Anda di halaman 1dari 33

SUMBER

HISTORIS,SOSIOLOGIS,
dan POLITIS PANCASILA
SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Hello!

KELOMPOK 7
✣ Alya Fathiya Farrasrani (1)
✣ Hafidzhah Zen(15)
✣ M. Hafezh Ar-Razzaq(25)
✣ Salsa Annisa(36)

2
PANCASILA SEBAGAI
SISTEM FILSAFAT

✣ Pancasila merupakan suatu


sistem mendasar dan
fundamental karena mendasari
seluruh kebijakan
penyelenggaraan negara. Ketika
suatu sistem bersifat mendasar
dan fundamental, maka sistem
tersebut dapat dinamakan
sebagai sistem filsafat.

3
1.
SUMBER HISTORIS PANCASILA
Sebagai sistem filsafat
KETUHANAN YANG MAHA
ESA
Tuhan telah menyejarah dalam
ruang publik nusantara

5
PERIODESASI AGAMA DI
INDONESIA

14 Abad Hindu-
Buddha 4 Abad Kristen

7 Abad Islam

6
KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN
BERADAB

✣ Sila ini memiliki akar yang kuat dalam historisitas


kebangsaan Indonesia Nilai-nilai kemanusiaan
dalam masyarakat Indonesia dilahirkan dari
perpaduan pengalaman bangsa Indonesia dalam
menyejarah.

7
kemerdekan indonesia menghadirkan suatu bangsa yang memiliki
wawasan global dengan kearifan lokal, memiliki komitmen pada
penertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, dan
keadilan sosial serta pada pemuliaan hak-hak asasi manusia dalam
suasana kekeluargaan kebangsan indonesia

8
PERSATUAN INDONESIA

Kebangsaan Indonesia merefleksikan suatu kesatuan dalam


keragaman serta kebaruan dan kesilaman.

9
KERAKYATAN YANG DIPIMPIN
OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN
DALAM PERMUSYAWARATAN DAN
PERWAKILAN

Nilai nilai demokrasi dalam taraf tertentu telah berkembang


dalam budaya nusantara,dan dipraktikan setidaknya dalam
unit politik kecil.

10
KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH
RAKYAT INDONESIA

✣ Sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia dulunya


adalah bangsa yang hidup dalam keadilan dan
kemakmuran, keadaan ini kemudian dirampas oleh
kolonialisme.

11
2.
SUMBER SOSIOLOGIS PANCASILA
Sebagai sistem filsafat
Sumber sosiologis Pancasila
sebagai sistem filsafat dapat
diklasifikasikan ke dalam 2
kelompok.

KELOMPOK 1 KELOMPOK 2

Masyarakat awam yang Masyarakat ilmiah-


memahami Pancasila akademis yang memahami
sebagai sistem filsafat yang Pancasila sebagai sistem
sudah dikenal masyarakat filsafat dengan teori-teori
Indonesia dalam bentuk yang bersifat akademis.
pandangan hidup, Way of
life yang terdapat dalam
agama, adat istiadat, dan
budaya berbagai suku
bangsa di Indonesia.
13
Kelompok pertama memahami sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat
dalam pandangan hidup atau kearifan lokal yang memperlihatkan unsur-unsur
filosofis Pancasila itu masih berbentuk pedoman hidup yang bersifat praktis dalam
berbagai aspek kehidupan.

Pancasila sebagai sistem filsafat, menurut Notonagoro merupakan satu kesatuan


utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya, sila-sila Pancasila merupakan
suatu kesatuan utuh yang yang saling terkait dan saling berhubungan secara
koheren. Notonagoro menggambarkan kesatuan dan hubungan sila-sila Pancasila
itu dalam bentuk kesatuan dan hubungan hierarkis piramidal dan kesatuan
hubungan yang saling mengisi atau saling mengkualifikasi.

Kesatuan dan hubungan sila-sila Pancasila yang hierarkis piramidal digambarkan


Notonagoro (1980: 110) dengan bentuk piramida yang bertingkat lima.

