Anda di halaman 1dari 19

SWAMEDIKASI

NYERI KEPALA SEBELAH


(MIGRAIN)
Dosen Pengampu :
Kelompok 2 Kelas A
Dra. Yul Mariyah, Msi., Apt.

1.Adi Aryanto (1920374088)


2.Badiyatu Safroni (1920374094)
3.Denizart Roynaldy Saragih (1920374102)
4.Dhany Ramdhani (1920374107) PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER XXXVII
FAKULTAS FARMASI
5.Dwi Endang Febriyanti (1920374108) UNIVERSITAS SETIA BUDI
6.Eka Ary Ramadhani (1920374111) SURAKARTA
2019
7.Ingsih Dwi Wilujeng (1920374127)
MIGRAIN

Menurut International Headache Society


(2004), migrain adalah nyeri kepala dengan
serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam.
Nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut,
intensitas nyerinya sedang sampai berat dan
diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai
mual, muntah, fotofobia dan fonofobia.
Klasifikasi

1. Tidak jelas penyebabnya (idiopatik),


2. Bersifat kronis dengan manifestasi serangan nyeri kepala 4-72 jam,
Migrain 3. Sangat khas yaitu nyeri kepala unilateral,
tanpa aura 4. Berdenyut-denyut dengan intensitas sedang sampai berat
5. Disertai mual, fonofobia, dan fotofobia.
6. Nyeri kepala diperberat dengan adanya aktivitas fisik.

1. Nyeri kepala ini bersifat idiopatik,


2. Kronis dengan bentuk serangan dengan gejala neurologik (aura) yang berasal
dari korteks serebri dan batang otak,
Migrain 3. Biasanya berlangsung 5 - 20 menit dan berlangsung tidak lebih dari 60 menit.
dgn aura 4. Nyeri kepala, mual, atau tanpa fotofobia biasanya langsung mengikuti gejala
aura atau setelah interval bebas serangan tidak sampai 1 jam. Fase ini
biasanya berlangsung 4 - 72 jam atau sama sekali tidak ada.
5. Aura dapat berupa gangguan mata homonimus, gejala hemisensorik,
hemifaresis, disfagia, atau gabungan dari gejala diatas.
Patofisiologi

• Vasokonstriksi pembuluh darah di dalam otak dan vasodilatasi


Teori pembuluh darah di luar otak, misalnya di pelipis yang melebar dan
Vascular berdenyut.

Teori • Rangsangan oleh serotonin (5hydroxytryptamine) pada ujung-ujung


Neurovascular- saraf perivaskular menyebabkan rasa nyeri dan pelebaran
Neurokimia pembuluh darah sesisi.
(Trigeminovascul
ar)

Teori • Nilai ambang saraf menurun sehingga terjadi periode depresi


Cortical neuron yang memanjang. Selanjutnya, akan terjadi penyebaran
depresi yang akan menekan aktivitas neuron ketika melewati
Spreading korteks serebri.
Depresion
Etiologi

Penyebab terjadinya migrain masih belum diketahui secara pasti,


namun ada beberapa faktor atau pemicu yang dapat menyebabkan
terjadinya migrain.
1. Riwayat penyakit migrain dalam keluarga. 70-80% penderita migrain
memiliki anggota keluarga dekat dengan riwayat migrain juga.
2. Perubahan hormon (esterogen dan progesterone) pada wanita,
khususnya pada fase luteal siklus menstruasi.
3. Makanan yang bersifat vasodilator (anggur merah, natrium nitrat)
vasokonstriktor (keju, coklat) serta zat tambahan pada makanan.
4. Stres
5. Faktor fisik, tidur tidak teratur
6. Rangsang sensorik (cahaya silau dan bau menyengat)
7. Alkohol dan merokok
Tanda & Gejala

1. Sakit kepala dengan nyeri yang hebat, berdenyut dan terus menerus
yang melibatkan satu pelipis (ada kalanya nyeri berlokasi pada dahi,
sekitar mata, atau pada belakang kepala).

2. Nyeri biasanya unilateral (pada satu sisi kepala), meskipun kira-kira


sepertiga dari waktu nyeri adalah bilateral (pada kedua sisi kepala.

3. Sakit kepala unilateral secara khas merubah sisi-sisi dari satu


serangan ke serangan berikutnya.

4. Sakit kepala migrain biasanya diperburuk oleh aktivitas-aktivitas


harian seperti menaiki tangga.

