Anda di halaman 1dari 131

Jembatan adalah suatu konstruksi yang

gunanya untuk meneruskan jalan melalui rintangan


yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya
jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa).
(Struyk dan Veen, 1984)
Menurut Departement Pekerjaan Umum (Pengantar
Dan Prinsip – Prinsip Perencanaan Bangunan bawah /
Pondasi Jembatan, 1988) Suatu bangunan jembatan
pada umumnya terdiri dari 6 bagian pokok, yaitu :

 Bangunan Atas
 Landasan
 Bangunan Bawah
 Pondasi
 Jalan Pendekat (oprit)
 Bangunan Pengaman
Keterangan Gambar :
1. Bangunan Atas
2. Landasan (Biasanya terletak pada pilar / abutment)
3. Bangunan Bawah (fungsinya : memikul beban – beban pada bangunan
atas dan pada bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan ke pondasi,
kemudian dari pondasi disalurkan ke tanah)
4. Pondasi
5. Oprit (terletak dibelakang abutmen, oleh karena itu tanah timbunan
dibelakang abutment dibuat sepadat mungkin agar tidak terjadi penurunan
tanah dibelakang hari)
secara umum bentuk dan bagian-bagian suatu
struktur jembatan dapat dibagi dalam empat bagian
utama, yaitu : struktur bawah, struktur atas, jalan
pendekat, bangunan pengaman (Siswanto,1993)
BANGUNAN ATAS
 Rangka Baja
 Gelagar Baja - Komposit
 Gelagar Beton Bertulang
 Gelagar Beton Prategang
 Gantung
 Cable Stayed
 Pelengkung dsb.
LANDASAN
 SENDI
 ROL
 GESER.
HAL HAL YG. PERLU DIPERHATIKAN :
- Perencanaan Teknik ( Gaya-gaya hori -
zontal, vertikal dan putaran sudut)
- Spesifikasi
LANDASAN
PERLU PERHATIAN PADA MANUAL
PELAKSANAAN
 Dipasang sebelum atau sesudah
bangunan atas menumpu
 Temperatur

 Persiapan pemasangan - baut angker


posisi, elevasi
 Sistim perletakan
SENDI ROL

BAJI

KARET
PERLETAKAN KARET
BANGUNAN BAWAH
 KEPALA JEMBATAN (ABUTMENT,
LANDHOOF), pada umumnya berfungsi
sebagai tembok penahan tanah untuk
menahan tekanan tanah aktif
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (modul
Pengantar Dan Prinsip – Prinsip Perencanaan
Bangunana Bawah / Pondasi Jembatan, 1988),
fungsi utama bangunan bawah adalah memikul
beban – beban pada bangunan atas dan pada
bangunan bawahnya sendiri untuk disalurkan ke
pondasi. Yang selanjutnya beban – beban tersebut
oleh pondasi disalurkan ke tanah.
Bangunan bawah jembatan ada dua macam yaitu :
1) Kepala Jembatan (abutment)
Karena letak abutment yang berada di ujung jembatan maka
abutment ini berfungsi juga sebagai penahan tanah. Umumnya
abutment dilengkapi dengan konstruksi sayap yang berfungsi
menahan tanah dalam arah tegak lurus as jembatan.

Bentuk umum abutment pada gambar 2.3. Sering kita jumpai baik pada jembatan- jembatan baru
dan jembatan – jembatan lama.
Gambar 2.3(a). menunjukkan abutment dari pasangan batu,
Gambar 2.3 (b) dan 2.3(c) daribeton bertulang (reinforced concrete).
BILA ABUTMENT INI MAKIN TINGGI, MAKA BERAT TANAH TIMBUNAN
DAN TEKANAN TANAH AKTIF MAKIN TINGGI PULA, SEHINGGA SERING
KALI DIBUAT BERMACAM – MACAM BENTUK UNTUK MEREDUKSI
PENGARUH – PENGARUH TERSEBUT.

Gambar 2.4.(a). menunjukkan abutment yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mereduksi
momen / tekanan tanah aktif.
Gambar 2.4.(b). menunjukkan abutment yang dibelakangnya dibuat (dikombinasi) dengan
semacam box kosong. Disini dimaksudkan untuk mengurangi berat tanah timbunan.
DISAMPING BEBAN – BEBAN VERTICAL DAN MOMEN TERSEBUT,
KADANG – KADANG GAYA – GAYA HORIZONTAL YANG TIMBUL
MASIH CUKUP BESAR SEHINGGA, MISALNYA PADA ABUTMENT
DENGAN PONDASI LANGSUNG YANG MANA DIDALAM
PERHITUNGANNYA MASIH DIDAPATKAN KOEFISIEN KEAMANAN
TERHADAP GESER YANG BELUM MENCUKUPI PERSYARATAN,
MAKA SERING DITEMPUH CARA LAIN MISALNYA DENGAN
MEMBERIKAN SEMACAM KAKI ATAU TUMIT PADA BIDANG
PONDASINYA.
 PILAR
BEBAN-BEBAN PADA PILAR TIDAK
HANYA BEBAN VERTIKAL SAJA TETAPI :
- Gaya gesekan
- Gaya aliran dan benda hanyutan
- Gaya rem
- Gempa
Bentuk pilar jembatan
 Berbeda dengan abutment yang jumlahnya 2
buah dalam satu jembatan, maka pilar ini belum
tentu ada dalam suatu jembatan.
 Gambar berikut menunjukkan suatu jembatan
rangka tanpa pilar.
Pilar jembatan pada umumnya terkena pengaruh aliran sungai
sehingga didalam perencanaannya direncanakan selain segi
kekuatannya harus juga diperhitungkan segi – segi
keamananya. Bentuk dari dinding pilar ini bisa masif (solid),
kotak atau beberapa kotak (cellular), bias terdiri dari kolom –
kolom (trestle) atau dari 1 kolom saja (hammer head).
BANGUNAN PENGAMAN
PADA JEMBATAN
 TERHADAP GERUSAN (SCOURING) PADA ARAH :
HORIZONTAL DAN VERTIKAL
 TERHADAP LONGSORAN (SLIDING)
 TERHADAP TUMBUKAN BENDA-BENDA HANYUTAN
(KAYU, POHON DSB)
 TERHADAP TUMBUKAN KENDARAAN
(GUARD RAIL)
 TERHADAP TUMBUKAN KAPAL (FENDER)
BANGUNAN PENGAMAN
PADA SUNGAI
 KRIB - sebagai pengarah aliran air

