SISTEM RESPIRASI
By
Dr. dr. Maria Selvester Thadeus, M.Biomed
3/19/2019 2
PENYAKIT-PENYAKIT TERPENTING
SISTEM PERNAPASAN
1. Penyakit yang merusak alveolus dan mengganggu
pertukaran udara dalam alveolus. Misalnya
sindroma gawat napas (respiratory distress
syndrome)
2. Infeksi, misalnya pneumonia
3. Penyakit imunologi, misalnya asma, alveolitis
alergik ekstrinsik dan sarkoidosis.
4. Penyakit yang berkaitan dengan inhalasi polutan
dari udara dan merokok, misalnya pneumokoniosis
dan penyakit paru obstruktif menahun.
5. Neoplasma 3/19/2019 3
ATELEKTASIS (KOLAPS)
Berkurangnya volume paru akibat
tidak memadainya ekspansi rongga
udara pengalihan darah yang
kurang teroksigenisasi dari arteri ke
vena paru ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi dan hipoksia.
4 kategori
3/19/2019 4
1. Atelektasis Resopsi
terjadi setelah obstruksi
total saluran napas
bersifat reversibel jika
obstruksi dihilangkan.
Penyebab:
a. sekret mukopurulen pada
bronkitis kronik, asma
bronkialis, bronkiektasis;
b. aspirasi benda asing (t.u.
anak)
c. tumor : Karsinoma
bronkkogenik, KGB m’>>>
3/19/2019 5
2. Atelektasis Kompresi /
atelektasis pasif / relaksasi
terjadi ketika rongga
pleura mengembang karena
cairan (efusi pada gagal
jantung atau neoplasma,
darah pada ruptura
aneurisma aorta torakal)
atau karena udara
(pneumotoraks)
reversibel jika udara / cairan
dihilangkan
3/19/2019 6
3. Atelektasis Kontraksi
terjadi ketika
perubahan fibrotik
yang bersifat lokal
atau menyeluruh
pada paru-paru dan
pleura menghalangi
ekspansi paru yang
penuh tidak
reversibel.
3/19/2019 7
4. Mikroatelektasis /
atelektasis non-obstruktif
berkurangnya ekspansi
paru secara generalisata
akibat serangkaian proses,
dan yang terpenting adalah
hilangnya surfaktan.
(terdapat pada sindrom
gawat napas akut pada
neonatus, peradangan
interstisium, dan atelektasis
pascabedah
3/19/2019 8
JEJAS PARU AKUT
Menghasilkan sebuah spektrum lesi paru
yang meliputi : kongesti, edema, disrupsi
surfaktan dan atelektasis sindrom distres
pernapasan akut atau pneumonia interstisial
akut.
Edema Paru
Gangguan atau perubahan hemodinamik
pada permeabilitas mikrovaskuler
gangguan fungsi respirasi predisposisi
terjadinya infeksi
3/19/2019 9
JEJAS PARU AKUT
(Acute Lung Injury/ALI)
Morfologi
Berat, basah dan teraba subkrepitasi cairan
berkumpul di daerah basal lobus paru (bawah)
Gambaran histologik: meliputi kapiler yang
menggembung dan rongga udara yang terisi
oleh endapan granuler berwarna merah muda.
Pada kongesti dan edema yang kronik (stenosis
mitral) fibrosis interstisial yang disertai
dengan banyak sel makrofag yang berisi
hemosiderin (indurasi coklat)
3/19/2019 10
SINDROM DISTRES PERNAPASAN AKUT
(Kerusakan Alveolar Difus)
ARDS acute respiratory distress syndrome
cedera akut pada alveolus dan rusaknya
sawar udara alveolus darah
Ditandai kerusakan kapiler alveoli yang
difus edema paru yang berat, gagal napas
dan hipoksemia arterial yang resisten th/ O2
Rö: infiltrat bilateral yang difus
Sering infeksi menambah berat keadaan
mortalitas ± 60%
3/19/2019 11
Cedera sel menyebabkan transudasi cairan ke dalam
alveolus edema paru (kaya akan fibrin).
Fibrin pembentukan membran hialin menutupi
epitel alveolus yang rusak / defek yang terbentuk
akibat nekrosis sel alveolus.
angka mortalitas ARDS ↑↑ sebagian pasien
bertahan hidup dan memperlihatkan tanda-tanda
perbaikan kerusakan alveolus.
Membran hialin organisasi jaringan granulasi yang
tumbuh ke dalamnya obliterasi rongga/ruang
pernapasan bersifat permanen struktur alveolus
normal tidak dapat dipulihkan sesak napas
menetap seumur hidup hilangnya permukaan
respirasi alveolus
3/19/2019 12
Dewasa
ARDSAlveolus cedera pada
normal
unit alveolus-kapiler
ARDS Neonatus imanuritas mungkin cedera pneumosit
pneumosit tipe II yang tidak dapat (asap) atau endotel
menghasilkan surfaktan (endotoksin) alveolus
alveolus kolaps (atelektasis) edema bocornya sawar
membran hialin menutupi epitel alveolokapiler, sel nekrotik &
bronkiolus respirasi yang rusak makrofag defek epitel
secara fokal. ditutupi oleh membran hialin
3/19/2019 13
Etiologi ARDS
Edema karena jejas mikrovaskuler (jejas alveoli)
1. Infeksi: pneumonia, septikemia
2. Gas yang terhirup: O2, CO2
3. Aspirasi cairan: isi lambung, keadaan hampir
tenggelam
4. Obat-obatan dan zat kimia: preparat
kemoterapetik (bleomisin), amfoterisin B,
heroin, kerosin, paraquat
5. Syok dan trauma
6. Radiasi
7. Berhubungan dengan transfusi
3/19/2019 14
PATOFISIOLOGI ARDS
CEDERA
Endotel Epitel alveolus
Netrofil
3/19/2019 17
ARDS NEONATUS ARDS DEWASA
Membran hialin melapisi duktus
alveolus, dan alveolus kolaps
AA B
3/19/2019 19
PENYAKIT PARU DIFUS
3/19/2019 21
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF
Masing-masing kelainan:
emfisema, bronkitis kronik, asma dan
bronkiektasis
Emfisema dan bronkitis kronik
dikelompokkan COPD / PPOM
Banyak pasien menunjukkan ciri yang
saling tumpang tindih denominator
patogen = merokok
3/19/2019 22
ASMA
3/19/2019 23
ASMA
Kelainan inflamasi kronik kambuhan
Bronkospasme episodik reversibel yang terjadi
akibat respons bronkokonstriksi berlebihan
terhadap berbagai rangsangan
Saluran napas trakeobronkial
Klinis: serangan dispnea, batuk dan mengi
5% orang dewasa & 7-10% anak
2 kategori:
a. asma atopik (asma ekstrinsik)
b. asma non-atopik (asma intrinsik)
3/19/2019 24
3/19/2019 25
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi global berkisar antara 1% – 18%
dari populasi di negara yang berbeda.
Prevalensi asma adalah 8-10 kali lebih
tinggi di negara maju (US, Inggris, New
Zealand) daripada di negara berkembang.
Di negara maju, prevalensi asma lebih
tinggi pada kelompok yang
berpenghasilan rendah di area urban
daripada kelompok lain.
•
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi nasional Penyakit Asma adalah
4,0% (berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan dan gejala Riskesdas 2007).
Sebanyak 9 provinsi mempunyai prevalensi
Penyakit Asma di atas prevalensi nasional,
yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa
Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Papua
Barat.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi :
Pada golongan usia dan jenis kelamin
<5 tahun : sering pada laki-laki
5-9 tahun : wanita sama dengan laki-laki
10-60 tahun : wanita lebih besar dari laki-laki
>60 tahun : laki-laki > wanita
Klasifikasi Derajat Penyakit
GINA (Global Initiative for Asthma):4 derajat
penyakit asma : Asma Intermiten, Asma
Persisten Ringan, Asma Persisten Sedang, dan
Asma Persisten Berat. Dasar pembagiannya
gambaran klinis, faal paru dan obat yang
dibutuhkan untuk mengendalikan penyakit.
