Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk
pemisahan analitik dan preparatif.
Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan dan
kromatografi preparative hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran.
Pemisahan secara kromatografi dilakukan juga diperlukan fraksi murni dari campuran.
Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat
fisika umum dari molekul.
Sifat utama yang terlibat ialah:
Cs
K = ────
Cm
Cs Vs Vs
K’ = = K
CMVM VM
Rasio kapasitas juga dapat dinyatakan sebagai rasio waktu yang dibutuhkan untuk elusi
solut dalam kolom terhadap waktu yang dibutuhkan untuk elusi solut tak ditahan
kolom.
Jika harga K’ 10, membutuhkan waktu analisis yang lama, sedangkan bila harga K’
1, solut yang segera terelusi keluar kolom, tidak terpisah.
Fraksi waktu tinggal solut dalam suatu fasa hampir sama bagi seluruh molekul solut
yang pada waktu itu berada bersamaan dalam salah satu fasa, oleh karena itu rata-rata
fraksi waktu tinggal solut dalam fasa gerak :
•
• CM VM 1
• =
• CM VM + Cs Vs 1 + K’
•
• Sedangkan waktu tinggal solut dalam fasa
diam :
• Cs Vs K’
• =
• CM VM + Cs Vs 1 + K’
Retensi relatif
• V’ R,2 t’ R,2
• = =
• V’ R,1 t’ R,1
• VR,2 - VM,2 tR,2 - tM,2
• = =
• VR,1 - VM,1 tR,1 - tM,1
•
• Retensi relatif tergantung pada :
a. sifat fasa gerak dan fasa diam
b. temperatur kolom pada waktu bekerja
—Totolan bercak sekecil mungkin
—Biasanya 1- 2 mm, totolan besar: bercak menyebar dan bertumpuk
—Digunakan pelarut sampel yang bisa melarutkan sampel dengan baik,
tetapi mudah menguap dan daya elusinya kecil
—Secara manual/otomatis
—Dapat digunakan pipa kapiler, mikropipet, mikrosiring
1. KROMATOGRAFI KERTAS
• Pada kromatografi kertas sistem partisi sebagai fasa pendukung dipakai
kertas saring biasa atau kertas Whatman.
• Jadi faktor yang bekerja pada kromatografi kertas adalah pembagian/partisi
antara fasa stasioner yang terdiri dari kompleks air-selulosa dan fasa mobil
(cairan penghantar).
• Pada kromatogarfi kertas, serat-serat selulosa mempunyai afinitas yang kuat
terhadap air, maka air akan diikat sebagai fasa stasioner.
• Fasa mobil akan mengalir melalui kertas yang mengandung zat tersebut;
maka akan terjadi pembagian zat itu antara fasa mobil dengan fasa
stasionernya.
• Dalam pengalirannya bila fasa mobil tiba pada kertas/bagian kertas yang
tidak/belum mengandung zat, maka akan terjadi pembagian; yaitu
pembagian zat yang terlarut dalam pelarut organik (fasa mobil) akan pindah
ke fasa stasioner.
• Proses ini berlangsung terus-menerus selama fasa mobil mengalir, sehingga
akan terjadi perpindahan zat dari titik asalnya ke suatu titik tertentu
menurut arah pengaliran fasa mobil.
Dengan demikian akan terjadi pemisahan dari
zatnya. Supaya terdapat pembagian yang ideal,
maka harus memenuhi syarat :
•
• a. Cara fisika
• Untuk zat-zat yang berfluoresensi dapat dilihat di bawah sinar UV
254 nm dan 366 nm, dimana nantinya akan nampak bintik-bintik
fluoresen.
•
• b. Cara kimia
• Kromatogram dikerjakan dengan pereaksi warna sehingga nampak
noda-noda berwarna.
•
• c. Cara mikrobiologi
• Terutama untuk menyatakan antibiotika dan vitamin.
• Dengan pereaksi warna :
• Banyak sekali pereaksi warna yang dapat dipakai untuk maksud ini, yang perlu diperhatikan :
•
• a. Kekhasan ( spesifisitas )
• Suatu pereaksi warna dapat memberi warna khas/spesifik dengan suatu warna tertentu. Tetapi banyak
pula pereaksi yang memberi warna sama dengan segolongan zat, untuk ini identifikasi didasarkan atas
harga Rf. Jadi secara umum untuk identifikasi suatu zat diperhatikan warna serta Rf nya.
• b. Kepekaan
• Untuk kebanyakan reaksi warna, penggunaannya pada kertas mengurangi kepekaan. Tetapi sebaliknya
ada pula kemungkinan bahwa warna yang diperoleh pada kertas lebih jelas dari warna pada reaksi
tetes.
• Cara mereaksikan :
•
• a. Dengan menyemprotkan ( spraying )
• Dengan suatu alat penyemprot, pereaksi disemprotkan pada kromatogram. Pereaksi jangan terlalu
berlebih karena dapat menyebabkan noda-noda kurang jelas kelihatan. Dianjurkan untuk
memperhatikan pada bagian belakang dari kertasnya ( jadi bagian yang tidak langsung berhubungan
dengan pereaksi ) karena seringkali memperlihatkan noda-noda yang lebih jelas.