 BOTTOM CONTROLLER (CHECK-DAM),


untuk menaikkan dasar sungai, biasanya
diakibatkan karena adanya galian C

 PEREDAM KECEPATAN ARUS SUNGAI


JALAN PENDEKAT
(OPRIT)
 PERHATIKAN KONDISI TANAH DASAR
 TINGGI TIMBUNAN HARUS DIPERHITUNG-
KAN YAITU :
H = Hkr/3 H  H kr 3

Hkr = tinggi timbunan max yang dipikul


H = tinggi timbunan yang diijinkan
Hkr = C.Nc / g
Hkr
Hkr
H 
33
JALAN PENDEKAT (OPRIT)

 MUTU MATERIAL TIMBUNAN ( = 300)

 CARA PENIMBUNAN SEBAIKNYA


DILAKSANAKAN DULU (untuk menda -
patkan kondisi tanah dasar yang baik)
JALAN PENDEKAT (OPRIT)
PENANGANAN OPRIT YANG TANAHNYA JELEK:
 Diperhitungkan terhadap pondasi abutment
 Dipikul oleh cerucuk, tiang pancang
 Ditanggulangi dengan turap, bronjong dll.
 Digunakan material timbunan ringan - abu sekam,
abu terbang dll.
 Dengan sistem counterweight
 Berat material timbunan dikurangi dengan armco,
gorong-gorong
 Kombinasi cara-cara di atas
JALAN PENDEKAT (OPRIT)

ABUTMENT

BRONJONG
JALAN PENDEKAT (OPRIT)
 Perbaikan tanah dasar
ABUTMENT

TURAP

CERUCUK
JALAN PENDEKAT (OPRIT)
 Mengurangi gaya lateral

ABUTMENT

ARMCO ARMCO
JALAN PENDEKAT (OPRIT)

MEMERLUKAN RUANG YG. BANYAK


 POLA KERUNTUHAN SLIDING PADA OPRIT

Timbunan H
oprit

Bidang longsor

Q’LL lapisan
tanah lembek
HL

lapisan
lempung kenyal HLK
Check gaya lateral yang terjadi :
 Tinggi timbunan rencana = H
Tinggi timbunan kritis = Hkr
Hkr = (CU’ . NC) / gt
CU’ = krc . CU  krc = ( 0,5 -- 0,7)
NC = 5,14 ( factor daya dukung)
gt = berat volume tanah timbunan
CU = kuat geser tanah dasar.
 Tinggi timbunan rencana harus diperhitungkan
sebesar : H = Hkr / 3
Indikasi : H  Hkr  tanah dasar runtuh
 Tahanan lateral tiang pancang (RPL’)
 Tahanan lateral 1 tiang dalam kelompok yang tertahan oleh
pile cap sama dengan (ekivalen) dengan tahanan pasif
pada kolom ekivalen sebesar (6d x 3d).
 Tanah non kohesif

d
6d

Tiang
L

3d 6gd

RPL’ = 54 . Kp’ . g . d3
dimana : Kp’ = (1 + sin Ø’) / (1 - sin Ø’)
d = diameter tiang pancang
g = berat volume tanah
 Tanah kohesif
RPL’ = 36 . CU’ . d2 + 54 . g . d3
d
6d dimana :
Tiang
d = diameter tiang pancang
L
g = berat volume tanah
3d cu +
CU = kuat geser tanah
6gd CU’ = kuat geser tanah efektif

 Gaya lateral akibat timbunan oprit (QLL’)


Gaya lateral yang bekerja pada baris tiang
belakang setinggi ketebalan tanah lembek (HL) :
QLL’ = gt . HL . Hekses . d
dimana : Hekses = H – Hkr
Persyaratan stabilitas abutment : RPL’ > QLL’
JENIS-JENIS PEKERJAAN STRUKTUR

 Pematokan  Kayu
 Pondasi  Jembatan sementara
 Beton  Cofferdam
 Beton prategang  Perancah
 Struktur baja  Perbaikan beton
 Landasan
PEMATOKAN
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

 Titil kontrol
 Cara pengukuran horizontal, vertikal
 Penentuan titik-titik elemen struktur seperti
letak pondasi – tiang pancang, sumuran dan
landasan
 Elemen-elemen sekunder lainnya
PENENTUAN TITIK ELEMEN
PONDASI : letak titik pancang tdk. sesuai desain
perlu recek stabilitas pondasi

DESAIN

PELAKSANAAN
PENENTUAN TITIK ELEMEN
PONDASI : letak sumuran tidak sesuai desain jika
terlalu extreem perlu recek stabilitas

DESAIN

PELAKSANAAN
JENIS PONDASI
 PONDASI DANGKAL (SHALLOW FOUNDATION)
- LANGSUNG
- SUMURAN

 PONDASI DALAM (DEEP FOUNDATION)