Konsensus Internasional III: 3 derajat penyakit
asma anak berdasarkan keadaan klinis dan
kebutuhan obat : Asma episodik jarang (75 %
populasi anak asma), Asma episodik (20 %
populasi), dan Asma persisten (5 % populasi).
Faktor pencetus asma:
ASMA EKSTRINSIK / ALERGIK
3/19/2019 32
Asma ekstrinsik/atopik
(alergik; reagin-mediated)
3/19/2019 41
Patogenesis
Penyempitan
saluran nafas,
terjadi ok :
1. Kontraksi otot
polos bronkus
2. Edema mukosa
bronkus
3. Akumulasi dahak
yang kental
Inflamasi saluran napas dan reaksi sel otot polos
Tampak
peradangan
interstisium
3/19/2019 50
Sarkoidosis
(Hipersensitivitas tipe IV)
Jaringan mengandung
granuloma yang terdiri
dari makrofag epitelioid
dan hanya sedikit
limfosit serta sel
raksasa.
Tidak terdapat nekrosis
di bagian tengah
granuloma
3/19/2019 51
EMFISEMA
3/19/2019 52
Emfisema
jenis penyakit paru obstruktif kronik secara
morfologik sebagai pelebaran permanen abnormal
rongga udara di sebelah distal bronkiolus terminalis
dengan disertai obstruksi dinding alveoli dan fibrosis
minimal kerusakan pada kantung udara (alveoli)
di paru-paru tubuh tidak mendapatkan oksigen
yang diperlukan.
Asinus bagian paru yang terletak distal bronkiolus
terminal (bronkiolus respiratorik, duktus alveolaris &
alveolus)
Lobulus : 3-5 asinus
Menurut distribusi anatomi lesinya, 3 jenis
emfisema:
1. sentriasinar, 2. panasinar, 3. asinar distal
3/19/2019 53
Diagram struktur normal di dalam asinus
unit fundamental paru-paru.
Bronkiolus terminalis (tidak diperlihatkan)
tepat di sebelah proksimal bronkiolus
respiratorius.
3/19/2019 54
Emfisema Sentriasinar
(Sentrilobular)
Destruksi dan pelebaran bagian sentral
atau proksimal unit respiratorius
asinus-alveoli sebelah distal yang
menjadi cadangan.
Kelainan utama pada lobus superior dan
apeks paru
Lesi berat yang terutama terlihat pada
perokok laki-laki dan sering disertai
dengan bronkitis kronik
3/19/2019 55
Emfisema sentrilobular
S
3/19/2019 58
Emfisema panasiner
3/19/2019 66
Bronkitis kronik
Batuk produktif persisten selama paling sedikit 3 bulan
dalam tempo sedikitnya 2 tahun berturut-turut.
Epidemiologi:
20 -25% laki-laki usia 40-65 tahun.
Patogenesis:
Iritasi kronik saluran napas oleh substansi yang terhirup
(asap rokok / kabut asap)
a.hipersekresi mukus dengan hipertrofi kelenjar mukosa
b. metaplasia sel goblet dalam epitelium bronkiolus
c. bronkiolitis
d. infeksi sekunder
3/19/2019 67
Morfologi:
Hiperemia dan edema pada membran
mukosa paru
Sekresi musin atau silinder yang mengisi
saluran napas
Peningkatan ukuran kelenjar mukus
Penyumbatan mukus, inflamasi dan fibrosis
dalam bronkus atau bronkiolus
Metaplasia skuamosa atau displasia epitelium
bronkus
3/19/2019 68
Bronkitis kronik
3/19/2019 70
3/19/2019 71
BRONKIEKTASIS
3/19/2019 72
Bronkiektasis
Infeksi kronik dengan nekrosis pada bronkus
dan bronkiolus dilatasi permanen yang
abnormal pada saluran napas.
Gambaran klinis:
batuk-batuk, demam & produksi sputum
purulen berlebihan; kasus berat
insufisiensi respiratorius obstruktif.
Komplikasi:
kor pulmonale, abses metastatik dan
amiloidosis sistemik
3/19/2019 73
Bronkiektasis disertai dengan:
1. Kelainan kongenital atau herediter (mis:
kistik fibrosis, keadaan imunodefisiensi)
2. Keadaan pasca-infeksi (pneumonia
bakteri, virus atau fungus dengan
nekrotisasi)
3. Obstuksi bronkus (mis: tumor atau benda
asing)
4. Keadaan lain (mis: artritis rematoid atau
penyakit graft-versus-host yang kronik)
3/19/2019 74
Bronkiektasis
Etiologi: obstruksi & infeksi
Pada obstruksi penumpukan sekret yang
terinfeksi inflamasi, nekrosis, fibrosis dan
dilatasi saluran napas yang ireversibel.
Aspergilosis bronkopulmoner alergika (rx
hipersensitivitas Aspergilosis fumigatus
inflamasi berat yang kaya eosinofil pada
saluran napas) memperberat keadaan
kistik fibrosis serta asma dan
bronkiektasis
3/19/2019 75
Morfologi:
Perubahan paling berat dalam saluran
napas distal lobus paru sebelah bawah
dilatasi yang terjadi dengan bentuk
berbeda-beda (silindris, fusiformis atau
sakuler)
Pemeriksaan histologik:
Spektrum inflamasi ringan s/d inflamasi
akut & kronik dengan nekrotisasi saluran
napas besar yang disertai fibrosis
bronkiolus 3/19/2019 76
3/19/2019 77
Bronkiektasis
3/19/2019 78
Bronkiektasis
3/19/2019 79
3/19/2019 80
PENYAKIT PARU RESTRIKTIF
(INTERSTISIAL DIFUS/INFILTRATIF)
3/19/2019 81
PENYAKIT PARU RESTRIKTIF
(INTERSTISIAL DIFUS/INFILTRATIF)
Kelompok kelainan yang heterogen yang banyak tidak
diketahui etiologinya.
Kelainan jaringan ikat paru yang khas, t.u. jaringan
interstisial alveoli dengan disertai perubahan klinik,
radiologik serta patologis yang khas.
Klinik: dispnea, vol paru b’(-), p’↓ compliance paru.
Radiologik: infiltrat difus dengan bayangan ground-glass
Patologik: inflamasi kronik yang difus & fibrosis
jaringan interstisial alveoli yang kadang2 disertai
gambaran patognomonik (mis. badan abses)
3/19/2019 82
ETIOLOGI
TERTENTU
PENYAKIT
PARU
INTERSTISIUM
KRONIS
3/19/2019 83
FIBROSIS PARU IDIOPATIK
3/19/2019 84
FIBROSIS PARU IDIOPATIK (IPF)
Kelainan dengan etiologi idiopatik
Epidemiologi: usia 40-70 tahun
Ditandai: fibrosis interstisial paru progresif
hipoksemia.
Siklus jejas paru akut (alveolitis) berulang
kesembuhan luka abnormal proliferasi
fibroblas b’>>>
Progresif insufisiensi paru, kor pulmonale
serta gagal jantung
3/19/2019 85
Pola Patologik
usual interstitial pneumonia (UIP)
Tampak bercak-bercak fibrosis interstisial
terdistribusi septal subpleura serta interlobuler
yang khas, dominasi pada lobus sebelah bawah
Fokus fibroblastik baru secara khas terdapat pada
dinding bronkiolus terjadi di daerah fibrosis yang
lama.
Destruksi paru yang tengah berlangsung sarang
tawon (honeycomb) fibrosis padat, rongga kistik
dgn dinding epitelium bronkiolus atau pneumosit
hiperplasia tipe II
3/19/2019 86
usual interstitial pneumonia
(UIP)
Bentuk penyakit
tersering.