• b. Dengan mencelupkan (dipping)
• Kromatogram dicelupkan dalam larutan pereaksi dan didiamkan selama waktu tertentu.Cara ini hanya
dapat dilakukan bila zat yang akan dinyatakan tidak larut dalam pereaksi tersebut. Sebelum
direaksikan dengan pereaksi (warna), kromatogram dikeringkan dulu. Pengeringan dilakukan pada
suhu kamar dan dapat juga dengan pemanasan setelah penambahan pereaksi, kadang-kadang perlu
pemanasan lagi agar noda-noda kelihatan lebih jelas, misalnya mendeteksi asam amino dengan
ninhidrin. Pada suhu kamar baru memberikan warna setelah kira-kira 24 jam. Tetapi pada pemanasan
pada kira-kira 100 0C warna akan timbul setelah kira-kira empat menit.
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ) adalah suatu cara pemisahan yang berdasar pada
pembagian campuran dua senyawa dalam dua fasa dimana fasa gerak bergerak
terhadap fasa diam. Fasa diam berupa suatu bidang datar.
Kerugiannya :
• Pemisahan yang amat baik
(noda yang dipisahkan lebih
jelas dan terlokalisir) • Sukar dalam penyimpanannya
• Waktu yang diperlukan lebih • Ketelitian dan ketepatannya
singkat kurang baik
• Alat yang dipakai lebih
sederhana dan relative murah
Keuntungan dari
metode Kromatografi
Lapis Tipis adalah :
• Teori Kromatografi Lapis Tipis umumnya sama dengan teori dari kromatografi kolom.
Pada Kromatografi Lapis tipis derajad retensi dinyatakan sebagai faktor
penghambatan (“Retardation factor” = Rf)
Silika gel Asam amino, alkaloid, gula, asam-asam lemak, lipida, mimyak menguap, anion
dan kation organik, steroid dan terpenoid
Alumina Alkaloid, zat warna, fenol, steroid, vitamin,karotenoid dan asam amino
Ukuran partikel 12 – 50 m 5 – 6 m
Jarak pengembangan 10 15 20 cm 3 – 6 cm
• a. KROMATOGRAFI ADSORPSI
• Sifat-sifat atom, ion atau molekul yang terletak pada permukaan partikel padat
ternyata berbeda dengan sifat-sifat atom, ion atau molekul yang terletak pada bagian sebelah
dalam dari partikel padat. Ikatan-ikatan yang terletak pada bagian permukaan dipengaruhi
oleh tidak terdapatnya struktur kimia di atomnya, karena itu lapisan permukaan berada pada
tingkat energi yang lebih tinggi dan hal ini dikatakan mempunyai aktivitas permukaan.
• Bila partikel padat dicelupkan dalam suatu cairan, maka permukaan zat aktif
tersebut menarik dan cenderung mengadsorpsi species (atom, ion atau molekul) dari cairan
tadi. Gaya tarik tersebut mungkin bersifat ionik (elektrostatik). Bila cairan tersebut berupa
suatu larutan, maka salah satu atau semua zat terlarut atau pelarutnya mungkin dapat
diadsorpsi. Adsorben yang baik harus mempunyai daerah permukaan yang luas yang
mengandung banyak bidang-bidang yang aktif secara kimiawi. Biasanya permukaan tersebut
akan kehilangan aktivitasnya jika tertutup oleh suatu lapisan species yang diadsorpsi.
• Bila suatu larutan mengalir melalui permukaan aktif dari zat padat, maka suatu
keseimbangan akan terbentuk untuk proses adsorpsi atau desorpsi dari species yang terdapat
dalam larutan tersebut.
• Hubungan antara kadar species dalam larutan dan jumlah yang disdsorpsi dapat dinyatakan
sebagai suatu persamaan atau grafik hubungan Cs (yang diadsorpsi) dan CM (yang ada dalam
fasa gerak) dan garis yang diperoleh disebut adsorption isotherm.
• Diperoleh bermacam-macam bentuk garis seperti :
• Garis lurus
• Bentuk seperti ini menunjukkan bahwa permukaan adsorben tidak menjadi jenuh dengan species yang ada.
Keadaan ini adalah yang diinginkan. Kemiringan dari garis memberikan koefisien distribusi yang dalam hal ini tidak
tergantung pada ka.
•
• K = Cs / CM atau Cs = K CM
•
• Garis cembung
• Bentuk ini disebabkan adanya variasi dari bidang adsorpsi yang ada. Banyak sistem cair padat yang mengikuti
hubungan ini yang dikenal sebagai Freundlich isotherm
•
• K = Cs / CM atau Cs = K CM
•
• Garis cekung
• Terjadi bentuk ini dikarenakan adanya reaksi-reaksi tambahan pada peristiwa adsorpsi yang kadang-kadang dapat
meningkatkan proses adsorpsi secara keseluruhan.
• Mengingat bahwa laju perjalanan dari suatu komponen melalui sistem kromatografi merupakan fungsi dari bagian
komponen yang terdapat pada dalam fasa gerak dan bila pita yang dihasilkan memencar maka tentunya ada daerah
yang berkadar tinggi dan terletak dibagian tengah. Bila bentuk kurva itu cembung maka pusat pita akan berjalan
pada laju yang lebih cepat dibanding dengan kedua ujung haluan dan butitan.
