Anda di halaman 1dari 72

PELATIHAN PERENCANAAN DAN

OPERASI PENAMBANGAN

DISELENGGARAKAN ATAS KERJASAMA


ANTARA
LAPI ITB DAN PT. GOLDEN ENERGY MINES
PEMODELAN GEOLOGI BATUBARA

Dr.Eng. Syafrizal, ST., MT.

2 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


Akuisisi dan Kompilasi Data

3 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


REKAPITULASI DAN EVALUASI BASIS
DATA
• Tujuan utama : menghasilkan data agar hasil pemodelan
dan perhitungan yang akurat.
• Antisipasi error,
• Memperoleh pengetahuan yang baik antara statistik
dan spasial,
• Mengetahui interkorelasi dan hubungan spasial antar
variabel (mis. ketebalan & kualitas, dll),
• Mengetahui dan mendefinisikan domain geologi
(overburden, seam-1, interburden, seam-2, dst)
• Mengevaluasi keteraturan/ketidakteraturan beberapa
variasi data mentah, terutama pada data-data dengan
support yang berbeda.

4 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


FILE DESIGN DAN INPUT DATA
• Data-data Utama :
– Lokasi data (x, y, z)  data singkapan dan data
pemboran.
– Data interval (ketebalan OB, batubara, interburden,
dll)  data pemboran dan geophysical logging,
– Data kualitas batubara  sampel ID dan hasil analisis
kualitas batubara.
• Informasi geologi (tipe batuan penutup, samping,
keberadaan struktur geologi, dll)  terutama dari hasil
pemetaan geologi,
• Informasi tambahan yang berhubungan dengan
pembatas sumberdaya (sungai besar, jalan propinsi,
perkampungan, dll).
5 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan
DATA PEMBORAN

• Data hasil pemboran, meliputi :


– koordinat titik bor,
– elevasi titik bor,
– sudut kemiringan pemboran (jika melakukan bor miring),
– total kedalaman, serta
– data log bor yang menunjukkan
• posisi (kedalaman),
• deskripsi dan ketebalan batubara serta batuan lainnya.
• Pada umumnya pemboran eksplorasi untuk endapan batubara
dilakukan dengan bor coring.
• Jika tidak maka data pemboran harus dilengkapi dengan logging
geofisika untuk meyakinkan kondisi dan jenis batuan di sepanjang
lubang bor.
• Data lubang bor dapat dilengkapi juga dengan data uji paritan atau
uji sumuran.

6 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


LOGGING PEMBORAN

7 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


DATA KUALITAS BATUBARA

8 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


REKAPITULASI DATA
• Data-data hasil pemboran, sebaiknya disusun dalam tabel.
• Tabel tersebut sebaiknya dipisahkan per-seam (jika seam batubara
tersebut > 1 seam).

No. Koordinat Elevasi Total Kedalaman Seam Elevasi Seam Tebal


Bor E N Collar Kedalaman Dari Ke Dari Ke Batubara

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) = (4)-(6) (9)=(4)-(7) (10)=(8)-(9)
… … … … … … … … … …

No bor, koordinat, elevasi collar, total kedalaman, kedalaman seam (tembus


batubara) diperoleh dari hasil pemboran.
Elevasi seam : akan menunjukkan elevasi dari top lapisan batubara dan elevasi
dari bottom lapisan batubara.
Ketebalan batubara : dapat diperoleh dari selisih kedalaman seam atau dari
selisih elevasi seam.

9 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


DATA-DATA TURUNAN (#1)
• Korelasi lubang bor,
• Peta struktur elevasi top (atap) dan roof (lantai) batubara,
• Peta iso ketebalan batubara,
• Peta iso ketebalan tanah penutup,
• Peta sebaran cropline/subcropline batubara,
• Peta iso kualitas batubara,
• Hasil kajian geoteknik dan hidrogeologi sebagai faktor
pembatas,
• Rencana umum strategi penambangan.