5. Mual, muntah, diare, kepucatan muka, tangan dingin, kaki dingin,


dan kepekaan pada cahaya dan suara umumya disertai sakit kepala
migrain.
Fase Gejalanya berupa perubahan mood, irritable, depresi, atau euphoria,
Prodromal perasaan lemah, letih, lesu, tidur berlebihan, menginginkan jenis
makanan tertentu (seperti cokelat) dan gejala lainnya.
M
• Aura ini dapat berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi a
dari aura-aura tersebut.
Fase Aura n
• scintillating scotoma (tampak bintik-bintik kecil yang banyak), gangguan
visual homonym, gangguan salah satu sisi lapang pandang, persepsi i
adanya cahaya berbagai warna yang bergerak pelan (fenomena positif) f
e
• Nyeri kepala migrain biasanya berdenyut, unilateral, dan s
Fase nyeri
berlangsung selama 4-72 jam pada orang dewasa, sedangkan
kepala pada anak- anak berlangsung selama 1-48 jam.
t
• Intensitas nyeri bervariasi, dari sedang sampai berat. a
s
• merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun, dan terjadi perubahan i
Fase mood. Akan tetapi beberapa orang merasa “segar” atau euphoria
Postdromal setelah terjadi serangan, sedangkan yang lainnya merasa depresi
dan lemas.
Pengaruh Makanan Pengaruh Lingkungan Pengaruh Tingkah laku-Psikologis
 Alkohol  Cahaya silau/cahaya  Kelebihan atau kurang tidur
 Kafein/penghentian berkedip  Kelelahan F
kafein  Tempat ketinggian  Menstruasi, menopause a
 Coklat  Tempat yang terlalu berisik  Aktivitas seksual
k
 Makanan fermentasi  Bau dan asap yang kuat  Terlambat makan
dan makanan kaleng  Tobako rokok  Aktivitas fisik yang berat (mis: t
 Monosodium glutamat  Pergantian musim pekerjaan yang terlalu keras o
(mis: makanan cina, terlalu lama)
makanan tinggi garam,  Stress atau post stress
r
dan makanan cepat
saji) R
 Makanan
terkontaminasi nitrat e
(mis: memasak daging s
kurang matang) i
 Sakarin/aspartam (mis:
ada di makanan dan k
minuman soda) o
 Makanan
terkontaminasi tiramin
Tujuan Terapi

1. Menghilangkan gejala/nyeri pada saat serangan (terapi


abortif) atau mencegah serangan (terapi profilaksis)

2. Terapi akut seharusnya memberikan hasil berupa


pengurangan gejala secara cepat dan konsisten dengan efek
samping dan kekambuhan yang minimal. Idealnya, pasien
dapat mengatasi sakit kepalanya secara efektif tanpa harus
mengunjungi dokter atau bagian gawat darurat rumah sakit.

3. Klinisi dan pasien migrain hendaknya bekerjasama untuk


menciptakan rencana pengelolaan jangka panjang untuk
mengurangi frekuensi dan keparahan serangan,
meminimalkan gangguan terhadap emosi dan aktivitas pasien
dan meningkatkan mutu kehidupannya.
Terapi Farmakologi

Algoritma terapi migrain


Terapi Farmakologi
1. Analgesik dan obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS)/Non-Steroid Anti-
Inflamasi Drug (NSAID)
Aspirin, ibuprofen, naproksen natrium, asam tolfenamik, dan kombinasi
asetaminofen plus aspirin dan kefein

2. Alkaloid Ergot dan Turunannya


 Ergotamine tartrate tersedia dalam bentuk sediaan oral, sublingual,
dan rektal. Sediaan oral dan rektal mengandung kafein untuk
meningkatkan absorpsi dan potensial analgesik.
 Dihidroergotamin (DHE) tersedia dalam bentuk sediaan intranasal
dan parenteral (IM, IV, atau subkutan [SC]).

3. Agonis Reseptor Serotonin (Golongan Triptan)


Sumatriptan, zolmitriptan, rizatriptan, almotriliptan, frovatriptan, dan
eletriptan

4. Golongan Opioid
meperidin, butorfanol, oksikodon, hidromorfon
Terapi Non Farmakologi

1. Menempelkan es di kepala dan beristirahat atau tidur


nyenyak, biasanya di ruangan yang agak gelap dan tenang.

2. Pencegahan dimulai dengan mengidentifikasi dan


menghindari faktor yang dapat memicu serangan migrain.

