3 Perencanaan Struktur Bangunan Tinggi
3 Perencanaan Struktur Bangunan Tinggi
Pendahuluan
Pembangunan gedung bertingkat sudah dilaksanakan sejak
zaman dahulu kala, tetapi yang dikategorikan sebagai
“moderen tall building” dimulai sejak 1880s. The “first
modern tall building” mungkin adalah gedung Home
Insurance Building yang berupa konstruksi baja di Chicago
pada tahu 1883 yang kemudian diikuti oleh gedung-gedung
pencakar langit lainnya. Gedung-gedung tinggi pada
awalnya didominasi oleh struktur baja karena
perkembangan industri baja yang cukup pesat, sedangkan
perkembangan struktur beton relatif lambat dan baru
berkembang pesat pada 1950s. Evolusi dari gedung-
gedung pencakar langit secara umum dapat dilihat pada
gambar berikut :
Gambar Evolusi dari gedung-gedung pencakar langit pada periode sebelum 1950.
Perencanaan struktur suatu gedung bertingkat secara rinci
membutuhkan suatu rangkaian proses analisis dan perhitungan
yang panjang serta rumit, yang didasarkan pada asumsi dan
pertimbangan teknis tertentu.
Dengan kecanggihan perangkat lunak yang ada pada saat ini
memungkinkan para teknisi untuk merencanakan segala
sesuatunya dari berbagai sudut pandang dengan sangat rinci
dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
1. Syarat Stabilitas
a.Statik
b.Dinamik
2. Syarat Kekuatan
a.Statik
b.Dinamik
3. Syarat Daktilitas
a.Elastik (Fully Elastic)
b.Daktilitas terbatas (limited ductility)
c.Daktilitas penuh (full ductility)
4. Syarat layak pakai dalam keadaan layan (serviceability)
a.Lendutan pelat dan balok
b.Simpangan bangunan (lateral drift)
c.Simpangan antar tingkat (Interstory drift)
d.Percepatan (acceleration), khususnya perencangan struktur
terhadap pengaruh angin.
e.Retakan (cracking)
f.Vibrasi/getaran (vibration)
5. Syarat Durabilitas (durability)
a.Kuat tekan minimum beton
b.Tebal selimut beton
c.Jenis dan kandungan semen
d.Tinjauan korosi
e.Mutu baja
6. Syarat ketahanan terhadap kebakaran
a.Dimensi minimum dari elemen/komponen strukur
b.Tebal selimut beton
c.Tebal lapisan pelindung terhadap ketahanan kebakaran
d.Jangka waktu ketahanan terhadap api/kebakaran (struktur atas dan
basemen)
7. Syarat intergritas
a.Pencegahan terhadap keruntuhan progresif (biasanya diberi
penambahan tulangan pemegang antar komponen beton precast).
8. Syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi
a.Penyesuaian dengan metoda konstruksi yang umum dilakukan pada
daerah setempat.
b.Bahan bangunan serta mutu bahan yang tersedia
c.Kondisi cuaca selama pelaksanaan
d.Kesediaan berbagai sumber daya setempat.
9. Peraturan dan standar yang berlaku.
2. STANDAR PERENCANAAN
Secara umum, standar yang dipakai adalah konsep LRFD
(Load Resistance Factor Design) , yaitu konsep ketahanan
struktur terhadap beban terfaktor dengan tinjauan adanya
faktor reduksi kekuatan masing-masing komponen struktur
yang diproposikan.
Pengertian umumnya adalah, suatu struktur dinyatakan kuat
bila dalam setiap perencanaan kekuatan dipenuhi :
Rn U
Dimana : = faktor reduksi kekuatan
Rn = kuat nominal
U = kuat perlu
Rn = kuat rancang yang tersedia
Beban Pada Struktur
1. Beban Grafitasi
a. Beban mati, semua bagian dari struktur yang bersifat
tetap.
b. Beban hidup, semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau pengguna suatu gedung.
2. Beban Lateral
1. Rigid-frame
2. Truss/braced-frame
3. Shear wall struktur
4. Cauple shear wall struktur
5. Wall-frame
6. Core struktur
7. Outrigger +shear wall+ Braced structure
8. Tubular structure
Sistem Struktur Lantai Diagfragma.
Ditinjau dari pemikulnya, pelat dapat dibagi dalam 2 macam :
1. Pelat yang memikul dalam satu arah ( one-way-slab)
2. Pelat yang memikul dalam dua arah (two-way- slab)
dimana :
Q : index stabilitas untuk suatu tingkat.