14
15
Kesatuan dan hubungan sila-sila
Pancasila yang saling mengkualifikasi
atau mengisi dapat digambar sebagai
berikut:

c. Sila Persatuan
a. Sila Ketuhanan b. Sila Kemanusiaan
Indonesia adalah
Yang Maha Esa yang Adil dan PERSATUAN yang
adalah KETUHANAN Beradab adalah ber-Ketuhanan Yang
yang berKemanusiaan KEMANUSIAAN yang Maha Esa, ber-
yang Adil dan Beradab, berKetuhanan Yang Kemanusiaan yang
ber-Persatuan Maha Esa, ber- Adil dan Beradab, ber-
Indonesia, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
berKerakyatan yang ber-Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Dipimpin oleh Hikmat Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Kebijaksanaan dalam Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Permusyawaratan/Per Permusyawaratan/ Perwakilan, dan ber-
wakilan, dan ber- Perwakilan, dan ber- Keadilan Sosial bagi
Keadilan Sosial bagi Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Seluruh Rakyat Seluruh Rakyat Indonesia.
Indonesia. Indonesia.
Kesatuan dan hubungan sila-sila
Pancasila yang saling mengkualifikasi
atau mengisi dapat digambar sebagai
berikut:

d. Sila Kerakyatan yang e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh


Dipimpin oleh Hikmat Rakyat Indonesia adalah
Kebijaksanaan dalam KEADILAN yang ber-Ketuhanan Yang
Permusyawaratan/Perwaki Maha Esa, ber-Kemanusiaan yang Adil dan
lan adalah Beradab, ber-Persatuan Indonesia, dan
KERAKYATAN yang ber- ber-Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Ketuhanan Yang Maha Esa, ber- Hikmat Kebijaksanaan dalam
Kemanusiaan yang Adil dan Permusyawaratan/Perwakilan
Beradab, Persatuan Indonesia, Masyarakat awam yang memahami
dan ber-Keadilan Sosial bagi Pancasila sebagai sistem filsafat yang sudah
Seluruh Rakyat Indonesia dikenal masyarakat Indonesia dalam
bentuk pandangan hidup, Way of life yang
terdapat dalam agama, adat istiadat, dan
budaya berbagai suku bangsa di Indonesia.
17
3.
SUMBER POLITIS PANCASILA
Sebagai sistem filsafat
SUMBER POLITIS PANCASILA

Pada awalnya, Pancasila


merupakan konsensus politik
yang kemudian berkembang
menjadi sistem filsafat.
Sumber politis Pancasila
sebagai sistem filsafat dapat
diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok.

19
KELOMPOK 1
meliputi wacana
politis tentang
Pancasila sebagai
sistem filsafat pada
sidang BPUPKI, Place your screenshot here

sidang PPKI, dan


kuliah umum
Soekarno antara
tahun 1958 dan
1959, tentang
pembahasan sila-
sila Pancasila
secara filosofis.
20
KELOMPOK 2
Mencakup berbagai
argumen politis
tentang Pancasila
sebagai sistem filsafat
yang disuarakan
kembali di era
reformasi dalam pidato
politik Habibie 1 Juni
2011

21
KELOMPOK PERTAMA
Wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat mengemuka
ketika Soekarno melontarkan konsep Philosofische Grondslag, dasar
filsafat negara. Artinya, kedudukan Pancasila diletakkan sebagai dasar
kerohanian bagi penyelenggaran kehidupan bernegara di Indonesia.
Soekarno dalam kuliah umum di Istana Negara pada 22 Mei 1958
menegaskan tentang kedudukan Pancasila sebagai Weltanschauung
dapat mempersatukan bangsa Indonesia dan menyelamatkan negara
Indonesia dari disintegrasi bangsa (Soekarno, 2001: 65). Pada kuliah
umum di Istana Negara pada 26 Juni 1958, Soekarno membahas sila-sila
Pancasila sebagai berikut.

22
Sila I, pada garis besarnya manusia Indonesia itu percaya kepada Tuhan,
sebagaimana yang dikenal oleh penganut agama masing-masing
.
Sila II yang merupakan upaya untuk mencegah timbulnya semangat nasionalisme
yang berlebihan sehingga terjebak ke dalam chauvinisme atau rasialisme. Soekarno
menegaskan bahwa nasionalisme ala Hitler merupakan nasionalisme yang tidak
berperikemanusiaan karena didasarkan pada sikap chauvinistis
.