Ditandai bercak-bercak
fibrosis alveolus dan
peradangan kronik
merusak bronkiolus
respirasi terminal, sering
mengalami pelebaran
Arsitektur paru normal telah
kistik dan bercampur lenyap, diganti berkas
menyatu dengan duktus fibrosis dan infiltrat
alveolaris (honeycomb peradangan kronik
lung) 3/19/2019 87
Patogenesis •Kejadian inisial berupa
(Fibrosis paru idiopatik) jejas epitel / endotel o/
toksin atau agen yang
terhirup atau terbawa
lewat darah.
•Perubahan akut yang
dini akibat alveolitis
terjadi perubahan :
rekrutmen sel-sel
radang aktif yang
dimediasi kemokin
sel-sel melepaskan
mediator jejas
(oksidan, sitokin) yang
bersifat fibrogenik
(PDGF, FGF, IL-1)
* Stadium lanjut
berkembang fibrosis
interstisial
3/19/2019 88
Morfologi: (IPF)
Respons peradangan terhadap cedera sembuh
fibrosis peradangan interstisium atau pneumonitis
(t.u. std awal)
Sindrom klinis yang berkaitan dengan subtipe
histologik penumonia interstisium
Gambaran heterogen pada pembesaran lemah,
dengan daerah paru normal, peradangan interstisium,
dan fibrosis selang/I peradangan interstrium
(bebercak dan tdd sebukan limfosit dan sel plasma di
septum alveolus, hiperplasia pneumosit tipe II, daerah
fibrotik tdd kolagen aselular padat) std lanjut:
alveolus dilapisi pneumosit tipe II yang dipisahkan
oleh jaringan fibrosa honeycomb chage tidak
spesifik
3/19/2019 89
A B
Fibrosis Paru Idiopatik
A. Dinding alveolus menebal oleh fibrosis (panah) &
tampak sedikit infiltrat sel mononukleus
interstisium.
B. B. fibrosis interstisium tampak lebih jelas
(pewarnaan trikrom Masson) biru tua (kolagen)
3/19/2019 90
PNEUMONIA INTERSTISIAL
NONSPESIFIK (NSPI)
3/19/2019 91
PNEUMONIA INTERSTISIAL
NONSPESIFIK (NSPI)
3/19/2019 93
Cryptogenic Organizing Pneumonia
Pneumonia dulunya disebut bronchiolitis obliterans
organizing pneumonia (BOOP)
Idiopatik (kriptogenik) respon terhadap infeksi
atau inflamasi
Klinik: gejala batuk, dispnea dan infeksi saluran
napas yang baru saja terjadi (sering); etiologi
lainnya: toksin yang terhirup, obat2an, penyakit
vaskuler kolagen / peny graf vs host banyak pasien
membaik kondisinya secara berangsur-angsur
setelah th/ steroid
Patologik: terdapat sumbatan jaringan fibrosa
longgar dalam bronkiolus, duktus alveolaris dan
alveoli. Jaringan paru-paru yang ada dibaliknya
tetap normal walaupun atelektasis.
3/19/2019 94
BOOP
A.Bronkiolus mengalami obliterasi parsial oleh jaringan
granulasi.
B. Bronkiolus dan alveolus di sekitarnya mengandung
kumparan fibroblas, kolagen dan sel-sel radang kronik.
3/19/2019 95
SARKOIDOSIS
3/19/2019 96
SARKOIDOSIS
Contoh penyakit paru restriktif
Hipersensitivitas tipe IV
Penyakit multisistem yang etiologinya belum diketahui
dan ditandai dengan granuloma nonkaseosa pada
banyak jaringan dan organ. (DD/ infeksi
mikobakterium/jamur dan beriliosis)
Epidemiologi: seluruh dunia, kedua jenis kelamin,
semua ras dan usia; kecenderungan:
a. terdapat predileksi konsisten orang dewasa < 40
tahun, wanita > laki2
b. Insiden tinggi ditemukan di Denmark & Swedia, serta
orang berkulit hitam AS (10x > kulit putih)
c. Sarkoidosis salah satu dari sedikit peny paru yang
prevalensinya > pada bukan perokok
3/19/2019 97
Etiologi tidak diketahui isyarat: penyakit
gangguan pengendalian imun pada orang
dengan predisposisi genetik yang terpajan agen
lingkungan tertentu.
Faktor yang berkontribusi:
1. Imunologik:
ratio sel T CD4+ : CD8+ = 3,5; p’↑ sitokin Th1: IL-
2 & IFN-γ; IL-8, TNF, MIP-1α rekrutmen sel T
dan monosit pembentukan granuloma
2. Genetik keterkaitan genotipe HLA (HLA-A1
kelas I dan HLA-B8)
3. Lingkungan virus, mikobakteri, Borrelia,
serbuk sari
3/19/2019 98
Sarkoidosis
Dapat sepenuhnya asimptomatik, penemuan
insidental (otopsi, foto rontgen toraks: adenopati
bilateral daerah hilus)
Dapat dijumpai dengan lesi kutaneus atau okuler
yang terpisah, limfadenopati perifer atau
hepatosplenomegali
Onset insidius gangguan respirasi / gejala
konstitusional (demam, keringat malam, p’↓ BB)
Onset agresif demam, eritema nodosum &
poliartritis
Diagnosis: kenaikan kadar IgG & Ca serum, Rö,
riwayat klinik tipikal, dan biopsi (granuloma
nonkaseosa), pem. Kultur (DD/ TBC, Infeksi fungus)
3/19/2019 99
Patogenesis
Alveolitis limfositik >>> Sel T CD4+ diaktifkan
(ekspresi MHC), p’↑ sitokin Th1 (IL-2 & IFN-γ)
m’aktifkan makrofag
Anergi kutanesus o/ > 1 agen penyebab dlm
keadaan normal rx hipersensitivitas lambat (tipe
IV) setempat, mis. Tuberkulin
Hipergamaglobulinemia poliklonal dapat terlihat
Sel-sel T helper yang diaktifkan dan sitokin yang
disekresi oleh sel-sel tsb influk monosit
disamping terbentuknya granuloma dan jejas yang
dimediasi sel.
Kenaikan sel Tγ-δ yang beredar dalam darah (akibat
peny. Mikobakterial) & pengukuran kadar rx rantai
polimerase kadang2 (+) untuk DNA mikobakterial
jaringan sarkoid menjadi perhatian
3/19/2019 100
Morfologi:
Granuloma epitelioid nonkaseosa/nonperkijuan.
Paru 90% granulosa interstisium dan bukan
rongga udara t.u jaringan ikat sekitar
bronkiolus dan venula paru serta pleura. 5-15%
pasien granuloma akhirnya diganti fibrosis
interstisium difus (honey comb appearance)
berhialinisasi, arteriopati hipertensif pulmonal &
kor pulmonale
KGB intratoraks paratrakea(mediastinal) dan
hilus > 75-90% pasien, 1/3 dgn limfadenopati
perifer (tidak nyeri, tekstur kenyal padat), KGB
tidak melekat & tidak ulserasi (DD/ TBC). Tonsil
25-33%
3/19/2019 101
Morfologi:
Lesi Kulit 33-50% pasien (tanda utama eritema
nodosum nodus merah, nyeri, meninggi dan
bertangkai (granuloma sarkoid jarang ditemukan);
nodus subkutis diskret tak nyeri (dapat ditemukan
sarkoidosis >>> mengandung granuloma
nonperkijuan) plak eritematosa dengan
pembentukan skuamosa dan lesi membran mukosa di
daerah hidung, pipi & bibir (lupus pernio)
Mata dan kelenjar air mata 20-50% kasus iritis,
iridosiklitis uni/bilateral kekeruhan kornea,
glaukoma & kebutaaan total (jarang), koroiditis,
retinitis dan saraf optikus; parotitis & nyeri pada <
10% pasien, yang kemudian xerostomia.
3/19/2019 102
Morfologi:
Lien (makroskopik tak tampak kelainan), 1/3 kasus
mengandung granuloma dan 10% membesar
secara klinis
Hati 75% tampak lesi granulomatosa
mikroskopik di trias porta; 1/3 pasien
hepatomegali atau gangguan fungsi hati
Sumsum tulang 40% kasus, jarang manifestasi
parah
Ginjal, sistem otot rangka dan saraf kranialis (lebih
jarang) asimptomatik
3/19/2019 103
Sarkoidosis Jaringan mengandung granuloma
khas terdiri dari kumpulan histiosit
epiteloid (makrofag epitelioid) dan
hanya sedikit limfosit dengan sel
raksasa multinuklear jarang
terdapat nekrosis di bagian tengah
granuloma
60% granuloma ditemukan benda-
benda Schaumann (massa padat
dan keras yang mengandung
protein, mengalami kalsifikasi dan
berlapis), benda-benda asteroid
(benda inkulusi berbentuk stelata
dalam sel raksasa)
3/19/2019 104
Gambaran klinis
(tidak bisa diramalkan)
dapat berjalan profresif lambat
Mengikuti perjalanan “remisi & sembuh”
(dengan/ tanpa th/ steroid)
Dapat sembuh spontan
65-70 % pasien tidak bermanifestasi
residual / minimal; 20% menderita disfungsi
paru atau okuler yang permanen; 10% pasien
meninggal t.u fibrosis paru progresif
3/19/2019 105
Pneumokoniosis
3/19/2019 106
Pneumokoniosis
etiologi: aerosol yang meliputi debu mineral,
debu organik, gas berbahaya dan uap panas.
Patogenesis:
Banyak debu tertahan (konsentrasi awal, lama
pajanan dan efektifitas mekanisme utk
pembersihan) ukuran, bentuk dan
keterapungan partikel (partikel > 5 μm tersaring
SPA, partikel < 1 μm tersuspensi dan dihembus
keluar, partikel 1-5 μm cenderung mengendap
dalam alveoli reaktivitas fisikokimiawi dan
kelarutan partikel (partikel sangat larut
toksisitas cepat); partikel tidak larut bertahan
reaksi fibrotik kronik
3/19/2019 107
Pneumokoniosis pekerja
tambang batubara
Efek yang ditimbulkan debu karbon pada paru-paru:
antrakosis: akumulasi kecil-kecil yang tidak berbahaya
dalam paru-paru penduduk daerah perkotaan dan para
perokok.
pneumokoniosis pekerja tambang batubara yang biasa
(CWP/coal workers’ pneumoconiosis) agregrat
berjumlah banyak sel makrofag bermuatan debu
batubara membentuk macula batubara; klinis: batuk-
batuk dan sputum kehitaman, pada kasus non
komplikasi tidak terlihat disfungsi paru
3/19/2019 108
Pneumokoniosis pekerja
tambang batubara
Efek yang ditimbulkan debu karbon pada paru-
paru:
Fibrosis masif yang progresif atau CWP dengan
komplikasi fibrosis berat dan pembentukan
parut di bagian berkumpulnya debu insufisiensi
respirasi disabilitas
Perjalanan penyakit fibrosis masif progresif
meliputi durasi dan besarnya pajanan serta sekresi
faktor2 fibrogenik oleh sel makrofag bermuatan
debu
3/19/2019 109
Morfologi
3/19/2019 112
Antrasilikosis
A
Tampak nodus-nodus A. Penyakit ditandai nodus-nodus
antrasilikosis yang fibrotik. Pigmen hitam adalah
konfluen dan hilangnya partikel batubara.
septum alveolus secara B. (inset) tampak partikel sebagai
fokal yang khas untuk kristal bireffringent (foto sinar
emfisema polarisasi)
3/19/2019 113
Asbestosis
Asbes famili silika fibrosa, pajanan okupasional
berat menyebabkan
Fibrosis interstisial (asbestosis) morfologik mirip UIP
(usual interstitial pneumonia) kecuali adanya
sejumlah besar badan asbes dalam daerah fibrotik
Reaksi pleura yang bermanifestasi sebagai efusi
benigna, adhesi-fibrosa pleura dan plak fibrosa yang
padat pada pleura atau diagragma kalsifikasi dan
tidak mengandung badan-badan asbes
Peningkatan risiko karsinoma paru dan mesotelioma
ganas
3/19/2019 114
Patogenesis
Serat yang terhirup dan mencapai alveoli paru
difagosit makrofag alveolaer dengan menstimuli
pelepasan komplemen C5a dan kemoatraktan
lainnya.
Sebagian serat asbes yang terinhalasi akan
dibersihkan makrofag (terbungkus hemosiderin
& glikoprotein benda-benda asbes / asbestos
bodies (badan feruginosa) berbentuk dumbel
dan terangkai seperti tasbih (khas); sisanya
mencapai jaringan interstisial dan sistem limfatik
3/19/2019 115
Mekanisme jejas paru dan
fibrosis progresif:
Pelepasan enzim / radikal bebas yang toksik oleh
sel-sel makrofag dan neutrofil yang direkrut ke
lokasi pengendapan asbes
Sitokin fibrogenik dan faktor pertumbuhan yang
dilepaskan oleh sel-sel makrofag alveoler
sesudah terjadi fagositosis serat asbes
Stimulasi langsung sintesis kolagen oleh
fibroblas yang terjadi karena asbes
3/19/2019 116
Asbestosis A. Fibrosis paru akibat
asbestosis. Pada
sediaan tampak
jaringan fibrosa warna
biru (pewarnaan
trikrom)
B. (inset)
tampak badan asbestos
batang berbentuk
halter, bermanik-manik
dan berwarna coklat
A B 3/19/2019 117
Silikosis disebabkan inhalasi kronik kristal Quartz kristal silika
dioksida bekerja dalam makrofag infusi sitokin2 perangsang
fibroblas timbul nodus-nodus firbotik.
Asbestosis serat-serat asbestos masuk dalam alveolus dan
difagosit makrofag badan-badan asbestos dan fibrosis paru &
pleura plak fibrotik 3/19/2019 118
PNEUMONITIS HIPERSENSITIF
(ALERGIKA)
3/19/2019 119
PNEUMONITIS HIPERSENSITIF
(ALERGIKA)
Kelainan yang dimediasi proses imunologik
alveolus alveolitis alergika pekerjaan
p’↑ kepekaan terhadap antigen inhalan
debu atau antigen yang terhirup:
1. Farmer’s lung spora aktinomisetes
bersifat termofilik dalam jerami.
2. Pigeon breeder’s lung protein dari bulu
atau ekskreta burung
3. Humidifer lung / air conditioner lung
bakteri termofilik
3/19/2019 120
Manifestasi : p’↓ kapasitas paru, compliance paru, dan
volume total paru.
B’manifestasi rx akut dengan demam, batuk, sesak
dan keluhan konstitusional 4-8 jam setelah pajanan; atau
sebagai penyakit kronis dengan batuk, sesak, malaise dan
p↓ BB secara perlahan.
Spesimen lavase bronkoalveolus p’↑ kadar kemokin
proinflamasi: MIP-1α & IL-8
Spesimen lavase bronkoalveolus p’↑ jumlah limfosit
T CD4+ dan CD8+
Sbgn besar pasien punya Ab presipitasi spesifik
komplek imun (hipersensitivitas tipe III)
Komplemen dan Ig ditemukan di dinding pembuluh
(IHK)
Granuloma nonkaseosa 2/3 pasien hipersensitivitas
tipe IV
3/19/2019 121
Perubahan Histologik:
Pneumonitis interstisial bronkiolosentrik serta
fibrosis dan granuloma nonkaseosa t’btk
secara longgar dengan jumlah bervariasi.
Stop pajanan dini Mencegah bentuk fibrosis
kronik serius.
Limfosit predominan, tetapi sel plasma dan
histiosit juga ditemukan.
Akut: netrofil dalam jumlah bervariasi.
Kronis : fibrosis interstisium difus
3/19/2019 122
PNEUMONITIS HIPERSENSITIF
(ALERGIKA)
3/19/2019 124
Penyakit Interstisial
Berhubungan dengan Merokok
3/19/2019 125
Pneumonia Interstisial
Deskuamatif
Ditandai kumpulan sel-sel makrofag
berwarna coklat kotor (pada perokok) yang
berukuran besar dalam alveoli dengan
inflamasi interstisial ringan dan fibrosis
minimal.
Emfisema sering ditemukan
Th/ steroid atau penghentian merokok
perbaikan
3/19/2019 126
Pneumonia Interstisial
Deskuamatif
Akumulasi
makrofag
dalam alveolus
3/19/2019 127
Penyakit Paru Interstisial
terkait bronkiolitis respiratorius
3/19/2019 128
Proteinosis Alveoli Paru
(PAP)
Kelainan langka, 3 bentuk:
1. PAP bentuk proteinosis alveoli paru 90% kasus
Ab Anti GM-CSF (granulocyte-macrophage colony
stimulating factor) gangguan pembersihan
surfaktan o/ sel-sel makrofag paru
2. PAP kongenital bayi baru lahir & membawa k’†
dengan cepat
3. PAP sekunder seseorg terpajan iritan debu/ zat
kimia / org dengan g3an kekebalan (imunosupresi)
3/19/2019 129
Klinis: gangguan pernapasan, batuk-
batuk dan produksi sputum mengandung
gelatinosa
Rö: opasifikasi paru difus
Histologik: akumulasi material padat,
amorf serta bermuatan lipid dan
perwarnaan PAS / Periodic acid-Schiff (+)
dalam rongga2 intra alveoler. Eksudat
protein alveoler (+) t.u tdd surfaktan
granuler aseluler dan celah-celah
kolesterol 3/19/2019 130
PENYAKIT DENGAN
ETIOLOGI VASKULER
3/19/2019 131
Emboli, Perdarahan dan Infark Paru
3/19/2019 137
HIPERTENSI PULMONAL
K’↑ tekanan a pulmonalis o/ p’↑ resistensi
vaskuler paru, terjadi akibat:
a. Penyakit paru interstisial/obstruktif kronik
b. Kelainan jantung kongenital atau didapat
disertai gagal jantung kiri
c. Emboli paru rekuren
d. Kelainan autoimun
Hipertensi pulmonal primer (idiopatik)
jarang, khusus wanita 20-40 tahun, umumnya
berlanjut insufisiensi pernapasan berat, kor
pulmonale dan k’† dlm bbrp tahun.
3/19/2019 138
Th/ pemberian vasodilator dan kadang2
transplantasi paru.
P’sb sbgn besar kasus tidak diket, namun 50%
kasus familial dan 25% penyakit sporadik,
mutasi reseptor protein morfogenetik tulang
tipe 2 bersifat patogenik.
HP Sekunder disf/ dan cedera endotel (o/
agen kimia) vasokonstriksi persisten
hipertrofi tunika intima dan media serta p’↑
resistensi vaskular.
3/19/2019 139
PENYEBAB HIPERTENSI PULMONAL
& SKLEROSIS VASKULAR
3/19/2019 140
Morfologi:
1. Ateroma arteri elastik besar
2. Fibrosis tunika intima / hiperplasia tunika
media arteri muskuler sedang dan arteriol
yang lebih kecil
3. Arteriopati pleksogenik tampak pada
hipertensi pulmonal primer dan sbgn anomali
kongenital kardiovaskuler
4. Sejumlah trombus terorganisir
tromboemboli pulmoner rekuren sbg E/
3/19/2019 141
A B C
A. Arteri muskularis paru normal media muskularis
dilapisi o/ lamina elastika interna (IEL) dan lamina
elastika eksterna (EEL)
B. Hiperplasia intima (panah), dan hipertrofi tunika
media (HP std ringan-sedang) reversibel
C. HP derajat berat lesi pleksiform kerusakan
dinding arteri muskularis kecil (panah) membentuk
aneurisma (tekanan paru tinggi), disertai trombosis
sekunder dan rekanalisasi di segmen yang rusak.
3/19/2019 142
Sindrom Perdarahan Pulmoner Difus
3/19/2019 143
Sindrom Perdarahan Pulmoner Difus
Perdarahan paru komplikasi serius (khususnya
sindrom perdarahan pulmoner) :
1. Sindrom Goodpasture pneumonitis interstisial
hemoragik nekrotikans dengan glomerulonefritis
progresif E/ : autoantibodi vs Ag membran basalis
paru dan ginjal. >>> laki2 dan para perokok.
2. Hemosiderosis pulmoner idiopatik langka, anak2,
disertai perdarahan alveoli difus intermiten,
responsif dgn th/ imunosupresi dan meninggalkan
endapan hemosiderin residual yang prominen dan
fibrosis beragam.
3. Perdarahan terkait vaskulitis pada granulomatosis
Wegener, SLE & angiitis hipersensitivitas.
3/19/2019 144
Granulomatosis Wegener
Parenkim paru
mengalami konsolidasi
tampak gambaran
peta (geographical
appearance), akibat
daerah-daerah
peradangan yang
ireguler, nekrosis dan
perdarahan
3/19/2019 145
INFEKSI PARU =
PNEUMONIA
3/19/2019 146
Infeksi Paru
Pertahanan paru atau sistemik terganggu.
Pertahanan paru: mekanisme nasal, trakeobronkial dan
alveoler utk menyaring, menetralkan dan membersikan
m.o serta partikel inhalan
Patogenesis:
1. b’(-) rx batuk aspirasi (koma, anestesia, efek obat)
2. Cedera aparatus mukosiliaris (inhalasi asap rokok)
3. B’(-) f/ fagositik / bakterisida sel makrofag alveoler
(pengguna alkohol, tembakau, toksisitas O2)
4. Edema / kongesti (gagal jantung kongestif)
5. Akumulasi sekret
6. Defek imunitas kongenital
3/19/2019 148
Mekanisme Pertahanan Paru
3/19/2019 149
SINDROM PNEUMONIA
3/19/2019 150
3/19/2019 151
Pneumonia Akut Didapat
3/19/2019 152
Pneumonia Akut Didapat
Bersifat bakterial / viral
Infeksi baktrial : 2 pola morfologik yang saling
tumpang tindih (bronkopneumonia/BP &
pneumonia lobaris/PL)
Etiologi: m.o gram (+) & gram (-) bergantung
virulensi bakteri dan resistensi hospes.
Berawal di bronkus dan alveolus sekitasnya pada 1
lobus.
Pneumonia lobularis lokal bronkopneumonia
produksi eksudat bronkus sputum purulen
3/19/2019 153
PNEUMONIA
Infeksi paru yang dapat terjadi dalam beberapa
bentuk
Klasifikasi berdasarkan kriteria:
1. lama akut / kronik
2. Etiologi bakteri, virus, jamur, protozoa
3. Lokasi lesi alveolus / interstisium
4. Luas lesi lobulus / lobus
Secara umum infeksi bakteri & jamur
ditandai oleh eksudat intra-alveolus, sedangkan
virus & Mycoplasma pneumoniae pneumonia
interstisium 3/19/2019 154
Distribusi anatomik BP dan PL
3/19/2019 155
Diagram pneumonia bakteria
Beberapa fase dan dapat
timbul sebagai
bronkopneumonia lokal
(pneumonia lobaris) atau
pneumonia lobaris difus.
Pada awal alveolus
mengandung bakteri, cairan
edema dan bbrp netrofil
eksudasi netrofil dalam
jumlah besah konsolidasi
(hepatisasi kelabu) pada
fase resolusi eksudat
dibersihkan makrofag
penyapu dan dikeluarkan
dengan batuk atau diserap
kembali 3/19/2019 156
E/ Pneumonia Akut Didapat
3/19/2019 157
Etiologi
Streptococcus pneumoniae atau pneumococcus
(tersering) diplokokus gram (+) berbentuk lanset
dalam neutrofil
Haemophilus influenzae bakteri pleomorfik,
gram (-), berkapsul (6 serotipe) atau tidak
berkapsul (tidak bisa dittkan tipenya) infeksi sal.
napas bawah dan meninggitis bisa † anak2 dan
penyebab umum pneumonia orang dewas,
khususnya penderita COPD tersedia vaksin
Moraxella catarrhalis pneumonia bakterial
manula, memperberat COPD, penyebab umum
otitis media anak2
3/19/2019 158
Etiologi
Pneumonia Staphylococcus aureus sering
menjadi komplikasi peny virus & infeksi para
pemakai obat i.v. infeksi m.o ini abses &
empiema
Klepsiella pneumonia penyebab umum
pneumonia gram (-) orang-orang k.u.buruk
(pecandu alkohol kronik)
Pseudomonas aeruginosa pasien kistik fibrosis
dan neutropenia
Legionella pneumophilia penyebaran via aerosol
pneumonia berat pasien dengan g3an imunitas
3/19/2019 159
Morfologi
1. Bronkopneumonia bercak-bercak konsolidasi
eksudatif parenkim paru. E/: stafilokokus,
pneumokokus, Haemophilus influenzae, Pseudomonas
aeruginosa, & bakteri koliformis. Makroskopik: paru
tampak daerah konsolidasi & supurasi terdispersi,
menonjol, bersifat fokal dan dapat diraba.
Mikroskopik: tampak eksudasi supuratif (neutrofilik)
akut mengisi saluran napas dan rongga udara, di
sekitar bronkus dan bronkiolus. Resolusieksudat
biasanya akan memulihkan struktur paru normal,
tetapi pemulihan disertai pembentukan jaringan parut
fibrosa atau agresif menghasilkan abses
3/19/2019 160
Morfologi Bronkopneumonia
A B C
3/19/2019 164
Stadium penyakit
1. Kongesti mendominasi gambaran klinis 24 jam
pertama
2. Hepatisasi merah (konsolidasi) tampak
jaringan paru dengan eksudat konfluen dari sel-
sel netrofil dan sel darah merah makroskopik
merah, kenyal dan mirip hati
3. Hepatisasi kelabu setelah sel darah merah
terurai sementara eksudat fibrinosupuratif tersisa
tetap bertahan makroskopik coklat-kelabu
4. Resolusi std akhir degradasi enzimatik &
seluler dibersihan struktur yang normal akan
pulih kembali
3/19/2019 165
Pneumonia yang mengalami organisasi
alveolus mengandung
fibrin dan jaringan
granulasi
3/19/2019 166
Komplikasi
Pembentukan abses
Empiema penyebaran infeksi ke
dalam rongga pleura
Pengorganisasian eksudat jaringan
parut fibrotik
Bakteremia & sepsis infeksi organ
tubuh lain
3/19/2019 167
Pneumonia Atipikal Didapat
3/19/2019 168
Pneumonia Atipikal Didapat
(pneumonia virus & mikoplasma)
Infeksi virus (v. influenza A atau B, v.
sinsitial respiratorik, adenovirus,
rhinovirus, herpes simplex,
cytomegalovirus) atau Mycoplasma
pneumoniae kelainan sal.napas atas
ringan s/d sal.napas bawah berat
3/19/2019 169
Pneumonia virus
3/19/2019 171
Pneumonia virus
Dinding alveolus
yang menebal
disebuk oleh
banyak lekosit
MN
3/19/2019 172
Pneumonia virus
A B C
A. Infiltrat terutama terletak di daerah interstisium alveolus
mengandung cairan edeman berprotein dan membran hialin.
B. Gambar septum alveolus dengan pembesaran lebih kuat
alveolus tampak melebar dan disebuk oleh limfosit dan
makrofag cairan edema terwarnai dengan eosin
(mengandung konsentrasi protein tinggi)
C. Sitomegalovirus dalam sel alveolus yang mengalami
deskuamasi dikelilingi oleh darah. 3/19/2019 173
Infeksi sitomegalovirus paru tampak
badan inklusi khas di nukleus (jelas) dan
sitoplasma (batas tidak jelas)
3/19/2019 174
Pneumonia Pneumocystis carinii
3/19/2019 175
Pneumonia Pneumocystis carinii
Penyulit yang sering terjadi pada AIDS, tapi dapat
timbul juga pada berbagai kelainan yang ditandai
imunosupresi dan p’↓ daya tahan yang parah.
Parasit ini daya invasinya rendah & tetap berada
dalam alveolus eksudat kaya protein tampak
berbusa.
Kista sporozoit Pneumocystis carinii ditemukan
dalam eksudat (pewarnaan imprenasi perak/ IHK)
Respon peradang infeksi tdd: limfosit, sel plasma dan
makrofag terbatas di septum alveolus
Pada pasien AIDS parah respon peradangan ini
sangat lemah / tidak ada
3/19/2019 176
Pneumonia Pneumocystis carinii
3/19/2019 178
Severe Acute Respiratory Syndrom
(SARS)
3/19/2019 179
SARS
Pertama muncul di Cina (Nov’2002)
1/3 pasien sembuh, sisanya memburuk
penyakit respiratorik berat dan ±
10% †
E/: coronavirus via sekret pernapasan
terinfeksi
Paru pasien SARS kerusakan alveoli
difus dengan sel-sel raksasan
multinuklear, virus tampak dengan ME.
3/19/2019 180
Pneumonia Nosokomial
3/19/2019 181
Pneumonia Nosokomial
Infeksi yang didapat selama dirawat di
RS
Terjadi pada pasien dengan penyakit
dasar berat atau dengan pemakaian
alat invasif komplikasi serius yang
bisa †
Gram negatif (enterobacteriaceae &
Pseudomonas aeruginosa) serta S.
aureus isolat tersering ditemukan
3/19/2019 182
Pneumonia Aspirasi
3/19/2019 183
Pneumonia Aspirasi
Terjadi pada pasien dengan k.u sangat buruk
atau tidak sadar (koma)
Sbgn pneumonia kimia (asam lambung)
dan sbgn pneumonia bakterial (campuran
dengan flora oral)
Pneumonia jenis ini sering nekrosis,
memperlihatkan perjalanan fulminan dan
sering †, bagi yang bertahan hidup abses
paru
3/19/2019 184
Abses Paru
3/19/2019 185
Abses Paru
Infeksi nekrosis supuratif lokal jaringan paru
M.o : staf., streps, s’jlh kuman gram (-) dan anaerob
Etiologi:
1. Aspirasi material infeksi (bedah orofaring, aspirasi
sekunder/koma, obat2an, anestesia, kejang) paru
kanan (bronkus kanan > vertikal)
2. Infeksi bakteri primer yang mendahului
3. Emboli septik trombus t’infeksi/vegetasi katup jantung
kanan
4. Tumor yang bersifat obstruktif
5. Luka tusuk langsung
6. Penyebaran infeksi dari organ2 didekatnya
3/19/2019 188
Pneumonia kronik
3/19/2019 189
Pneumonia kronik
Khas inflamasi granulomatosa terlokalisir pada
pasien imunokompeten, dengan atau tanpa
kelainan limfonodi
Pada pasien imunitas terganggu menyebar.
Tidak sempurna proses penyembuhan setelah
cedera paru akut (mis. Pneumonia bakteri dan
virus, ARDS, cedera toksik atau peny paru
idiopatik
3/19/2019 190
Pneumonia
kronik
A. Paru normal
B. Pneumonia
interstisium biasa
terdapat >>> fibroblas
& fibrosis interstisium
yg disebuk limfosit &
makrofag alveolus dilapisi pneumosit tipe II yang m↑
C. Pneumonia deskuamatif alveolus mengandung >>>
makrofag
D. Pneumonia interstisium limfositik septum interstisium
disebuk limfosit
3/19/2019 191
Fibrosis paru kronik
Arsitektur paru
normal telah lenyap
dinding alveolus
mengalami distorsi
oleh jaringan fibrosa
3/19/2019 192
Tuberkulosis
3/19/2019 193
Tuberkulosis
Infeksi Mycobacterium tuberculosis (tersering)
Infeksi berasal sbg peradangan paru lokal yang
meluas ke kelenjar limfe bronkus (kompleks Ghon)
Infeksi ditandai granuloma nekrotikans
(granulomakaseosa) penampakan seperti keju.
Granuloma mengandung M. tuberkulosis dapat
sembuh jaingan fibrosis.
Granuloma cenderung menyatu merusak
parenkim rongga besar (tuberkulosis
kavernosa), dengan dinding berjaringan fibrosa
Granuloma sembuh kalsifikasi
3/19/2019 194
Tuberkulosis
Penyebaran luas M. tuberkulosis via
sirkulasi limfe dan darah atau melalui
jalan napas terbentuk >>> nodus kecil
(biji padi) tuberkulosis miliaris.
Nodus serupa dengan gambaran
histologik granuloma primer pada
kompleks Ghon, mungkin tampak
nekrosis luas dengan sedikit respons
peradangan.
3/19/2019 195
Tuberkulosis
3/19/2019 199
Mikroskopik Tuberkulosis paru
A B C D
A.Granuloma pada tuberkulosis dini nekrosis luas
B. M. tuberculosis batang-batang berwarna merah
(Pewarnaan Ziehl-Neelsen)
C. Jaringan parut fibrotik di dinding kavitas tuberkulosis
terdiri dari fibroblas, kolagen dan beberapa sel raksasa
Langerhans
D.Dinding Kavitas tuberkulosis mengandung fokus
kalsifikasi menggantikan granuloma kaseosa
3/19/2019 200
Infeksi jamur
3/19/2019 201
A. KANDIDIASIS
INVASIF pasien
gangguan kekebalan
fungus dalam
dinding pembuluh
darah paru.
B. D/ Kandidiasis
ditegakkan tampak
pseudohifa khas dan
balstokonidia (ragi
bertunas) di potongan
jaringan atau eksudat
C. Aspergilosis invasif pasien penerima cangkok sumsum tulang
D. Pewarnaan Gomori methenamine-silver (GMS) tampak hifa
bersekat dengan cabang-cabang sudut lancip gambaran
konsisten dengan Aspergillus kadang2 dengan fruiting bodies
(inset) jika tumbuh di bgn yang >>> udara
3/19/2019 202
E. Kriptokokosis paru pasien dengan AIDS bentuk ragi
memperlihatkan variasi dalam ukuran: tidak seperti pada
kandidiasis tidak ditemukan pseudohifa. Pada HE kapsul tidak
terlihat secara langsung tapi dapat ditemukan “halo” jernih di
sekeliling masing-masing jamur mencerminkan daerah yang
ditempati oleh kapsul.
F. Histoplasmosis diseminata pasien AIDS. Histoplasma capsulatum
jamur dimorfik dan membentuk ragi pada suhu tubuh dgn GMS
jamur terlihat dalam makrofag dan lebih kecil serta berukuran lebih
seragam dibandingkan Cryptococcus. 3/19/2019 203
G. Koksidioidomikosis paru. C. immitis memicu respon
granulomatosa yang mirip tuberkulosis pada individu
imunokompeten (perhatikan limfosit histiosit gemuk dan sel
raksasa). Funggus terdapat di sisi kiri lapangan pemeriksaan. Inset
memperlihatkan sferul C.immitis yang berdinding tebal dan tidak
bertunas serta terisi oleh endospora.
H. Blastomikosis paru memicu respons granulomatosa pejamu
imunokompeten. Inset memperlihatkan pola pembentukan tunas
yang “berpangkal lebar” khas pada Blastomyces
3/19/2019 204
TUMOR SISTEM RESPIRASI
3/19/2019 205
Tumor Traktus Respiratorius
Atas
Jinak
- Epitel: papilloma
- Jar. Penyambung: hemangioma,
angiofibroma
Ganas
- terutama: SCC, sering di laring
- KNF
- Adeno ca
206
NEOPLASIA/TUMOR St.
Pernafasan
UPPER RT Nasopharyngeal carcinoma - Larynx
LOWER RT / LUNG Non-small cell lung carcinoma
(Squamous cell carcinoma,
Adenocarcinoma/Bronchioloalveolar
carcinoma) Small cell carcinoma -
Pancoast tumor - Solitary pulmonary
nodule
Squamous cell carcinoma
OTHER MEDIASTINAL Heart (Primary, Myxoma,
TUMORS Rhabdomyoma, Lipoma)
Thymus/Thymoma
3/19/2019 207
Karsinoma laring
208
A. Karsinoma laring. Lesi yang besar, ulserasi, fungating melibatkan pita
suara dan sinus piriformis. B, Histologi: SCC laring.
209
Karsinoma sel skuamosa laring
(tanda panah) yang timbul di lokasi
supraglotis
3/19/2019 210
Diagrammatic comparison of a benign papilloma and an
exophytic carcinoma of the larynx to highlight their quite
different appearances.
211
Karsinoma Nasofaring (KNF)
212
KNF
resiko penyakit
insiden yang berbeda secara geografis &
etnik berhubungan dengan EBV
213
KNF
Global, tahun 2000: 65.000 kasus baru
& 38.000 †
Insiden jarang di beberapa negara:
Amerika 1-2 kasus/ 100.000 ♂ & 0,4
kasus/100.00 ♀
Insiden tinggi pada kelompok etnik
tertentu
Insiden tertinggi: Cina bagian Selatan >
50/100.000
214
Indonesia (2003): KNF urutan 1 dari semua
tumor ganas primer pada ♂, urutan 8 pada ♀
Data Lab PA FKUA, RSUP Dr. M. Djamil, 2006-
2008: 45 kasus KNF di wilayah propinsi
Sumbar
♂>♀
Semua umur, puncak umur 40-60 tahun
Tidak ada gejala spesifik
> 70% kasus: limfadenopati servikal
215
Klasifikasi Karsinoma Nasofaring
WHO-1 : Keratinizing Squamous Cell Carcinoma
216
WHO-2 : Nonkeratinizing Carcinoma
217
WHO-3 : Undifferentiated Carcinoma
218
Faktor etiologi utama:
- infeksi EBV
- kerentanan genetik
- lingkungan
219
Tumor Paru
Benign / Malignant
90-95%: carsinoma
5%: carcinoid
2-5%: mesenchym dan neoplasma
lainnya
Kanker terbanyak dan termasuk yg
paling mematikan
Pada ♂ : 85-90% berhubungan dg
merokok (♀ 47%)
Insiden: usia 40-70 th, puncak 50-60th
220
Kanker paru
3/19/2019 221
Sebagian besar tumor bersifat bronkogenik, tdd sel-
sel epitel bronkus normal atau yang mengalami
perubahan patologi. Karsinoma sel skuamosa
bersesuaian dengan fokus metaplasia mukoid pada
mukosa bronkus dan sel-sel membentuk kelenjar
bronkus. Karsinoma sel kecil (oat cell carcinoma) dan
Tumor karsinoid tdd sel-sel neuroendokrin.
Karsinoma bronkiolalveolar mungkin berasal dari sel-
sel di bronkiolus. Sel-sel neoplastik tumbuh ke
dalam alveolus dan melapisi rongga udara terminal.
Mesotelioma tumor bifasik tdd sel-sel subfpleura
fibroblastik dan sel-sel mirip dengan sel mesotel
permukaan pleura yang mirip dengan epitel
3/19/2019 222
Etiologi dan Patogenesis
Akumulasi abnormalitas genetik:
Epitel bronkhus normal neoplasma
A. Merokok
Merokok kanker paru
Jumlah rokok/hari
Cara merokok inhalasi
Lamanya merokok
Terjadi perubahan histologik epitel yang melapisi trakt.
respirasi pada perokok (Pada SCC: Sq metap sq displ ca
in situ ca invasive)
> 1200 substansi dlm asap rokok potensial karsinogen
(polyciclic aromatic hydrocarbon (benzopyrene) inisiator;
derivat phenol promotor; zat radio aktif lain (polonium
210, carbon 14, potasium-40): kontaminant (arsen, nikel)
223
B. Industri
Radiasi ionisasi dosis tinggi
Uranium non smoker 4x
smoker 10 x
Asbestos (masa laten 10-30 tahun)
non smoker 5x
smoker 50-90x
C. Polusi udara
Polutant atmosfer
Radon dosis tinggi tambang
dosis rendah indoor exposure
224
225
D. Molecular genetics
Paparan terhadap agen tsb perubahan genetik
pada sel-sel paru akumulasi fenotip neoplastik
Onkogen:
- c-MYC small cell
- K-RAS non small cell late
- EGFR
- HER-2/neu
227
Manifestasi Klinis
Batuk (80% kasus): infeksi distal sal nafas
tersumbat oleh tumor
Hemoptisis (70% kasus): ulserasi tumor pada
bronkhus
Sesak nafas (60% kasus): ekstensi lokal
tumor
Nyeri dada (40% kasus): mengenai pleura &
dinding dada
Wheezing (15% kasus): penyempitan sal
nafas
228
229
Klasifikasi
Penting pengobatan
dasar penelitian epidemiologi
dan biologi
Secara garis besar
1. Squamous cell carcinoma (25% -
40%)
2. Adenocarcinoma (25% - 40%)
3. Small cell carcinoma (20% - 25%)
4. Large cell carcinoma (10% - 15%)
230
KLASIFIKASI HISTOLOGIK
KARSINOMA BRONKOGENIK DAN
PERKIRAAN INSIDENSI
3/19/2019 231
232
Dalam 2 dekade terakhir insiden Adeno Ca ↑
perubahan tipe cigaret (filter tipis, kadar
tar dan nikotin ↓ perokok menghirup lebih
dalam saluran nafas &sel-sel respirasi bag.
perifer
Secara Klinis:
1. Small cell ca
- sering bermetastasis
- High initial respons to chemotherapy
2. Non small cell ca
- jarang bermetastasis
- kurang respon terhadap kemoterapi
233
Morfologi
Sekitar hilus
¾ lesi bronkhus 1-2-3
Adeno ca bronkhiolus terminalis / epitel
alveoli
SCC: mulai sebagai daerah displasia
insitu selang beberapa waktu
penebalan mukosa daerah kecil (<1cm2)
erosi epitel / massa tak teratur menjadi
massa intra luminal
234
Lesi prekursor SCC (A). hiperplasia sel basal (B) metaplasia skuamosa (C)
displasia skuamosa (D) kekacauan epitel skuamosa hilangnya polaritas nukleus,
hiperkromasia nukleus, pleomorfisme & gambaran mitotik; Displasia ringan –
berat. Karsinoma in situ/CIS (E) stadium sesaat sebelum karsinoma skuamosa
invasif (F) kanker invasif 235
SCC
Bisa menembus dinding bronkhus
menginfiltrasi sepanjang jar.
peribronkhial carina / mediastinum
Massa tumor: - putih abu-abu
- padat / keras
Bisa ada perdarahan/nekrosis (putih
kekuningan & lunak)
Kadang – kadang cavitasi
236
SCC berawal sebagai masa sentral (hilus) dan tumbuh
ke dalam parenkim perifer di sekitarnya. Tidak jarang SCC
mengalami nekrosis kavitatorik sewaktu menyebar di
dalam paru 237
Erosi epitel pemeriksaan sitologi
sputum
broncho alveolar lavage fluid
FNAB
Penyebaran tumor
- lokal
- jauh: melalui jalur limfogen / hematogen
238
239
Kanker paru menyebar luas ke seluruh
tubuh dalam stadium dini kecuali SCC.
Sering gejala metastasis merupakan
manifestasi klinis pertama.
Lokasi metastasis :
- Adrenal: (50%)
- Hati : ( 30-50%)
- Otak : (20%)
- Tulang : (20%)
240
SQUAMOUS CELL CARCINOMA
>> ♂, merokok
Cendrung: centrally in major bronchi
Histologi
Karakteristik Keratinisasi dan / atau Jembatan
Interseluler
Keratinisasi: horn pearl / Individual cell
Well, moderate, poorly differentiated
Mutasi gen p53, Rb,
CDK inhibitor P16, tidak aktif 65% tumor
Overekspresi EGFR, tapi jarang mutasi 80%
Overekspresi HER2/ neu 30 %
241
Squamous Cell Carcinoma
243
ADENOCARCINOMA
3/19/2019 244
Adenocarcinoma
245
EVOLUSI ADENOKARSINOMA PARU PERIFER
252
MIKROSKOPIK:
Sel kecil, sitoplasma sedikit, batas sel tidak
tegas, bentuk sel bulat, oval,spindle,
kromatin inti bergranul halus (salt and pepper
pattern)
Nukleoli tidak ada / tidak banyak
Nuclear molding
Ukuran sel < small resting lymphocyte
Gland / squamous (-)
Necrosis (+)
Diduga berasal dari neuroendocrin progenitor
cells (neuro endocrin marker positive, seperti:
chromogranin, synaptophysin)
253
254
*
259
260
CARCINOID TUMOR
1% - 5% dr keseluruhan tumor paru
Usia < 40 th, ♂ ≈♀,
20% - 40% pasien: nonsmoker
Low grade malignant epithelial neoplasm:
- typical: mitosis < 2 / mm², nekrosis (-)
- atypical: mitosis 2-10 / mm², nekrosis (+)
261
A, Bronchial carcinoid growing as a spherical, pale mass (arrow) protruding into the
lumen of the bronchus. B, Histologic appearance of bronchial carcinoid,
demonstratinng small, rounded, uniform cells.
Numerous
metastases
from a renal
cell carcinoma
263
MALIGNANT MESOTHELIOMA
Asal : pleura viseral / parietal
Asbestos
Periode laten 25 – 45 tahun
Lesi yg difus, meluas pada rongga pleura,
efusi pleura ekstensif
Campuran 2 tipe sel: sel epitel & sel stroma
Epithelioid type & sarcomatoid type
Epithelioid mesothelioma dd/ adeno ca paru
Gold standard of diagnosis: electron
microscopy
264
Ultrastructural features of pulmonary adenocarcinoma (A), characterized by short, plump
microvilli, contrasted with those of mesothelioma (B), in which microvilli are
numerous, long, and slender 265
Mesotelioma maligna
Perhatikan tumor pleura yang tebal, padat, putih
dan membungkus paru yang telah dibelah.
266
A, Malignant mesothelioma, epithelial type. B,
Malignant mesothelioma, mixed type, stained for
calretinin (immunoper-oxidase method). The epithelial
component is
strongly positive (dark brown), while the sarcomatoid
component is less so.
267
MESOTELIOMA
A.Epitel terdiri dari sel-sel
kolumnar yang melapisi
ruang-ruang jaringan dan
membentuk tonjolan
A papilar
B. Mesotelioma bifasik
terdiri dari sel-sel
berbentuk kumparan dan
sel epitel gepeng yang
melapisi celah-celah
jaringan
B
3/19/2019 268
Gejala klinis:
- nyeri dada
- sesak nafas
- efusi pleura berulang
269
270