ΣPu: beban vertikal total terfaktor pada tingkat yang ditinjau
Vu : beban gesertotal terfaktor pada tingkat yang ditinjau
Δ0 : lendutan relatif dari orde pertama antar tingkat yang ditinjau terhadap Vu.
Ic : panjang kolom yang dihitung dari pusat sambungan portal/frame.
2. lendutan total pada puncak bangunan < (hs/1500), dimana hs adalah tinggi total
bangunan.
2. Shear Wall-frame
3. Vierendeel pada bangunan tinggi
4. Staggered Truss Buildings
5. Truss Frame
6. Shear Walls + Outriggers
1. Sampai ketinggian tertentu Wall-Frame tidak ekonomis karena Shear-
Core terlalu langsing untuk menampung drift yang berlebihan.
2. Outrigger + Belt Truss akan mengaktifkan partisipasi dari perimeter
columns sebagai Struts and Ties, sehingga terjadi redistribusi stresses
dan eccentric loading.
3. Dengan demikian, Outrigger yang akan mentransfer vertical shear dari
core ke perimeter columns, dan horizontal shear ditahan oleh core.
Perilaku struktur ini identik dengan sistem struktur stuktur cantilever
tube-in-tube, tetapi tanpa adanya shear stiffness pada outer-tube.
4. Akan menetralisir differential columns shortening akibat beban gravity
dan juga sebagian besar dari thermal movement.
5. Outrigger + Belt Truss membuat perimeter columns juga berpartisipasi
dalam memikul rotasi dan momen lentur.
6. Rotational restraint akan mereduksi momen pada core, karena momen
yang dihasilkan “berlawanan-arah” dengan momen core.
7. Akan mereduksi overall sway dan accelarations.
8. Outrigger system dapat berubah steel trusses atau concrete wall beams.
Perilaku dari Outrigger dapat dijelaskan secara diagramatis sebagai berikut:
7. Tubular Structures
Makin tinggi bangunan, kelangsingan core, wall dan frames sudah tidak
cukup efektif dalam memikul/menahan beban/gaya lateral. Dengan demikian,
seluruh struktur dapat berperilaku seperti “Huge Cantilever tube”.
8. Mega Structures
9. Perbedaan utama antara struktur baja dan struktur beton
Kedua faktor tersebut kurang menguntungksn untuk steel building ditinjau dari
dynamic respons yang terjadi.
•“Damping is the great unknown in motion studies and yet has a most
significant effect on dynamic performance”.
Konfigurasi Bangunan dan Building Layout
Perencanaan struktur bangunan yang ideal adalah jika dipenuhinya
konfigurasi bangunan seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Walaupun demikian, jarang sekali dapat dijumpai bangunan yang dapat
sepenuhnya mengikuti ketentuan-ketentuan tersebut. Dengan demikian maka
perhitungan 3 dimensi baik secara elastis maupun inelastis sangat
diperlukan.
I1,u I1,o
I1,u I 2,u I1,o I 2,o
Proportionate Nontwisting Structures
Untuk struktur yang proportionate dan memiliki walls saling tegak lurus atau
yang memiliki kekakuan dalam dua arah, titik pusat twist dapat ditulis sebagai
berikut :
Nonproportionate Nontwisting Strructures.
Sistem struktur yang nonproportionate dengan denah yang simetris dan
nontwisting structure seperti ditunukkan pada gambar berikut dapat dianalisa
menggunakan plane frame analysis program dengan cara
menggabungkan/menjejerkan semua dinding menjadi satu plane frame ekivalen.
Disini walls dimodelkan sebagai elemen kolom ekivalen dan semua kolom
ekivalen dan semua kolom ekivalen tadi dihubungkan dengan suatu batang axial
rigid links. Khusus untuk struktur yang simetris nontivisting, analisa dapat
dipersingkat bila analisa dilakukan terhadap separuh struktur sehingga beban
yang dikerjakan juga dapat diambil separuhnya.
Contoh Soal
Diketahui suatu struktur bangunan bertingkat 20. Tinggi bangunan 20
@3.50m = 70m. Bangunan mengandung 5 shear wall yang terdiri dari 3 type
dan semuanya berada dalam posisi simetris. Bangunan mengalami beban
lateral merata sebesar 60 kN/m atau 30 kN/m-tinggi bangunan bila
dikerjakan pada separuh bangunan (karena simetris). Perubahan kekakuan
dari dinding terjadi pada lantai A dan B sehingga bangunan terbagi dalam 3
region seperti terlihat pada gambar. Seluruh bangunan memiliki Modulus
elastisitas E yang sama.
