Anda di halaman 1dari 25

PENINGKATAN KEMAMPUAN

BIDANG PELAKSANAAN DAN


PELAKSANAAN KONSTRUKSI
IRIGASI DAN RAWA

1
PEMETAAN DAN UITZET UNTUK PENGAWASAN DAN
PELAKSANAAN KONSTRUKSI IRIGASI DAN RAWA
A. Peta
Peta sebagai hasil akhir dari suatu proses Pemetaan yang dilaksanakan dengan cara FotogrametrI
maupun Teristis melaluai tahapan
Pengumpulan data,
Pengolahan data, dan
Penyajian data secara grafis dengan skala tertentu.
Skala adalah perbandingan jarak di peta dengan dilapangan

B. Fungsi Peta
1. Memperlihatkan Iokasi atau posisi suatu tempat terhadap tempat yang lain dipermukaan bumi.
2. Memperlihatkan ukuran, dari peta dapat diukur jarak, luas dan arah di atas permukaan bumi.
3. Memperlihatkan bentuk, dari peta dapat dilihat bentuk sungai, saluran, jalan, gunung, bangunan
dan objek-objek lain yang cukup besar sehingga dimensinya dapat disajikan dalam peta dengan
skala tertentu.
4. Menghimpun dan menyeleksi, (peta menghimpun data dari suatu daerah dan menyajikannya
dengan menggunakan legenda).

2
PEMETAAN DAN UITZET UNTUK PENGAWASAN DAN
PELAKSANAAN DAERAH IRIGASI DAN RAWA
Sesuai dengan fungsinya maka peta harus dilengkapi dengan:
1. Sistim proyeksi, yang menyatakan referensi dari perhitungannya
2. Orientasi, untuk menyatakan arah utara peta.
3. Skala,yang memberikan perbandingan antara panjang suatu jarak diatas peta dengan jarak yang
bersangkutan diatas permukaan bumi.
4. Grid,untuk mengetahui dan menentukan koordinat titik diatas peta
5. Legenda,untuk menyatakan objek tertentu diatas peta.
6. Contour,untuk menyajikan relief bumi.
7. Petunjuk lembar peta, untuk menyatakan nomor lembar peta dun overlapnya dengan lembar peta
yang lain.
8. Informasi tepi, untuk menerangkan segala sesuatu mengenai peta tersebut

3
PEMETAAN DAN UITZET UNTUK PENGAWASAN DAN
PELAKSANAAN DAERAH IRIGASI DAN RAWA
C. Jenis Peta
1. Peta Situasi Skala 1 :5000, 1 : 2000, dan Peta Ikhtisar
Skala 1 :25000, 1 : 10000
2. Peta Situasi Sungai untuk Lokasi Bendung Skala 1 : 2000 dan 1 : 500
3. Peta Situasi Saluran Induk /Sekunder Skala 1 : 2000
Potongan Memanjang skala 1:2000, dan
Potongan Melintang Skala 1 : 100/200

Bagaimana peta itu hasilnya baik/berkualitas agar bisa dipakai oleh Perencana/Pengawas ??

“STANDAR PERENCANAAN IRIGASI/KRITERIA PERENCANAAN (KP.)", untuk Bagian


1. Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan yaitu : PERENCANAAN TEKNIS (PT.) PT-02, dan PT-07, serta
untuk
2. Bagian Pekerjaan Penggambaran adalah B-01 dan B-02

4
PEMETAAN DAN UITZET UNTUK PENGAWASAN DAN
PELAKSANAAN DAERAH IRIGASI DAN RAWA
D. UITZET/STAKING OUT( SETTING OUT).
Staking out merupakan kegiatan survey detail/pematokan dimana posisi (X,Y) dan tinggi/elevasi
(Z.) rencana saluran dan bangunan yang telah di desain dari data/peta diseting di lapangan.
Ada 3 proses yang dilakukan dalam kegiatan ini, yaitu :
 Kontrol horizontal (X,Y.), pada saluran dan bangunan harus tepat pada posisi planimetrisnya
 Kontrol Vertikal (Z.), saluran dan bangunan harus benar elevasinya
 Kontrol Pelaksanaan Pekerjaan, Monitoring konstruksi (cut and fill )

Tahapan-tahapan pekerjaan:
 Penelusuran jalur rencana saluran dan identifikasi rencana bangunan
 Pematokan berdasarkan koordinat secara kasaran di lapangan.
 Pemasangan IP.(Intersection Point), setelah dilakukan perhitungan-perhitungan Polygon secara
menyeluruh

5
Gambar 1.

Keterangan:
----------------------
= Trace baru (definitif)
= Trace lama.
Titik 0 = Titik awal proyek yang mempunyai koordinat Xo, Yo
Titik PI, Pi2 ……………. = Titik-titik potong tikungan yang mempunyai Koordinat; (X1,Y1), ( X2 . Y2 )
BC1,EC1,BC2, …………… = Titik-titik Tangent.
d1 , d2 , d3 …………….. = Jarak-jarak antara dua titik potong yang berurutan.

6
UITZET/SETING OUT

UITZET ADALAH PEK.PENGUKURAN KEMBALI DARI TRACE


YANG TELAH ADA KE TRACE YANG BARU YANG SUDAH
DEFINITIF.
PEKERJAANNYA MELIPUTI :
 MEMBUAT GARIS LURUS
 MEMBUAT BUSUR LINGKARAN
LETAK TTK. UTAMA BUSUR LINGKARAN
PENENT. TTK. DETAIL BUSUR LINGKARAN
SELISIH BUSUR YANG SAMA PANJANG
SELISIH ABSIS YANG SAMA PANJANG
PERPANJANGAN TALI BUSUR
KOORDINAT POLAR
STATIONING (Sta.) 7
I. DASAR - DASAR PENGUKURAN
Pada dasarnya pekerjaan pengukuran untuk pekerjaan teknis macam apapun adalah sama yaitu :
a. Pengukuran untuk penentuan posisi horizontal (X,Y)
b. Pengukuran untuk penentuan posisi vertikal
c. Pengukuran untuk pengisian detail topografis

a. Pengukuran untuk penentuan posisi horizontal(X,Y).


Untuk mengetahui posisi suatu titik terhadap titik lain, haruslah dilakukan pengukuran
sejumlah sudut dan jarak sedemikian sehingga titik tersebut dapat dihitung koordinatnya..
Untuk menyatakan posisi (letak) suatu titik terhadap titik-titik Iainnya menurut aturan tertentu,
diperlukan suatu sistim koordinat.
1. Dasar-Dasar Untuk Menghitung Koordinat-Koordinat Titik-Titik

8
P (0,0) Sb. X

9
10
11
3. Pengukuran Azimuth Matahari

Dasar dari perhitungan azimuth matahari


adalah penurunan dari perhitungan diatas
segitiga bola. Adapun rumusannya sebagai
berikut :

12
4. Pengukuran Jarak
 Mengukur jarak mendatar Secara Iangsung.
 Mengukur dengan Rantai Ukur, Untuk jarak yang panjang dapat dilakukan dengan cara bertahap.
 Mengukur jarak mendatar secara tidak Iangsung. Berdasarkan Bacaan alat ukur theodolith

rumus-rumus yang digunakan :


Jarak mendatar = a = L cos 2 a
dimana :
L = Jarak Optis (Jarak Miring)
a = Sudut miring.

13
b. Pengukuran untuk penentuan posisi vertikal (Z).
Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan Cara pengukuran sipat datar, dan Cara
trigonometris

Cara pengukuran sipat datar


 Beda Tinggi AB( A HAB) = Bb — Ba
 Apabila Titik A diketahui elevasinya maka,
Tinggi Garis Bidik (Tgb) = TA Bb
Tinggi titik B (TB) = TA + A HAB
= Tgb – Ba

Cara trigonometris
rumus-rumus yang digunakan :
 Jarak mendatar = a = L cost a
 Beda tinggi = t = 1/2 L Sin 2 a , dimana :
L = Jarak Optis (Jarak Miring)
a = Sudut miring.

 Cara ini biasanya dipakai utk


pengukuran titik detail situasi/topografis.

14
II. PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN
1. PENJELASAN UMUM.
Agar team ukur dapat melaksanakan pekerjaan tersebut dengan cepat, efektif dan mempermudah
pengecekan/pengawasan, maka sebelumnya harus disusun rencana kerja yang terperinci dan jelas
sistimatikanya. Sehingga biaya operasionalnya dapat ditekan, dan peta yang dihasilkannya baik dan
sesuai dengan kualitas yang diminta. Tentu saja dalam penyusunan rencana kerja ini harus
memperhatikan persyaratan teknis pekerjaan, kondisi lapangan, personalia dan peralatan yang ada,
kemampuan personil dan dana yang tersedia. Rencana kerja ini secara garis besarnya akan mengatur
koordinasi dan operasional dilapangan, yang memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Pengaturan personalia dan peralatan yang dipakai.
b. Jadwal pelaksanaan.
c. Sistim pengukuran.
d. Sistim perhitungan.
e. Sistim penyajian / penggambaran
f. Sistim pelaporan, pengawasan dan asistensi.

1.1.PERSIAPAN .
Pekerjaan persiapan yang dimaksud adalah semua persiapan baik bersifat administrasi maupun
teknis dan pengumpulan data yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan ( pengukuran
dan pemetaan).

15
Pekerjaan persiapan meliputi :
 penyusunan dan mobilisasi dari personalia serta peralatannya.
 Pelaporan keinstansi-instansi yang bersangkutan dengan pekerjaan.
 Penyediaan peta kerja untuk tiap daerah irigasi bisa berupa peta situasi, skema daerah irigasi, peta
topografi dan lain-lain yang diperlukan untuk pedoman pelak sanaan pengukuran.
 Penyediaan data titik-titik tetap (Bench Mark) yang akan dipakai sebagai titik referensi disetiap
daerah irigasi.
 Penyediaan Base-Camp disetiap daerah irigasi.

1.2. PERALATAN.
a. Alat ukur theodolit .
 Sumbu kesatu tegak lurus.
 Sumbu kedua mendatar
 Garis bidik tegak lurus pada sumbu kedua.
 Kesalahan indek pada skala lingkaran tegak sama dengan nol.

b. Alat ukur sipat datar.


 Syarat yang harus dipenuhi oleh alat sipat datar otoma-tis;
 Garis bidik harus tegak lurus pada sumbu kesatu
 Garis mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.

16
c. Rambu_(bak ukur).
Didalam pemakaian rambu harus diperhatikan hal-hal se-bagai berikut :
 Besarnya skala harus benar dan sama
 Rambu harus benar-benar lurus, khusus untuk sipat datar harus dilengkapi nivo.
 Apabila rambu bisa dilipat harus diperhatikan apakah lipatannya (sambunganya) benar-benar
rapat.
 Titik nol rambu harus dimulai dari alas logam yang kuat.

d. Pita ukur.
Pita ukur yang dipakai ukur fiber karena pita Didalam pemakaian pita adalah pita ukur baja jangan
pita ukur fiber sangat tidak stabil. ukur baja harus diperhatikan jangan sampai melintir dan dijaga
harus benar-benar mendatar dan tegang.

e. Buku ukur.
 Buku ukur ditulis dengan pencil keras dibuat rangkap dua.
 Duplikatnya diserahkan ke Direksi secara berkala (sesuai dengan perjanjian) dan aslinya dipakai
untuk mengolah data oleh Konsultan.
 Buku ukur dan hasil perhitungan yang asli,apabila pekerjaan sudah selesai harus diserahkan
kepada Direksi sebagai lampiran berita acara.

2.2. PENGUKURAN DAN PEMETAAN SITUASI


Setiap daerah irigasi yang akan dipetakan terlebih dahulu harus dibuat kerangka dasarnya yang
melingkupi/membatasi daerah irigasi yang dipetakan. Apabila kerangka dasar ini terlalu besar, maka
untuk menghindarkan pergeseran yang besar dapat dibuat kerangka dasar cabang.
17
Posisi horizontal kerangka dasar diukur dengan cara polygon dan posisi vertikal diukur dengan cara sipat
datar. Kerangka dasar harus terikat pada titik tetap.

I. ORIENTASI.
a. Jaringan kerangka dasar.
 Kerangka dasar-dibuat/dibentuk kring.
 Kerangka dasar utama sebaiknya merupakan batas peng-ukuran dari daerah irigasi yang akan
dipetakan.
 Apabila daerah irigasi sangat-luas maka dibuat kerangka dasar menjadi beberapa kring.
 Didalam penentuan kerangka dasar cabang harus diperhatikan panjang raai yang terukur tidak
boleh lebih dari 3.000 m.
 Kerangka dasar cabang sebaiknya merupakafi batas petak tersier jadi diusahakan dibuat sepanjang
jalan, saluran jaringan utama/tanggul dan sungai.
 Kerangka dasar dibagi menjadi seksi-seksi, panjang - seksi 2.500 m.
 Posisi horizontal titik kerangka dasar diukur dengan cara polygon dan posisi vertikal dengan cara
sipat datar.

b. Pemasanaan Benck Mark (BM).


 BM dipasang sebelum dilakukan pengukuran ditempat yang stabil dan aman dari gangguan serta
mudah dicari kembali.
 Setiap ujung seksi dari kerangka dasar (2.500 m) dan dititik simpul kerangka dasar utama dengan
cabang dipasang BM.
 Pemasangan BM harus direncanakan sehingga disetiap petak tersier (100-150 ha) terdapat satu
BM.
 Setiap BM diberi nomor kode yang tidak sama.
18
c. Pemilihan titik ikat.
Pemilihan titik ikat sebenarnya merupakan pemilihan sistim proyeksi. Didalam pemilihan titik ikat harus
memperhatikan hal-hai sebagai berikut :
 Untuk penentuan posisi horizontal dan vertikal sebaik-nya diikatkan pada titik tetap yang telah ada
disekitar daerah irigasi tersebut (titik tringulasi, atau titik lain yg diketahui ketinggiannya).
 Apabila keadaan terpaksa dimana akan dipakai titik dasar lokal, maka dipasang BM pada bendung
atau pada bangunan sadap yang bersangkutan, sehingga BM tersebut menjadi titik referensinya.
Harga koordinatnya ditetapkan (0,0), atau sebaiknya diambil pendekatan berdasarkan peta
topografi, sedangkan untuk ketinggian ditetapkan tetapi tidak terjadi ketinggian yang negatif atau
sebaiknya diambil pendekatan ketinggian hasil bacaan altimeter.
 Dalam pengukuran pengikatan diusahakan titik ikatnya masuk dalam jaringan kerangka dasarnya.
 Apabila titik ikat yang akan dipakai adalah Bench Mark yang merupakan titik kontrol pemetaan
pada saat perencanaan jaringan utama, maka sebaiknya diikatkan paling sedikit pada dua buah
Bench Mark.

2. PENGUKURAN POLYGON.
Untuk posisi horizontal kerangka dasar utama diukur dengan polygon utama dan kerangka cabang
diukur dengan polygon cabang.

19
20
21
4. PENGUKURAN TITIK DETAIL
Pengukuran titik detail dikerjakan untuk mengisi situasi dari daerah irigasi yang akan dipetakan. Untuk
mendapatkan titik detail dapat dipakai dengan cara raai dan voorstraal ditambah zijslag sesuai dengan
kebutuhan interval setiap raai maksimum 150 m.

Data yang diukur adalah data permukaan tanah asli jadi pesawahan yang diukur data tanah basah bukan
pematangnya sedangkan pada saluran yang diukur ketinggian medan lapangan bukan dasar salurannya
sehingga jelas terlihat (dapat dibedakan) pada petanya mana saluran pembawa dan yang mana saluran
pembuang ( lihat gambar ).

a = saluran pembawa
b = saluran pembuang

22
 Titik detail diukur dengan theodolit To/Wild atau alat ukur lain yang sederajat.
 Pembacaan dengan boussode dibuka, dibaca dalam kedudukan teropong biasa dan luar biasa.
➢Sudut miring/sudut zenith dibaca setinggi alat dengan gelembung nivo lingkaran tegak berada
ditengah-tengah dan ketinggian alat harus dicatat.
 Jarak diukur dengan optis dibaca semua benang sehingga pembacaan dapat dikontrol. >Pengukuran
titik detail ini harus disertai.dengan pembuatan sketa lapangan yang lengkap dengan tataguna
tanahnya.
 Setelah selesai pengukuran satu raai, malam harinya diplot (digambar).
 Apabila ada kekurangan maka bisa dikerjakan pengukuran tambahan (sisipan) ditempat yang
kekurangan data titik detai .
 Dengan dibuatnya gambar ukur ini maka dapat diketahui situasi kasaran dari daerah irigasi yang
diukur dan ini sangat membantu pada pekerjaan penggambaran nanti.

5. SISTIM PERHITUNGAN.
Seperti telah kita ketahui diidalam teori kesalahan terdapat beberapa macam kesalahan yaitu :
 Kesalahan kebetulan,kesalahan ini terjadi karena kurang tepatnya penaksiran pada saat melakukan
pembacaan.
 Kesalahan sistimatis, kesalahan yang terdapat pada alat dan biasanya nilainya tetap
 Kekeliruan (kesalahan besar), kesalahan ini sering terjadi karena salah membaca angka

Data ukur sebagai hasil pengukuran hanya boleh dipengaruhi oleh kesalahan kebetulan. Jadi data ukur
yang akan dihitung sudah bebas dari salah sistimatis dan kekeliruan.

23
Salah sistimatis dapat dihilangkan pengaruhnya dengan menggunakan sistim pengukuran tertentu,
sedang-kan untuk mencari kekeliruan sangat sulit. Untuk mencari adanya kekeliruan maka setiap
kemajuan hasil pengukuran dibuat gambar ukurnya, untuk itu harus dilakukan perhitungan sementara
setiap hari setelah peng ukuran satu seksi selesai. Dengan demikian apabila ada kekeliruan setiap saat
dapat dengan cepat diketahui dan dapat langsung diperbaiki dengan melakukan pengukuran ulang.

Gambar ukur/Draft dibuat pada kertas milimeter dengan skala 1 : 2.000/5.000


Gambar ukur dibuat berdasarkan :
• Data polygon, berupa jarak dan sudut
• Data titik detail, berupa jarak dan sudut/azimuth
• Sketsa dari medan lapangan yang diukur

Hitungan sementara ini dikerjakan bukan hanya untuk memperoleh data untuk pembuatan gambar ukur
melainkan juga untuk rnenghitung besarnya kesalahan kebetulan dan kesalahan sistimatis dalam setiap
seksi. Sehingga apabila kesalahan tersebut lebih besar dari toleransi/persyaratan teknis dapat diketahui
dengan cepat dan dapat langsung diperbaiki.
Dalam hitungan sementara ini dikerjakan :
 Pada polygon dihitung sudut setiap titik polygon, jumlah sudut dalam seksi, jarak rata-rata masing-
masing sisi polygon, jumlah jarak (panjang) seksi dan azimuth sisi polygon (sesuai dengan
pengamatan matahari). Kemudian dicek salah penutup sudut seksi tersebut dengan data jumlah
sudut dan azimuth.
 Khusus pada titik sumpul polygon jumlah sudut dititik simpul tersebut jumlahnya 360 °

24
 Pada pengukuran sipat datar, dihitung jumlah beda tinggi pengukuran pergi dan jumlah beda tinggi
pengukuran pulang dalam seksi yang bersangkutan. Dicek apakah mcmenuhi toleransi atau tidak,
apabila tidak memenuhi toleransi maka pengukuran di-ulang. Beda tinggi antara patok satu dengan
yang lainnya dihitung pada saat pengukuran berlangsung.
 Pada pengukuran titik detail, dihitung dan ditabel azimuth/sudut rata-rata pengukuran, jarak
mendatar, beda tinggi dan jumlah beda tinggi sepanjang polygon raai.

Setelah data ukur tidak lagi mengandung kekeliruan dan telah dicek salah penutupnya balk disetiap
seksi maupun kring sudah memenuhi toleransi maka data ukur tersebut sudah bisa dihitung.
Perhitungan data ukur hasil pengukuran polygon, sipat datar dan titik detail harus berdasarkan titik ikat
yang digunakan. Jadi seiuruh perhitungan dikerjakan di atas bidang referensi atau sistim proyeksi peta
yang dipakai, sehingga apabila proses perhitungan selesai maka posisi horizontal dan vertikal sudah
tertentu posisinya.

6. PENGGAMBARAN
Penggambaran merupakan proses terakhir dari pemetaan. Penggambaran merupakan suatu cara
penyajian data lapangan hasil proses pengukuran dan perhitungan pada bidang proyeksinya. Tentu saja
cara penyajian ini haws memenuhi persyaratan kartografis yang dibutuhkan.untuk keperluan
perencanaan. Ketelitian kartografis sangat dipengaruhi oleh bahan dan peralatan gambar serta personil
yang melaksanakannya.

Data yang dipakai untuk penggambaran peta adalah :


 Koordinat titik-titik tetap (Bench Mark) dan titik-titik polygon utama maupun polygon cabang.

25

Anda mungkin juga menyukai