10 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


DATA-DATA TURUNAN (#2)

• Hasil korelasi lubang bor, untuk mengetahui


kemenerusan dan variasi lapisan (ketebalan,
kemiringan) batubara.
• Peta struktur elevasi top (atap) dan roof (lantai)
batubara, untuk mengetahui penyebaran dan posisi
lapisan batubara dalam konteks elevasi.
• Peta iso ketebalan batubara, untuk mengetahui
variasi ketebalan batubara secara lateral di wilayah
perhitungan.
• Peta iso ketebalan tanah penutup, dimana peta ini
merupakan refleksi dari distribusi ketebalan
overburden.
• Peta sebaran cropline/subcropline batubara yang
11 merupakan suatu garis yang
Pelatihan Perencanaan merefleksikan
dan Operasi Penambangan batas
KONSTRUKSI MODEL
Peta Topografi Data Survei Data Singkapan Data Lubang Bor
(hard copy) (xyz) (x y z) (xyz)

Digitasi Gridding Rekapitulasi


dan dan dan
Rescale Konturing Tabulasi Data

Peta Digital Peta Sebaran Titik Bor

Basis Peta Dasar

PETA PETA PETA ISOPACH THICKNESS


TOPOGRAFI STRUKTUR ROOF

PETA ISO-OVERBURDEN PETA


PETA SUB-CROPLINE STRUKTUR FLOOR

12 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PETA TOPOGRAFI
• Peta topografi adalah peta kontur yang menggambarkan
ketinggian atau elevasi permukaan bumi.
• Skala peta topografi yang digunakan untuk keperluan studi
kelayakan minimal 1 : 2000.
• Pada peta topografi harus memuat informasi lain seperti :
– Aliran sungai,
– Keberadaan rawa, danau, dll.
– Bangunan manusia (jalan, jembatan, perkampungan, dll),

13 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PETA CROPLINE BATUBARA
• Peta geologi atau cropline batubara adalah
peta yang menggambarkan penyebaran
cropline /singkapan batubara yang diplot pada
peta topografi
• Berguna untuk merekonstruksi blok-blok
untuk perhitungan sumberdaya batubara.
• Blok sumberdaya tersebut disusun dan
dibatasi berdasarkan kenampakan struktur
geologi dan penyebaran singkapan batubara.
14 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan
PETA ISOPACH
• Peta isopach merupakan peta yang menunjukkan kontur
penyebaran ketebalan batubara.
• Data ketebalan pada peta ini merupakan tebal sebenarnya
yang dapat diperoleh dari data bor, uji paritan, uji sumuran,
atau dari singkapan.
• Peta ini juga dapat disusun dari kombinasi peta iso struktur.
Selisih elevasi top dan bottom batubara merupakan data
ketebalan batubara (ketebalan semu).
• Tujuan penyusunan peta ini adalah untuk menggambarkan
variasi ketebalan batubara di bawah permukaan.

15 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PETA KONTUR STRUKTUR

• Terdiri dari :
– Peta Kontur Struktur Atap (Roof),
– Peta Kontur Struktur Lantai (Floor).
• Peta iso struktur menunjukkan kontur elevasi yang sama
dari top atau bottom batubara.
• Elevasi top atau bottom batubara dapat diperoleh dari data
bor.
• Peta iso struktur berguna untuk mengetahui arah umum
(jurus) masing-masing seam batubara, sekaligus sebagai
dasar untuk menyusun peta iso overburden.

16 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PETA ISO OVERBURDEN
• Peta iso overburden menunjukkan kontur ketebalan
overburden (lapisan penutup) yang sama.
• Nilai ketebalan tersebut dapat diperoleh dari data bor atau
dari peta iso struktur dimana ketebalan overburden dapat
dihitung dari perpotongan kontur struktur atap dengan
kontur topografi.
• Peta iso-overburden cukup penting sebagai dasar evaluasi
cadangan selanjutnya, dimana ketebalan tanah penutup ini
dapat digunakan sebagai batasan awal dari penentuan
potensial pit.

17 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


MODEL ENDAPAN BATUBARA

Topografi

Outcrop Outcrop
Outcrop Outcrop
100 m 100 m

Tinggi Lereng Max. = 100 m


Slope mak : 50‹.
Iso-OB

50 m Elevasi atap 50 m

0 0
Interburden
Elevasi lantai

18 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


CONTOH KONTUR STRUKTUR

19 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


HUBUNGAN DIP DENGAN KONTUR
STRUKTUR

20 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


HUBUNGAN DIP DENGAN KONTUR
STRUKTUR

21 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


CONTOH PETA ISOPACH

22 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


CONTOH PETA ISO-OVERBURDEN

23 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan

24 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN
(SNI 13-6011-1999)
• Upaya pengelompokan sumberdaya dan
cadangan batubara berdasarkan keyakinan
geologi dan kelayakan ekonomi.
• Dasar Klasifikasi :
– Aspek Geologi :
• berdasarkan tingkat keyakinan geologi, dimana sumberdaya terukur
(measured) harus mempunyai tingkat keyakinan yang lebih besar
dibandingkan dengan sumberdaya tertunjuk (indicated), dst.
• Sumberdaya terukur dan tertunjuk dapat ditingkatkan menjadi
cadangan terkira dan terbukti apabila telah memenuhi kriteria layak.
– Aspek Ekonomi : ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat
ditambang dan ketebalan maksimal lapisan pengotor atau dirt parting
yang tidak dapat dipisahkan pada saat ditambang, yang menyebabkan
kualitas batubaranya menurun karena kandungan abunya meningkat.

25 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


DEFINISI
• Keyakinan Geologi :
– Tingkat kepercayaan tentang keberadaan batubara
yang ditentukan oleh tingkat kerapatan titik
informasi geologi yang meliputi ketebalan,
kemiringan lapisan, bentuk, korelasi, sebaran,
struktur, ketebalan tanah penutup, kuantitas dan
kualitasnya.

26 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN
(SNI 13-6011-1999)

27 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN
(JORC)

28 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


Kondisi Geologi
• Berdasarkan proses pembentukan dan
tektonik, karakteristik geologi pembentukan
batubara dapat dikelompokkan menjadi :
– Kondisi geologi sederhana
– Kondisi geologi moderat
– Kondisi geologi komplek

29 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


Kondisi Geologi Sederhana

• Endapan batubara umumnya tidak dipengaruhi oleh


aktivitas tektonik seperti sesar, lipatan, dan intrusi.
• Lapisan batubara umumnya landai, menerus secara lateral
sampai ribuan meter, dan hampir tidak memiliki
percabangan.
• Ketebalan lapisan batubara secara lateral dan kualitasnya
tidak menunjukkan variasi yang berarti.
• Contoh batubara di Bangko Selatan dan Muara Tiga Besar
(Sumsel), Senakin Barat (Kalsel), dan Cerenti (Riau).

30 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


Kondisi Geologi Moderat
• Batubara diendapkan pada kondisi sedimentasi yang lebih bervariasi dan sampai
tingkat tertentu telah mengalami perubahan pasca pengendapan dan tektonik.
• Sesar dan lipatan tidak banyak, begitu juga dengan pergeseran dan perlipatan yang
diakibatkannya relatif sedang.
• Dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan lateral yang sedang,
serta berkembangnya percabangan lapisan batubara, namun masih dapat diikuti
sampai beberapa ratusan meter.
• Kualitas batubara secara langsung berkaitan dengan tingkat perubahan (baik
selama proses sedimentasi maupun pasca-pengendapan).
• Setempat, intrusi batuan beku mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas
batubara.
• Contoh batubara di Senakin, Formasi Tanjung (Kalsel), Loa Janan-Loa Kulu,
Petanggis (Kaltim), Suban dan Air Laya (Sumsel), serta Gunung Batu Besar (Kalsel)

