan ereksi sulit
jika berhubungan dengan wanita lain.
sampai sekali
Tidak jarang pasien masih dapat
ejakulasi? 2. Sangat
merasakan ereksi yang maksimal
sulit
dengan masturbasi, atau
3. Sulit
membayangkan atau menonton film
4. Sedikit
porno akan tetapi penis kembali lemas
sulit
pada saat akan melakukan senggama.
5. Tidak
3. Ereksi nokturnal atau ereksi yang
sulit
timbul pada saat bangun pagi masih
5. Ketika anda 1. Tidak
cukup kuat, akan tetapi pada siang
bersenggama bersengg
hari ereksi menurun atau bahkan
seberapa ama
sama sekali tidak dapat ereksi.
sering anda 2. Tidak/
merasa puas? Hampir Penyebab psikogen ini ada hubungannya
tidak dengan ansietas, ketakutan, perasaan
pernah bersalah, tekanan, norma-norma agama.
3. Sesekali Disfungsi ereksi yang disebabkan oleh
(<50%) kelainan organik timbulnya gradual (perlahan-
4. Kadang- lahan), tidak tergantung situasi, dan ereksi
kadang pada pagi hari tidak terlalu keras.
(50%) Untuk mencari adanya faktor neurologi yang
5. Sering menjadi penyebab disfungsi ereksi ditanyakan
(>50%) apakah penderita menderita kencing manis,
6. Selalu/ha peminum alkohol, pernah menderita cedera
mpir kepala/tulang belakang, atau menderita
selalu kelainan saraf yang lain. Adanya gangguan
buang air besar atau buang air kecil mungkin

361
disebabkan oleh karena kelainan saraf. Disfungsi ereksi yang disebabkan oleh faktor
Pemeriksaan neurologi meliputi pemeriksaan kavernosa jika diderita oleh pria yang masih
sensitifitas pada regio genitalia dan perineum, berusia muda ditandai dengan ereksi yang
refleks bulbo-kavernosus dan pemeriksaan tidak maksimal(parsial) atau ereksi yang tidak
reflek patologik yang lain. tahan lama. Setelah penyuntikan obat
vasodilator intrakavernosa, pasien mengeluh
Kebanyakan pasien yang menderita kelainan
pusing, kemerahan pada wajah, atau tekanan
hormonal lebih banyak mengeluh terjadinya
darah tiba-tiba menurun. Pada pemeriksaan
penurunan libido daripada mengeluh
fisis dicari kemungkinan adanya plak pada
penurunan ketegangan penis. Pada disfungsi
korpus kavernosum yang merupakan tanda
ereksi yang disebabkan oleh faktor hormonal
dari penyakit peyronie atau fibrosis pada
dilakukan evaluasi terhadap sumbu
penis.
hipotalamus-hipofisis-gonad. Diperhatikan
apakah ada atrofi testis, mikropenis, Pemeriksaan laboratorium terdiri atas tes faal
pertumbuhan rambut dibadan yang kurang, ginjal, elektrolit, gula darah, testosteron
atau ginekomasti. bebas (sampel darah diambil jam 08.00-
11.00), seks hormon binding globulin (SHBG),
Untuk mencari apakah kemungkinan
LH/FSH (luteinizing hormon/folicle stimulating
penyebab arteriel ditanyakan tentang riwayat
hormon), prolaktin, PSA, tes faal tiroid dan
pernah menderita kelainan vaskuler antara
profil lipid.
lain klaudikasio intermitten atau pernah
menjalani operasi bypass koroner. Operasi 4. PENCITRAAN
radikal prostatektomi, reseksi abdomino-
Kavernosografi/kavernosometri : untuk
perineal, atau cedera tulang pelvis dapat
mendapatkan pencitraan dan sekaligus
merusak pembuluh darah yang memelihara
mengukur aliran darah penis setelah injeksi
penis sehingga dapat menimbulkan disfungsi
kontras dan induksi ereksi artifisial.
ereksi. Pada pemeriksaan fisis diperhatikan
Pemeriksaan ini dilakukan jika ada kecurigaan
denyut nadi arteri karotis, arteri brachialis,
kebocoran vena pada sistem kavernosa.
arteri femoralis dan arteri dorsalis penis. Jika
memungkinkan diukur tekanan darah sistole Ultrasonografi doppler : mengukur arterial
pada penis dan membandingkannya dengan peak systolic dan laju end diastolic, pada saat
tekanan darah sistole pada lengan sehingga pre dan pasca injeksi obat intrakavernosa
mendapatkan indeks peno-brachial atau PBI PGE-1.
(penile brachial index):
Arteriografi penis/pudenda : diperlukan untuk
mengidentifikasi lokasi kelainan arteri, untuk
PBI = Sistole Penis : Sistole Lengan tujuan operasi pintas (by pass). Dilakukan
pada saat sebelum dan sesudah induksi
PBI merupakan indikator yang baik untuk ereksi.
menilai kelainan pembuluh darah arteri pada
penis. Jika PBI > 0,90 berarti normal, tetapi
PBI <0,6 merupakan tanda adanya disfungsi 5. UJI DIAGNOSTIK KHUSUS
ereksi arteriogenik.