TIANG PANCANG :
- Baja (pipa, propil), beton
- Beton (Beton bertulang, prategang – precast)
PONDASI LANGSUNG
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
 Termasuk pondasi dangkal
Dipergunakan bila tanah pondasi cukup keras & padat
Daya dukung izin tanah > 2,0 kg/cm2
Kedalaman > 3 m dari dasar sungai / tanah dasar
Bebas dari pengaruh scouring vertikal
 Perlu diperhatikan terhadap scouring horizontal
 Bentangan jembatan sedemikian sehingga tidak
mengurangi luas profil basah sungai
 Perlu diperhatikan pada bagian kepala jembatan,
mungkin perlu diberi pengamanan (protection)
PONDASI LANGSUNG
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
 Diusahakan agar pada pilar tidak digunakan
pondasi langsung, dan apabila tidak dapat
dihindari maka perlu dipasang pengamanan
untuk melindungi pondasi
 Penggunaan jenis pondasi langsung/dangkal
pada jembatan TIDAK DISARANKAN, pada
sungai-sungai yang tidak dapat diperkirakan
perilakunya pada waktu musim banjir yaitu :
- Perilaku gerusan
- Perilaku benda-benda hanyutan
PONDASI LANGSUNG
PERSYARATAN :
 Cukup kuat (d. dukung ada < d. dukung izin)
 Aman terhadap geser n > 1,5
 Aman terhadap guling n > 1,5
 D > kedalaman scouring max.
 h > tinggi timbunan izin htimbunan

tanah asli
D
dipegang
PONDASI SUMURAN
 Termasuk pondasi dangkal
 Dipergunakan bila tanah pondasi
- Cukup keras
- Daya dukung tanah > 3 kg/cm2
- Kedalaman > 4 m dari dasar sungai / tanah
dasar setempat
- Bebas dari pengaruhi scouring vertikal
 Perlu diperhatikan adanya pengaruh scouring
horizontal
 Bentang jembatan ditetapkan sedemikian rupa
sehingga tidak mengurangi profil basah sungai
 Kemungkinan diperlukan pengamanan
(protection) pada bagian kepala jembatan
PONDASI SUMURAN
 Bila tanah pondasi berpasir, hati-hati dalam pengga-
lian sumuran. Pengambilan tanah jangan sampai ter-
bawa airnya. Hal ini untuk menghindari longsornya
tanah masuk dari luar sumuran ke dalam sumuran
 Usahakan dipergunakan pondasi sumuran dengan
diameter > 3 m untuk lebih menjamin kemudahan
pengambilan tanah dari dalam sumuran dan lebih
mudah penanganannya bila terjadi penyimpangan
dalam pelaksanaan penurunan sumuran
 Tidak dianjurkan pelaksanaan penurunan sumuran
dengan cara penggalian terbuka (seperti pada pelak-
sanaan pondasi langsung). Ini berarti akan merusak
struktur tanah di sekitar sumuran. Gaya geser hilang
atau berkurang
PONDASI SUMURAN
PERSYARATAN :
Cukup kuat utk faktor :
- Daya dukung < daya
htimbunan
dukung izin
- D>3m
tanah asli - h < hizin timbunan
D - D > scouring max (smax)
- Jika D < s < D’, maka
D’ perlu protection
PONDASI TIANG PANCANG
 Termasuk pondasi dalam
 Jenis tiang pancang yang'umum dipakai
- Tiang pancang beton
Dibuat setempat : ukuran 35 x 35 cm2 atau 40 x 40 cm2
Dibuat di pabrik (precast)
Umumnya bulat dan bermutu tinggi, diameter > 30 cm
- Tiang pancang baja
Yang sering dipergunakan berbentuk pipa
Ukuran diameter 40, 50, 60, 75, 100 (cm)
 Secara garis besar daya dukung tiang ada 2 macam
- Tiang Pancang Tumpu (Point Bearing Pile)
- Tiang Pancang Geser (Friction Pile)
PONDASI TIANG PANCANG

 Dipergunakan bila lapisan


tanah pondasi cukup dalam
(>8 m) dari dasar sungai
atau tanah setempat

 Bila terjadi scouring


smax
- Bisa terjadi pengura-
ngan daya dukung
pada jenis friction
(bagian a hilang) a
- Perlu kontrol tekuk pada
jenis point bearing pile
PONDASI TIANG PANCANG
 Agar dipegunakan konstruksi bangunan bawah
yang berbentuk pile cap, atau bangunan bawah
yang bebas dari pengaruh air normal dan bangu-
nan atas tetap di atas clearance yang diperlukan

MAB clearance
MAB

MAN
MAN
PONDASI TIANG PANCANG

 Posisi clearance terhadap muka air banjair (MAB)

clearance
MAB

Slope
protection
PONDASI TIANG PANCANG
 Pada waktu pemancangan, selalu dicatat kalende -
ringnya. Dipergunakan alat pancang yang memadai
 Pada umumnya dipergunakan alat pancang
dengan berat hammer minimal 2,2 ton
 Pada point bearing, kalendering terakhir
untuk : - T. Pancang Baja (1 – 3) cm / 10 pukulan
- T. Pancang Beton (3 – 5) cm / 10 pukulan
 Pada friction pile, kalendering hauya sebagai kontrol
 Bila basil pemancangan meragukan dapat dicek
dengan loading test
PONDASI TIANG PANCANG
Loading test dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
W
 Pembebanan langsung

 Pembebanan dengan jack


PONDASI TIANG PANCANG
 Bila pada lapisan atas terdapat lapisan cukup keras
(N.S. = 80 kg/cm2) sebelum pemancangan dapat
dibantu dengan penggalian lebih dulu.

80 kg/cm2
Penggalian

> 150 kg/cm2


PONDASI TIANG PANCANG
 Pada kelompok tiang pancang geser perlu diperhi -
tungkan daya dukungnya secara kelompok :
Pkelompok   Pindividual ( 1)
Salah satu rumusnya adalah :
 (n 1) m  (m 1) n
  1
90
[ m.n
]
dimana :  = effisiency of pile group
m = jumlah baris tiang
n = jumlah tiang per baris
 = tan-1d/s (dalam derajad)
d = diameter tiang
s = jarak tiang
PONDASI TIANG PANCANG
 Rumus daya dukung tiang berdasarkan kalendering sangat
banyak, mungkin mendekati 500 rumus
 Biasanya setiap alat pancang yang dipergunakan mempunyai
rumus tersendiri
 Hiley : eh E h W  n 2w
Ru   SF = 3
s  (C1  C2  C3 ) W  w
1
2
dimana :
Ru = Daya dukung batas dari tiang dalam tanah
eh = efisiensi daari pemukulan palu (<1)
Eh = Tingkat enersi palu (nilai dari pabrik)
C = Koefisien persamaan
s = Penetrasi tiang untuk pukulan palu terakhir
w = Berat tiang
W = Berat palu
n = Koefisien restitusi / pengembalian
RUMUS PEMANCANGAN TIANG