31 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


Kondisi Geologi Kompleks

• Umumnya telah mengalami deformasi tektonik yang


intensif yang mengakibatkan variasi ketebalan yang
besar.
• Kualitas batubara banyak dipengaruhi oleh kondisi
geologi lokal.
• Pergeseran dan perlipatan akibat aktivitas tektonik
menjadikan lapisan batubara sulit dikorelasikan.
• Perlipatan yang kuat juga mengakibatkan
kemiringan lapisan yang terjal.
• Sebaran lapisan batubara secara lateral terbatas dan
hanya dapat diikuti sampai puluhan meter.
• Contoh batubara di Ambakiang, Formasi Warukin,
Ninian, Belahing dan Upau (Kalsel), Sawahluhung
32 (Sumbar), Air Kotok
Pelatihan (Bengkulu),
Perencanaan Bojongmanik
dan Operasi Penambangan
Kondisi Geologi

33 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PERSYARATAN (#1),
BERHUBUNGAN DENGAN ASPEK
• Persyaratan jarak titikGEOLOGI
informasi untuk setiap kondisi
geologi dan kelas sumberdaya-nya.

Kondisi SUMBERDAYA
Kriteria
Geologi Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur
Tidak 1000 < X ≤
Sederhana Jarak titik informasi (m) 500 < X ≤ 1000 X ≤ 500
Terbatas 1500
Tidak
Moderat Jarak titik informasi (m) 500 < X ≤ 1000 250 < X ≤ 500 X ≤ 250
Terbatas
Tidak
Komplek Jarak titik informasi (m) 200 < X ≤ 400 100 < X ≤ 200 X ≤ 100
Terbatas

34 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PERSYARATAN (#2)
BERHUBUNGAN DENGAN ASPEK
• EKONOMI
Dibedakan berdasarkan peringkat batubara.

35 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


Konsep Dasar Perhitungan
Sumberdaya dan Cadangan

36 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PERHITUNGAN SUMBERDAYA
Data Singkapan Data Lubang
(x y z) Bor ( x y z )

Rekapitulasi
dan
Tabulasi Data

Peta Sebaran Titik Bor

Klasifikasi Sumberdaya

Poligon Pengaruh
Lubang (titik) Bor
Batas KP Struktur Geologi
Batasan Alamiah Batas Cropline

Sumberdaya
Batubara

37 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


Teknik perhitungan sumberdaya
batubara berdasarkan Sistem United
States Geological Survey (1983)

Perhitungan tonase (W)


batubara :
W = L x t x BJ
dimana :
L = Luas daerah terhitung (m2)
t = Tebal rata-rata batubara
sejenis (m)
BJ = Berat jenis batubara
(ton/m3)

38 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


Cara perhitungan sumberdaya batubara
dengan kemiringan <300 (a) dan
kemiringan >300 (b), (USGS, 1983)

39 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


FAKTOR-FAKTOR PEMBATAS
SUMBERDAYA
• Struktur geologi  jika terdapat beberapa struktur
geologi (seperti patahan), maka dapat dipisahkan
menjadi beberapa domain perhitungan sumberdaya.

• Domain Geologi  jika terdapat blok intrusi, maka


blok intrusi tersebut harus ditentukan batasnya
untuk pembatas perhitungan sumberdaya.

40 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


Kontrol struktur pada batas
sumberdaya batubara (USGS, 1983)

41 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


METODE POLIGON

42 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


METODE POLIGON

43 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


METODE POLIGON

44 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


METODE POLIGON

45 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


METODE POLIGON

46 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


METODE POLIGON

47 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


METODE POLIGON

Andaikan ketebalan batubara di titik informasi D-1 adalah T1, maka


volume batubara dalam lingkup Poligon D-1 adalah V1 = L1 x T1, dimana
L1 adalah luas Poligon D-1.

48 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


Contoh Perhitungan Sumberdaya
NR-08 NK-10

NK-06 NK-13

NK-03

3.02 m

NK-20 NK-21

3.15 m 2.90 m

NK-05 NK-04

2.85 m 2.90 m

NK-19

2.80 m

NK-09 NK-02
NK-01

2.95 m 2.65 m

NK-18

2.75 m

NK-11 NK-16 NK-07

2.90 m 2.85 m 3.00 m

NK-17

2.70 m

NK-12

NK-15 2.75 m
2.80 m

NK-14

2.70 m

SK-05

2.90 m

SK-11

2.60 m

SK-07 SK-01 SK-12


U
2.80 m 2.90 m 2.85 m

SK-04

3.10 m

SK-09 SK-02

2.70 m 2.60 m
100
0 200 500 meter

SK-10 SK-03
Measured Resources
2.70 m 2.85 m

Indicated Resources

SK-03 Borehole Number


SK-08 SK-06
2.85 m Coal Thickness
2.70 m 3.00 m
Polygon area

Batas KP RESOURCES CALCULATION MAP

49 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PIT POTENSIAL

• Merupakan langkah awal dalam melakukan


evaluasi cadangan batubara.
• Diperlukan untuk dapat memperkirakan/
memprediksi suatu areal sumberdaya batubara
yang potensial untuk menjadi suatu lokasi pit
penambangan.
• Tahapan Penentuan Pit Potensial
– Identifikasikan faktor-faktor pembatas,
50 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan
FAKTOR-FAKTOR PEMBATAS PIT

POTENSIAL
Struktur geologi  jika terdapat beberapa
struktur geologi (seperti patahan), maka dapat
dipisahkan menjadi beberapa pit potensial.
• Domain Geologi  jika terdapat blok intrusi,
maka blok intrusi tersebut harus ditentukan
batasnya untuk pembatas pit potensial.
• Kondisi geografis  jika terdapat sungai yang
besar dan secara teknis sungai tersebut tidak
dapat dipindahkan, maka dapat dipisahkan
menjadi beberapa pit potensial.
• Kondisi geoteknik : jika diketahui limit (batas)
ketinggian lereng maksimum,
• Kondisi pembatas lain : misalnya adanya jalan,
51
perkampungan, atau areal lindung, maka
Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan
PROSEDUR PENENTUAN PIT
POTENSIAL
Peta Poligon Peta Isopach
Sumberdaya Thickness

Peta Isopach Peta Iso-


Overburden Kualitas
Areal
Sumberdaya
Data Geoteknik Terukur Pembatas Lain
(Tinggi Lereng Max) (Sungai, jalan, dll)

LOKASI
PIT
POTENSIAL

52 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


Contoh Penentuan
Pit Potensial U U

100
100
0 200 500 meter
0 200 500 meter NK-20
NK-20

SKETSA LOKASI PIT POTENSIAL SKETSA LOKASI PIT POTENSIAL


BLOK X - DAERAH XYZ PIT-1 NK-05
BLOK X - DAERAH XYZ PIT-1 NK-05

NK-19
NK-19

NK-09 NK-02
NK-09 NK-02

NK-01
NK-01
NK-18
NK-18

NK-11 NK-16 NK-07


NK-11 NK-16 NK-07

PIT-2 NK-17
PIT-2 NK-17

NK-12 NK-12

NK-15 NK-15

S. KAMPAR S. KAMPAR
NK-14 NK-14

SK-05 S. KAMPAR SK-05 S. KAMPAR

SK-11 SK-11

PIT-3A
PIT-3 SK-07 SK-01 SK-12 SK-07 SK-01 SK-12

SK-04 SK-04

SK-09 SK-02 SK-09 SK-02

SK-10 SK-03 SK-10 SK-03

-B -B
m m
Sea Sea
Jalan Propinsi Jalan Propinsi
KETERANGAN PIT-3A KETERANGAN
SK-08 SK-06 SK-08 SK-06

-D
p
-D

C
p
C

Cropline Seam Cropline Seam

-Du
-Du

m-
m-

am
ma

Se
Se

Sea
Sea

Seam
Seam

SK-06 SK-06
SK-13 Titik Bor SK-13 Titik Bor

-D
-D

Seam
Seam

53 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


0000 m 1000 m 2000 m

5000 m

4000 m
Luas = 37 Ha
Cadangan = 2,1 Juta Ton
PIT-1 NK-05
NK-20

PIT POTENSIAL VS
SR Rata-rata = 7,19 NK-19

NK-09

NK-11 NK-16 NK-07


NK-02

NK-18
NK-01

SUMBERDAYA
3000 m
Luas = 12 Ha
Cadangan = 0,26 Juta Ton
SR Rata-rata = 12,64
PIT-2

NK-15
NK-12
NK-17

TERUKUR
S. KAMPAR
NK-14

SK-05 S. KAMPAR
SK-11
2000 m

Luas = 137 Ha PIT-3 SK-07 SK-01 SK-12

Cadangan = 40,4 Juta Ton


SR Rata-rata = 7,23
SK-04

SK-09 SK-02

1000 m

SK-10 SK-03

Jalan Propinsi

SK-08 SK-06

0000 m
SK-13

0000 m 1000 m 2000 m

54 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PERHITUNGAN CADANGAN
• Merupakan pekerjaan (tahap) lanjutan dari hasil
Pemodelan Sumberdaya Batubara dengan
memasukkan Faktor Teknis & Faktor Ekonomis.
• Mengkuantifikasi jumlah batubara yang realistis
tertambang sesuai dengan metoda & sistem
penambangan yang dipilih berdasarkan model
sumberdaya yang telah diketahui.
• Aspek-aspek penting yang harus diperhatikan adalah:
– Nisbah kupas (stripping ratio),
– Faktor-faktor pembatas dan losses,
55 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan
FAKTOR-FAKTOR PEMBATAS SUATU
CADANGAN
• Minimum ketebalan  berhubungan dengan teknik
penambangan & stripping ratio.
• Maksimum ketebalan tanah penutup 
berhubungan dengan nilai stripping ratio.
• Maksimum stripping ratio  tingkat kelayakan
penambangan.
• Batasan alamiah & geografis  berhubungan
dengan batasan-batasan alam seperti adanya sungai
besar, daerah konservasi alam, atau adanya jalan
negara, dll yang tidak mungkin dipindahkan.
56• Batasan alamiah
Pelatihan– geologi,
Perencanaan yaituPenambangan
dan Operasi berhubungan
FAKTOR LOSSES
• Geological Losses, yaitu faktor kehilangan akibat adanya
variasi ketebalan maupun pada saat pengkorelasian
lapisan.
• Mining Losses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis
penambangan, seperti faktor alat, faktor safety, dll.
• Processing Losses, yaitu faktor kehilangan (recovery 
yield) akibat diterapkannya metoda pencucian batubara
atau kehilangan pada proses lanjut di Stockpile

57 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


GEOLOGICAL LOSSES
(DIMODIFIKASI DARI VALEE, 1986) Perkiraan
Kategori Kondisi Data
Error
Saat Development :
Mineralisasi/bijih tersingkap dan telah dilakukan sampling 0 – 10 %
dengan volume & intensitas yang cukup melalui pemboran detil
Measured  Proven
Pada Program Pemboran Detil :
Kondisi dan kemenerusan Bijih & Mineralisasi pada semua 5 – 20 %
tempat telah diidentifikasikan dengan pemboran
Class – I :
Kondisi dan kemenerusan Bijih & Mineralisasi regular – menerus
20 – 40 %
telah diidentifikasikan dengan pemboran, namun dengan jarak
yang relatif masih jauh
Indicated  Probable
Class – II :
Kondisi dan kemenerusan Bijih & Mineralisasi irregular –
40 – 70 %
fluktuatif telah diidentifikasikan dengan pemboran, namun
dengan jarak yang relatif masih jauh
Mineralisasi diinterpretasikan berdasarkan sifat kemenerusan dari
Inferred  Possible 70 – 100 %
titik-titik yang telah diketahui, pemboran masih acak.

58 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


MINING LOSSES
• Mining Losses
– Secara umum, Strip Mining (10%), Tambang Bawah Tanah
(Long Wall Rec. 60-70% ; Room & Pillar Rec. 40-60%),
Auger Mining (Rec. 30-40%) sesuai dengan spesifikasi
peralatannya.
– Pada Strip Mining (open pit), kadang-kadang juga
digunakan pendekatan ketebalan lapisan yang akan
ditinggalkan, yaitu 10 cm pada roof & 10 cm pada floor.
• Processing Losses
– Bergantung pada hasil uji ketercucian (washability test),
dimana harga perolehan (yield) ditentukan dari hasil uji
tersebut

59 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PENENTUAN JUMLAH CADANGAN
TERTAMBANG DENGAN METODA
PENAMPANG LOKASI
PIT POTENSIAL

Sebaran Garis
Penampang

Data Geoteknik
(Geometri Lereng) Penampang
Perhitungan
Rancangan Awal Cadangan Optimasi
Penambangan Cadangan

Faktor Losses
Jumlah Cadangan
Tertambang
Open Pit

Jumlah Cadangan Jumlah Cadangan


Tambang Dalam Auger Mining

60 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


KONSEP NISBAH KUPAS
( STRIPPING RATIO )
• Definisi Stripping Ratio
– Perbandingan jumlah volume tanah penutup yang harus dipindahkan untuk
mendapatkan satu ton batubara.
• Faktor penting dalam penentuan stripping ratio
– Rank, kualitas, nilai kalori, dan harga jual.
• Elemen utama dalam penentuan stripping ratio
– Ketebalan batubara, ketebalan overburden, geometri lereng.
• Recovery Factor
– Angka yang menyatakan perolehan batubara yang dapat ditambang (dengan
metode tambang terbuka, auger mining, dan underground mining) terhadap
jumlah sumberdaya/cadangan yang telah diperhitungkan sebelumnya

61 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PARAMETER YANG DIPERLUKAN
UNTUK PENENTUAN STRIPPING

RATIO
Investasi : biaya eksplorasi, bangunan, pembuatan jalan,
peralatan tambang utama, peralatan penunjang, peralatan
stockpile, kendaraan, dll,
• Upah & Gaji Tenaga Kerja,
• Biaya Produksi : penambangan batubara, pengupasan tanah
penutup, pengangkutan batubara, pengolahan, lingkungan,
ganti rugi lahan, royalti,
• Harga Jual Batubara,
• Analisis aliran kas : IRR, NPV, dan PBP

62 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PENENTUAN HARGA STRIPPING
RATIO
• Perkirakan Total Cost :
– SECARA CEPAT
Perkirakan unit cost penambangan untuk penggalian & pengangkutan batubara ke stockpile.
– Perkirakan unit cost transportasi batubara dari stock pile sampai ke pelabuhan.
– Perkirakan volume tanah penutup, untuk total cost.
– Perkirakan unit cost penambangan untuk penggalian & pengangkutan overburden ke waste
dump.
– Perkirakan recoverable reserve, untuk total revenue.
– Perkirakan harga jual batubara per ton, untuk total revenue.
– Perkirakan biaya investasi & eksplorasi.
– Perkirakan biaya lain-lain.
– Perkirakan umur tambang.