362
NPT (Nocturnal Penile Tumescense) adalah uji menyebabkan kesulitan dalam menentukan
untuk mengetahui adanya ereksi nokturnal pemilihan terapinya. Sebagai pedoman dalam
pada saat tidur. Pasien disfungsi ereksi melakukan terapi disfungsi ereksi dibagi
psikogenik menunjukan ereksi nokturnal yang dalam tiga lini (seperti pada table 16-2), yaitu
normal sedangkan pada disfungsi ereksi dimulai dari yang tidak invasif (lini pertama),
organik menunjukan kelainan pada ereksi kemudian invasif minimal (lini kedua), dan
nokturnal. terapi yang lebih invasif berupa operasi (lini
ketiga).
Pemeriksaan yang sederhana untuk menilai
ereksi nokturnal adalah dengan uji perangko a. Lini pertama
(stamp test) atau snap gauge. Pada uji
Lini pertama terdiri atas pemberian
perangko pasien dianjurkan untuk
medikamentosa per oral, pemakaian alat
melingkarkan beberapa perangko (yang satu
vakum penis, dan terapi psikoseksual.
dengan yang lainnya masih berhubungan
Pemakaian obat per oral saat ini banyak
perforator) pada penis menjelang tidur,
dipergunakan adalah golongan penghambat
kemudian pada pagi harinya dinilai jumlah
enzim Fosfodiesterase-5 (inhibitor PDE-5) dan
perangko yang terpisah. Jika tidak ada
apomorfin sublingual. Namun yang paling
satupun perangko yang terpisah berarti tidak
banyak dipakai secara luas di dunia adalah
terjadi ereksi nokturnal. Uji snap gauge
inhibitor PDE-5. Obat ini merupakan
menggunakan seutas pita yang dilingkakan
vasodilatator yang dapat menyebabkan
pada penis sebelum pasien berangkat tidur.
vasodilatasi arteri atau arteriole pada korpus
Keesokan harinya perubahan panjang pita
kavernosum dengan efek samping berupa
yang melingkar pada penis dapat diamati.
nyeri kepala, hidung tersumbat, muka merah,
Pemeriksaan lain mengetahui tumesensi
dispepsia, dan gangguan penglihatan.
nokturna adalah rigiscan yang dilengkapi
Pemberian inhibitor PDE-5 menyebabkan
dengan monitor komputer.
penurunan tekanan darah yang sering kali
Injeksi intrakavernosa dengan obat-obat tidak terduga dan memberikan gejala
vasoaktif dimaksudkan sebagai uji diagnosis hipotensi, oleh karena itu jika setelah
maupun untuk terapi pada beberapa jenis memakai inhibitor PDE-5 dan pasien
disfungsi ereksi. Obat-obatan yang sering menderita serangan angina pectoris, harus
dipakai adalah papaverin, papaverin diberi obat selain nitrat.
dikombinasikan dengan fentolamin, atau
Pemakaian alat vakum penis saat ini mulai
alprostadil(prostaglandin PGE1). Setelah
banyak digemari. Alat ini berfungsi
penyuntikan, dinilai rigiditas penis mulai dari
memberikan tekanan negatif pada penis yang
tidak ada respon hingga terjadi rigiditas
memungkinkan pengaliran darah ke dalam
penuh.
sinusoid sehingga terjadi ereksi.untuk
6. TERAPI mempertahankan volume darah di dalam
sinusoid, dipasang karet penjerat yang
Terapi ditujukan terhadap penyebab
diletakkan pada basis penis sehingga ereksi
terjadinya disfugsi ereksi. Seringkali sulit
menjadi lebih lama. Pemakaian alat ini harus
menentukan faktor penyebab, sehingga
hati-hati pada pasien yang menggunakan

363
terapi antikoagulan, sedangkan efek Hingga saat ini pemasangan prosthesis penis
sampingnya bisa terjadi penis dingin dan merupakan terapi yang paling efektif
memar. dibandingkan dengan cara lain, akan tetapi
harganya sangat mahal.
b. Lini kedua

Yang termasuk lini kedua adalah injeksi obat-


obatan vasoaktif secara intra kavernosa. Jenis
obat yang diberikan adalah papaverin,
fentolamin, prostaglandin E1, atau kombinasi
dari beberapa obat itu. Alpostradil, suatu
sintesis prostaglandin-E1 (PGE-1) yang
berfungsi dalam meningkatkan siklik AMP di
dalam korpora penis, sehingga otot polos
yang terdapat pada arteri/arteriole akan
relaksasi, seperti halnya Papaverin, suatu
relaksan otot polos yang dapat pula
menimbulkan ereksi penis. Salah satu penyulit
injeksi intrakavernosa adalah menimbulkan
fibrosis pada bekas suntikan, menyebabkan
gangguan faal hepar, nyeri sewaktu ereksi,
dan ereksi berkepanjangan sampai
menimbulkan priapismus.

Terapi lain pada lini kedua ini adalah


pemberian obat-obatan PGE1 per uretram
yang dimasukkan ke dalam intrauretra melalui
aplikator. Dengan nama dagang caverject/
MUSE (Medicated Urethral System for
Erection). Segera setelah obat disemprotkan
ke dalam uretra harus dilakukan pemijatan
penis supaya pellet dapat larut dan diserap
oleh mukosa uretra, yang selanjutnya masuk
kedalam kavernosa. Efek samping obat ini
adalah nyeri penis, priapismus, dan reaksi
lokal yang bisa berupa eritema mukosa
uretra.

c. Lini ketiga

Jika dengan kedua cara di atas tidak banyak


memberikan hasil, pilhan terakhir adalah
tindakan invasive berupa operasi, di
antaranya pemasangan prosthesis penis.

364

Anda mungkin juga menyukai