Berikut daftar bangunan:
A
B
6. Perhitungan momen luar Mi akibat beban lateral pada setiap lantai i,yaitu
antara lain adalah :
Dengan cara yang sama dapat dihitung pada perubahan lantai dan wall lainnya.
b. Untuk lantai i lainnya adalah :
Mpij = kij Mi
Dengan cara yang sama dapat dihitung untuk wall dan level
lantai lainnya.
b. Pada dua level diatas dan dua level dibawah daerah perbatasan
perubahan lantai x ditentukan sebagai berikut :
Untuk wall-1 pada satu level diatas dan dibawah perubahan dilantai A :
Untuk wall dan lantai lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.
9. Momen akhir diperoleh dengan menjumlahkan primary moment dan
secondary momen yang bersangkutan.
Untuk wall dan perubahan lantai lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.
b. Pada intermediate floors i pada wall j ditentukan sebagai berikut :
Untuk wall dan lantai lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama .
Sebagai contoh, gaya geser pada wall-1 pada tingkat 14, yaitu antara
lantai A dan lantai A+1 dapat dihitung sebagai berikut :
B+1 31054 13726 +289 14015 3354 -289 3065 13974 0 13974
+108
Bt 36015 15919 -1080 14839 3890 4970 16207 0 16207
0
+273 +133
Bb 36015 12101 14838 9040 -4070 4970 14874 16207
7 3
+109
B-1 41344 13892 -734 13158 10337 11468 17075 -357 16718
1
Kebenaran dan akurasi hanya dapat dicapai bila perencana dapat memilih
asumsi dan model struktur yang tepat.
Analisa Coupled Shear Wall Structures
Coupled shear wall atau kadangkala disebut juga dengan istilah dinding berangkai
(seperti ditunjukan pada gambar berikut) bila dihubungkan oleh pendel (pin-ended
link) hanya dapat menyalurkan beban aksial antara dinding-dinding struktur saja
dan mome-momen yang ditimbulkan hanya akan dipikul oleh masing-masing
individu dinding struktur yang besarnya sebanding dengan kekauan lenturnya.
1. Properties dari walls dan connecting beams tidak berubah untuk keseluruhan tinggi
bangunan serta memiliki tingkat tingkat yang konstan.
2. Hukum “Plane section before bending remain plane after bending” berlaku pada
semua elemen struktur.
3. Balok atap mempunyai kekakuan separuh dari balok tipikal.
4. Balok dianggap sangat kaku dalam arah axialnya (axially rigid)
5. Titik balik balok (point of contraflexure) dianggap berada pada tengah bentang.
Jika kita potong pada tengah laminase pada keseluruhan tinggi bangunan, maka
yang akibat beban lateral hanya akan dijumpai shear flow dengan intensitas q(z)
persatu-satuan tinggi pada laminase serta gaya axial dengan identitas n(z) persatu-
satuan tinggi bangunan pada laminase.
Gaya axial N yang bekerja pada wall tentunya merupakan integrasi dari shear flow
pada laminase setinggi bangunan, sehingga dengan demikian dapat ditulis:
Akibat beban lateral akan menimbulkan berbagai deformasi sebagai
berikut:
1. Displacement akibat rotasi dari wall menimbulkan displacement δ1, dimana :
Koreksi ini biasa dilakukan bila ratio panjang terhadap tinggi balok kurang
dari 5 yaitu dimana pengaruh geser mulai significant.
Untuk balok persegi, dengan demikian δ2 + δ3 dapat juga dinyatakan sebagai
berikut:
4. Displacement δ4 yang merupakan relative displacement akibat pengaruh
axial deformation yang berbeda dari wall.
5. Setiap deformation yang diakibatkan oleh fondasi baik berupa vertical atau
rational displacement akan mengakibatkan pergerakan seluruh ketinggian
dinding sebagai pergerakan suatu rigrid body.
