Beberapa Istilah Dalam Spektrometri UV-tampak: Tak Jenuh
Beberapa Istilah Dalam Spektrometri UV-tampak: Tak Jenuh
Kromofor: Gugus tak jenuh kovalen yang bertanggungjawab terhadap terjadinya peristiwa absorpsi radiasi oleh
Auxokrom: Suatu gugus jenuh yang apabila terikat pada kromofor dapat menyebabkan perubahan panjang
gelombang dan intensitas absorbansi maksimum molekul (contoh: -OH, -NH2 dan –Cl).
Pergeseran batokromik: Pergeseran absorpsi molekul ke panjang gelombang yang lebih tinggi akibat sustitusi suatu
auxokrom atau karena pengaruh solven. Istilah ini sering juga disebut dengan red-shift.
Pergeseran hipsokromik: Pergeseran absorpsi molekul ke panjang gelombang yang lebih rendah akibat sustitusi
suatu auxokrom atau karena pengaruh solven. Istilah ini sering juga disebut dengan blue-shift.
2
Pergeseran batokromik : Pergeseran absorpsi molekul ke panjang gelombang yang lebih tinggi akibat sustitusi suatu
auxokrom atau karena pengaruh solven. Istilah ini sering juga disebut dengan red-shift.
Pergeseran hipsokromik: Pergeseran absorpsi molekul ke panjang gelombang yang lebih rendah
akibat sustitusi suatu auxokrom atau karena pengaruh solven. Istilah ini sering juga disebut
dengan blue-shift.
Pergeseran hipsokromik: Pergeseran absorpsi molekul ke panjang gelombang yang lebih rendah
akibat sustitusi suatu auxokrom atau karena pengaruh solven. Istilah ini sering juga disebut
dengan blue-shift.
EFEK PELARUT
Transisi π → π*
Prinsip Frank-Condon menyatakan bahwa selama transisi elektronik atom-atom tidak bergerak. Walaupun demikian,
elektron-elektron, termasuk di dalamnya molekul pelarut dapat mengalami perubahan. Hasil transisi yang paling mungkin
dalam keadaan tereksitasi adalah polar dibandingkan pada keadaan dasar; interaksi dipol-dipol dengan molekul pelarut
akan terjadi, dengan demikian energi transisi pada keadaan tereksitasi lebih rendah dari pada keadaan dasar, sehingga
menghasilkan pergeseran λ ke yang lebih besar. Transisi ini umumnya digambarkan dengan ikatan valensi di mana pada
keadaan dasar tidak terjadi pemisahan muatan sedangkan pada keadaan tereksitasi terjadi dipol.
Dalam pelarut yang polar, keadaan tereksitasi (π*) akan terstabilkan, dengan demikian energi transisi akan lebih kecil dan
panjang gelombang serapan akan lebih besar (pergeseran merah). Contoh, larutan etanol memberikan panjang gelombang
maksimum yang lebih besar (10-20 nm) dari pada larutan heksana.
Transisi n → π*
Pengaruh pelarut menyebabkan penurunan kemampuan pelarut untuk
membentuk ikatan hidrogen dengan unsur yang memiliki elektron sunyi pada
keadaan tereksitasi. Dengan kata lain pada pelarut polar, elektron sunyi (n) pada
keadaan dasar akan lebih terstabilkan dari pada keadaan tereksitasi karena
mudah membentuk ikatan hidrogen, dengan demikian energi transisi akan lebih
besar, panjang gelombang serapan akan lebih pendek (pergeseran biru). Contoh,
aseton dalam larutan heksana akan memberikan serapan maksimum pada λ 279
nm sedangkan dalam larutan air memberikan serapan maksimum pada λ 264,5.
SOLVENT EFFECTS
-Senyawa yang mengandung baik elektron π dan n mungkin memberikan dua absorsi
maksimum dengan perubahan pada kepolaran pelarut
- Senyawa tersebut akan memberikan dua puncak karakteristik dalam senyawa non
polar seperti heksana
- Dua puncak akan saling bergeser lebih dekat dalam pelarut polar dan pelarut dengan
ikatan hidrogen seperti etanol
Efek multikromofor pada absorpsi
• Semakin banyak kromofor pada molekul yang sama
menyebabkan efek batokromik (bergeser ke lebih besar) dan
efek hiperkromik (kenaikan intensitas)
25
Karena elektron pi sebagian besarnya terikat bebas pada suatu
senyawa organik, spektroskopi UV memberikan banyak
informasi tentang derajat ketidakjenuhan pada suatu molekul.
Transisi “allowed” dan transisi “forbidden”
Hasil perlakuan statistika matematik terhadap tingkat energi suatu sistem orbital menyarankan adanya dua
Absorpsi dari transisi elektronik jenis ini biasanya sangat kuat dan mempunyai harga absorptivitas molar (e) >
10.000.
Transisi ini secara statistik diharapkan tidak pernah terjadi, tetapi secara praktis kenyataannya sering terjadi.
Absorpsi yang dihasilkan biasanya merupakan pita lemah dengan harga e jarang melebihi 1.000.
Contoh transisi jenis ini adalah transisi-transisi d – d* untuk logam-logam transisi, n-p* untuk gugus karbonil (280