• Pada kasus yang luar biasa pusat tersebut hampir menyusul ujung haluan, sehingga memberikan batas depan yang
tajam dan ujung buritan yang panjang. Hal ini disebut band tailing dan jelas kejadian ini tidak diharapkan. Kejadian
yang berlawanan terjadi jika bentuk kurva seperti garis cekung dimana memberikan ujung haluan panjang dan
batas belakang yang tajam ( fronting ) . Band tailing lebih jelas dengan adsorben yang aktif. Salah satu cara
mengurangi akibat buruk adalah membuat tidak aktif sebagain zat padat dengan menutup bidang yang aktif
dengan zat lain atau dengan menaikkan suhu. Pendekatan lain adalah mengurangi ukuran dari sampel sehingga
sistem tersebut masih berada dalam bagian yang hampir lurus dari isotherm yang diperoleh pada kadar yang
sangat rendah.
• Adsorben ( Penyerap )
• Banyak zat padat yang dapat dipakai sebagai adsorben . Kemungkinan yang paling popular dan
biasanya digunakan sebagai penyerap adalah alumina, tetapi tidak berarti yang lain tak dapat
digunakan.
• Suatu pengertian yang digunakan dalam hubungannya dengan adsorben adalah “aktivasi”. Kadang-
kadang ini dihubungkan dengan luas permukaan spesifik dari zat padat, yaitu luas permukaan yang
diukur dalam meter persegi dalam tiap gram, dalam hal karbon, silica gel dan alumina dapat dibuat
menjadi aktif dengan memiliki permukaan spesifik beratus-ratus meter persegi. Sedangkan seperti
kalsium karbonat dan kalsium hidroksida, mempunyai luas permukaan spesifik yang mempunyai
ukuran dalam puluhan meter persegi atau kurang, hingga ini dapat dikatagorikan relative kuarang
aktif. Dalam kromatografi pengertian “aktivitas” sering digunakan untuk menyatakan kekuatan dari
adsorpsi. Kekuatan adsorpsi dari gugus polar pada senyawa-senyawa polar naik dengan urutan :
•
• - CH = CH, -OCH, -CO2R, =C=O, -CHO, =SH, -NH2, -OH, -CO2H
•
• Banyak penyerap seperti alumina, silika gel, karbon aktif dan magnesium silikat dapat diperoleh dalam
perdagangan. Sebelum dipakai mereka sering memerlukan aktivasi yang dapat dikerjakan dengan
pemanasan, mungkin dengan pengurangan tekanan. Untuk aktivasi alumina biasanya dengan
pemanasan 400 oC selama 4 jam. Tanpa keterangan lain dilakukan pemansan 200 oC selama 2 jam.
• Pemilihan suatu pelarut untuk elusi adalah sama pentingnya dengan pemilihan adsorben. Fasa gerak
cair tidak hanya menyediakan pengangkutan sebagai wahana tetapi juga mempengaruhi koefisien
pembagian melalui daya pelarutnya. Disamping kelarutan relatif zat terlarut dalam pelarut elusi, perlu
dipertimbangkan pula persaingan antara zat terlarut dengan pelarut terhadap bidang adsorpsi pada
permukaan dari fasa diam.
• Pelarut yang mengelusi zat terlarut cepat tidak akan dapat memisahkan dengan baik, sebaliknya
pelarut yang bergerak terlalu lambat akan memberikan waktu retensi yang terlalu panjang. Waktu
retensi yang terlalu panjang dapat menyebabkan pelebaran pita dan peristiwa pengenceran yang tidak
perlu. Kadang-kadang perlu digunakan suatu campuaran pelarut atau suatu seri pencampuran (
gradient elution ) dengan variasi eluen yang polaritasnya makin tinggi.
•
Zat padat Digunakan untuk memisahkan
Alumina/magnesia Sterol-sterol, zat warna, vitamin-vitamin, ester-ester, alkaloid-alkaloid,
senyawa anorganik
• 2) Pemasukan cuplikan
• Cuplikan dimasukkan dan dibuat serata mungkin pada puncak dari kolom. Cuplikan dalam bentuk
larutan yang pekat dan jangan sampai terjadi jalur-jalur yang terputus. Untuk memperoleh
permukaan yang rata biasanya pada bagian atas kolom diberi kertas saring atau dengan pasir yang
bersih. Untuk memasukkan sampel dapat digunakan pipet yang kecil dan panjang. Ujung pipet
digerakkan ke sekeliling kolom dan hendaknya ujung pipet jangan menyentuh adsorben. Cuplikan
yang tertinggal pada dinding kolom dapat dilarutkan dengan pelarutnya. Setelah semua cuplikan
berada dibagian atas kolom maka dapat ditambahkan eluen perlahan-lahan menggunakan corong
pisah dan diberikan beberapa waktu ( 5 menit ). Setelah itu proses elusi dapat dimulai.
• 3) Elusi
• Ada tiga macam cara elusi yaitu :
• Elusi sederhana
• Yaitu elusi yang menggunakan campuran pelarut dengan komposisi yang tidak berubah selama
proses pemisahan.
•
• Elusi berfraksi ( fractional elution)
• Adalah elusi dimana untuk memisahkan suatu komponen dari suatu campuran digunakan satu
macam eluaen, sehingga untuk memisahkan suatu campuran perlu digunakan bebarapa macam
eluen yang berbeda-beda.