• Perbandingan nilai jual batubara terhadap total cost harus lebih besar daripada 1
(revenue > total cost)

63 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PERHITUNGAN CADANGAN
DENGAN METODA PENAMPANG
• Batubara merupakan endapan dengan tingkat
homogenitas yang tinggi, maka dapat diterapkan
metoda perhitungan cadangan konvensional (klasik)
dengan tingkat ketelitian yang cukup baik,
• Perhitungan cadangan dengan menggunakan
metode penampang ini adalah mengkuantifikasikan
cadangan dengan cara membuat penampang-
penampang yang representatif dan dapat mewakili
model endapan pada daerah tersebut,
• Pada masing-masing penampang akan diperoleh
(diketahui) luas batubara dan luas overburden.
64 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan
PERHITUNGAN CADANGAN
DENGAN METODA PENAMPANG
Luas Overburden Pada Luas Overburden Pada Luas Overburden Pada
Penampang - 1 Penampang - 2 Penampang - 3

g -1 -2 -3
an g g
mp pan pan
n a m m
Pe na na
Pe Pe

Jarak antara Jarak antara


Penampang-1 & Penampang-2 Penampang-2 & Penampang-3

65 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PIT LIMIT (#1)

Waste

Waste
Ore
Pit Limit

Mineable

Mineral Inventory
(Resources)

66 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PIT LIMIT (#2)
150 150

S. Lawai

100 100

50 50

0 0

67 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


OPTIMASI PIT LIMIT
50 50

40
P-31 40

30 30

20
SR 7 20

10
SR 8 10

0
SR 9A 0

-10 SR 9B -10

-20 -20

-30 -30

-40 -40

50 50

40
P-30 40

30 30

20 SR 7 20

10 10

0
SR 8 0

-10
SR 9A SR 9B -10

-20 -20

-30 -30

-40 -40

50 50

40
P-29 40

30 30

20
SR 7 20

10 10

0
SR 8 0

-10 SR 9A -10

-20 -20

-30
SR 9B -30

-40 -40

50 50

40
P-28 40

30 30

20
SR 7 20

10 10

0
SR 8 0

-10 SR 9A -10

-20
SR 9B -20

-30 -30

-40 -40

68 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


FINAL PIT LIMIT

69 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


PELAPORAN
Jenis Sumberdaya Cadangan
No. Lokasi
Batubara Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Terkira Terbukti

• Sumberdaya batubara hipotetik (hypothetical coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap survei tinjau.
• Sumberdaya batubara tereka (inferred coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap prospeksi.
• Sumberdaya batubara terindikasi (indicated coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
• Sumberdaya batubara terukur (measured coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
• Cadangan batubara terkira (probable coal reserve): Sumberdaya batubara terindikasi dan sebagian
sumberdaya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah
terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.
• Cadangan batubara terbukti (proved coal reserve): Sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan
kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan
secara layak.

70
70 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan
Review Quizz (5 menit)
No Pernyataan Coret yang
tidak perlu
1 Sumberdaya batubara adalah potensi batubara yang dapat ditambang untuk Benar / Salah
dimanfaatkan misalnya sebagai sumber energi.
2 Keluaran dari kegiatan eksplorasi detil adalah sumberdaya terukur dan pit Benar / Salah
potensial.
3 Cadangan batubara yang dapat ditambang dihitung pada tahap eksplorasi Benar / Salah
detil.
4 Stripping ratio (SR) adalah besaran yang menunjukkan perbandingan tonase Benar / Salah
overburden yang harus dikupas terhadap volume batubara yang dapat
ditambang.
5 Optimasi cadangan umumnya dilakukan dengan memperhatikan faktor SR Benar / Salah
dan geometri lereng.
6 Geological losses dipertimbangkan sebagai asumsi berkurangnya jumlah Benar / Salah
sumberdaya/cadangan batubara selama proses penambangan.
7 Metode poligon umumnya dipakai untuk menghitung cadangan batubara. Benar / Salah
8 Pada perhitungan cadangan, mining losses yang diasumsikan untuk tambang Benar / Salah
bawah tanah adalah lebih besar daripada tambang terbuka.

71 Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan


Pelatihan Perencanaan dan Operasi Penambangan

Anda mungkin juga menyukai