 Janbu
eh .E h
FK = 3 s/d 6 Ru 
Ku .s

w
Cd  0,75  0,15
W

eh . E h . L
  2
A.Es
RUMUS PEMANCANGAN TIANG
eh . E h
 Eng. News-Record (ENR) Ru 
sz
FK = 6

eh . E h W  n 2 W
 Modified ENR RU 
s  z W w
FK = 6

eh . E h
 Danish RU 
FK = (3 s/d 6) eh . E h . L
s
2. A.E

 Kobe 2WH W  n 2P
Ru  .
FK = 3 SK W P
RUMUS PEMANCANGAN TIANG
A = Luas penampang tiang
C1, C2 C3 = Koefisien dalam persamaan Hiley
Eh = Efisiensi pemukulan palu (<1)
E = Modulus Young dari tiang
Eh = Tingkat enersi palu (nilai dari pabrik)
L = Panjang tiang
n = Koefisien restitusi / pengembalian
Ru = Daya dukung batas dari tiang dalam tanah
s = Penetrasi tiang untuk 10 pukulan terakhir
w = Berat tiang
W = Berat palu
z = 0,1 untuk palu dengan tenaga uap
dan 1 untuk drop hammer
HAMMER EFFICIENCY, efa
Hammer Type ef
- Drop hammer released by trigger 1,00
- Drop hammer actuated by rope and 0,75
friction winch
- McKiernan-Terry single-acting hammers 0,85
- Warrington-Vulcan single-acting hammers 0,75
- Differential-acting hammers 0,75
- McKiernan-Terry, Industrial Brownhoist,
National & Union double acting hammers 0,85
- Diesel hammers 1,00
VALUES OF C1 FOR HILEY FORMULA
Easy Driving Med. Driving Hard Driving Very Hard
P1= 500 psi P1= 1000 psi P1= 1500 psi Driving
Material to Which on Cushion on Head or on Head or P1= 2000 psi
Or Pile Butt Cap Cap on Head or
Blow is Applied if no cushion (inch) (inch) Cap
(inch) (inch)

- Head of timber pile 0,05 0,10 0,15 0,20


- 3-4 in. pack. Inside cap on
- head of prec. conc. Pile 0,05+0,07b 0,05+0,07b 0,05+0,07b 0,05+0,07b
- 0,5-1 in. mat only on head
of precast conc.pile 0,025 0,05 0,075 0,10
- Steel-covered cap, contai-
ing wood pack., for steel
piling or pipe 0,04 0,08 0,12 0,16
- 3/16 in. red electrical fiber
disk between two
- 3/8 in. steel plates, for use
- with sever driving on
- monotube pile 0,02 0,04 0,06 0,08
- Head of steel piling or pipe 0 0 0 0
VALUES OF C2 & C3 FOR HILEY FORMULA
Value of C2  C2 = RuL / Aep (include additional value for followers)
Value of C2  C2 is temp. compression allow. for quake of ground
Nominal value = 0,1 inches
Range = 0,2 for resilient soils to 0 for hardpan
SAFETY FAKTOR RANGE FOR EQUATIONS
(THE MICHIGAN PILE-TEST PROGRAM)
Upper & lower Limits of SF = Ru / Rdb
Formula Range of Ru (kips) Nominal
0 - 200 200 - 400 400 - 700
Engineering News 1,1 – 2,4 0,9 – 2,1 1,2 – 2,7 6
Hiley 1,1 – 4,2 3,0 – 6,5 4,0 – 9,6 3
Pacific Coast 2,7 – 5,3 4,3 – 9,7 8,8 – 16,5 4
Uniform Building Code
Redtenbacher 1,7 – 3,6 2,8 – 6,5 6,0 – 10,9 3
Eytelwein 1,0 – 2,4 1,0 – 3,8 2,2 – 4,1 6
Navy-McKay 0,8 – 3,0 0,2 – 2,5 0,2 – 3,0 6
Rankine 0,9 – 1,7 1,3 – 2,7 2,3 – 5,1 3
Canadian National 3,2 – 6,0 5,1 – 11,1 10,1 – 19,9 3
Building Code
Modified Eng. News 1,7 – 4,4 1,6 – 5,2 2,7 – 5,3 6
Gates 1,8 – 3,0 2,5 – 4,6 3,8 – 7,3 3
Rabe 1,0 – 4,8 2,4 – 7,0 3,2 – 8,0 2
VALUES OF COEFFISIENT OF RESTITUTION,n
Drop, Single
Double
acting, or
Pile Type Head Conditon acting
Diesel
Hammers
Hammers
Helmet with comp.plastic or
greenheart dolly and packing 0,4
on top of pile 0,5
Reinforced
concrete Helmet with timber dolly &
0,25 0,4
packing on top of pile
Hammer direct on pile with - -
pad only
Driving cap with standart 0,5 0,5
plastic or greenheart dolly
Steel Driving cap with timber dolly 0,3 0,3
Hammer direct on pile - 0,5

Timber Hammer direct on pile 0,25 0,4


PEMILIHAN TYPE ALAT PANCANG
 Berdasarkan mesin Kobelco

Hammer Model
Description
K-13 K-25 K-35 K-45

Weight of pile (ton) 1,0 - 2,5 1,5 - 4,5 2,5 - 6,5 3,5 - 8,5

Bearing capacity (ton) 20 - 50 30 -100 50 - 150 65 - 200


Pondasi tiang pancang
 Untuk menambah kekuatan dan kekakuan,
maka di dalam tiang pancang baja perlu diisi
beton bertulang
 Pengisian beton bertulang sampai pada batas
M tiang = 0, sedangkan sisanya bisa diisi pasir

h+h' diisi beton bertulang


h
h" diisi pasir
h’ Untuk tanah jelek :
h' biasanya sekitar 8
m Mtiang =
h” 0
PONDASI TIANG PANCANG
 Pelaksanaan pemancangan dengan sepatu tiang
sebaiknya dengan percobaan dulu (bandingkan
dengan tanpa sepatu). Bila hasilnya sama, lebih
baik tanpa sepatu saja, karena dengan memakai
sepatu akan menambah biaya
 Cara penyambungan tiang sebaiknya lihat pada
standar-standar yang sudah ada
 Hal-hal yang menyangkut bentang dan protection
jembatannya, sama dengan pondasi sumuran dan
pondasi langsung
TIANG PANCANG BAJA

