Anda di halaman 1dari 24

Farmakologi II

“OBAT BATUK”

Kelompok 2 :
Elly Wardani Siregar (1700086)
Veronika Br Ginting (1700102)
Yen Veronika (1700103)
Yevira Dheya Apreza (1700105)
FISIOLOGI BATUK

 Batuk adalah suatu refleks fisiologi pada keadaan sehat maupun sakit
dan dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab.
 Refleks batuk lazimnya diakibatkan oleh rangsangan dari selaput lendir
saluran pernapasan yang terletak di beberapa bagian dari tenggorokn
(epiglottis, laring, trakea dan bronkus). Mukosa ini memiliki reseptor
yang peka untuk zat-zat perangsang (dahak, debu dan peradangan)
yang mencetuskan batuk. Batuk merupakan suatu mekanisme fisiologi
yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran
pernapasan dari dahak, zat-zat asing dan unsur infeksi. Dengan
demikian batuk merupakan suatu mekanisme perlindungan.
GEJALA BATUK

GEJALA UMUM GEJALA KHUSUS

Rasa lesu atau Nyeri dada


lemah

Tidak mau Pengeluaran


makan dahak

Pusing dan sakit Sesak nafas


kepala

Suhu badan Batuk


meningkat
PENYEBAB BATUK
infeksi saluran pernapasan

alergi

sebab-sebab mekanis (debu, asap rokok, tumor paru)

perubahan suhu yang mendadak

rangsangan kimiawi (gas, bau).


infeksi virus, misalnya virus selesma (common cold),
influenza, cacar air
radang pada cabang dan hulu tenggorokan
(bronkitis,faringitis)
tumor

efek samping dari beberapa obat (penghmabat ACE)


Jenis-jenis batuk
• Merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan
fungsi mengeluarkan zat-zat asig dan dahak dari batang
tenggorokan.
• Pada dasarnya jenis batuk ini tidak boleh ditekan.
Tetapi, dalam praktiknya sering kali batuk yang hebat
Produktif dapat mengganggu tidur dan melelahkan pasien,
ataupun berbahaya misalnya setelah pembedahan.
• Untuk meringankan dan mengurangi frekuensi batuk,
diberikan terapi simptomatis dengan obat-obat pereda
batuk.
• Untuk batuk ini tersedia obat golongan ekspektoran dan
mukolitik.

• Bersifat kering tanpa adanya dahak, misalnya pada


batuk rejan atau juga karena pengeluarannya memang
tidak mungkin, seperti pada tumor. Batuk jenis ini tidak
Non ada manfaatnya, maka haruslah dihentikan.
produktif • Untuk batuk jenis ini tersedia obat yang dapat menekan
rangsangan batuk seperti antihistamin dan anastesi
tertentu
Terapi non farmakologi
• Memperbanyak minum air putih untuk mengencerkan dahak dan
mengurangi iritasi dan rasa gatal

• Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang


tenggorokan seperti makanan yang berminyak dan minuman dingin

• Menghindari paparan udara dingin

• Menghindari merokok dan asap rokok karena dapat mengiritasi


tenggorokan sehingga memperparah batuk

• Menggunakan zat-zat emoliensia seperti madu atau permen hisap pelega


tenggorokan untuk melunakkan dan mengurangi iritasi tenggorokan dan
selaput lendir.
Terapi farmakologi