• Elusi bertingkat ( gradient elution )
• Adalah elusi untuk memisahkan suatu komponen campuran dimana eluen yang digunakan terus
menerus berubah. Misalnya mula-mula digunakan air dalam pemisahan dan kemudian
ditambahkan sedikit demi sedikit pelarut yang lain misalnya etanol.
•
• 4) Cara deteksi
• Kebanyakan fasa diam berupa suatu serbuk yang berwarna putih atau tidak berwarna sehingga
memberi kemudahan untuk mengamati pemisahan zat yang berwarna. Dalam teknik yang
khusus lusi dihentikan jika pita yang pertama tampak pada ujung bawah. Kemudian bahan
penyerap dikeluarkan dan ditambahkan suatu peraksi yang dapat menunjukkan posisi pita.
Komponen-komponen yang terpisah dapat diekstraksi dengan pelarut yang sesuai.
• Cara lain adalah memisahkan setiap fraksi dari eluen dan dipeiksa dengan alat-alat lain seperti
spektrofotometer, fluorometer, pH meter dan sebagainya. Selain itu fraksi pelarut dapat
diuapkan dan diidentifikasi.
• KROMATOGRAFI KOLOM PEMBAGIAN
Di dalam sistem kromatografi pembagian, fasa diam berupa
zat cair sedang fasa gerak dapat berupa zat cair ataupun gas.
Kalau pada kromatografi penyerapan digunakan zat padat
maka pada kromatografi pembagian zat padat digunakan
sebagai penunjang fasa diam ( yang berupa zat cair ). Zat
penunjang harus mengadsorpsi dan menahan fasa diam dan
membuat luas permukaan fasa diam seluas-luasnya. Selain itu
juga dipersyaratkan harus stabil, mudah diisikan dan tidak
menghalangi aliran fasa gerak. Senyawa yang dipisahkan
dengan sendirinya akan terdistribusi diantara dua zat cair
tergantung dari koefisien pembagiannya. Sebagai zat padat
penunjang dapat digunakan silika gel, serbuk selulosa dan
tanah diatomae.
• 1) Teknik Analisis
• a) Pemasukkan penyerap
• Mula-mula mencampur penunjang dengan cairan yang akan digunakan sebagai fasa diam, diaduk-
aduk dan dibuat bubur dengan fasa gerak yang akan digunakan. Bubur ini kemudian dimasukkan ke
dalam kolom sedikit demi sedikit dimana kolom telah diisi dengan sedikit pelarut.Sebaiknya setiap
pemasukkan bubur ke dalam kolom disertai dengan penekanan dengan batang gels yang ujungnya
datar. Semakin kompak isi kolom semakin baik pemisahan yang terjadi.
• b) Pemasukkan cuplikan
• Cara pemasukkan cuplikan dengan menggunakan pipet seperti pada kromatografi kolom adsorpsi.
Cara lain adalah dengan melarutkan cuplikan dalam suatu pelarut dan mencampurkannya dengan
sejumlah zat padat penunjang sehingga diperoleh suatu bubuk yang kering. Bubuk ini kemudian
diletakkan dibagian atas kolom dan sedikit fasa gerak ditambahkan.
• c) Elusi
• Cara elusi yang digunakan dalam kromatografi kolom pembagian sama seperti ada kromatografi
penyerapan. Jika fasa diam adalah molekul air maka fasa gerak dapat digunakan pelarut organik.
• Pada perkembangan selanjutnya ada suatu teknik dalam kromatografi partisi dengan menggunakan
pelarut organik yang bersifat non polar sebagai fasa diam, teknik ini dimaksudkan agar diperoleh nilai
koefisien partisi yang lebih menguntungkan untuk proses pemisahan. Oleh sebab itu sebagai
penunjang digunakan yang bersifat tidak polar. Teknik ini dikenal dengan Kromatografi partisi fasa
terbalik.
Contoh beberapa pemisahan pada kolom partisi
• b) Pemekatan
• Larutan encer makromolekul dengan Bobot Molekul lebih tinggi dari exclusion limit suatu gel dapat
dipekatkan dengan menggunakan sifat higroskopis dari gel kering. Bila gel kering dimasukkan dalam
larutan encer maka air dan garam-garam serta molekul yang kecil akan terpisah oleh gel tersebut,
sedang makromolekul tertinggal dalam larutan sisa dengan kadar lebih tinggi.
•
•
• c) Pemisahan
• Untuk senyawa-senyawa berbobot molekul tinggi seperti protein, pestisida, asam nukleat,
polisakarida, enzim dan hormon.
•
• d. KROMATOGRAFI AFINITAS
• Dalam sistem ini fasa diam berupa suatu kerangka zat
padat yang mempunyai afinitas berlainan dengan
berbagai senyawa. Pemisahan terjadi karena
komponen hasil reaksi akan dapat melewati keluar
sedang komponen yang belum/tidak bereaksi akan
tertahan oleh fasa diam. Proses ini digunakan misalnya
dalam reaksi enzimatis secara kontinyu. Enzim mula-
mula diikatkan pada fasa diam, kemudian zat yang akan
direaksikan dialirkan melalui kerangka yang telah
mengikat enzim tersebut.