Dalam pembayaran dibagi sebagai berikut:


 Pengadaan bahan tiang pancang pipa baja ter-
masuk sambungan, sepatu tiang kalau perlu dan
sesuai dengan ukurannya dalam meter panjang
 Beton isian (K-225) dalam meter kubik
 Baja tulangan dalam kilogram
 Pemancangan dalam meter panjang
TIANG PANCANG BETON

Dalam pembayaran dibagi menjadi :


 Pengadaan tiang pancang beton (furnished)
termasuk sambungan serta sesuai dengan
ukurannya dalam meter panjang
 Furnished disini diartikan tiang pancang
beton tersebut sudah jadi di mana
didalamnya terma - suk beton dan baja
tulangan
 Pemancangan dalam meter panjang
TIANG PANCANG
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
 Jenis alat pancang harus sesuai dengan jenis,
berat serta panjang tiang pancang dan disetujui
oleh Direksi Teknik
 Percobaan pembebanan diperlukan apabila tiang
pancang tersebut merupakan tiang pancang
yang bersifat friction
 Untuk jenis tiang pancang yang sifatnya point
bearing, maka rumus pile dynamic dapat dipakai
asal jenis alat pancangnya sudah sesuai tcrlebih
dahulu, apabila jenis alat pancang tidak sesuai
maka rumus tersebut tidak berlaku
TIANG PANCANG
BORE PILE
- Biaya pengeboran dan beton serta tulangannya
masuk dalam bagian ini dan dihitung dalam meter
panjang bore pile sesuai ukuran
CRUCUK KAYU
- Pengadaan crucuk kayu yang sudah di treatment
(furnished) dengan bahan anti rayap dan anti lapuk
dihitung dalam meter panjang
- Pemancangan dalam meter panjang
SHEET PILE
- Pengadaan sheet pile baja/beton furnished dalam
meter panjang
- Pemancangan sheet pile baja/beton dalam meter
panjang
SPESIFIKASI JEMBATAN
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam spe-sifikasi
jembatan (yang berbeda dengan spesifikasi jalan) adalah :
 Pemeliharaan dan pengaturan lalu lintas
 Pengumpulan, pengangkutan dan pengiriman material
bangunan atas jembatan
 Galian Konstruksi
 Pembongkaran
 Struktur - Beton, beton pratekan, tiang pancang,
sumuran, besi tulangan,
PEMELIHARAAN DAN PENGATURAN
LALU LINTAS

 JEMBATAN SEMENTARA
 JALAN SEMENTARA
 JALAN SIMPANG
 PENGATURAN LALU-LINTAS
 LALU-LINTAS SATU ARAH
JEMBATAN SEMENTARA
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
 Waktu pelaksanaan - Jenis dan material jem -
batan sementara harus sesuai dengan umur
jembatan itu sendiri
 MST - Muatan sumbu terberat, tinjau MST yg.
ada pada ruas jalan tersebut, karena MST ini
menentukan jenis dan kekuatan jembatan
sementara yang akan dibangun
 AADT (LHR) - Jumlah lalu lintas yang lewat
pada ruas jalan tersebut menentukan lebar
serta jumlah jembatan sementara, agar tidak
terjadi kemacetan
GALIAN KONSTRUKSI
ADALAH GALIAN UNTUK LANTAI PONDASI KEPALA
JEMBATAN, PILAR, GORONG-GORONG, TEMBOK
PENAHAN TANAH, TEMBOK SAYAP

Pekerjaan ini termasuk pekei jaan mengisi kembali lu-


bang lubang galian konstruksi dengan material yang
baik, membuang kelebihan material, pengeringan yang
perlu, pemompaan, melindungi, membuat batas-batas
tepi konstruksi krib, cofferdam, pembongkaran kons-
truksi lama pada daerah galian konstruksi
GALIAN KONSTRUKSI
PENGUKURAN HASIL KERJA
Adalah volume prisma yang dibatasi oleh bidang
 Bidang atas, yaitu bidang horizontal seluas bidang
pondasi yang melewati titik terendah dari terain tanah
asli, bagian di atas ini merupakan galian batu atau
galian tanah biasa
 Bidang bawah, yaitu bidang dasar pondasi
 Bidang tegak, adalah bidang vertikal keliling pondasi
Galian di bawah bidang dasar pondasi atau di bawah
bidang batas bawah yang ditentukan oleh Direksi tidak
dibayar, juga yang diakibatkan oleh pengembangan
tanah, pemancangan, longsor, bergeser, runtuh atau
sebab-sebab lain.
GALIAN KONSTRUKSI DAN
TIMBUNAN, PEMADATAN
 Pembayaran dilakukan pada mata pembiayaan
Galian Konstruksi untuk 0 s/d 2 meter, 2 s/d 4 meter,
4 s/d 6 meter dan galian di bawah permu-kaan air,
yang dihitung dalam meter kubik
 Timbunan dan Pemadatan yaitu pekerjaan mengu-
rug/menimbun tanah guna keperluan badan jalan
sesuai dengan gambar rencana. Jenis tanah yang
dipakai untuk keperluan ini harus sesuai dengan
persyaratannya masing-masing.
 Pada penimbunan jalan pendekat harus memakai
jenis Tanah pilihan dengan gradasi yang baik, guna
menghindari terjadinya settlement / amblas-nya
timbunan jalan pendekat tersebut.
PENIMBUNAN DAN PEMADATAN