Zat
pereda
sentral Mukolitik

Zat Ekspektoran
pereda
perifer
Zat pereda sentral
 Obat golongan dengan kerja sentral bekerja efektif, namun dapat menyebabkan
adiksi
Kodein
 Kodein ini memiliki sifat yang menyerupai morfin, tetapi efek analgetiknya jauh lebih
lemah. Penggunaan kodein selain sebagai antitusif juga sebagai analgetik dan
mengurangi ketergantungan terhadap heroin. Kodein bekerja menurunkan
sensitifitas pusat batuk dari rangsangan.
 Efek samping : konstipasi, mual dan muntah, pusing dan sedasi ringan. Pada anak-
anak dapat terjadi konvulsi dan depresi pernapasan.
 Kontraindikasi : batuk berdahak, penyakit hepar.
 Dosis : oral 3-5 x sehari 10-40 mg untuk dewasa dan maksimum 200 mg sehari.
 Preparat kombinasi dengan feniltoloksamin (codipront) dimana kedua obat terikat
pada suatu resin yang memberikan efek kerja panjang.
 Sediaan :
- Codein tablet ( kodein anhydrat 10, 15, 20 mg)
- Codipront capsul ( kodein anhydrat 30 mg, feniltoloksamin 10 mg)
- Codipront syrup ( kodein anhydrat 11,11 mg dan feniltoloksamin 3,67 mg/5 ml)
 Kehamilan dan laktasi : kodein bolehdigunakan selama kehamilan dan laktasi
Zat pereda sentral
Noskapin
 Alkoaloid ini tidak memiliki rumus fenantren, seperti kodein dan morfin. Namun,
termasuk dalam kelompok benzilisokinolin seperti alkaloida candu lainnya seperti
papaverin dan tebain.
 Efek meredakan batuk tidak sekuat kodein namun tidak mengakibatkan depresi
pernapasan dan konstipasi. Resiko adiksinya ringan sekali.
 Bersifat pembebas histamin yang kuat dengan efek bronkokontriksi dan hipotensi
pada dosis besar.
 Dosis : oral 3-4 x sehari 15-50 mg, maksimal 250 mg sehari
 Efek samping : nyeri kepala, reaksi kulit
 Sediaan :
- Longatin tablet ( noskapin 25 dan 50 mg )
- Longatin syrup ( noskapin 25 m/5 ml)
- Mercotin drop ( noskapin 10 mg/ml)
- Noscapax syrup ( noskapin 15 mg, gliserilguaiakolat 100 mg, efedrin hcl 8 mg,
diphenhydramin hcl 15 mg, ammonium klorida 50 mg, mentol 1,5 mg dalam 5 ml
sediaan)
 Kehamilan dan laktasi : noskapin boleh digunakan selama kehamilan dan laktasi.
Zat pereda sentral
Dextrometorphan
 Derivat fenantren berkhasiat menekan batuk yang sama kuatnya dengan
kodein, tetapi bertahan lebih lama. Dan tidak bersifat analgetik, sedasi dan
konstipasi atau adkisi.
 Mekanisme kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak.
 Pada dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SSP.
 Dosis : oral 3-4 x sehari 10-20 mg untuk dewasa, 3-4 x sehari 8 mg untuk anak-
anak 2-6 tahun, 3-4 x sehari 15 mg untuk anak-anak 6-12 tahun.
 Efek samping : rasa mengantuk, pusing, nyeri kepala dan gangguan lambung-
usus.
 Kontraindikasi : asma, batuk produktif, gangguan fungsi hati
 Sediaan :
- Sanadryl dmp syrup ( dextrometorphan 10 mg, diphenhydramin hcl 12,5 mg,
ammonium klorida 100 mg, na.sitrat 50 mg, mentol 1mg dalam 5 ml sediaan)
- Afidex tab ( dextromethorpan 15 mg)
 Kehamilan dan laktasi : dextrometorphan boleh digunakan selama kehamilan
dan laktasi.
Zat pereda sentral
Dextrometorphan
 Merupakan derivat fenotiazin sebagai antihistamin berdaya
meredakan rangsangan batuk berkat sifat sedatif dan
antikolinergiknya yang kuat.
 Biasanya digunakan untuk anak-anak pada kondidi batuk
malam.
 Dosis : oral 3 x sehari 25-50 mg untuk anak diatas 1 tahun, 2-4 x
sehari 0,2 mg/kg BB.
 Efek samping : Gangguan buang air kecik dan akomodasi pada
manula.
 Kontraindikasi : pasien koma, serangan akut asma, bayi
prematur,
 Sediaan :
