Anda di halaman 1dari 10

Mycobacterium tuberculosis

 Panjang : 1-4 mikron


 Lebar : 0,1-0,3 mikron
 Suhu optimal : 37
 pH optimal : 6,4 - 7,0
 Generation time: 14-20 jam (waktu membelah diri menjadi 2)
 Komposisi sel: terdiri dari lemak dan protein. 30% berat
dinding kuman merupakan lemak, terdiri dari asam stearat,
asam mikolik, mycosides, sulfolipid, dan cord factor.
 Komponen protein utama adalah tuberkuloprotein
(tuberkulin)
4 golongan M.Tb
 Populasi A
Mikobakteria hidup ekstraseluler di dalam kavitas, aktif
berkembang biak dengan cepat dilingkungan pH netral dan
hiperoksia.
Obat yang dapat bekerja pada populasi ini adalah streptomisin, INH
dan etambutol.

 Populasi B
Mikobakteria hidup ekstraseluler dalam jaringan kaseosa, tumbuh
lambat berada dalam lingkungan pH rendah dan hipoksia.
Obat yang bekerja pada populasi ini adalah rifampisin dan
pirazinamid.
 Populasi C :
Mikobakteria yang hidup dalam suasana asam, lingkungan
hipoksia dalam makrofag. Pertumbuhan lambat dan
intermiten. Obat yang bekerja pada populasi ini adalah
Rifampisin dan pirazinamid.

 Populasi D :
Mikobakteria bersifat dormant sepenuhnya sehingga sama
sekali tidak bisa dipengaruhi oleh obat-obat anti-tuberkulosis.
Hidup dalam jaringan fibrosis. Jumlah populasi ini tidak jelas
dan tidak dapat dipengaruhi oleh OAT dan imunitas seluler.
• Lag phase:
Bila kuman tb kontak dengan obat anti tbc, maka
pertumbuhannya akan amat melemah dalam 2-3 hari dan
kemudian aktif kembali. Masa 2-3 hari ini disebut lag phase.
Hal ini menjadi dasar pemberian obat secara intermittent dua
atau tiga kali perminggu.
• Mengapa harus multi-drug?
Dalam populasi kuman, sejak awal telah ada sebagian yang
resisten terhadap satu jenis obat. Bila pada populasi itu hanya
diberi satu jenis obat saja maka kuman yang sensitif akan
turun jumlahnya dan yang resisten akan naik. Dalam beberapa
waktu populasi kuman akan berubah menjadi kuman yang
resisten seluruhnya.

Hal ini yang disebut dengan fall and rise phenomena, dan
menjadi salah satu dasar mengapa kita harus memberikan
beberapa obat sekaligus pada penderita tuberkulosis.
Terapi ARV untuk Ko-infeksi
Tuberkulosis
• Rekomendasi terapi ARV pada Ko-Infeksi
Tuberkulosis
• Mulai terapi ARV pada semua individu HIV
dengan TB aktif, berapapun jumlah CD4.
• Gunakan EFV sebagai pilihan NNRTI pada pasien
yang memulai terapi ARV selama dalam terapi TB.
• Mulai terapi ARV sesegera mungkin setelah terapi
TB dapat ditoleransi. Secepatnya 2 minggu dan
tidak lebih dari 8 minggu
1. Pilihan NRTI
o Paduan triple NRTI hanya diberikan bila ada
kontraindikasi atau tidak dapat mentoleransi
NNRTI atau terjadi toksisitas.
o Paduan triple NRTI yang dapat diberikan adalah:
AZT+ 3TC +TDF akan tetapi paduan triple NRTI
tersebut kurang poten dibanding dengan paduan
berbasis NNRTI
2. Pilihan NNRTI
o EFV merupakan pilihan utama dibandingkan NVP,
karena penurunan kadar dalam darah akibat interaksi
dengan rifampisin adalah lebih kecil dan efek
hepatotoksik yang lebih ringan.
o Pada keadaan TB terdiagnosis atau muncul dalam 6
bulan sejak memulai terapi ARV lini pertama maupun
lini kedua, maka perlu mempertimbangkan substitusi
obat ARV karena berkaitan dengan interaksi obat TB
khususnya Rifampisin dengan NNRTI dan PI.
Paduan ARV bagi ODHA yang
Kemudian Muncul TB Aktif

Anda mungkin juga menyukai