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Pekerjaan ini diukur setelah dipadatkan dan
dihitung berdasarkan meter persegi
 Bagian yang tidak dapat dipadatkan dengan alat
berat, maksimuin tiap lapisannya 10 cm dan di-
stamper
 Pada penimbunan dan pemadatan jalan pendekat,
perlu diperhatikan kekuatan kepala jembatan, dan
apabila kepala jembatan belum kuat maka perlu
dilakukan penundaan penimbunan sampai me -
mungkinkan.
PEMBONGKARAN

PEMBONGKARAN JEMBATAN LAMA yaitu peker


jaan pembongkaran jembatan baja, beton, kayu atau
komposit yang dibayar secara lump sum
PEMBONGKARAN PASANGAN BATU/BATA yaitu
pekerjaan pembongkaran pasangan bata/batu,
beton tak bertulang/beton bertulang, untuk segala
macam jenis konstruksi yang dibongkar dan
dibayar secara meter kubik
PEMBONGKARAN GEDUNG yaitu pembongkaran
gedung yang terkena proyek, dan dihitung
berdasarkan luas lantai dalam meter persegi
STRUKTUR

 Beton
 Tiang Pancang
 Tulangan
 Baja Bangunan
 Sumuran
 Beton Pratekan
BETON (spesifikasi)
Yang termasuk dalam pekerjaan beton ini adalah
penyelesaian pekerjaan beton, rangka beton,
beton komposit, beton bertulang sesuai
dengan gambar rencana

BETON BERTULANG
 K-175, untuk gorong-gorong pipa, bang. pelimpah
 K-225, untuk gorong-gorong persegi (box culvert),
tiang pancang, struktur bangunan bawah,
bangunan atas bila disyaratkan demikian
 K-350, untuk lantai jembatan baja
 K- 400 atau lebih, untuk struktur beton pratekan
BETON (Spesifikasi)
 Beton tak bertulang
K-125 - untuk lantai kerja
 Beton siklop
Untuk isian sumuran

JUMLAH SEMEN & AIR PER KUBIK BETON


(Hanya sebagai perkiraan)
Beton kelas Jumlah semen (kg) Jumlah air(lt)
K-350 425 180
K-225 350 160
K-175 300 150
BETON (Spesifikasi)
PENGADUKAN
 CENTRAL MIXING PLANT
- Kapasitas tidak dilampaui
- Putaran mesin harus kontinyu
- Adukan lama harus sudah dikeluarkan semua
 SAAT PENGANGKUTAN (TRUCK MIXER)
- Kecepatan putaran > 4 rpm
- Maksimum < 150 putaran (6 rpm)
- Aduk setelah maksimum mencapai 30 menit semen
masuk (bila perlu 15 menit)
 KONDISI DARURAT
- Mixer mekanis
- Bila rusak gunakan tenaga manusia
PERANCAH BETON
(saat pengecoran)
 Pengecoran di atas perancah dan formwork dilakukan
setelah perancah dan formwork disetujui oleh Direksi

 Perancah harus cukup kuat untuk menahan gaya ver-tikal


(beban beton basah) sebelum beton mengering

 Hubungan-hubungan yang menahan gaya horizontal


sangat penting, karena dalam hal ini perancah harus
bekerja sama antara satu tiang dengan tiang yang lain

 Usahakan hubungan pada perancah yang cukup ko-koh


dan untuk perancah yang berada di sungai, perhi-tungkan
gaya horizontal pada saat banjir, dan akibat terhalangnya
aliran sungai.
TULANGAN
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
PEMASANGAN TULANGAN
 Batang tulangan tidak boleh diluruskan kembali atau
dibengkokkan kembali tanpa persetujuan direksi teknik.
 Pelurusan atau pembengkokan kembali baja tulangan harus
dalam keadaan dingin
 Baja tulangan yang telah dibengkokkan kembali lebih dari
satu kali pada tempat yang sama, tidak boleh dipa-kai dan
harus diganti dengan yang baru.
 Penggantian ukuran batang baja tulangan yang ber-beda
harus diperhatikan luas tulangan rencana yang ada, dan
luas tulangan harus sama atau lebih besar dan harus
disetujui oleh Direksi
 Bahan-bahan pengikat, penjepit, pemisah, pengganjal tidak
dimasukkan dalam berat pada butir pembiayaana tulangan
melainkan sudah termasuk didalamnya.
BAJA BANGUNAN

YANG TERMASUK DALAM BAGIAN INI

 Baja profil yang berfungsi sebagai pengaku


pada tiang pancang baja

 Pekerjaan baja bangunan seperti pembuatan


gelagar baja untuk jembatan

 Pekerjaan ini dibayar dalam kilogram


SUMURAN

 PENGADAAN SILINDER atau bentuk khusus


pon- dasi sumuran sesuai dengan yang
diperlukan dalam meter panjang

 PENURUNAN SILINDER atau bentuk khusus


pon -
dasi sumuran yang diperlukan dalam
meter panjang
SUMURAN
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
 Silinder sumuran harus masuk ke dalam tanah keras
minimum 1 meter
 Bagian dasar sumuran harus diberi beton kedap air
terlebih dulu sebelum dicor beton siklop
 Tulangan stek untuk menghubungkan antara sumu - ran
dengan bagian bawah abutment, pilar tidak ma-suk dalam
perhitungan kuantitas berat tulangan, me-lainkan sudah
diperhitungkan dalam pengadaan sumuran
 Beton siklop mempunyai mata pembiayaan tersendiri
 Penurunan sumuran tidak boleh dilakukan secara terbuka
KESALAHAN UMUM PONDASI

 GALIAN UNTUK PONDASI LONGSOR karena :


