Anda di halaman 1dari 32

SENYAWA AROMATIS

HETEROSIKLIS

N
Daun tembakau yang merupakan bahan pembuat
N CH3 rokok, mengandung nikotina, suatu senyawa
aromatis heterosiklis

Kuliah 2 KIMIA ORGANIK 3


SENYAWA HETEROSIKLIS ?
 Senyawa heterosiklis adalah suatu senyawa
berkerangka siklis (cincin) yang tersusun dari
atom karbon ( C) dan atom lain, seperti
nitrogen (N), oksigen (O), dan belerang (S).
 Atom lain yang bukan karbon tersebut disebut
heteroatom
 Contoh senyawa heterosiklis

N Heteroatom N

N CH3

nikotina
BEBERAPA SENYAWA HETEROSIKLIS

CH 2OH O O CH 3 Cl
CH 3 NH 2
HO CH 2OH
N
NH 2 N
N
H3C N N O N N
N NH 2
vitamin B 6 vitamin B 3 Et
CH 3
(piridoksol) (nikotinamida) pyrimetamina (antimalaria)
kafein

HO OH
Me
H N N
HOCH 2
Me O O Fe+ -
O Cl
H
OH N N
Me
vitamin C
minyak maw ar
(asam askorbat)
CO 2H
CO 2H
heme
KLASIFIKASI SENYAWA HETEROSIKLIS
 BERDASARKAN SIFAT KEAROMATISAN: Senyawa
Heterosiklis Aromatis Dan Nonaromatis
 BERDASARKAN KERANGKA CINCIN : Monosiklis
Dan Cincin Terpadu (Polisiklis)
 JUMLAH HETEROATOM : Monoheteroatom Dan
Poliheteroatom
 JENIS HETEROATOM : OKSA (berheteroatom O),
TIA (berheteroatom S), dan AZA (berheteroatom
N)
KLASIFIKASI SENYAWA HETEROSIKLIS

senyawa kafein berdasarkan sifat


kearomatisannya dapat dikelompokkan
sebagai senyawa heterosiklis aromatis,
berdasarkan kerangka cincinnya dapat
dikelompokkan sebagai senyawa
heterosiklis dengan cincin terpadu,
berdasarkan jumlah heteroatom yang
dimiliki tergolong senyawa heterosiklis
poliheteroatom dengan empat
heteroatom, dan berdasarkan jenis
heteroatomnya dapat dikelompokkan
sebagai senyawa aza.
TATANAMA SENYAWA HETEROSIKLIS

 TATANAMA TRIVIAL 3 4 3 N
3

 Merupakan sistem O1 S1 N1
N1
penamaan nonsistematis H H
pirola furan tiofena imidazola
 Lazimnya nama trivial
dilahirkan berdasarkan 4
3 N
4
3
pada sifat atau N
sumbernya, dan tidak O1
N1 N1 N1
merujuk pada strukturnya
piridina pirimidina pirazina piran
 Nama pirola (pyrrole)
berasal dari Bahasa 4 4
6
5
7
1 N
Yunani untuk ”fiery red” 2 N
(merah menyala), karena 2
6
NH
N9
warna khas yang muncul 6 N1
H
1 N
3
4
H
bila batang pinus yang indola isoindola purina
mengandung pirol 5 4 5 4
5
dicelupkan dalam larutan N
N3
HCl. 2
7 N
N1 8 1 N8
N1
kuinolina isokuinolina pteridina
TATANAMA SENY HETEROSIKLIS BERSUBSTITUEN

 Untuk senyawa-senyawa heterosiklis bersubstituen, diperlukan


suatu sistem penomoran.
 Sistem penomoran senyawa heterosiklis monosiklis dimulai dari
heteroatom, dilanjutkan dengan berputar mengelilingi cincin.
 Untuk senyawa berkerangka cincin terpadu, penomoran
dimulai dari sebuah atom yang terletak pada posisi setelah
sambungan cincin, kecuali pada beberapa kasus, seperti pada
purina.

CH 3
5 4
4 Cl 3 Cl
6

6 2
8
N1
N CH 3
1

2,4-dimetilpiridina 3,6-diklorokuinolina
TATANAMA PREFIKS-SUFIKS (Hantzsch-Widman)

 Merupakan gabungan prefiks (awalan) yang


menunjukkan jenis heteroatom yang dimiliki, dan
akhiran yang menunjukkan ukuran cincin.
 Awalan untuk setiap jenis heteroatom tersebut
adalah oksa (O), tia (S), atau aza (N), sedangkan
akhiran sesuai ukuran cincin tak jenuh yang dimiliki
adalah, irena (3), eta (4), ola (5), ina (6), atau
epina (7).

N S
O
N
azina tiirena oksola
azeta
TATANAMA PREFIKS-SUFIKS
 Keberadaan dua atau lebih heteroatom dengan jenis sama
ditunjukkan melalui awalan di-, tri-, tetra-, dst, sedangkan jika
berbeda jenis, heteroatom dengan prioritas lebih tinggi diberi
nomor lebih awal, dan juga disebutkan lebih awal. Urutan
prioritas adalah O > S > N.
 Pada sistem heterosiklis dengan jumlah ikatan rangkap
maksimum, tetapi masih mempunyai sebuah atom jenuh pada
cincin, keberadaan atom jenuh tersebut ditunjukkan dengan
awalan H dan angka sesuai posisinya

H
N
N O N
N H
S 2H-oksina
1H-azirina 1H-azola 3H-azepina
1,2-tiazola
TATANAMA PENGGANTIAN
 Tatanama ini didasari prinsip penggantian satu atau lebih atom
karbon pada suatu sistem cincin karbon oleh heteroatom. Rangka
cincin karbon dinamai sesuai dengan aturan IUPAC, dan
heteroatom yang terdapat dalam cincin ditunjukkan sebagai
awalan. Nama awalan yang digunakan sama dengan sistem
tananama prefiks-sufiks, begitu pula dengan aturan-aturan yang
terkait dengan keberadaan dua atau lebih heteroatom.

N
N
N
S
N
1-tia-2,4-diazasiklopenta-2,4-diena 1,3-diazanaftalena
S
N
O
N N O
azabenzena 1,3-diazabenzena oksasiklopentana 1-oksa-4-tiasikloheksa-2,5-diena
REAKSI-REAKSI SENYAWA HETEROSIKLIS

A. Reaksi pada Piridina, senyawa heterosiklis 6 anggota

• Piridina merupakan cincin datar dgn 


6 anggota : 5 C sp2 dan 1 N sp2.
N
Ke-6-nya punya orbital p yang tegak

lurus dengan bidang cincin, dan
berisi satu elektron, mirip benzena.
• Benzena non polar, piridina polar.
• Dibandingkan benzena, piridina
mempunyai kereaktifan terhadap
elektrofil lebih rendah, sebaliknya N
mempunyai kereaktifan lebih tinggi
terhadap nukleofil.
PIRIDINA SEBAGAI BASA / NUKLEOFIL
 PEB pada N menyebabkan piridina bersifat basa / nukleofil : reaksi protonasi dan
N-alkilasi.
Sebagai basa + _
N + HCl NH Cl

Sebagai nukleofil : SN2 piridinium klorida

+ -
N + CH3I NCH3 I

N-metilpiridinium iodida
H H H
H H
H
N + -
+ C I N C I N C I
H
H H
keadaan transisi
 Sifat basa ini diperendah dengan keberadaan substituen penarik elektron,
terutama yang berada pada posisi , tetapi pada posisi 4 meningkatkan
kebasaan melalui mesomeri. +
NMe 2 NMe 2

N+ N
H H
REAKSI SUBSTITUSI ELEKTROFILIK PADA PIRIDINA
 Reaktivitas substitusi elektrofilik pada piridina sejuta kali lebih
rendah dibandingkan benzena.
 Bila terjadi reaksi, substitusi berlangsung pada posisi 3.
 Alkilasi dan asilasi Friedel-Crafts pada piridina tidak
berlangsung. Nitrasi berlangsung dengan hasil rendah, begitu
pula dengan klorinasi yang memberikan hasil tidak memuaskan.
 Brominasi dapat berlangsung dengan baik pada temperatur
tinggi (130oC) menggunakan bromin dan asam sulfat berasap
untuk menghasilkan 3-bromopiridina.