SPEKTROFOTODENSITOMETRI – TLC SCANNER
• 4. Analisa kuantitatif dari KLT dapat dilakukan baik pada plat maupun setelah noda
komponen diekstraksi dari plat. Cara mana diantara keduanya yang sebaiknya dipilih,
tergantung dari berbagai persoalan analisa yang dihadapi, seperti misalnya keberulangan
yang diinginkan, sifat komponen-komponen yang akan dipisahkan dan jumlah cuplikan
yang tersedia.
• Salah satu cara analisa kuantitatif yang sering digunakan adalah dengan
mengukur transmisi dari noda yang menyerap sinar ultra violet. Pada cara ini, sinar yang
diabsorpsi oleh sejumlah tertentu luas lapisan absorben, dimana terdapat noda
komponen dibandingkan terhadap sinar yang diabsorpsi oleh sejumlah sama lapisan
absorben yang bersih (tanpa noda komponen). Pada analisa kuantitatif dengan KLT,
keberhasilan analisa sangat dipengaruhi oleh ketelitian volume larutan yang ditotolkan,
besar titik totolan dan jarak antar totolan serta jarak elusi yang berpengaruh pada
besarnya bercak. Pada pengukuran spektrofotometri secara densitometri, faktor-faktor
tersebut akan berpengaruh pada kadar zat yang dianalisa.
• Sumber kesalahan yang lain adalah penggunaan mikrokapiler ukur dan alat
penyuntik mikro (microsyringe) dalam hal penotolan larutan uji pada plat lapis tipis.
Kesalahan tersebut dapat diatasi menggunakan teknik penyemprotan sampel secara
otomatis yang bekerja secara elektronik. Larutan dalam microsyringe disemprotkan pada
KLT menggunakan gas nitrogen. Dengan teknik penotolan ini, noda bercak yang terbentuk
setelah dielusi diharapkan dapat terpisah dengan baik.
•
• Noda yang mempunyai sifat dapat mengabsorpsi sebagian sinar, dapat terdeteksi hanya jika
bahan plat yang dipakai tidak mengabsorpsi terlalu kuat pada panjang gelombang pengukuran.
Pengukuran sinar yang diabsorpsi tidak perlu dilakukan pada seluruh noda. Pengukuran tesebut
cukup dilakukan hanya pada sebagian kecil noda saja. Untuk itu harus digunakan lebar celah
sinar yang cukup sempit.
• Alat yang dipakai untuk mengukur transmisi sinar ini disebut densitometer dan
prinsip pengukurannya adalah sebagai berikut ini :
• Berkas sinar dengan panjang gelombang tertentu, melalui suatu celah yang sempit,
dikenakan dan digerakkan sepanjang plat kromatogram. Pada waktu sinar datang pada lapisan
absorban tanpa noda, maka sinar dipantulkan kembali seluruhnya (gambar). Sebaliknya jika
sinar datang pada lapisan absorban, dimana terdapat noda, maka sebagian sinar akan diserap
oleh noda. Oleh karena itu, jumlah sinar yang dipantulkan akan berkurang.
• Perbedaan intensitas sinar ini yang diubah oleh detektor menjadi signal listrik dan
dicatat oleh pencatat atau rekorder sebagai suatu puncak seperti pada gambar. Alat
densitometer yang telah dilengkapi dengan pencatat dikenal dengan nama TLC – Scanner.
• Luas puncak atau tinggi puncak dari kromatogram ( a ) di atas sebanding dengan
intensitas noda komponen yang berarti pula sebanding dengan konsentrasi komponen. Prinsip
inilah yang dijadikan dasar analisa kuantitatif.
•
• Adapun prinsip dari analisa kuantitatif secara spektrofotodensitometri
dengan TLC – Scanner adalah plat yang sudah dipisahkan dimasukkan
dalam spektrofotodensitometer, kemudian bercak dikenai sumber cahaya
atau gelombang elektromagnetik kemudian direfraksi di detektor, direkam
dalam rekorder. Dengan mengingat keterbatasan pemisahan senyawa
kompleks, pemakaian metode spektrofotodensitometri untuk analisa
kuantitatif masih sangat terbatas, tetapi metode ini memiliki berbagai
keuntungan, antara lain :
• a. Evaluasi kuantitatif dapat diulang tanpa harus melakukan pemisahan
kromatogram lagi. Misalnya selektivitas penetapan dapat
diperbaiki dengan merubah model scanning atau panjang gelombang
yang digunakan.
• b. Sensitivitas deteksi dapat lebih ditingkatkan dengan tidak adanya fasa
gerak.
• c. Waktu scanning atau pengamatan lebih santai karena dapat
dihentikan sewaktu-waktu pada panjang gelombang yang dikehendaki.
• perangkat pemilih panjang gelombang ( monokromator ), detektor, serta rekorder.
• 1. Sumber cahaya
• Sebagai sumber cahaya digunakan lampu Deuterium untuk daerah ultraviolet
• ( 200 – 370 nm ), daerah cahaya tampak digunakan lampu Halogen ( 370 – 700 nm ). Apabila
pengukuran dengan intensitas yang lebih tinggi digunakan lampu Mercury ( Hg ) atau Xenon. Lampu-
lampu tersebut dipilih salah satu sesuai dengan kebutuhan.