- Cara penggalian yang salah
- Terlalu dekat ke jembatan / jalan darurat
- Cofferdam kurang kuat dan kedap air
 MENURUNKAN PONDASI SUMURAN dilakukan secara
terbuka mengakibatkan :
- Fungsi pondasi sumuran tidak tercapai
- Sifat pondasi sumuran menjadi pondasi langsung
 PEMANCANGAN TIDAK SESUAI KEMIRINGANNYA
dapat mengakibatkan abutment bergeser ke depan, hal
tsb.disebabkan oleh :
- Salah memancang
- Gambar / desain salah
KESALAHAN YANG SERING TERJADI
PADA PELAKSANAAN PONDASI
 Kedalaman tiang pancang geser tidak sesuai
desain
 Kalendering pada tiang yang terlalu kecil
 Salah penanganan, penempatan dan pemanca-
ngan tiang beton
 Selimut beton kurang pada tiang beton yang
dicor di tempat
 Letak dasar pondasi yang tidak memperhitung-
kan kedalaman scouring
KESALAHAN UMUM PADA
BANGUNAN BAWAH
 MUTU BETON TIDAK SESUAI mungkin disebab-
kan oleh :
Kecerobohan dalam pelaksanaan, baik dalam
pengecoran campuran maupun kualitas agregat

 SETTING OUT YANG TIDAK TEPAT mengakibat-


kan bentang jembatan menjadi tidak sesuai, hal
tersebut diakibatkan oleh :
- Peralatan pengukuran yang kurang akurat
- Ketidak telitian pada waktu set out
- Tidak ada kontrol kedua atau ketiga
KESALAHAN UMUM PADA
BANGUNAN ATAS
TIDAK SESUAINYA JENIS BANGUNAN ATAS
ANTARA DESAIN DAN PELAKSANAAN
yang disebabkan :
 Tidak adanya konsultasi atau koordinasi antara
proyek/pemilik proyek dengan Dit.Jen.Bina Marga
 Kesalahan setting out di lapangan
 Desain yang tidak akurat
 Tidak mau menggunakan manual pada waktu
pelaksanaan pemasangan bangunan atas
KESALAHAN UMUM PADA
BANGUNAN ATAS
PEMASANGAN BANGUNAN ATAS TIDAK
SEMPURNA disebabkan oleh :
 Manual pemasangan yang digunakan tidak sesuai
dengan jenis bangunan atas yang dipasang
 Manual pemasangan tidak dibaca dengan baik
 Tidak mengerti cara membaca manual atau gambar
rencana
 Dinding backwall dicor dulu sehingga terjadi kesuli-tan
pemasangan bangunan atas
 Celah expansion joint tidak sesuai dengan manual
 Tidak mengerti cara pelaksanaan pemasangan ba -
ngunan atas dengan sebenarnya (cantilever, peran-cah,
semi kantilever, launching)
KESALAHAN UMUM PADA
ERECTION BANG. ATAS
 Camber yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan
camber yang sudah disyaratkan dalam buku manual,
hal ini disebabkan
 Pengencangan baut yang tidak sesuai urutan pema-
sangan tidak sesuai manual
Contoh : pada lantai jembatan rangka yang menggu-
nakan lantai baja gelombang, baja geloinbang terse-
but berfungsi sebagai pengaku, sehingga wajib dipa-
sang bers,amaan dengan rangka batangnya
 Pemasangan batang yang tertukar, mengakibatkan
adanya batang yang tidak mampu menahan gaya
KESALAHAN UMUM PADA
PENYELESAIAN AKHIR
 JALAN PENDEKAT - amblas disebabkan oleh:
- Bahan timbunan tidak menggunakan jenis material
pilihan
- Pemadatan yang tidak sempurna
- Tinggi lapisan yang dipadatkan tidak sesuai de -
ngan jenis alat pemadat yang digunakan
 BETON LANTAI - retak, keropos disebabkan oleh:
- Mutu beton tidak sesuai dengan persyaratan
- Jumlah tulangan tidak sesuai
- Cara pengecoran salah
- Curing tidak sesuai prosedur
AKIBAT KESALAHAN PADA
PELAKSANAAN BETON

 SEGREGASI
 BLEEDING
 RETAK
 KEROPOS
SEGREGASI
Adalah pemisahan agregat kasar dari adukannya
Penyebab segregasi adalah:
 Pembatasan slump yang terlalu rendah
 Gradasi yang kurang memadai
 Berat jenis agregat kasar terlalu tinggi dibandingkan
dengan agregat halus
 Jumlah agregat halus terlalu sedikit
 Tinggi jatuh pengecoran terlalu tinggi
 Penggunaan alat penggetar yang terlampau lama
 Penggunaan bahan admixture yang salah
BLEEDING
ADALAH BENTUK LAIN DARI SEGREGASI, DIMANA PARTIKEL
AGREGAT KASAR TURUN KE BAWAH KARENA KETIDAK
MAMPUAN MENGIKAT CAMPURAN AIR DARI ADUKAN MORTAR,
SEHINGGA AIR KELUAR KEATAS
PERMUKAAN BETON

SEBAB-SEBAB BLEEDING :
- Campuran beton terlalu basah
- Temperatur terlalu tinggi pada saat pengecoran
- Rancangan campuran beton kurang baik
- Adanya penambahan air pada saat pengecoran
berlangsung
PERAWATAN (CURING) BETON

TUJUAN :
 Mencegah penguapan / pelepasan air yang
ber -lebihan, karena penguapan / pelepasan
air yang berlebihan akan meriyebabkan
hambatan dalam proses hidrasi
 Beton harus dipelihara agar berada dalam
suhu tertentu sedemikian rupa sehingga
terhindar dari perbedaan suhu yang
berlebihan yang dapat menimbukan retakan
METODA PERAWATAN

