Anda di halaman 1dari 78

KOMPONEN JALAN REL

2
CAKUPAN PRASARANA KERETA API
Prasarana Kereta Api : Adalah jalur dan stasiun kereta api termasuk
fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta api dapat dioperasikan.
• Jalur atau Jalan Rel.
• Bangunan stasiun
• Jembatan
• Sinyal dan Telekomunikasi.
Fasilitas penunjang Kereta Api : Adalah segala sesuatu yang melengkapi
penyelenggaraan angkutan kereta api yang dapat memberikan
kemudahan serta kenyamanan bagi pengguna jasa angkutan
kereta api.
Struktur Jalan Rel : Adalah suatu konstruksi yang direncanakan sebagai
Prasarana atau infrastrukstur perjalanan kereta api.
Lingkup Kajian :
• Perencanaan.
• Pembangunan, dan
• Pemeliharaan.
Kriteria Struktur Jalan Rel
KEKAKUAN (STIFFNESS) : menjaga stabilitas jalan rel terhadap
deformasi vertikal (yang menyebabkan keausan komponen
jalan rel dan kereta – terkait dengan umur jalan rel).

ELASTISITAS (ELASTICITY/ RESILIENCE) : menjaga elastisitas,


peredaman terhadap getaran dan kejut – kenyamanan,
keselamatan, dan menghemat pemeliharaan.

STABILITAS (STABILITY) : stabilitas kedudukan posisi komponen


jalan rel (posisi geometris jalan rel) tetap terjaga setelah terjadi
pembebanan.

KEMUDAHAN UNTUK PENGATURAN DAN PEMELIHARAAN


(AJUSTABILITY)
: jalan rel harus mudah dilaksanakan dan mudah diperlihara,
sehingga posisi geometris komponen jalan rel selalu terjaga
dan dikembalikan pada posisi semula apabila terjadi deformasi.
Komponen Struktur Jalan Rel
1 2&3

Struktur Atas

Struktur Bawah
Komponen Struktur Jalan Rel
KOMPONEN BAGIAN ATAS JALAN REL (UPPERSTRUCTURE)

REL (RAIL) : batang baja longitudinal sebagai pemandu jalannya kereta api
sekaligus pemikul beban langsung dari kereta - diteruskan ke
bantalan – alas balas atas- alas balas bawah – tanah dasar.
Harus memenuhi syarat ; geometris, kekuatan, kekenyalan,
kelenturan, kekerasan, dan kemudahan pemasangan dan perawatan.

PENAMBAT (FASTENER) : komponen penghubung yang menyatukan rel


ke bantalan agar rela mampu menyalurkan beban (vertikal,
longitudinal, dan transfersal) ke bantalan dan alas balas. Syaratnya
harus memiliki kemampuan : clamping (mencengkeram) kaki rel ke
bantalan, menahan gaya ungkit dan gaya geser lateral, dan gaya muai
arah longitudinal.

BANTALAN (SLEEPER) : komponen batang (beton, kayu, baja) yang


dipasang pada arah lateral dibawah rel yang berfungsi : tumpuan bagi
rel dalam menyalurkan gaya vertikal melalui roda kereta, tempat
menambatkan rel agar kokoh kedudukannya (lateral), menjaga lebar
rel menahan pergerakan (muai susut ) rel kearah longitudinal.
REL
Lebar Sepur (Gauge’s width) :
• Sepur Sempit (Narrow Gauge).
• Sepur Standar (Standard Gauge).
• Sepur Lebar (Broad Gauge).

Rentuk Rel :
• Flat Bottom
• Bullhead
Roda Kereta Api :
Bentuk konus
BENTUK GEOMETRI REL
Geometri Rel
Pertimbangan dalam membuat geometri rel adalah sebagai berikut :
 Permukaan kepala rel harus cukup lebar untuk membuat tegangan
kontak sekecil mungkin.
 Kepala rel harus cukup tebal, untuk memberikan umur yang panjang.
 Badan rel harus cukup tebal, untuk menjaga dari korosi dan tegangan
lentur serta tegangan horizontal.
 Dasar rel harus cukup lebar, untuk dapat mengecilkan distribusi
tegangan ke bantalan, baik melalui pelat andas maupun tidak
 Untuk tetap kaku dan menjaga bagian yang hilang akibat korosi, dasar
rel harus cukup tebal.
 Momen inersia harus tinggi, sehingga tinggi rel diusahakan tinggi.
 Untuk menahan tegangan horizontal maka kepala dan dasar harus
cukup lebar.
 Perbandingan lebar dan tinggi harus cukup, untuk menjamin stabilitas
horizontal.
 Titik pusat sebaiknya di tengah rel.
 Geometri badan harus sesuai dengan pelat penyambung.
 Jari-jari kepala rel harus cukup besar agar tegangan kontak kecil.
Pd
Gaya-gaya yang
bekerja pada Rel
H

