& Penyelenggaraan Indonesia O L E H K E LO M P O K 2 : 1. A R U M P U S PA N I N G T YA S (04) 2. DW I M U S T I K A N I N G R U M (08) 3. FA JA R P UJ I C H A R I S M A (09) 4. R A C H M A S A R I TA W I JAYA (16) 5. R I F DA M AU R I DA (17) 6. W I N DY W U L A N DA R I (27) PRA KEMERDEKAAN • Mahasiswa Indonesia telah berperan dalam menciptakan perubahan sebelum kemerdekaan NKRI. Sejak tahun 1908 dengan berdirinya Boedi Oetomo, mahasiswa Indonesia mulai mengadakan persatuan untuk mendiskusikan dan memperjuangkan nasionalisme bangsa Indonesia. • Di Belanda juga mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar disana mendirikan organisasi-organisasi pemuda Indonesia, seperti Indoneische Vereeninging, Indische Partij, Indische Sociaal democratische (ISDV) dan lainnya. • Dan dari kebangkitan pemuda yang dimotori mahasiswa tersebutlah, maka pada tanggal 28 Oktober 1928 pada kongres pemuda II, maka dicetuskanlah “Sumpah Pemuda”. •Pada tahun-tahun sebelum kemerdekaan tersebutlah, mahasiswa-mahasiswa Indonesia telah mengadakan sebuah gerakan persatuan, untuk memperjuangkan nasib bangsanya. Gerakan mahasiswa ini berperan untuk mendiskusikan dan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia yang saat itu sedang dijajah oleh Belanda. Gerakan mahasiswa inilah yang kemudian berpikir akan persatuan seluruh bangsa Indonesia untuk mendapatkan haknya untuk merdeka dan menjadi masyarakat yang adil, sejahtera dan beradab. •Setelah peristiwa Sumpah Pemuda 1928 dan pergerakan bawah tanah yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia, dan dibantu juga oleh beberapa orang Belanda yang prihatin dengan kondisi bangsa Indonesia. Maka pada tahun 1945, pada saat Jepang berkuasa, maka Pemuda Indonesia yakni terdiri dari angkatan muda dan angkatan tua berupaya untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada bulan agustus, angkatan muda yang dipelopori oleh Chaerul Saleh dan Soekarni menculik dan mendesak soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Dan pada tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno, dan berita tersebut diteruskan keseluruh Indonesia. Gerakan pemuda Indonesia, yang didalamnya merupakan gerakan mahasiswa, lewat diskusi-diskusi bawah tanah di Asrama Menteng, Asrama Cikini dan Asrama Kebon Sirih, berhasil membawa perubahan pada bangsa Indonesia, sehingga menemukan kemerdekaannya sendiri. Peran gerakan pemuda tidak habis oleh waktu. Sejak tahun 1908, 1928 hingga 1945, pemuda tetap berkobar dengan pemikirannya yang berani dan kritis untuk memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia. Memang waktu yang panjang untuk menemukan sebuah kemerdekaan, namun dengan strategi gerakan yang tepat bangsa ini telah menemukan nasibnya sendiri. Ditangan gerakan pemudalah nasib bangsa ini berubah, dan ditangan pemuda jugalah perubahan terjadi. KEMERDEKAAN Proklamasi kemerdekaan indonesia dalam sidang parlemen jepang tanggal 7 september 1944 di tokyo, Jendral Kuniaki Koiso (PM Jepang) menjajikan kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia. Memuncaknya perjuangan menuju kesiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia secara tidak langsung memunculkan perbedaan pendapat antara golongan tua dengan golongan muda. Golongan tua menginginkan tidak adanya pertumpahan darah, sehingga tetap bekerja sama dengan pemerintahan Jepang. Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di Kapal USS Missouri. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui Radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian jepang. Para pemuda pejuang, termasuk chaerul saleh, sukarni, dan wikana terbakar gelora kepahlawanannya setelah berdiskusi dengan ibrahim gelar datuk tan malaka tergabung dalam gerakan bawah tanah. Pada dini hari tanggal 16 agustus 1945, mereka bersama shodanco singgih, salah seorang anggota peta, dan pemuda lain, mereka membawa soekarno (bersama fatmawati dan guntur yang baru berusia 9 bulan) dan hatta, ke rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa rengasdengklok. Tujuannya adalah agar ir. Soekarno dan drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan soekarno bahwa jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan jepang, apa pun risikonya. Di jakarta, golongan muda, wikana, dan golongan tua, yaitu mr. Ahmad soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan indonesia di jakarta. Maka diutuslah yusuf kunto untuk mengantar ahmad soebardjo ke rengasdengklok. Mereka menjemput ir. Soekarno dan drs. Moh. Hatta kembali ke jakarta. Mr. Ahmad soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. ORDE LAMA Pada 1947, Kongres Mahasiswa pertama di Malang mendeklarasikan kelahiran Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI). Kebutuhan akan aliansi ini masih kuat pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959). Sistem multipartai yang diterapkan saat itu mempengaruhi berbagai organisasi kemahasiswaan untuk berafiliasi dengan partai-partai politik. Misalnya Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia (PMKRI) dengan Partai Katholik, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dengan Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan Partai Serikat Islam (PSI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berafiliasi dengan Partai Nahdlatul Ulama (NU), serta Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi. Setelah PKI mendominasi hasil pemilu 1955, CGMI pun mulai berani menjalankan politik konfrontasi dengan organisasi mahasiswa lainnya. Mereka bahkan berusaha mempengaruhi PMII sehingga menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI. Perseteruan ini terutama dipicu isu perebutan kekuasaan dalam tubuh PMII oleh CGMI dan GMNI setelah Kongres ke-V PPMI pada 1961. Lima tahun kemudian, pada 25 Oktober 1966, sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Syarief Thayeb membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Organisasi mahasiswa yang menyetuji kesepakatan tersebut adalah PMKRI, HMI, PMII, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI). KAMI didirikan terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjadi lebih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan. Munculnya KAMI lantas diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), dan Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI). Periode 1965-1966 menjadi tonggak pergerakan bangsa ketika para pemuda dan mahasiswa Indonesia bergerak secara nasional dan terlibat dalam mendirikan Orde Baru. Sebelumnya, pergerakan mahasiswa bersifat kedaerahan. Mereka yang aktif pada masa ini dikenal dengan Angkatan '66. Setelah Orde Lama berakhir, di antara aktivis '66 kemudian ada yang masuk pada lingkar kekuasaan Orde Baru dan banyak yang duduk di kursi Majelis Permusyawaratan Rakyat/Dewan perwakilan Rakyat (DPR/MPR), serta diangkat dalam kabibet pemerintahan Orde Baru. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Cosmas Batubara (Eks Ketua Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi dan Yusuf Wanandi yang berasal dari PMKRI, serta Akbar Tanjung dari HMI. Angkatan ini juga melahirkan satu tokoh idealis dan menjadi panutan mahasiswa hingga kini yaitu Soe Hok Gie ORDE BARU Aksi pada tahun 1970-1974 Seiring berjalannya waktu tidak selamanya mahasiswa satu paradigma dengan pemerintah, jika generasi tahun 1966 memiliki hubungan yang erat kekuatan militer dan pemerintahn orde baru lain halnya dengan generasi tahun 1974 yang justru bertolak belakang. Gerakan mahasiswa sebenarnya telah dilakukan sejak awal 1970-an yaitu dengan melancarkan kritikan dan koreksi terhadap praktek pemerintah pada razim Orde Baru, seperti : Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama pada masa Orde Baru pada 1972 karena Golkar dinilai curang. Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972, yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari1974. Aksi pada tahun 1977-1978 Hingga tahun 1975 dan 1976, aksi-aksi mahasiswa mulai jarang terlihat. Saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala pasif. Awalnya, pemerintah berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialog Pemerintah yang akan berkampanye di berbagai perguruan tinggi. Namun demikian, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa. Gerakan bersifat nasional Oktober 1977 (tertutup dalam kampus). Gerakan mahasiswa tahun 1977/1978 ini tidak hanya berporos di Jakarta dan Bandung saja namun meluas secara nasional meliputi kampus-kampus di kota Surabaya, Medan, Bogor, Ujung Pandan (sekarang Makassar), dan Palembang 28 Oktober 1977, delapan ribu anak muda menyemut di depan kampus ITB. Mereka berikrar satu suara, "Turunkan Suharto!". Setelah peristiwa di ITB pada Oktober 1977, giliran Kampus ITS Baliwerti beraksi. Dengan semangat pahlawan, berbagai pimpinan mahasiswa se-Jawa hadir memperingati hari Pahlawan 1977. Seribu mahasiswa berkumpul, kemudian berjalan kaki dari Baliwerti menuju Tugu Pahlawan. Di Jakarta, 6000 mahasiswa berjalan kaki lima kilometer dari Rawamangun (kampus IKIP) menuju Salemba (kampus UI), membentangkan spanduk,"Padamu Pahlawan Kami Mengadu". Ikrar Mahasiswa 1977 : Isinya hanya tiga poin namun berarti. "Kembali pada Pancasila dan UUD 45, meminta pertanggungjawaban presiden, dan bersumpah setia bersama rakyat menegakan kebenaran dan keadilan." Peringatan Tritura 10 Januari 1978, dihentikannya gerakan oleh penguasa Sejak awal 1978, 200 aktivis mahasiswa ditahan tanpa sebab. Era NKK/BKK. Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Dooed Yusuf dilantik tahun 1979. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik. Aksi pada tahun 1990 Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebagai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK).Mahasiswa menuntut organisasi kampus yang mandiri, bebas dari pengaruh korporatisasi negara termasuk birokrasi kampus. Dengan dihidupkannya model-model kelembagaan yang lebih independen, meski tidak persis serupa dengan Dewan Mahasiswa yang pernah berjaya sebelumnya upaya perjuangan mahasiswa untuk membangun kemandirian melalui SMPT, menjadi awal kebangkitan kembali mahasiswa ditahun 1990-an. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 Merupakan puncak gerakan mahasiswa dan gerakan rakyat pro-demokrasi pada dekade tahun sembilan puluhan. Gerakan ini menjadi monumental karena dianggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan Presiden Republik Indonesia pada tangal 21 Mei 1998. Gerakan ini mendapatkan momentumnya saat terjadinya krisis moneter di pertengahan tahun 1997. Namun para analis asing kerap menyoroti percepatan gerakan pro-demokrasi pasca Kudatuli yang terjadi 27 Juli 1996. Harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa dengan agenda reformasi mendapat simpati dan dukungan dari rakyat. Masa Habibie dan Megawati MASA B.J HABIBIE Kejatuhan Soeharto dianggap masyarakat sebagai buah dari desakan eksternal yang dikomandoi oleh aktivis mahasiswa pada waktu itu. Presiden Soeharto menyatakan mundur dan digantikan oleh B.J Habibie. Jelas disini mahasiswa merupakan “eksekutor” dalam kehendak rakyat untuk mereformasi pemerintahan dan peran penting mahasiswa disini adalah usaha yang kontinu dalam mendesak pemerintah pada waktu itu. MASA MEGAWATI SOEKARNO PUTRI Pada masa Presiden Megawati pemerintahannya lebih condong mengurusi permasalahan domestik . Pada era reformasi, pemeran dalam tokoh-tokoh reformasi ini memiliki peran yang cukup penting. Beliau merancang kembali nilai-nilai nasionalisme dan demokrasi. Gerakan mahasiswa masih tetap berpikir kritis dan memberikan pernyataan sikap terhadap kinerja pemerintah, serta