 WATER CURING
Dengan ponding, spraying, sprinkling dan satu-
rated covering
 SEALED CURING
Dengan kertas waterproof, lembaran plastik dan
curing membrane
 STEAM CURING
Dengan pemanasan terutama banyak digunakan
untuk beton-beton pracetak
JANGKA WAKTU CURING
TERGANTUNG PADA BEBERAPA FAKTOR
 Jenis semen
 Kekuatan beton yang dibutuhkan / direncanakan
 Perbandingan antara luas permukaan terhadap
volume beton
 Kondisi dan keadaan cuaca sekeliling
 Biasanya minimum 7 hari dan tidak kurang dan 14
hari untuk beton masif
 Perbedaan temperatur diusahakan antara luar dan
dalam beton tidak lebih dari 20 derajat
 Perbedaan temperatur beton dengan udara diseke-
lilingnya tidak lebih dari 11 derajat
KESALAHAN UMUM PADA
PENYELESAIAN AKHIR
GAP EXPANSION JOINT terlalu besar
 Salah setting out
 Tidak dilakukan penyesuaian pada bagian ujung
lantai
 Dapat mengakibatkan retak pada panel ujung
Iantai beton jembatan
 Bila digunakan jenis expansion joint tertentu
menjadi mahal
 Penggunaann expansion joint yang tidak sesuai
dapat mengakibatkan mudah rusaknya expansion
tersebut
PERBAIKAN KESALAHAN
 PONDASI TIANG PANCANG - mengalami eksentrisitas
akibat kesalahan pemancangan
- Hitung kembali momen yang terjadi
- Kalau perlu diberi tambahan tiang
 PONDASI SUMURAN MIRING - karena salah pelaksa-naan
penurunan silinder
- Usahakan agar silinder sumuran tegak, dan apabila
tidak dapat, angkat kembali cincin sumuran dan
dilakukan penggalian terbuka
- Kemudian lakukan pengecekan kestabilan pondasi
sesuai dengan pondasi langsung
Pada bagian yang dikhawatirkan mengalami scouring
vertikal atau horizontal langsung diberi pengamanan
PERBAIKAN KESALAHAN
SETTING YANG SALAH
 Apabila jarak tidak terlampau besar, bagian ke -
pala abutment atau pilar dapat diberi tambahan
dengan konsol pendek, dan penyesuaian-penye-
suaian lainnya.
 Apabila sudah tidak mungkin, maka bentangan
dan mungkin tipe bangunan atas perlu penye-
suaian
 Cek kembali terhadap kestabilan pondasi, apa-
kah masih cukup aman akibat terjadinya peruba-
han letak bangunan atasnya
PERBAIKAN BETON
RETAK
 Perbaikan retak dapat dilakukan dengan cara grou-
ting, penyuntikan bahan epoxy
 Apabila tulangan kurang, adanya retak struktur perlu
perkuatan dengan menambahkan plat penguat
 Untuk gelagar beton bertulang atau beton pratekan
dapat menggunakan perkuatan dengan cara external
stressing
 Untuk kolom beton perkuatan dilakukan dengan cara
jacketing dengan pelat baja, fibrewrap dll.
Prestressed Girder
Span = 40 m’

Pilar Pilar
Temporary
Steel Frame
Prestressed Girder
Span = 40 m’

Pilar Pilar
PELAKSANAAN PEMASANGAN
JEMBATAN RANGKA
Metoda yang sesuai tergantung dari :
 Lokasi jembatan
 Kondisi sungai
 Kondisi jalan penghubung (oprit)
 Kondisi jembatan lama
 Kemajuan pekerjaan bangunan bawah
 Peralatan yang tersedia
 Tenaga buruh yang digunakan
METODA PEMASANGAN JEMBATAN
RANGKA BAJA

Ada 3 macam

 Kantilever
 Kombinasi Perancah + Kantilever
(semi kantilever)
 Perancah
KANTILEVER
Dilakukan pada kondisi
 Keadaan aliran sungai buruk dan berbahaya bila dipasang
perancah ditengah sungai (sering banjir)
 Profil sungai dalam.
 Mempunyai bentang jembatan lebih besar atau sama
dengan jembatan yang dipasang.
 Jalan penghubung (oprit) yang tersedia cukup untuk
menempatkan jembatan pemberat
 Dan timbunan / galian tanah dibelakang kepala
jembatan memungkinkan untuk konstruksi jembatan
pemberat.
 Tersedia tenaga-tenaga yang terlatih.
SEMI KANTILEVER

Dilakukan pada kondisi


 Jembatan terdiri dari satu bentang dan
kesulitan peminjaman jembatan pemberat
 Sebagian profil sungai masih dimungkinkan
untuk pemasangan perancah (dangkal).
 Tempat untuk jembatan pemberat pada oprit
telalu pendek karena trase jalan penghubung
dekat jembatan membelok tajam atau terjal.
PERANCAH
Dilakukan pada kondisi :
 Kondisi profil sungai datar/tidak dalam
 Arus tidak besar jika banjir
(tidak membahayakan)
 Biaya pembuatan perancah relatif
lebih murah
 Tenaga terlatih sukar didapat
ERECTION
(Metoda Kantilever)
Pemberat
(Ballast)
DETAIL BALLAST

TYPE BALLAST TYPE BALLAST


40 A 18 Ton 40 B 16 Ton
45 A 17 Ton 45 B 16 Ton
50 A 20 Ton 50 B 16 Ton
55 A 22 Ton 55 B 16 Ton
60 A 24 Ton 60 B 20 Ton
PENGGUNAAN ALAT BANTU KHUSUS
(Special Lingking Steel)
PENGGUNAAN ALAT BANTU BATANG ATAS
(Uppercord Component)
JEMBATAN PEMBERAT DIATAS
TUMPUAN SEMENTARA
ERECTION JEMBATAN SELESAI
ERECTION JEMBATAN RANGKA
METODA SEMI KANTILEVER

PEKERJAAN SEDANG BERLANGSUNG

YOKE
BALLAST BALLAST
ERECTION JEMBATAN RANGKA
METODA SEMI KANTILEVER

PEKERJAAN ERECTION SELESAI

REMOVE YOKE
ERECTION JEMBATAN RANGKA
METODA PERANCAH
 PEMASANGAN PERANCAH
ERECTION JEMBATAN RANGKA
METODA PERANCAH
 MEMULAI PEKERJAAN ERECTION
ERECTION JEMBATAN RANGKA
METODA PERANCAH

 PEKERJAAN ERECTION SELESAI

REMOVE
FILES
TRANSPANEL BRIDGES
Transfield - MBK
TRANSPANEL BRIDGES
Transfield - MBK
COMPACT BAILEY
COMPACT BAILEY
 BRIDGE DIMENSIONS
COMPACT BAILEY
 Tampak Samping

Anda mungkin juga menyukai