Hubungan Keduanya

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 42

SUMBER PENYAKIT

MENURUT AL QUR’AN, HADITS, DAN SAINS

Kelas A
(Kelompok 8)
Rithio Chandraca Islamy (16910040)
Dzulmanira Syafni Siregar (16910046) 1

Silvia Dewi Maransisca (16910047)


QS. AL A’RAF (7): 31

2
TAFSIR ATH-THABARI,
“JAMI’ AL BAYAN FI TA’WIL
AL’QUR’AN”

3
Tafsir At-Tabari

Allah memerintahkan untuk memakai pakaian yang indah saat memasuki masjid
• Mujahid, Ata’, Ibrahim An-Nakha’I, Said bin Jubayr, Qatadah, As-Suddi, Ad-Dahhak dan Malik
menarasikan perkataan Az-Zuhri dan beberapa salafi, mereka berkata bahwa ayat ini
menceritakan bahwa dahulu orang-orang Jahiliyah melakukan thawaf di Baitullah dengan
telanjang. Maka turunlah firman Allah swt dalam ayat ini: “Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu di setiap memasuki masjid.”
• Al Awfi berkata bahwa Ibnu Abbas mengartikan kalimat ‘pakailah pakaianmu di setiap
memasuki masjid’: “Sesungguhnya orang-orang Jahiliyah dari Bangsa Arab melakukan
thawaf di Baitullah sambil telanjang, laki-laki pada waktu siang hari dan perempuan pada
waktu malam hari. Dan Allah memerintahkan mereka untuk memakai pakaian, yang bersih,
rapi, yang mana menutupi aurat. Orang-orang diperintahkan untuk mengenakan pakaian
terbaik mereka saat akan melakukan shalat.” 4
Tafsir At-Tabari

Larangan berlebih-lebihan
• Imam at-Thabari dalam tafsirnya Jami’ul bayan fi ta’wil Alqur’an menyatakan bahwa yang
dimaksud “Larangan berlebih-lebihan” sebagaimana diriwayatkan Ibnu Jarir yang berkata
bahwa Muhammad bin Abdul-Ala mengatakan kepada kami bahwa Muhammad bin Thawr
mengatakan kepada kami dari Mamar, dari Ibn Tawus, dari bapaknya yang mengatakan
bahwa Ibnu Abbas berkata, “Allah telah mengizinkan makan dan minum, selama makan dan
minum itu tidak mengandung unsur berlebih-lebihan atau keangkuhan.”

5
Tafsir At-Tabari

Larangan berlebih-lebihan (cont…)


• Ibnu Jarir memaknai kalimat ‘Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan’ bahwa Allah berfirman demikian berarti Dia tidak menyukai mereka yang
melampaui batas dalam sesuatu yang dibolehkan atau yang dilarang, mereka yang
berlebihan dalam sesuatu yang Allah izinkan, membolehkan sesuatu yang Allah larang, atau
melarang sesuatu yang Allah izinkan. Namun, Allah menyukai terhadap sesuatu yang
diperbolehkan adalah yang dilakukan dengan tidak berlebih-lebihan dan juga terhadap
sesuatu yang Allah larang juga dilakukan demikian, tidak berlebih-lebihan. Ini merupakan
keadilan yang telah Allah tetapkan.”

6
TAFSIR AL MARAGHI

7
Tafsir Al-Maraghi

"Hai anak Adam, pakailah perhiasanmu di setiap memasuki mesjid.”


• Yang dimaksud dengan perhiasan yaitu sesuatu yang dapat mempercantik diri. Dan yang
dimaksud dengan mempercantik disini adalah pakaian yang baik seperti yang dimaksud
turunnya ayat ini.
• Paling tidak yang dimaksud dengan mempercantik yaitu yang dapat menutupi sesuatu yang
dianggap jelek menurut adat manusia, ialah menutup auratnya. Dalam hal ini menutup
aurat itu wajib hukumnya demi terpenuhinya syarat sahnya shalat dan thawaf.
• Adapun yang lebih dari itu, yakni pakaian yang dipakai untuk memperelok diri dengan
perhiasan pakaian, bukanlah melakukan shalat, terutama melakukan shalat jum'at dan shalat
ied maka itu sunnah hukumnya, tidak wajib.

8
Tafsir Al-Maraghi

"Hai anak Adam, pakailah perhiasanmu di setiap memasuki mesjid.” (cont..)


• Mengenai penafsiran tersebut di atas para ulama masih berbeda antara lain:
• Sebahagian dari ulama meriwayatkan, mempercantik diri dengan niat untuk beribadah
adalah wajib, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, baik beribadat (shalat) yang
berjamaah, maupun sendirian. Agar bila orang mu'min melakukan beribadah kepada
Allah bersama umat lainnya kelihatan indah, dalam arti tidak terlalu kelihatan kurang
atau berlebih-lebihan.
• Ath-Thabrani dan Baihaqi mengeluarkan hadits dari Ibnu Umar yang berbunyi:
Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda: ‘Apabila kamu melakukan shalat pakailah
bajumu, sebab Allah Azza Wajalla lebih suka kepada orang yang mempercantik. Apabila
tidak mempunyai dua baju pakailah sarung saat shalat, jangan seperti shalatnya orang
Yahudi.’” 9
Tafsir Al-Maraghi

"Hai anak Adam, pakailah perhiasanmu di setiap memasuki mesjid.” (cont..)


• Imam Syafi'i, Ahmad dan Bukhari menerima hadits dari Abu Hurairah, “Sesungguhnya
Nabi SAW telah bersabda “Janganlah kamu melakukan shalat yang hanya memakai
satu pakaian, atau tidak memakai sesuatu sama sekali.”
• Masalah keindahan yang dimiliki manusia sangat relatif baik pada saat senggang
maupun sempit. Barang siapa yang hanya memiliki satu pakaian yang bisa menutupi
seluruh tubuhnya shalatlah dengan pakaian itu, bila tidak bisa menutupi seluruh
auratnya, maka tutuplah bagian tubuh yang sangat vital yaitu dua kemaluannya,
tutuplah dengan pakaian itu apa yang dapat menutupi (Al Maraghi).

10
Tafsir Al-Maraghi

"Hai anak Adam, pakailah perhiasanmu di setiap memasuki mesjid.” (cont..)


• “Dan perintah berhias di setiap memasuki masjid berdasarkan ushul. Menurut orang Muslim, orang
Madinah mengajari baik yang berkelompok atau yang terpisah tinggal di pedalaman, dusun yang
terpencil, mereka memakai baju apabila memasuki masjid baik sendirian atau kelompok.
Sedangkan sebelum datang Islam, mereka hidup dengan telanjang, laki-laki maupun perempuan.
Sehingga berkata orang-orang yang telah insaf dari bangsa Afrika, sesungguhnya tersebarnya Islam
di Negara Afrika merupakan anugerah bagi orang-orang yang berakal. Dengan demikian akan
memperluas agama Islam di kota-kota yaitu di Madinah bahwa orang-orang harus meninggalkan
kebiasaan bertelanjang dan membiasakan diri berpakaian. Dengan kebiasaan berpakaian pula,
larislah para pedagang.”
Penafsiran Al-Maraghi dalam kalimat ini adalah penekanan tentang, memakai
perhiasan yang dapat mempercantik, yaitu pakaian yang baik, yang dapat
menutupi aurat terutama waktu shalat.
11
Tafsir Al-Maraghi

“..makan dan minumlah..”


• Al-Maraghi menafsirkan kalimat dalam ayat ini yaitu pakailah pakaianmu ketika
memasuki masjid, dan waktu beribadah, dan makanlah, minumlah dari yang baik,
jangan berlebih-lebihan pada makan, minum, karena Allah tidak menyukai berlebih-
lebihan pada makan dan minum. Kebanyakan orang sudah melupakan fitrahnya,
sehingga mereka tergila-gila atas kemegahan dan harta, yang akhirnya menyiksa diri
sendiri.
• Nasa’i dan Ibnu Majah meriwayatkan, sesungguhnya Nabi SAW telah bersabda, “Makan dan
minumlah dan bershadaqahlah dan berpakaianlah dengan tidak berlebih-lebihan. Karena besar
manfaatnya terhadap jiwa kita, maka jangan berlebih-lebihan, sebab Allah sangat mencintai bekas
nikmatNya pada hambaNya.”
Penekanan penafsiran Al-Maraghi adalah makanlah atau minumlah dan berpakaianlah,
boleh asal dengan tidak berlebih-lebihan. 12
Tafsir Al-Maraghi

“..makan dan minumlah..” (cont…)


• Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia mengatakan makanan apa yang kamu kehendaki,
dan minumlah apa yang kamu kehendaki dan pakailah pakaian yang kamu kehendaki.
Jangan sampai kamu dibuat oleh dua perkara yaitu berlebih-lebihan, artinya
melampaui batas. Adapun garis batas-batasnya antara lain:

Batas Batas Batas


thabi’i ekonomis syara’
lapar, kenyang, haus dan apabila pembelanjaan seseorang krn pemberi syariat telah
hilangnya dahaga, maka menurut ukuran tertentu dan mengharamkan beberapa jenis
makan dan minumlah di saat pemasukannya, yakni ukuran yang makanan yaitu: bangkai, darah,
lapar tetapi berhentilah tidak menghabiskan seluruh hasil daging bangkai, yang disembelih
sebelum kenyang. usahanya. dengan nama selain dari nama
Allah.
13
TAFSIR AL
MISBAH
Muhammad Quraish Shihab
Surah Al A’raaf (Tempat Yang Tertinggi) Ayat 31

Hai anak Adam, pakailah hiasan-hiasan yang berupa


pakaian materi yang menutupi aurat dan pakaian moril
yaitu berupa takwa, di setiap tempat salat, waktu
melaksanakan ibadah dan menikmati makanan dan
minuman. Semua itu kalian lakukan dengan tanpa
berlebih-lebihan. Maka jangan mengambil yang haram.
Dan jangan melampaui batas yang rasional dari
kesenangan tersebut. Allah tidak merestui orang-orang
yang berlebih-lebihan
Surah Al A’raaf (Tempat Yang Tertinggi) Ayat 31
Islam mengharuskan pemeluknya menjaga penampilan
dan kebersihan. pada setiap kesempatan. (hygiene)

Adapun sikap tidak berlebih-lebihan, ilmu pengetahuan


modern telah menetapkan bahwa tubuh tidak menyerap
semua makanan yang masuk, tetapi hanya mengambil
secukupnya, kemudian berusaha membuang yang tersisa
lebih dari kebutuhan.
Di samping itu, lambung dan alat-alat pencernaan
lainnya akan terporsir dan mengalami gangguan.
Surah Al A’raaf (Tempat Yang Tertinggi) Ayat 31
Dengan begitu, seseorang akan menderita penyakit tertentu yang
berhubungan dengan alat-alat tersebut.

Di antara bentuk sikap berlebih-lebihan, mengkonsumsi suatu zat makanan tertentu


dalam jumlah besar melebihi zat-zat lain yang juga diperlukan. Seperti mengkonsumsi
lemak dengan kadar yang mengalahkan albumen yang dibutuhkan tubuh.

Di samping itu, ayat ini menganjurkan kita untuk makan yang


baik-baik agar badan sehat sehingga kuat bekerja.

Demikian pula, sikap berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan dapat


menyebabkan kelebihan berat badan. Tubuh menjadi terporsir dan mudah terkena
tekanan darah tinggi, gula dan kejang jantung (angina pectoris).
TAFSIR IBNU KATSIR

18
Hai anak Adam, pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

 Ayat yang mulia ini merupakan bantahan terhadap orang-orang musyrik, yakni tradisi
melakukan tawaf dengan telanjang bulat yang biasa mereka lakukan. Seperti yang disebutkan
di dalam riwayat Imam Muslim, Imam Nasai, dan Ibnu Jarir.

 Sedangkan lafaznya berdasarkan apa yang ada pada Ibnu Jarir, diriwayatkan melalui hadis
Syu'bah, dari Salamah ibnu Kahil, dari Muslim Al-Batin, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas
yang mengatakan bahwa dahulu kaum pria dan wanita melakukan tawafnya
di Baitullah dalam keadaan telanjang bulat. Kaum pria melakukannya di siang hari,
sedangkan kaum wanita pada malam harinya. Salah seorang wanita dari mereka
mengatakan dalam tawafnya: Pada hari ini tampaklah sebagiannya atau seluruhnya; dan
apa yang tampak darinya, maka tidak akan saya halalkan.

 Maka Allah Swt. berfirman: “Pakailah pakaian kalian yang indah di setiap(memasuki) masjid.
(Al-A'raf: 31)
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: pakailah pakaian kalian yang indah di
setiap(memasuki) masjid. (Al-A'raf: 31), hingga akhir ayat.

Bahwa dahulu (di masa Jahiliah) kaum lelaki biasa tawaf sambil
telanjang. Maka Allah memerintahkan mereka untuk memakai
pakaian yang indah-indah (setelah masa Islam).

Yang dimaksud dengan istilah ُ‫الزينَة‬dalam


ِّ ayat ini ialah pakaian,
yaitu pakaian yang menutupi aurat, terbuat dari kain yang baik dan
bahan lainnya yang dapat dijadikan pakaian. Mereka diperintahkan
untuk memakai pakaiannya yang indah di setiap memasuki masjid.

20
• Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ata, Ibrahim An-Nakha'i, Sa'id
ibnu Jubair, Ojatadah, As-Saddi, Ad-Dahhak, Malik, Az-Zuhri, dan lain-
lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan para imam ulama
Salaf sehubungan dengan tafsir ayat ini.

• Bahwa ayat ini diturunkan sehubungan dengan tawaf orang-orang


musyrik di Ka'bah dalam keadaan telanjang bulat.

• Al-Hafiz ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui hadis Sa'id ibnu Basyir


dan Al-Auza'i, dari Qatadah, dari Anas secara marfu', bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan masalah mengerjakan salat dengan
memakai terompah. Tetapi kesahihannya masih perlu dipertimbangkan.

21
Berdasarkan ayat ini dan hadis yang mengutarakan masalah yang
semisal, disunatkan memakai pakaian yang indah di saat hendak
melakukan salat, terlebih lagi salat Jumat dan salat hari raya.

Disunatkan pula memakai wewangian, karena wewangian termasuk


ke dalam pengertian perhiasan. Juga disunatkan bersiwak,
mengingat siwak merupakan kesempurnaan bagi hal tersebut.

22
SUMBER PENYAKIT
MENURUT HADITS

23
Sumber Penyakit Menurut Al-Hadits

Dari Qatadah dari Anas radhiyallahu 'anhuma, sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang
minum sambil berdiri. Qatadah lantas bertanya kepada Anas, "Bagaimana dengan makan sambil berdiri?"
"Itu lebih parah dan lebih buruk." (H.R. Muslim)

Pada masa kini, para dokter mengatakan bahwa tubuh manusia ketika berdiri maka sistem saraf
dan sistem otot bekerja secara efektif. Sebaliknya pada saat duduk, kedua sistem ini bekerja dalam keadaan
fokus. Dengan demikian, sangat tidak tepat jika seseorang makan dan minum dalam posisi berdiri. Para
dokter memantau kondisi-kondisi dimana terjadi kasus gangguan dalam sistem pencernaan, banyak obat-
obatan yang tidak mampu mengobatinya. Namun pasien yang berhenti makan dan minum dalam posisi
berdiri, serta mulai makan dalam posisi duduk maka gangguan pencernaan ini hilang.
Penyakit Menurut Al-Hadits

Dari Karimah Al-Miqdad ibn Ma'di Kariba radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah/bejana yang lebih buruk
dari perutnya, sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup meneguhkan tulang rusuknya. Kalaupun dia
harus mengisinya, maka 1/3 untuk makanan, 1/3 untuk minuman, dan 1/3 untuk bernafas." (H.R. Muslim,
Tirmidzi dan Ibn Majah)

Ibn Sina rahimahullah menjelaskan bahwa berkah dan hikmah dari ALLAH Subhanahu Wa
Ta'ala tidak akan masuk ke dalam perut yang sudah penuh dengan makanan. Barangsiapa sedikit makan dan
minumnya, maka akan sedikit pula tidurnnya. Barangsiapa sedikit tidurnya, maka akan terlihat jelas dan
nyata berkah pada umur dan waktunya.
Perintah Makan, Minum, dan Berpakaian Tanpa Berlebihan

: ‫ انه قال‬, ‫عن النيب صلى هللا عليه وسلم‬ ‫عن عمرو بن شعيب عن ابيه عن جده‬
‫َسَرفْ َوَْل ََِمْي لَةْ ( رواه البيهقى ف شعب‬ ‫ف َغ ِْْي‬
ْ ِ ْ‫ص َّدقُوْا‬
َ َ‫ُكاُْوا َو ْشَربُوْاْ َْو الْبَ ُس ْوا َوت‬
)‫الميان‬
Dari umar bin syu’aib dari ayahnya dari kakeknya dari Nabi SAW, sesungguhnya Nabi Bersabda: makanlah,
minumlah, berpakaianlah dan shodaqohlah tanpa berlebihan dan sikap sombong.( HR. Baihaqi pada bab iman)

Islam mengajarkan untuk menjaga jadwal menu makan dengan baik. Manusia diajarkan mengonsumsi berbagai variasi
makanan dengan cukup dan tidak berlebih-lebihan. Baik Al Qur’an maupun Hadis banyak membahas tentang hal ini, sebelum
ilmu pengetahuan menemukan konsep angka kecukupan gizi righ dietary allowance ).