kebijakan-kebijakan. Selain itu, mahasiswa juga sebagai tokoh intelektual masyarakat. Masa SBY dan Jokowi Sekarang mari kita tengok aktivitas mahasiswa zaman sekarang, Amien Rais pernah mengutarakan intensitas dan kualitas dari gerakan kemahasiswaan cenderung mengalami penurunan seiring datangya era globalisasi ke negeri kita tercinta ini, kebanyakan dari mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang kurang jelas manfaatnya, forum-forum diskusi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kenegaraan tidak pernah dijejali oleh mahasiswa sebaliknya tempat-tempat hiburan malah disesaki para mahasiswa. Kembali kepada kualitas gerakan kemahsiswaan masa sekarang yang cenderung menurun, maka sadar atupun tidak itu merupakan efek dari masuknya era globalisasi ke indonesia tanpa diharmonisasi dengan manajemen waktu dan diri yang baik. Peran mahasiswa bagi bangsa dan negeri ini bukan hanya duduk di depan meja dan dengarkan dosen berbicara, akan tetapi mahasiswa juga mempunyai berbagai perannya dalam melaksanakan perubahan untuk bangsa Indonesia, peran tersebut adalah sebagai generasi penerus yang melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada suatu kaum, sebagai generasi pengganti yang menggantikan kaum yang sudah rusak moral dan perilakunya, dan juga sebagai generasi pembaharu yang memperbaiki dan memperbaharui kerusakan dan penyimpangan negatif yang ada pada suatu kaum. Generasi muda adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa dan negara dan sebagai sumber insani bagi pembangunan nasional. Generasi muda sebagai penopang perubahan sosial yang akan terjadi dalam suatu masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dialah sebagai batu tonggak perubahan itu, maka dia harus menciptakan perubahan sosial yang lebih baik. Saran 1. Mengajak kepada para generasi muda pelajar dan mahasiswa, para Dosen dan Guru, seluruh elemen pemerintah baik yang ada di daerah maupun yang ada di pusat serta seluruh lapisan masyarakt Indonesia secara luas agar tetap bersatu demi mempertahankan keutuhan NKRI. 2. Generasi muda hendaknya menggunakan waktu yang ada untuk belajar berkreasi demi pendewasaan diri dan generasi muda harus menunjukan kepada generasi sebelumnya, bahwa generasi muda bukanlah generasi yang santai, malas dan kurang bertanggung jawab. 3. Untuk memperkuat peran generasi muda dalam ranah kehidupan sosial politik, maka generasi muda harus mampu membawa dirinya menjadi intelektual sejati, bukan intelektual-intelektualan, atau intelektual mainan. Namun, tokoh-tokoh masyarakat dan mahasiswa yang sejak awal era reformasi telah aktif dalam mengawal perubahan sejak tumbangnya pemerintahan Orde Baru. Perubahan tersebut menghasilkan para anggota eksekutif dan legislatif dalam pemerintahan yang dianggap dapat lebih menyuarakan kepentingan masyarakat. Beberapa dari mereka yang terpilih menjadi anggota legislatif dan menduduki posisi-posisi strategis dalam partai-partai politik hingga masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selama era reformasi, regenerasi kepemimpinan dari tokoh-tokoh senior kepada tokoh-tokoh yang lebih muda juga memperlihatkan kepedulian organisasi masyarakat dan partai politik terhadap pentingnya peran serta aktif pemuda untuk memulai lebih dini dalam mengikuti perkembangan dan perubahan politik yang dalam beberapa hal juga mempengaruhi ketatanegaraan. Selain itu, peran aktif pemuda juga diharapkan dapat menyuarakan kepentingan generasi mendatang agar dapat lebih kompetitif dengan bangsa-bangsa lain di tengah arus globalisasi termasuk peningkatan anggaran di bidang pendidikan yang meliputi sarana dan prasarana serta peningkatan anggaran untuk melakukan penelitian.
Akar Nasionalisme Pada Masa Kelahirannya Dan Pengaruhnya Masa Kini Serta Peran Sumpah Pemuda Bagi Kehidupan Kebangsaan Di Indonesia Pada Masa Itu Dan Masa Kini