23
Sila III pada Juli 1958 di Istana Negara. Soekarno bertitik tolak dari
berbagai pengertian tentang bangsa yang diambilnya dari berbagai
pemikiran, seperti teori Ernest Renan yang mengatakan bahwa bangsa
itu sekumpulan manusia yang mempunyai keinginan bersatu hidup
bersama. Soekarno kemudian menyimpulkan bahwa bangsa itu hidup
dalam suatu kesatuan yang kuat dalam sebuah negara dengan tujuan
untuk mempersatukan (Soekarno, 2001: 114).

24
Sila IV, Soekarno memberikan kuliah umum tentang sila kerakyatan
pada 3 September 1958 di Istana Negara. Soekarno mengatakan bahwa
demokrasi yang harus dijalankan adalah demokrasi Indonesia, yang
membawa keperibadian Indonesia sendiri. Demokrasi yang dimaksud
bukanlah sekadar alat teknis, melainkan suatu alam jiwa pemikiran dan
perasaan bangsa Indonesia (Soekarno, 2001: 165).

25
sila V : Keadilan sosial bagi bangsa Indonesia merupakan suatu
keharusan karena hal itu merupakan amanat dari para leluhur bangsa
Indonesia yang menderita pada masa penjajahan, dan para pejuang yang
telah gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan (Soekarno, 2011: 191).

26
KELOMPOK KEDUA

Diwakili Habibie dalam pidato 1 Juni 2011 yang


menyuarakan kembali pentingnya Pancasila bagi kehidupan
bangsa Indonesia setelah dilupakan dalam rentang waktu
yang cukup panjang sekitar satu dasawarsa pada eforia politik
di awal reformasi. Pidato Habibie dapat diuraikan sebagai
berikut:
✣ Pertama, pernyataan Habibie tentang kedudukan
Pancasila sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia dalam
dinamika sejarah sistem politik sejak Orde Lama hingga
era reformasi.

27
✣ Kedua, pernyataan Habibie tentang faktor-faktor perubahan
yang menimbulkan pergeseran nilai dalam kehidupan bangsa
Indonesia sehingga diperlukan reaktualisasi Pancasila.
✣ Ketiga, penegasan Habibie tentang makna penting reaktualisasi
Pancasila
✣ Keempat, perlunya implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
seluruh aspek kehidupan masyarakat Indonesia

28
Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat berlaku juga atas
kesepakatan penggunaan simbol dalam kehidupan bernegara. Garuda
Pancasila merupakan salah satu simbol dalam kehidupan bernegara.
Dalam pasal 35 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi sebagai berikut.
”Bendera Negara Indonesia ialah sang merah putih”. Pasal 36, ”Bahasa
Negara ialah Bahasa Indonesia”. Pasal 36A, ”Lambang Negara ialah
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika”. Pasal 36B,
”Lagu kebangsaan Indonesia ialah Indonesia Raya”. Bendera merah
putih, Bahasa Indonesia, Garuda Pancasila, dan lagu Indonesia Raya,
semuanya merupakan simbol dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia.

29
Manusia berfilsafat
cenderung taat pada hukum
dan berdisiplin dalam
kehidupan bermasyarakat dan
bernegara

30
 Berfilsafat berarti mengatur hidup yang senetral-netralnya
dengan perasaan dan tanggung jawab, yaitu tanggung jawab
terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik
Tuhan,alam, atau pun kebenaran.

 Dengan berfilsafat manusia dapat mengatasi kemelut


hidupnya. Hal ini dapat terjadi karena dengan memahami
apa filsafat, maka kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga tidak mengarah pada jalur
yang tidak pernah diharap sebelumnya.

31
 Filsafat timbul karena kodrat manusia. Manusia mengerti
bahwa hidupnya tergantung dari pengetahuannya.
Pengetahuan itu digunakan untuk menyempurnakan
kehidupannya. Karena konsekuensi dari pandangan filsafat
sangat penting dan menentukan sikap orang terhadap
dirinya sendiri, orang lain, dunia, dan tuhannya.

 Filsafat berhubungan erat dengan dengan sikap orang lain


dan pandangan hidup manusia karena filsafat
mempersoalkan dan menanyakan sebab-sebab yang
terakhir dari semua yang ada. Jadi, filsafat diharapkan
memberikan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana kita
harus hidup untuk menjadi manusia sempurna,baik,susila,
dan bahagia.

32
TERIMAKASIH

33

Anda mungkin juga menyukai