Gaya Vertikal
h
M=H*h
Gaya Horisontal

RH

Gaya Longitudinal

RV1 = M/b RV2 = M/b


b
Geometri Rel
STANDAR REL
Besaran Tipe Rel
C
Geometri Rel R. 42 R. 50 R. 54 R. 60

H (mm) 138,00 153,00 159,00 172,00

B (mm) 110,00 127,00 140,00 150,00

C (mm) 68,50 65,00 70,00 74,30


E D (mm) 13,50 15,00 16,00 16,50

E (mm) 40,50 49,00 49,40 51,00

F (mm) 23,50 30,00 30,20 31,50

H G (mm) 72,00 76,00 74,97 80,95

R (mm) 320,00 500,00 508,00 120,00


R
A (cm2) 54,26 64,20 69,34 70,86
G
W (kg/m) 42,59 50,40 54,43 60,34
Yb
IX (cm4) 1.263 1.860 2.345 3.066

F Yb (mm) 68,50 71,60 76,20 80,95

B
Kelas
No Tipe Rel
Jalan
1 I R.60 / R.54
2 II R.54 / R.50
3 III R.54 / R.50 / R.42
4 IV R.54 / R.50 / R.42
5 V R.42
Spesifikasi Rel
Unsur C = 0,60 Mn = Si = S <
P < 0,035
Kimia (%) ~0,80 0,90~1,10 0,15~0,35 0,025
Kuat Tarik > 90 kg/mm2 (PD10) ; 1175 N/mm2 PM60’12
Kekerasan > 240 Brinnel (PD10) ; 320 BHN (PM6012)
Perpanjan
Minimum 10%
gan (e)
Jenis Rel R-42 R-50 R-54 R-60

Jenis Tipe Rel Panjang


Bantalan R-42 R-50 R-54 R-60
Kayu 325 m 375 m 400 m 450 m
Beton 200 m 225 m 250 m 275 m
Sambungan Rel
Sambungan minimum (harus) sekuat relnya.

Alasan penggunaan sambungan Rel :


• Teknis kinerja pelayanan operasi kereta rel.
• Teknis pelaksanaan konstruksi.
• Alasan ekonomis.
Klasifikasi sambungan Rel menurut spesifikasi bahan :
• Metalis (dengan las).
• Mekanis (dengan pelat penyambung dan mur + baut)
Klasifikasi sambungan Rel menurut penumpuannya :
• Sambungan melayang (diantara 2 tumpuan bantalan).
• Sambungan menumpu (tepat diatas tumpuan bantalan)
Sambungan Rel……(lanjutan)
Klasifikasi sambungan Rel menurut ujung sambungan:
• Tegak lurus.
• Tangkupan.
• Miring.
• Coak sebelah (Melaun)
Klasifikasi sambungan Rel menurut bentuk pelat penyambung:
• Datar (plain).
• Bersayap.
• Siku
• Berkaki
Klasifikasi sambungan Rel menurut lokasi sambungan :
• Bersebelahan antara 2 rel kanan dan kiri.
• Selang seling diantara 2 rel kanan kiri.
Sambungan Mekanis

Sambungan Metalis

Sambungan Mekanis

Sambungan Metalis
Sambungan Melayang
Sambungan Menumpu
Pelat Penyambung
Bentuk Strip

Sambungan
Rel Mekanis
Pelat Penyambung Siku
Pelat Penyambung Siku

Pelat Penyambung Berkaki


Sistem Penambat (Fastenners)
Fungsi penambat dan andas :
• Memaut kaki rel pada bantalan.
• Mencegah bergesernya rel kearah samping.
• Menjaga tetap terjaganya lebar sepur.
Macam penambat :
• Penambat kaku (rigid fastener)
• Penambat lentur (elastic fastener) - tunggal & ganda
Komponen Penambat :
• Untuk bantalan beton ; shoulder/insert, clip,
insulator, rail pad.
• Untuk bantalan kayu ; base plate, clip, tirepond (
screw spike)/ baut dan per/ lock washer.
Sistem Penambat (Fasteners)
F-Type DORKEN-Clip

PANDROL-Clip

Tipe Penambat Elastis DE-Clip

(Elastic Fasteners)
NABLA-Clip
Penambat
Pandrol
Penambat Pandrol Fastclip

Penambat Vossloch Clip


Penambat NABLA

PENAMBAT F-CLIP
Penambat KA-Clip

PENAMBAT F-CLIP
PENAMBAT DE-
CLIP Penambat DE-Clips

PENAMBAT DE-CLIP

PENAMBAT F-CLIP
Penambat pada Bantalan Beton

Penambat Dorken
SINGLE SHANK DOUBLE SHANK
Bantalan (Sleeper)
Bantalan Kayu
Bantalan Baja
Bantalan Beton Prategang
Bantalan Beton
Prategang
Bantalan
Beton Bi-Block
Bantalan Beton
Pelat menerus
Slab Track Types

Japanese Slab Track Honeycomb Slab Track


Komponen Bagian Bawah Jalan Rel (Substructure)
Alas Balas Atas (Balast) : komponen jalan rel yang berupa lapisan
batu pecah berbutir sedang , bergradasi seragam , bebas debu, dan
kotoran. Lapis ini berfungsi menahan gaya (vertikal, longitudinal
dan transfersal) limpahan dari bantalan agar posisi rel tetap pada
kedudukannya. Syarat alas balas atas harus ; kuat, ulet, awet, stabil,
drainability, mudah dibersihkan, mudah dilaksanakan dan dirawat,
tahan terhadap deformasi, substansi yang merugikan tidak melebihi
nilai yang dipersyaratkan.

Alas Balas Bawah (SubBalast) : komponen jalan rel yang berupa


lapisan campuran pasir dan batu kricak dibawah lapisan alas balas
atas. Lapisan ini berfungsi untuk menahan beban dari alas balas
atas dan meneruskan/ mendistribusikan ke tanah dasar.

Lapisan Tanah Dasar (Subgrade) : merupakan komponen jalan rel


yang paling dasar sebagai tempat berpijaknya seluruh komponen
struktur jalan rel diatasnya. Lapisan ini berfungsi sebagai landasan
yang stabil bagi alas balas diatasnya. Lapisan ini sangat penting
perannannya menjaga stabilitas dan fungsi keseluruhan komponen
jalan rel.
TYPICAL CROSS SECTION - TANGENT TRACK
TYPICAL CROSS SECTION - CURVED TRACK
TYPICAL CROSS SECTION
– TRACK WITH
GEOTEXTILE

Typical Cross Section with


Sub-ballast Layer – Track
with Geotextile
TYPICAL CROSS SECTION –
TRACK WITH ADJACENT SERVICE ROAD
TYPICAL TRACK CROSS SECTION

1: 20
TYPICAL TRACK CROSS SECTION – CUT TYPE

Typical Track Cross Section – fill type


Figure 6-11. Example Vertical Pressure
Reduction through the Track
Wesel dan Persimpangan
(Turnouts and Crossovers)

General Arrangement of
Turnouts and Crossovers
LOCATION OF CLEARANCE POINTS

Ladder Track Layout


TURNOUT DESIGN
DIVERGING ROUTE
CONNECTION

Parallel Siding
Connection
FIGURE 6-32.
LOCATION OF DERAILS
PARTS OF A TURNOUT
Penggerak wesel

Ujung lidah

Ujung lidah

Ujung lidah
Rel paksa

Jarum wesel
FIGURE 6-18. GEOTEXTILE INSTALLATION
UNDER A TURNOUT
FIGURE 6-27. DETERMINING FROG NUMBER
(TURNOUT SIZE)
Jarum wesel
Jarum wesel

Persilangan
Rel
Asphalt Crossing with
Timber Flangeway Header
FIGURE 2-1. COMMON
FREIGHT CARS
FIGURE 6-8.
CLEARANCE
DIAGRAM FOR
TANGENT
TRACK
FIGURE 6-10. EXAMPLE LOAD DISTRIBUTION
ALONG THE TRACK
FIGURE 6-13. DESIGN WHEEL CONFIGURATIONS
FIGURE 6-14.
GENERAL METHOD
FOR DETERMINING
THE FROST
SUSCEPTIBILITY OF
SOILS
FIGURE 6-17. REQUIRED SUBDRAINAGE WHERE
OPEN SIDE DITCHES CANNOT BE INSTALLED
FIGURE 6-19. GEOTEXTILE INSTALLATION
AT A BRIDGE ABUTMENT
FIGURE 6-22.
RECOMMENDED
MINIMUM RAIL
ANCHOR
APPLICATION
FIGURE 6-24.
RAIL ANCHOR
APPLICATIONS AT
OPEN DECK BRIDGES
AND RAIL CROSSINGS
FIGURE 7-1. TYPICAL
TYPE 1 GRAVEL
CROSSING WITH
TIMBER FLANGEWAY
HEADER
FIGURE 7-2. TYPICAL TYPE 2 TIMBER CROSSING
FIGURE 7-3.
TYPICAL TYPE 3A
ASPHALT
CROSSING
FIGURE 7-4. TYPICAL
TYPE 3B ASPHALT
CROSSING WITH
TIMBER FLANGEWAY
HEADER
MONORAIL
PENGATURAN PERJALANAN KERETA REL
F
Jarak

t .
t
EF

D DE
d

E
DE

Waktu di stasiun D
d

D
CD

SEPUR PENYUSUL tg = kecepatan


d


C
Waktu di lintas C-D
BC
d

B
AB

t
B
d

A t
AB waktu
PENGAMANAN LALU LINTAS KERETA REL

Pengamanan Sistem Blok

A B C D

Blok - B Blok - C Blok - D

Pengamanan dikendalikan oleh masing-masing stasiun


PENGAMANAN LALU LINTAS KERETA REL DI STASIUN

SEPUR
SINYAL MUKA

SINYAL UTAMA

d 2 e

a c f
1
h

b g
4

WESEL / TITIK BAHAYA 5

Prinsip : PENGAMANAN TITIK BAHAYA / WESEL

Anda mungkin juga menyukai