Dengan asumsi bahwa relative vertical displacement δy dan rotation δ0 terjadi
bersamaan maka relative vertical displacement δ5 dapat ditulis sebagai brkt:
δ5 = -δy + lδθ = δb
Dalam keadaan sebenarnya pada original dedeflected structure garis titik balik (line
of contraflexure) dari cencting beam tidak terjadi relative vertical displacement,
dengan demikian berdasarkan kondisi dari vertical compatibility pada posisi
tersebut maka harus dipenuhi:
δ1 + δ2 + δ3 + δ4 + δ 5 = 0
Hubungan antara Force factor F1 dengan parameter z/H dan kαH dapat dilihat
pada diagram berikut :
2. Gaya geser pada laminae
Gaya-gaya geser pada laminae q adalah sebagai berikut:
Hubungan antara Shear flow factor F2 dengan parameter z/H dan kαH
dapat dilihat pada diagram berikut:
3. Karena momen-momen adalah proportional terhadap kekakuannya, maka momen
lentur pada setiap level pada wall -1 dan wall -2 adalah:
4. Deflection
Pada puncak bangunan dimana z/H, maximum deflection yang timbul adalah:
Hubungan antara Deflection factor F3, k dan kαH adalah sebagai berikut:
Bila diperhatikan, uraian di atas baru memperlihatkan sebagian besar pada struktur
laminae (equivalent continous system) dan belum menunjukan gaya-gaya batang
yang sesungguhnya. Dengan demikian untuk mendapatkan gaya-gaya yang
sesungguhnya masih perlu ditransformasikan lebih lanjut.
Tinjau keseimbangan dari elemen pada continuum model, dan untuk itu
perhatikan gambar di bawah ini:
S1=
S2=
S1 = S2= dan
S1(H) = S2(H) = -
Q=-
3. Stress distribution pada shear wall
Perhatiakan suatu pasangan dari suatu coupled shear wall seperti gambar berikut ini.
=
Untuk wall-2 dapat dilakukan dengan cara yang sama.
σA =
σB =
Mc =
dari tepi sisi A, dimana C1 adalah jarak dari sisi A ketitik berat wall-1.
Second moment of area Ig dari kedua elemen dinding tersebut terhadap sumbu
garis beratnya adalah:
Ig =
Dengan demikian maka tegangan pada serat extreme dari wall-1 adalah:
σA =
wH z A2 I K2
2
B 2
A c2 100
g
Cara yang sama dapat dilakukan untuk wall-2.
K 1 100 wH z
1 2
M Ind 2
Dengan demikian, momen lentur untuk masing-masing elemen wall-1 dan
wall-2 adalah sebagai berikut :
M K / 1001 wH z
1 2
1 1 2
M 2 K 1 / 1002 1 2 wH z
2
Mc 1 wH z c1 K 1
1 1 2
A
1
2 100
M 1c2 1 wH z c K
2 2 1
B
1
2 100
K 1
100 K 2
Selanjutnya parameter kαH ditentukkan sebagai berikut :
12
12 2
kH 3C I
2
1 AI H
b h 2
A1 A2 I
Concentrated load P pada puncak bangunan.
PH z 1
N 2 1 sinh k ( H z )
k I H kH cosh kH
2. Gaya geser pada laminae.
1
qP 2
F2
k I
3. Momen dinding.
Momen dinding total adalah :
M = P ( H-z)
K1 100 K 2
Diagram untuk Shear flow factor F2 ( z/H, kαH ) dan Wall moment factor
PH 3
YH F3
3E
Diagram untuk top deflection factor F3 ( k, kαH ) dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Triangularly distributed loading.
(kH ) 2
2. Gaya geser pada laminae
H
Q p 2 F2
k I
3. Momen dinding.
Momen dinding total adalah :
M = 1/6 p ( H-z )² ( 2-z/H )
K1 100 K 2
Diagram untuk Shear flow factor F2 ( z/H, kαH ) dan Wall moment factor K1dan K2
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
4. Deflection.
Maximum lateral deflection yH pada puncak bangunan adalah :
11 PH 4
YH F3
120 E
Diagram untuk top deflection factor F3 ( kαH ) dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
1. Diagram alternative.
Masih berdasarkan teori atau metoda yang sama, yaitu berdasarkan continuum
model dapat juga dipakai diagram alternative dalam bentuk yang agak berbeda
yang akan ditunjukkan dibawah ini, tetapi dengan notasi atau parameter yang
sedikit berbeda
I 1.1
M E .1 ( ) M E ( )
I 1.1 I 1.2
I 1.2
M E .2 ( ) M E ( )
I 1.1 I 1.2