Br Br
H
+
+
N + Br N N + H+
SUBSTITUSI NUKLEOFILIK PIRIDINA
 Cincin piridina lebih miskin elektron dibandingkan
benzena, sehingga substitusi nukleofilik pada piridina
lebih mudah berlangsung. Tetapi hanya nukleofil yang
sangat kuat yang dapat mensubstitusi, yaitu sodamida
(NaNH2) atau organolitium (RLi).
 Posisi substitusi yang paling disukai adalah posisi 2
dan 4.
+ Li + LiH
N N

Na + -NH 2 H 2O
+ H2 + NaOH
N NH - N NH 2
N
Na +
MEKANISME SUBSTITUSI NUKLEOFILIK
 Dalam reaksi antara piridina dengan sodamida, produk awalnya ialah
anion dari 2-aminopiridina. Diperlukan proses penambahan air untuk
memperoleh 2-aminopiridina. Selain 2-aminopiridina, reaksi ini juga
menghasilkan 4-aminopiridina, walaupun hanya diperoleh dalam jumlah
sangat sedikit

Tahap 1 :

- H-
+
-
NH 2 + H- - H2
-
NH 2 N N N NH
N -N H H
H

Tahap 2 :

HO -
- OH
+
- H
N NH N NH2
POSISI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK
 Mengapa substitusi lebih banyak berlangsung pada posisi 2 atau 4,
dan tidak berlangsung pada posisi 3 ?
 Zat-zat antara untuk substitusi pada posisi 2 dan 4 terutama
terstabilkan oleh sumbangan struktur resonansi dengan nitrogen
yang mengemban muatan negatif.
Posisi 2:

- -

NH 2 N NH 2 NH 2
-N N
H H H
Penyumbang utama

Posisi 3:

H H - H

- NH 2 - NH 2 NH 2
N N N
 Substitusi nukleofilik pada 2-bromopiridina atau 4-
kloropiridina lebih mudah berlangsung karena
terdapat gugus pergi baik, sehingga dapat
menggunakan nukleofil yang lebih lemah dari
sodamida atau organolitium, yaitu NH3.
NH 3

N Br N NH 2
2-bromopiridina

Cl NH 2
NH 3

N N
4-kloropiridina
B. REAKSI PADA PIROLA, SENY HETEROSIKLIS LIMA ANGGOTA

• Pirola : cincin datar, jumlah elektron phi 6, 4 dari C


dan 2 dari N, jadi merupakan senyawa aromatis
• Pirola tidak bersifat basa, tetapi bersifat asam lemah
• Pirola bersifat polar dengan muatan positif parsial
pada nitrogen

NH
N H N
H
1,81 D
REAKSI PIROLA SEBAGAI ASAM
 Pirola merupakan asam lemah (pKa =17,5)
 Tingkat keasaman pirola dapat meningkat dengan keberadaan gugus penarik
elektron, terutama yang berada pada posisi 2 atau 5 (alias posisi ).
 Sebagai asam lemah, pirola dapat bereaksi dengan basa kuat, seperti logam
Na, etilmagnesiumbromida dan alkillitium untuk menghasilkan produk pirola
dengan N tersubstitusi logam, seperti garam natrium pirola,
pirolmagnesiumbromida, atau 1-litiopirola.
-
N Na +
Na

EtMgBr
NH eter NMgBr

RLi

NLi
SUBSTITUSI ELEKTROFILIK PIROLA
 Cincin pirola kaya elektron, pirola teraktifkan terhadap reaksi
substitusi elektrofilik, tetapi terdeaktifkan terhadap reaksi
substitusi nukleofilik. Reaksi substitusi elektrofilik pirola dapat
berlangsung dengan berbagai elektrofil: nitrasi, sulfonasi,
klorinasi, brominasi, asilasi atau alkilasi
 Substitusi elektrofilik berlangsung pada posisi 2.
SO3
piridina SO 3H
N
H
asam 2-pirolasulf onat
90%

N
H HNO3
(CH3CO)2O
N NO 2
H
2-nitropirola
80%
MEKANISME SUBSTITUSI ELEKTROFILIK
 Substitusi elektrofilik terutama berlangsung pada
posisi 2, walaupun demikian produk substitusi pada
posisi 3 dan polisubstitusi juga dihasilkan.
2-substitusi +
(disukai)
+ E+ E E E + H+
+ +
N N H N H N H N E
H H H H
H
3-substitusi
(tidak disukai)

E E E
H H
+ + + H+
N N N
H H H

E = NO 2, SO 3H, Cl, Br, R, COR


REAKSI PADAKUINOLINA, SENY HETEROSIKLIS CINCIN TERPADU

 Kuinolina adalah suatu senyawa heterosiklis dengan cincin


terpadu yang mempunyai struktur mirip naftalena, tetapi
terdapat heteroatom N pada posisi 1.
 Kuinolina mengandung struktur cincin nitrogen yang berprilaku
mirip cincin piridina.
 Kuinolina tergolong senyawa aromatis, ditunjukkan oleh jumlah
elektron  kuinolina (= 10 elektron) yang memenuhi aturan
Huckel, 4n + 2, dengan n = 2

N N
REAKSI-REAKSI KUINOLINA
 BEBERAPA REAKSI KUINOLINA ANALOGI DENGAN PIRIDINA. PROTONASI
(MENGHASILKAN GARAM), N-ALKILASI (MENGHASILKAN GARAM
KUARTERNER), DAN SUBSTITUSI NUKLEOFILIK KHUSUSNYA PADA POSISI 2
DAN 4.

HCl

reaksi asam-basa

N H+
-
Cl

BF 3

pembentukan kompleks

N BF 3

CH 3 I

N-alkilasi
-
N+ I
CH 3

(CH 3 ) 3 Li

reaksi substitusi nukleofilik

N C(CH )
3
SUBSTITUSI ELEKTROFILIK KUINOLINA
 Substitusi elektrofilik pada kuinolina lebih mudah berlangsung
dibandingkan pada piridina.
 Substitusi tidak berlangsung pada cincin yang mengandung nitrogen
(terdeaktifkan), tetapi pada posisi 5, 8, atau keduanya.
 Elektrofil yang dapat bereaksi dengan kuinolina adalah NO2+, Br+, SO3H+.

NO 2

HNO3,H2SO4
+
0oC
N N
52%
NO 2
Br 48%
N
Br2, AlCl3
80oC
N
SULFONASI KUINOLINA
 Sulfonasi kuinolina menghasilkan asam 8-kuinolinsulfonat bila reaksi
dilangsungkan pada 90oC (produk kontrol kinetika), akan tetapi pada 300oC,
asam 6-kuinolinsulfonat yang dihasilkan (produk kontrol termodinamika).
SO3H
H2SO 4, SO 3 H2SO 4
90oC 300 oC
N N N
SO3H
asam 8-kuinolinsulf onat asam 6-kuinolinsulf onat

N
SO3H
N

SO3H

Koordinat Reaksi
SINTESIS SENYAWA HETEROSIKLIS AROMATIS
 Sintesis cincin piridina Analisis retrosintesis
Pada rute A, diperoleh
starting materialnya adalah
senyawa karbonil A
berhidrogen  dan suatu N N N O O O
+ NH 3
ammonia
aldehida. Kedua senyawa H H2 1,5-dikarbonil

tersebut diperlukan untuk


memperoleh senyawa 1,5
dikarbonil yang dapat
dilakukan melalui dua tahap + +

reaksi kondensasi aldol. O


seny . karbonil
O
aldehida
O
seny . 1,3 karbonil
O
seny . karbonil
Senyawa 1,5 dikarbonil berhidrogen  tak jenuh berhidrogen 

inilah yang selanjutnya B


mengalami siklisasi N
+
O

membentuk cincin piridina O N


H
O
seny . karbonil
N
H2
dengan bantuan ammonia. berhidrogen 

Pada rute B, bahan dasar


yang diperlukan adalah
suatu senyawa 1,3- NH 3 + O

dikarbonil, ammonia, dan


ammonia
O
1,3- dikarbonil

senyawa karbonil
berhidrogen .
CONTOH SINTESIS CINCIN PIRIDINA YANG DIDASARI ANALISIS
RETROSINTESIS RUTE A (SINTESIS HANTZSCH).
 Digunakan suatu -ketoester (sebagai senyawa karbonil
berhidrogren ), aldehida, dan ammonia.
 Rute reaksi melibatkan pembentukan senyawa 1,5-dikarbonil
jenuh melalui dua tahap reaksi kondensasi aldol, dilanjutkan
dengan reaksi siklisasi yang melibatkan ammonia

CO 2Et CO 2Et
Et2NH MeCOCH2CO2Et
H2CO + CH 2 H2C C
Et2NH
COMe COMe

CO 2Et EtO 2C CO 2Et


EtO 2C
NH3/EtOH

Me Me N Me
Me O O
MEKANISME REAKSI SINTESIS HANTZSCH
O O
O O
C OCH2CH3 C OCH2CH3 O C OCH2CH3 C OCH2CH3
Et2NH HCH
HC H HC H+
- H+ HC CH2 H C CH2
-
C CH3 C CH3 O
C OH
C
O O CH3 O CH3
O

O O - H2O
C OCH2CH3 C OCH2CH3

H H HC H Et2NH
HC
O
EtO 2C EtO 2C CO 2Et
CO 2Et C
- H+

C
C CH3 C CH3 C OCH2CH3
H C
H3C NH 3 H O O
H
H2N OH O CH 3 C C C CH2
H3C
CH 3
O O C
-H2O
O CH3
EtO 2C
CO 2Et
EtO 2C CO 2Et EtO 2C CO 2Et
H3C - H2O
H
N O CH 3 CH 3
H2 H3C H3C
N N CH 3
H OH H
CONTOH SINTESIS CINCIN PIRIDINA YANG DIDASARI
ANALISIS RETROSINTETIS RUTE B
 Bahan dasar (starting material) yang diperlukan
adalah senyawa 1,3-dikarbonil, ammonia, dan
senyawa karbonil berhidrogen .
 Pada contoh ini, digunakan pentan-2,4-dion sebagai
senyawa 1,3-dikarbonil sekaligus sebagai senyawa
karbonil berhidrogen , dan ammonium asetat.
CH 3 CH 3 H3C CH3
CH3
O
O NH4OCCH3 COCH3
O O O

H3C O H3C NH2 H3C N CH3


MEKANISME REAKSI CONTOH RUTE B

CH3 CH3 CH3


O O H
O
NH3 + HOCCH3 NH4+ -OCCH3 O - H2O O
H
H 3C O H2N OH H3C NH 2
H 3C
H3C

CH 3 O
CH 3 CH 3 CH3

O
O O
H - H+ - H2O O
O OH O
H3C N
CH 3 -
CH 3 H
H3C N CH 3 H3C N CH 3
CH 3 H CH 3
H
CH 3 OH CH 3
O
O
CH 3
-H2O CH 3

H3C N CH 3 H3C N CH 3
SINTESIS CINCIN PIROLA
 Sintesis Paal-Knorr menggunakan senyawa 1,4-dikarbonil dan suatu amina
primer
 Dalam sintesis ini senyawa 1,4-dikarbonil berperan sebagai elektrofil, pada
tahap awal reaksi dengan amina, maupun siklisasi. Pembentukan ikatan 
pada tahap siklisasi terjadi tatkala gugus amina zat antara melakukan
serangan nukleofilik ke gugus karbonil.

R2NH 2 + R1 R1

O O R1 N R1
R2

 Mekanisme reaksi :

R2NH 2 + R1 R1 HO O

O O R1
NH R1
R2

- 2 H2O
HO OH

R1 N R1 R1 N R1
R2
R2
SINTESIS CINCIN KUINOLINA
 Sintesis Combes menggunakan turunan benzena tersubstitusi sebagai bahan
awal. rantai samping dibangun dan proses siklisasi berlangsung pada posisi
ortho benzena yang bebas dari substituen. Sebagai contoh adalah
R

O O
2 H+
+
R R N
NH 2 R
anilina 1,3-diketon

 Mekanisme
O O
R R
O O
_ -H2O
+ O OH
R R
+ N
N R R
NH 2
H H H
anilina 1,3-diketon

+ R
O OH OH
R
R R H
2 H+ H
- H2O - H2O
H
+ - 2 H+
N R N N N
H+ R + R R
H

Anda mungkin juga menyukai