•
• 2. Perangkat Pemilih Panjang Gelombang ( Monokromator )
• Sumber cahaya yang digunakan biasanya memancarkan radiasi kontinyu pada panjang gelombang
yang lebar. Tetapi pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang hampir monokromatis, atau
idealnya monokromatis. Maka diperlukan alat yang dapat memisahkan radiasi polikromatis menjadi
hampir monokromatis. Ini berupa filler atau monokromator. Bagian-bagian monokromator meliputi :
• a) Celah masuk ( entrance slit )
• Tempat masuknya radiasi dari sumber cahaya
• b) Collimator Mirror
• Berupa lensa atau cermin cekung untuk mensejajarkan cahaya
• c) Alat Dispersi
• Berupa cermin untuk menguraiakan radiasi panjang gelombang
• d) Concave Mirror
• Berupa lensa atau cermin cekung untuk memfokuskan cahaya
• e) Celah keluar ( exit slit )
• e. Instrumentasi
• Alat TLC – Scanner mempunyai rancang bangun tertentu, meliputi sumber cahaya, perangkat
pemilih panjang gelombang ( monokromator ), detektor, serta rekorder.
• 1. Sumber cahaya
• Sebagai sumber cahaya digunakan lampu Deuterium untuk daerah ultraviolet
• ( 200 – 370 nm ), daerah cahaya tampak digunakan lampu Halogen ( 370 – 700 nm ). Apabila
pengukuran dengan intensitas yang lebih tinggi digunakan lampu Mercury ( Hg ) atau Xenon. Lampu-
lampu tersebut dipilih salah satu sesuai dengan kebutuhan.
•
• 2. Perangkat Pemilih Panjang Gelombang ( Monokromator )
• Sumber cahaya yang digunakan biasanya memancarkan radiasi kontinyu pada panjang gelombang
yang lebar. Tetapi pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang hampir monokromatis, atau
idealnya monokromatis. Maka diperlukan alat yang dapat memisahkan radiasi polikromatis menjadi
hampir monokromatis. Ini berupa filler atau monokromator. Bagian-bagian monokromator meliputi :
• a) Celah masuk ( entrance slit )
• Tempat masuknya radiasi dari sumber cahaya
• b) Collimator Mirror
• Berupa lensa atau cermin cekung untuk mensejajarkan cahaya
• c) Alat Dispersi
• Berupa cermin untuk menguraiakan radiasi panjang gelombang
• d) Concave Mirror
• Berupa lensa atau cermin cekung untuk memfokuskan cahaya
• e) Celah keluar ( exit slit )
• Tempat keluarnya radiasi yang hampir monokromatis jatuh tegak lurus menuju sampel
• 3. Detektor.
• Foton dari cahaya tampak atau ultraviolet
mempunyai cukup energi untuk melepaskan
elektron dari permukaan senyawa tertentu. Aliran
elektron semikonduktor menimbulkan arus listrik
sebanding dengan foton yang diserap.
•
• 4. Rekorder
• Sinyal elektronik yang dihasilkan oleh
detektor harus diubah menjadi bentuk yang dapat
diinterpretasikan. Hal ini dilakukan menggunakann
alat elektronik berupa rekorder atau komputer.
• f. METODE SCANNING
• Dalam spektrofotodensitometri terdapat dua macam metode scanning, yaitu :
• 1) Linear Scanning ( Slit Scanning )
• Gambar Skema Slit Scanning
•
• Berkas sinar berupa celah panjang ( harus lebih besar dari lebar noda ), memayar plat KLT ke arah
lebar.
•
• 2) Zigzag Scanning ( Flying Spot Scanning )
• Berkas sinar berupa bujur sangkar, memayar ke kiri – kanan, mencakup keseluruhan bercak sambil
maju lurus bertahap ke arah tertentu.
•
• Gambar Skema Zigzag Scanning
•
• Dua cara Scanning tersebut, bukan sumber sinar yang bergerak, tetapi plat KLT yang bergerak.
Gerakan ini menurut sumbu X dan sumbu Y, sehingga kebebasan untuk mengatur sebelumnya sesuai
dengan tujuan analisa. Noda hendaknya bulat dan teratur agar memberikan hasil dengan satu puncak
dan berbentuk simetris, namun umumnya bercak pada kromatogram tidak selalu mempunyai bentu,
ukuran dan distribusi yang sama. Bercak bulat dan distribusi konsentrasi uniform, scanning linear
sudah cukup. Bercak yang mempunyai bentuk, ukuran dan distribusi konsentrasi yang tidak seragam,
scanning linear tidak memberikan pengukuran yang akurat. Bercak yang demikian digunakan cara
scanning zigzag.
•
• . KROMATOGRAFI GAS
•
• Kromatografi gas adalah suatu cara untuk memisahkan senyawa atsiri dengan melewatkan arus gas melalui
fasa diam. Bila fasa diam berupa zat padat kromatografi gas padat ( GSC ). Didasarkan pada sifat
penjerapannya kemasan kolom untuk memisahkan cuplikan teutama cuplikan gas. Kemasan kolom yang
lazim dipakai adalah gel adalah silika gel, ayakan molekul dan arang. Bila fasa diam berupa zat cair
kromatografi gas cair ( GLC ). Fasa cair disaputkan berupa lapisan tipis pada zat padat pembawa dan
pemisahan didasarkan pada partisi, cuplikan yang masuk ke dan keluar dari lapisan zat cair. Banyak fasa cair
yang dapat digunakan sampai suhu 400 oC mengakibatkan kromatografi gas cair merupakan bentuk
kromatografi gas yang paling serba guna dan selektif.
•
• Keuntungan Kromatografi Gas
• a) Kecepatan
• Gas yang merupakan fasa bergerak sangat cepat mengadakan kesetimbangan antara fasa bergerak dengan
fasa diam. Kecepatan gas yang tinggi dapat juga digunakan.
• Hingga waktu pemisahan sangat cepat ( diukur dalam menit).
• b) Sederhana
• Alat kromatografi gas mudah dijalankan dan mudah dipahami. Interpretasi data yang diperoleh cepat dan
langsung, serta mudah.
• c) Sensitif
• GLC ( Gas Liquid Chromatography ) sangat sensitive. Alat yang paling sederhana dapat mendeteksi
konsentrasi dalam ukuran 0,01 % ( = 100 ppm). Alat-alat GLC yang lebih rumit dapat mendeteksi senyawa
yang konsentrasinya hanya beberapa ppm. Disebabkan sensitivias yang tinggi dari GLC maka hanya
memerlukan sejumlah kecil dari cuplikan, biasanya dalam ukuran mikroliter.
• d)
d) Pemisahan ( Resolution = performance )
• Dengan GLC memungkinkan untuk memisahkan molekul-molekul dari suatu
campuran, dimana hal ini tidak mungkin dipisahkan dengan cara-cara lain.
• e) Analisa kualitatif
• Dengan membandingkan waktu retensi. Waktu retensi ialah waktu sejak
penyuntikan sampai maksimum puncak. Sifat ini merupakan ciri khas cuplikan dan
fasa cair pada suhu tertentu. Beberapa senyawa mungkin mempunyai waktu
tambat yang saam atau berdekatan, tetapi tiap senyawa hanya mempunyai satu
waktu tambat saja. Waktu tambat ini tidak terpengaruh oleh adanya komponen
lain.
• f) Analisa kuantitatif
• Dengan penghitungan luas puncak. Luas setiap puncak yang terbentuk berbanding
lurus dengan konsentrasi puncak tersebut.
• g) Alat GLC ( Gas Liquid Chromatography ) dapat dipakai dalam waktu yang lama
dan berulang-ulang.
•
• Dasar kerja GLC adalah sebagai berikut :
• Cuplikan diinjeksikan kedalam injektor. Aliran
gas dari gas pengangkut akan membawa
cuplikan yang telah teruapkan masuk ke
dalam kolom. Kolom akan memisahkan
komponen-komponen dari cuplikan.
Kemudian komponen-komponen dideteksi
oleh detektor dan sinyal dalam bentuk puncak
akan dihasilkan oleh pencatat.
Keuntungan cara elusi ini adalah :
1. kolom terus menerus dipulihkan oleh fasa gas pembawa
2. biasanya komponen cuplikan terpisahkan secara sempurna dan hanya tercampuri oleh gas
pembawa sehingga pengumpulan dan penentuan kadar menjadi lebih mudah.
3. waktu analisis pendek.
Kekurangannya adalah :
Komponen yang tertahan kuat akan bergerak sangat lambat, atau dalam beberapa kasus tidak
bergerak sama sekali.
1. Gas pengangkut
Gas pengangkut ditempatkan dalam silinder bertekanan tinggi (biasanya 150 atm). Gas yang sering
digunakan : He, Ar, H2, N2
Pemilihan gas sebagai gas pembawa tergantung dari tipe detektor yang digunakan.
• - Si – OH + Cl – Si – Cl - Si – O – Si – Cl + HCl
•
•
• CH3 CH3
•
• CH3 CH3
•
• - Si – O – Si – Cl + CH3 – OH - Si – O – Si – OCH3 + HCl
•
• CH3 CH3
•
• (Silanisasi)
• 2) Fasa Diam
• Dalam GLC fasa diam berupa cairan. Pada fasa cairan ini pemisahan
komponen-komponen dari cuplikan terjadi. Dasar kerja adalah Partisi
antara fasa caian dan fasa gerak (gas).
• Persyaratan untuk fasa cair yang baik adalah sebagai berikut :
• a) Cuplikan-cuplikan harus menunjukkan koefisien distribusi yang
berbeda.
• b) Cuplikan-cuplikan harus mempunyai kelarutan tertentu dalam pelarut
(fasa cair).
• c) Fasa cair harus mempunyai tekanan uap yang sangat rendah pada
suhu-suhu yang tinggi : 0,01 – 0,1 mm Hg.
• d) Secara kimia harus stabil dan inert.
• e) Harus mempunyai kekentalan yang rendah, sehingga tidak mengikat
gas.
• f) Harus dengan baik tersebar dan mengikat pada padatan pendukung.
• g) Harus larut dengan baik pada pelarut organik yang mempunyai titik
didh rendah.
•
Beberapa fasa cair yang digunakan
Pemilihan fasa diam didasarkan pada cuplikan-larutan dalam fasa cair. Dengan
kata lain dari komponen cuplikan dan fasa diam harus sama untuk memperoleh
pemisahan yang baik. Sehingga senyawa polar akan terpisah dengan baik pada
fasa cair yang polar dan senyawa senyawa non polar akan terpisah dengan baik
pada fasa cair yang non polar.
• c. Suhu Kolom
• Suhu kolom harus cukup tinggi sehingga analisis dapat diselesaikan dalam waktu yang layak dan
harus cukup rendah sehingga pemisahan yang dikehendaki tercapai.
• Aturan umum :
• Kenaikan 30 oC dapat menurunkan ½ harga k sehingga menurunkan ½ dari tR menyebabkan waktu
analisis akan turun.
• Jadi suhu kolom yang baik adalah :
• · Harga rata-rata dari titik didih sampel
• - Di atas titik lebur dari sampel
• - Tergantung dari % fasa cair pada padatan pendukung
• - Di bawah suhu maksimum kolom
•
• d. Dasar kerja kolom
• Dasar kerja kolom dalam GLC adalah pemisahan komponen-komponen dari cuplikan terjadi di antara
gas pengangkut dan fasa cair. Proses pemisahan dapat dipandang sebagai serangkaian dari partisi
dimana cuplikan masuk ke dalam larutan dari fasa dan selang waktu akan teruapkan lagi. Di dalam
GLC harus diketahui juga tentang waktu penahanan ( the retention time ) = tR yaitu waktu dimana
cuplikan ditahan oleh fasa diam.
•
• e. Kromatografi gas suhu konstan (Isotermal)
• Kromatogram gas biasnya diperoleh dengan kolom yang dijaga pada suhu konstan (isotermal).
Kerugiannya :
• · puncak-puncak awal tajam, berimpitan (resolusi jelek), puncak-puncak akhir rendah, melebar.
• · Senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi sering tidak terdeteksi (utamanya : campuran yang
tidak diketahui komposisinya dan rentang titik didihnya lebar)
• · Untuk itu dihindari dengan ”PROGRAM SUHU”
• f. Kromatografi gas suhu terprogram
• Kelebihan :
• · mengijinkan pemisahan senyawa dengan rentang titik didih yang
luas jauh lebih cepat dibanding teknik isotermal.
• · Puncak-puncak kromatogram lebih tajam/ramping dan bentuknya
lebih seragam, dengan demikian :
•
• 5. Detektor
• Pada detektor, komponen-komponen cuplikan yang telah terpisah
dideteksi. Ciri detektor yang dikehendaki adalah :
• · kepekaannya tinggi
• · tingkat deraunya rendah
• · kelinieran tanggapannya lebar
• · tanggap terhadap semua jenis senyawa
• · kuat
• · tidak peka terhadap perubahan aliran dan suhu
• · harganya murah
Sehingga detektor
• a) Detektor hantaran panas ( The Thermal
Conductivity Detector = TCD ) juga disebut
memberikan data :
Katharometer.
• b) Detektor ionisasi nyala ( The Flame Ionisation • a) Kualitatif : mendeteksi ada beberapa
Detector = FID ) komponen terelusi
• c) Detektor mengubah sejumlah sifat-sifat • b) Kuantitatif : kebanyakan luasan dari puncak
molekul dari senyawa organik menjadi arus yang terelusi sebanding dengan massa
listrik. Arus ini diteruskan ke pencatat untuk komponen yang terelusi.
menghasilkan kromatogram.
• d) Komponen merupakan gambar dari jawaban
(respon) detektor vs waktu.
15 – 25 14 150 – 250 1 : 10 – 1 : 15
3–5 10 60 – 125 1 : 20 – 1 : 25
1–2 7 30 – 80 1 : 30 – 1 : 40
• Tinggi silica dalam kolom KVC lazimnya hanya 5 cm, hingga tinggi maksimal
= diameternya (Silica G 60, Katalog Merck : 7730/7731)
• · Packing kolom dilakukan dengan cara : silica dalam kolom KVC dengan
dibantu vakum, ditekan-tekan hingga rata, selanjutnya dihomogenkan
dengan eluen (fase gerak) n-heksana.
•
• Catatan : Kolom telah homogen, jika silica tidak ada yang retak & waktu
dialiri eluen merata
•
• 3. Penyiapan sampel dengan impregnasi
• · Sampel dilarutkan dalam pelarut yang paling sesuai (larut dengan
sempurna). Jika ada sebagian tidak larut, hendaknya sampel yang tidak
larut tersebut dipisahkan terlebih dahulu dari larutan dengan penyaringan
biasa. Larutan sampel kemudian dicampurkan dengan silika gel impreg
(mesh 30 – 70, Katalog : 7733) dengan perbandingan 1:2 antara sampel
dengan silica, dan diuapkan pada tekanan rendah menggunakan rotary
epaporator sampai kering (bebas pelarut).
• · Sampel yang sudah di-impregnasi dimasukkan ke dalam kolom KVC, dan
pada bagian atas sampel diberi kertas saring untuk menghindari
penyebaran ekstrak kedalam eluen.
4. Fraksinasi
Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan eluen yang telah terpilih, jumlah fraksi
lazimnya hanya 12 – 20 fraksi untuk fraksinasi tahap pertama. Volume eluen untuk setiap kali
elusi tergantung dari diameter kolom KVC, dengan arahan sbb. :
Berat sampel (g) Diameter kolom KKT (cm) Volume eluen per-elusi (mL)
15 – 25 14 100 – 175
3–5 10 75 – 125
1–2 7 50 – 75
< 50 1
100 – 250 2
250 – 500 3