- Davenol syrup ( prometazin hcl 6,25 mg, dextrometorphan 15 mg
dalam 5 ml sediaan )
Zat pereda sentral
Diphenhydramin
 Sebagai zat antihistamin(H1 bloker) bersifat hipnotif sedatif dan
meredakan batuk.
 Dosis :3-4 x sehari 25-50 mg
 Efek samping : sedasi ringan, efek antikolinergik, pusing dan
tinnitus
 Sediaan :
- Sanadryl dmp syrup ( dextrometorphan 10 mg, diphenhydramin hcl
12,5 mg, ammonium klorida 100 mg, na.sitrat 50 mg, mentol 1mg
dalam 5 ml sediaan)
- Diphenhydramin vial/ampul (10 mg/ml)
- Sidiadryl vial (10 mg/ml)
 Kehamilan dan laktasi : dextrometorphan boleh digunakan
selama kehamilan dan laktasi.
Zat pereda sentral
Oksomemazin
 Derivat fenotiazin dan penggunaan menyerupai prometazin,
daya antikolinergiknya lemah
 Dosis : 2-3 x sehari 15 mg untuk dewasa, 2,5-10 mg sehari untuk
anak-anak 1-2 tahun, 10-20 mg sehari utuk anak-anak 2-5
tahun, 2-3 x sehari 10 mg untuk anak-anak 5-10 tahun
 Efek samping : gangguan buang air kecil dan akomodasi pada
manula
 Sediaan :
- Comtusi tablet ( oksimemazin 1,65 mg, gliserilguaiakolat 33,3 mg)
- Comtusi syrup ( oksimemazin 1,65 mg, gliserilguaiakolat 33,3 mg
dalam 5 ml sediaan )
 Kehamilan dan laktasi : dapat dikeluarkan melalui ASI
Obat ini bekerja di luar SSP
Oksolamin
 Derivat oksodiazol yang meredakan batuk secara perifer
dengan memblokir reseptor di bronkus. Obat ini juga
bersifat antiradang, lokal anestesis dan spasmolitik
terhadap otot polos bronkus. Obat ini juga dapat
memperpanjang efek dari antikoagulansia.
 Dosis : 4-5 x sehari 100-200 mg
 Kehamilan dan laktasi : dapat dikeluarkan melalui ASI
Mukolitik dapat mengurangi kekentalan dahak dan
mengeluarkannya. Mukolitik digunakan dengan efektif
pada batuk dengan dahak yang kental sekali, seperti pada
bronkitis dan emfisema. Zat ini mempermudah pengeluaran
dahak yang telah menjadi encer melalui proses batuk atau
dengan bantuan gerakan cilia (bulu getar) dari epitel.
Acetylsistein
Merupakan derivat dari asam amino alamiah sistein yang
berkhasiat mengencerkan dahak dengan cara memutuskan jembatan
disulfida, sehingga rantai panjang antar mukoprotein terbuka dan lebih
mudah dikeluarkan melalui batuk.
 Zat ini juga berdaya melindungi sel terhadap oksidasi dan perusakan
oleh radikal bebas.
 Acetylsistein juga mampu memperbaiki gerakan bulu getar (cilia)
dan membantu efek antibiotika (doksisiklin, amoxicillin dan
tiamfenicol).
 Zat ini juga sebagai antidotum terhadap keracuan parasetamol
dengan cara meningkatkan persediaan glutation.
Acetylsistein
Efek samping : mual dan muntah, pada dosis tinggi dapat
mengakibatkan reaksi anafilaksis, gatal, udema, dan hipotensi
 Kontraindikasi : hipersensitif terhadap n-acetyl sistein
 Dosis : oral 3-6 x sehari 200 mg atau 1-2 x sehari 600 mg untuk
dewasa, 2 x sehari 200 mg untuk anak-anak 2-7 tahun, 2 x sehari
100 mg untuk anak-anak dibawah 2 tahun.
 Sediaan :
- Acetylsistein tab (Acetylsistein 200 mg)
- Fluimucyl tab(Acetylsistein 200 mg)
- Fluimucyl tab effervescent (Acetylsistein 600 mg)
- Fluimucyl syrup (Acetylsistein 100 mg/5 ml)
- N-acetin tab (Acetylsistein 200 mg)
Mukolitik
Bromheksin
 Merupakan derivat sikloheksil berkhasiat mukolitik dengan cara
memutuskan serat mukopolisakarida
 Efek samping : mual dan muntah, pusing dan berkeringat.
 Kontraindikasi : hipersensitif terhadap bromheksin
 Dosis : oral 3-4 x sehari 8-16 mg untuk dewasa, 3 x sehari 1,6-8 mg untuk
anak-anak. Injeksi 2-3 x sehari 1 amp untuk dewasa. Solution 2-3 x sehari 4