3. Terapi relaksasi merupakan tindakan pengobatan yang


dapat dilakukan untuk pasien yang memilih terapi tanpa
obat atau jika terapi obat tidak efektif.
CONTOH KASUS
Pasien perempuan (26 tahun) datang dengan keluhan nyeri kepala
sebelah kanan yang dirasakan sejak 2 minggu terakhir. Nyeri kepala
dirasakan seperti berdenyut. Nyeri kepala dirasakan terus menerus selama 3
hari ini, tidak disertai muntah, takut melihat cahaya ataupun takut mendengar
suara. Rasa nyeri semakin terasa berat bila pasien beraktivitas dan sedikit
berkurang bila pasien berbaring atau beristirahat, akan tetapi tidak bisa tidur.
Pasien mengaku tidak ada tanda-tanda khusus sebelum serangan nyeri
datang. Tidak pernah ada riwayat trauma sebelumnya. Tidak ada riwayat
penurunan berat badan dalam waktu singkat. Tidak ada riwayat hipertensi.
RESUME
Pasien, perempuan, usia 23 tahun, datang dengan keluhan nyeri
kepala sebelah kanan sejak 2 minggu terakhir. Nyeri kepala
dirasakan seperti berdenyut. Nyeri kepala dirasakan terus
menerus selama 3 hari ini, tidak disertai muntah, fotofobia dan
fonofobia. Rasa nyeri semakin terasa berat bila pasien
beraktivitas dan sedikit berkurang bila pasien berbaring atau
beristirahat, akan tetapi tidak bisa tidur.

PENATALAKSANAAN
Tujuan penanganan membantu menghentikan gejala serta
mencegah terjadinya serangan migrain berikutnya.
Terapi Farmakologi
Analsik
mengandung Metampiron 500 mg dan Diazepam 2 mg.

Dianjurkan untuk mengonsumsi obat ini 1 kali saja dalam satu


hari. Apabila masih terasa nyeri, maka konsumsi 1 tablet lagi
dengan catatan di beri jarak dari obat yang pertama selama 6
sampai 8 jam. Dan dibatasi tidak boleh melebihi 4 tablet dalam
sehari.

Efek samping Analsik yang pernah dilaporkan terjadi yaitu :


• Sering mengantuk, pusing, dan lelah yang berlebihan.
depresi, diplopia.
• Hipotensi, perubahan libido, tremor, retensi urin, konstipasi (OBAT WAJIB APOTIK NO. 1)
Efek samping jarang reaksi hipersensitivitas terutama reaksi KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR: 347/MenKes/SK/VlI/1990
pada kulit, dan agranulositosis sel darah putih T E N T A N G OBAT WAJIB APOTIK
Mekanisme Kerja
Metampiron
Mempunyai efek mengurangi rasa nyeri sedang – berat dengan cara bekerja secara sentral
pada otak, yakni dengan memengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensitifitas rasa
sakit dan termostat yang mengatur suhu tubuh sehingga dapat menurunkan demam.
Metampiron menurunkan sintesis prostaglandin sehingga menghasilkan efek analgesik
(mengurangi rasa sakit), antipiretik (menurunkan demam) dan antiinflamasi (mengurangi
peradangan). Prostaglandin merupakan mediator pembawa pesan proses peradangan di
sistem syaraf pusat. Pembentukan prostaglandin diturunkan dengan cara menghambat
enzim cyclooxygenase yang berperan memacu pembentukan prostaglandin, asam
arakidonat dan trmboksan yang merupakan mediator nyeri.

Diazepam
Diazepam merupakan obat benzodiazepine yang bekerja langsung di otak dengan cara
meningkatkan efek dari GABA (gamma-aminobutyric acid) yang merupakan
neurotransmiter dan hormon otak yang menghambat (inhibitor) respon atau rangsangan
yang tidak menguntungkan. Dengan proses penghambatan tersebut, maka obat ini mampu
memengaruhi sistem saraf otak dan berfungsi menimbulkan efek tenang ( relaksasi )
Terapi Non Farmakologi

Yang harus diperhatikan :

• Hindari mengendarai kendaraan bermotor atau


menjalankan mesin selama mengkonsumsi obat
• Segera hentikan pengobatan apabila terjadi reaksi – reaksi
paradoksial seperti keadaan-keaaaan hipereksitasi akut,
ansietas, halusinasi dan gangguan tidur

Penanganan mandiri yang dapat dilakukan berupa:


 Beristirahat atau tidur di kamar yang sepi dan gelap.
 Memijat kepala atau pelipis.
 Kompres dingin di atas dagu atau di belakang leher.
 Melakukan relaksasi otot.
DAFTAR PUSTAKA

Anugroho D. 2012. Penatalaksanaan migren. CDK. Vol 39 (10).


Dipiro T. et al. 2012. Pharmacotherapy : A Pathopysiologic Approach. 9th Edition.
New York: McGraw-Hill.
Harsono. 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta: Gajahmada
University Press.
Ikawati Z. 2014. Farmakoterapi Penyakit System Syaraf Pusat. PT. Bursa Ilmu :
Joyakarta.
Sadeli H. A. 2006. Penatalaksanaan terkini nyeri kepala migrain. Dalam Kumpulan
Makalah Pertemuan Ilmiah Nasional II Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press.
Sukandar et al. 2013. Iso Farmakoterapi Buku I. Jakarta: PT. ISFI.
TERIMA KASIH ;)

Anda mungkin juga menyukai