Al-Qur’an menyatakan secara berkali-kali larangan untuk makan berlebih-lebihan. Manusia cukup mengonsumsi makanan
sesuai dengan angka kecukupan gizi.
Sakit dalam pandangan Islam merupakan bagian dari cobaan
yang mengandung banyak faedah bagi seorang muslim

1. Sakit sebagai penebus dosa dan


kesalahan

Hadits Jabir bin Abdullah r.a. sesungguhnya ia mendengar Rasulullah Saw


bersabda:

“Tidaklah sakit seorang mukmin, laki-laki dan perempuan, dan tidaklah pula
dengan seorang muslim, laki-laki dan perempuan, melainkan
Allah Swt menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan hal itu, sebagaimana
bergugurannya dedaunan dari pohon.” (HR. Ahmad, 3/346).
2. Sakit akan mengangkat derajat dan menambah kebaikan

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkatasesungguhnya aku mendengar Rasulullah Saw


bersabda:

“Tidak ada seorang muslimpun yang tertusuk duri, atau yang lebih dari itu, melainkan
ditulis untuknya satu derajat dan dihapus darinya satu kesalahan” (HR. Muslim no.
2572).

Imam an-Nawawi rahimahullah memberikan komentar atas hadits di atas,


bahwa terdapat kabar gembira yang besar bagi kaum muslimin, bahwa tidak
berkurang sedikitpun dari diri mereka, dan di dalamnya dijelaskan tentang penebus
berbagai kesalahan dengan segala penyakit, segala musibah dunia dan duka citanya,
sekalipun kesusahan itu hanyalah sedikit. Dan di dalamnya dijelaskan pula tentang
pengangkatan derajat dengan perkara-perkara ini dan tambahan kebaikan (Syarh an-
Nawawi atas Shahih Muslim 16/193).
3. Sakit merupakan sebab untuk mencapai kedudukan yang tinggi

Hadits Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya seseorang akan memperoleh kedudukan di sisi Allah Swt, ia tidaklah


memperolehnya dengan amalan, Allah Swt senantiasa terus mengujinya dengan
sesuatu yang tidak disukainya, hingga ia memperolehnya” (HR. al-Hakim dan ia
menshahihkannya 1/495).
4. Sakit membawa kepada Muhasabah (introspeksi diri)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Musibah yang engkau terima
dengannya terhadap Allah Swt lebih baik bagimu daripada nikmat yang membuatmu
lupa untuk berdzikir kepada-Nya. (Tasliyatu ahli al-Masha`ib).
5. Sakit menjadi penyebab kembalinya hamba kepada Rabb-Nya

Allah Swt berfirman:

ُ‫ون‬ َ َ ‫آءُلَعَُلَّه ْمُيَت‬


َ ‫ض َّرع‬ َ ‫ُوال‬
ِّ ‫ض َّر‬ َ ‫آء‬ َ ْ ‫ُمنُقَ ْب ِّلكَ ُفَأ َ َخ ْذنَاهمُبِّا ْلبَأ‬
ِّ ‫س‬ َ ‫َولَقَدُْأ َ ْر‬
ِّ ‫س ْلنَآُإِّلَىُأ َم ٍم‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang
sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan
dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk
merendahkan diri“(QS. Al-An’aam: 42)
SUMBER PENYAKIT
MENURUT SAINS

32
Sumber Penyakit Menurut Sains

Menurut Gail Butterfield, pakar nutrisi dari Stanford University dalam Journal of the American Geriatrics
Society menyebutkan bahwa sumber penyakit berasal dari empat macam, yakni:

1. Toksin (racun) yang tertimbun dalam tubuh, ketidakseimbangan suhu badan, ketidakseimbangan angin,
dan ketidakseimbangan pikiran. Racun dalam tubuh manusia berasal dari bahan-bahan kimia dalam kadar
yang berlebihan yang tercampur dalam makanan dan minuman seperti bahan pewarna, bahan pengawet,
dan lainnya yang tidak diperlukan tubuh.
2. Ketidakseimbangan suhu badan disebabkan oleh sistem pengeluaran urin yang bermasalah.
Ketidakseimbangan angin menyebabkan masalah di dalam usus besar dan matinya bakteri positif serta
kekurangan enzim dalam tubuh.
3. Ketidakseimbangan pikiran (stress) menyebabkan tubuh mengeluarkan hormon steroid yang melemahkan
sistem imunitas.
4. Sistem imun. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa penyakit bukan bersumber dari kuman, virus atau
lain, tetapi lebih disebabkan dari kelemahan sistem daya tahan tubuh manusia (immunity). Apabila
imunitas lemah atau terganggu, maka kuman (bakteri), atau virus mudah menyerang tubuh.
Penyakit Menurut Al-Quran

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

"Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. Dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An-Nisā' 4 : 111)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman,

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu. Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka
bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah." (Q.S. Asy-Syūra 42: 30-31)

Dengan demikian dapat diketahui bahwa penyakit merupakan akibat dari perbuatan manusia itu sendiri melalui
tingkah laku sehari-hari yang tidak terpuji (dosa) di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Perilaku yang tidak terpuji tersebut
berupa akhlak yang kurang baik tersebut sudah berjalan bertahun-tahun bahkan mungkin juga sudah belasan bahkan puluhan
tahun, sehingga akhirnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan suatu musibah berupa penyakit sebagai pengingat bagi
ummat-Nya agar segera kembali ke jalan-Nya. Untuk mendapatkan kesembuhan, maka manusia harus kembali kepada satu-
satunya pelindung dan penolong, yakni Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
BATAS MAKAN
& MINUM

DALAM ILMU KESEHATAN

3
5
Konsumsi makanan yang
Konsumsi makanan salah akan mengakibatkan
disesuaikan dengan jumlah timbulnya malnutrisi, baik
kebutuhan masing-masing karena kurang gizi (defisiensi)
individu. maupun kelebihan gizi (over
nutrition).
Faktor Dalam Menentukan Kebutuhan Tubuh

Tahap Tahap Perkembangan Kehidupan (Usia),

Jenis Kegiatan Yang Dilakukan,

Tinggi Dan Berat Badan,

Status Kesehatan,

Keadaan Fisiologis Tertentu (Misalnya Hamil Dan Menyusui),

Nilai Gizi Makanan Yang Dikonsumsi

Serta Faktor-faktor Eksternal Lainnya.


WHO menganjurkan rata-rata konsumsi energi
makanan dalam sehari
10-15%
15-30% Dari
Berasal Dari
Lemak
Protein

55-75% Dari Air, Vitamin,


Karbohidrat Mineral
SUMBER
• Aliah B, Purwakania Hasan. 2008. Pengantar Psikologi Kesehatan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
• Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1993. Tafsir Al-Maraghi (Terjemah), juz VIII. Semarang: Toha Putra.
• Al-Qur’an dan Terjemah. 2007. Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung: Sygma Exagrafika.
• Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. 2008. Jami’ al- Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an, penerjemah: Abdul
Somad, Yusuf Hamdani, dkk. Jakarta: Pustaka Azzam.
• Cornelia, S.K.M., Edith Sumedi, S.K.M., Anwar, I., Sos, S., Kes, M., Rita Ramayulis, D.C.N., Kes, M., Sri
Iwaningsih, S.K.M., Triyani Kresnawan, D.C.N., Kes, M. and Nurlita, H., 2014. Konseling gizi. Penebar
PLUS+.
• Hashman, A., 2012. Rahasia Kesehatan Rasulullah. Jakarta: PT Mizan Publika.
• Ibnu Katsir. 2003. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1-7. Bogor: Pustaka Imam Syafi’i,
• Kementerian Kesehatan, R.I., 2014. Pedoman gizi seimbang. Jakarta: Kemenkes RI.
• Sayid Ahmad Al-Hasyim Afandi, 2000. Muhtasor Ahadis An-Nabawi. Jeddah: Maktabah Daar Ihyaul Kutub
Al-Arobiyah
• Sayyid, A.A.B.M., Ghoffar, M.A. and Haetami, M.I., 2009. Pola makan Rasulullah: makanan sehat
berkualitas menurut al-Qur'an dan as-Sunnah. Almahira.
• Shihab, M.Q., 2002. Tafsir al-misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur'an. Jakarta: Lentera Hati, 2.
Terimakasih
‫شكر‬
42

Anda mungkin juga menyukai