ml untuk dewasa, 3 x sehari 2 ml untuk anak-anak 5-10 tahun, 3 x sehari 20
tetes untuk anak-anak dibawah 5 tahun, 3 x sehari 10 tetes untuk bayi
 Sediaan :
- Bisolvon elixir ( bromheksin 4 m/5 ml)
- Bisolvon injeksi ( bromheksin 2 mg/ml)
- Bisolvon solution 50 ml
- Mucohexin tab (bromheksin 8 mg)
- Mucohexin elixir ( bromheksin 4 m/5 ml)
Ambroxol
 Bersifat mukolitik dengan cara memutuskan serat
mukopolisakarida.
 Efek samping : gangguan saluran cerna, reaksi alergi, udem.
 Kontraindikasi : hipersensitif terhadap ambroxol
 Dosis : oral 2-3 x sehari 30 mg untuk dewasa, 2-3 x sehari 15 mg
utnuk anak-anak 6-12 tahun.
 Sediaan :
- Ambroxol tab ( ambroxol 30 mg )
- Ambroxol syrup ( ambroxol 15mg/5ml dan 30 mg/5 ml)
- Ambroxol drop ( ambroxol 15 mg/ml )
- Epexol tab ( ambroxol 30 mg )
- Epexol syrup ( ambroxol 15 mg/5 ml)
- Epexol drop ( ambroxol 15 mg/ml)
Erdostein
 Erdostein merupakan pro drug yang menjadi aktif setelah proses
metabolisme dimana gugus sulfhidril dibentuk. Bersifat mukolitik
dengan cara memecahkan ikatan disulfida yang mengikat serat
glikoprotein di dalam muccus
 Efek samping : mual dan muntah, nyeri perut, sakit kepala, reaksi
alergi kulit.
 Kontra indikasi : pasien sirosis hati dan kekurangan enzim
cystathionine-syntetase. Pasien gagal gijal berat
 Sediaan :
- Erdostein capsul ( erdostein 300 mg)
- Erdostein syrup ( erdostein 175 mg/ml)
- Vectrin cap dan vestein cap ( erdostein 300 mg)
- Vectrin syrup, vestein syrup, vostrin syrup ( erdostein 175 mg/5ml)
Zat ini memperbanyak produksi muccus yang encer dan dengan demikian
mengurangi kekentalannya, sehingga mempermudah pengeluarannya. Obat
golongan ini bekerja melalui refleks dari lambung yang menstimulasi batuk.
Ammonium klorida
 Berdaya diuretik lemah yang menyebabkan acidosis yakni kelebihan asam
dalam darah. Keasaman darah merangsang pusat pernapasan sehingga
frekuensi napas meningkat dan dengan gerakan cilia di saluran napas di
stimulasi.
 Efek samping : mual dan muntah, acidosis pada dosis tinggi
 Dosis : oral 3-4 x sehari 100-150 mg, maksimal 3 gram sehari
 Sediaan :
- - Sanadryl dmp syrup
- - Obat batuk putih ( ammonium klorida 100 mg, oleum menthapip, SASA
0,05 ml, ctm 1,5 mg dalam 5 ml sediaan)
- - OBH new ( ammonium klorida 100 mg, succus liq 166 mg dalam 5 ml
sediaan)
Guaiafenesin
 Merupakan derivat guaiakol bersifat ekspektoran. Pada dosis tinggi bekerja
merelaksasi otot.
 Efek samping : nyeri perut, mual dan muntah, pusing
 Dosis : 406 x sehari 100-200 mg
 Sediaan :
- Gliserilguaiakolat tab ( Gliserilguaiakolat 50 dan 100 mg )
- Ikamint syrup (Gliserilguaiakolat 100 mg/5ml)
- Cohistan syrup (Gliserilguaiakolat 50 mg, ctm 1 mg dalam 5 ml sediaan)

Minyak atsiri
 Seperti minyak permen, minyak kayu putih dan minyak adas berkhasiat
menstimulasi sekresi dahak, bekerja spasmolitik dan antiradang.
Akar ipeka
 Akar dari tumbuhan ipecacuanha yang mengandung alkaloid emetin dan
sefaelin. Sebagai ekspektoran hanya digunakan dlam kombinasi dengan
obat batuk lain
 Efek samping : hipersensitasi dan muntah.
 Dosis : oral 3 x sehari 50 mg

Succus liquiritiae
 Serbuk berwara hitam dari tumbuhan glycyrrhiza glabra atau akar manis
yang bersifat mempermudah pengeluaran dahak dan sebagai corigensia.
 Efek samping : jika lebih dari 3 gram sehari dapat berakibat nyeri kepala,
udema dan hipertensi
 Dosis : oral 1-3 gram sehari
 Sediaan :
- OBH new ( ammonium klorida 100 mg, succus liq 166 mg dalam 5 ml
sediaan)
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai