Anda di halaman 1dari 17

PERISTIWA TIGA DAERAH

Anton E. Lucas
Identitas Buku
• Penulis : Anton E. Lucas (Peneliti Indonesianis di Flinders University
of South Australia)
• Data : Lisan & Arsip
• Mahdzab Historiografi : Anneles (histoire totale: melihat sejarah dari
perspektif pemikiran dan perbuatan rakyat kebanyakan secara
menyeluruh.)
Peristiwa 3 Daerah
• terjadi di tiga daerah yaitu Tegal, Pemalang, dan Pakalongan.
• terjadi pada bulan Oktober sampai Desember 1945.
• Peristiwa ini terjadi setelah seluruh elite birokrat, pangreh praja (residen,
bupati, wedana, camat), dan sebagain besar kepala desa diganti oleh
aparatur pemerintah yang baru.
• Pergantian seluruh aparatur pemerintah ini berasal dari berbagai aliran
yang pada waktu itu berkembang dan diakui oleh pemerintah yaitu Islam,
komunis, serta sosialis.
• Struktur pemerintahan yang semula dikuasai oleh golongan birokrat dari
kalangan feodal, dipreteli satu per satu sehingga sepenuhnya menjadi
pemerintahan baru yang senafas dengan semangat revolusi kemerdekaan.
• Berjalan 2 alur
AKTOR INTELEKTUAL
Sakyani alias Kutil
• Dalam buku ini Kutil menempati peranan penting hingga dijelaskan
sampai 5 halaman.
• Dianggap sebagai alat PKI, mengakomodir kekuatan massa dari berbagai
golongan
• Disegani oleh masyarakat
• Ia menginisiasi protes dan penganiayaan sejumlah pangreh praja di
karisedenan pekalongan
• Kutil mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) di Talang,
untuk membagi kekayaan kepada rakyat serta membasmi Agen NICA.
• Dihukum mati atas proses peradilan
AKTOR INTELEKTUAL
K. Mijaya
• Penjelasannya tidak sebanyak Kutil
• Merupakan tokoh PKI bawah tanah alumni Tebu Ireng
• Pendiri Badan Perjuanagan Tiga Daerah (GBD-3D),
Mulanya gerakan ini disenangi karena dianggap patriotik
dengan menumpas sisa sisa penjajah. Namun kemudian
ada tujuan yang sengaja disembunyikan yaitu mengganti
residen yang telah ditunjuk pemerintah dengan residen
yang berlatar PKI yaitu Sarjio.
KEKUATAN POLITIK PENGGERAK
Marxisme DKK
• Sejak 1926 pemberontakan PKI terjadi di berbagai daerah, termasuk
karisedenan Pekalongan, namun berhasil ditumpas oleh pemerintah
kolonial, dengan membuang para “pentolan” ke Digul (Lucas,1989 : 18)
• Namun di level akar rumput PKI di pekalongan masih tetap hidup dan
bergerak secara Underground
• Setelah kemerdekaan, PKI makin terang terangan menampakan dirinya dan
bergerak secara revolusioner dengan menggandeng buruh & petani.
• Mereka melontarkan narasi bahwa para Pangreh Praja adalah antek dari
Kolonialisme Belanda dan Jepang sehingga harus dipilih residen dan
pejabat lain berdasar kedaulatan rakyat.
• Mereka melakukan protes di karisedenan pemalang dengan mengajak para
ulama dan nasionalis
KEKUATAN POLITIK PENGGERAK
Konservativisme
• Pada zaman Hindia Belanda, pangreh praja memerintah langsung penduduk pribumi
sekaligus menjadi pembantu pemerintah hindia belanda ,dengan struktur ganda (inlands
bestuur dan Binnenland bestuur)
• sedangkan pada zaman Jepang struktur kekuasaan diubah dengan menggunakan
Struktur tunggal dimana Residen di ambil dari orang Jepang sedang jabatan dibawahnya
adalah murni orang pribumi. (Kurosawa, 1988 : 432)
• Dengan demikian peran Priyayi sebagai Pangreh Praja lebih bebas.
• Pasca proklamasi Kemerdekaan kebanyakan Pangreh Praja cemas kedudukannya goyah
sehingga mereka lebih mempertahankan status quo dari jepang, bahkan sebagian
mereka menolak pengibaran bendera merah putih.
• Namun beberapa Priyayi dipilih untuk tetap menempati jabatan di pemerintahan oleh
KNI
• Protes dan Ideologi yang dilontarkan kaum komunis mereka tolak dengan argumentasi
bukan budaya asli Jawa sehingga mereka menganggap gerakan tersebut dipengaruhi oleh
pihak asing
KEKUATAN MASSA
Lenggaong
• Lucas menjelaskan arti lenggaong punya status tertentu karena ilmu “kanuragan”
dan kemampuan magis yang mengantarkan lenggaong mencapai tingkat
kekebalan dan kesucian. Para petani memandang lenggaong dengan rasa segan,
takut dan takjub. Mereka dinilai sebagai jagoan atau pendekar. Pada level
terendah, lenggaong diisi oleh para bajingan dan pencoleng dengan keahlian
berkelahi yang tinggi.(Lucas.1989:32).
• Lenggaong biasa menjadi tangan kanan Pangreh Praja dalam menarik pajak
rakyat, namun kemudian membelot karena beberapa tokoh lenggaong ini
berafiliasi pada paham komunis seperti Kutil
• Pada kasus revolusi sosial di tiga daerah itu, para lenggaong lah yang menurut
Lucas menggerakan kaum bawah untuk melakukan revolusi.
• Mereka lah yang memimpin aksi dombreng dan menyerang lurah-lurah semasa
revolusi sosial di bulan Oktober. (Lucas.1989:143).
KEKUATAN MASSA
Eks Interniran Digul

• Setelah Indonesia merdeka para tahanan pemberontakan PKI 1926


kembali ke tanah jawa
• termasuk di dalamnya pemimpin Barisan Pelopor dan Badan Pekerja
di Tegal dan Brebes, AMRI Slawi, dan Gabungan Badan Perjuangan
Tiga Daerah (GBP3D).
• Mereka anti fasis dan tidak berkompromi dengan Belanda dan
pengikutnya yaitu kalangan feodal atau pangreh praja.
KEKUATAN MASSA
TOKOH KNI BERIDEOLOGI SOSIALIS

• kelompok sosialis yang berpengaruh di tegal dan Brebes ikut mengaktifkan KNI
sebagai wakil pemerintahan sesudah proklamasi dan berusaha mempengaruhi
sikap pangreh praja ke arah yang lebih mendukung republik yang baru.
• Kelompok sosialis juga mempunyai saluran ke tingkat nasional lewat dua tokoh
yang berasal dari Tegal.
• Yang pertama, Supeno, anggota partai sosialis dan Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (BP-KNIP) yang kemudian menjadi Menteri Pembangunan dan
Pemuda dalam Kabinet Hatta yang pertama (1948-1949), membela perkara Tiga
Daerah di Pengadilan Pekalongan pada awal 1947.
• tokoh kedua ialah Subagio Mangunrahaharjo pemimpin PNI-baru dan sahabat
Perdana Menteri Sutan Syahrir.
KEKUATAN MASSA
TOKOH ISLAM
• Selain kelompok kiri yang terdiri dari golongan sosialis dan komunis elemen
lain yang juga sangat penting perananya dalam Peristiwa Tiga Daerah
adalah, kelompok Islam.
• Golongan agama di Pekalonagn terpecah antara Islam nasionalis dan Islam
Muhammadiyah.
• Islam nasionalis sejak zaman Sarekat Islam, melakukan kegiatan melawan
kolonial Belanda maupun Jepang yang tokohnya antara lain KH Abu Sujai
yang menjadi bupati Tegal pada waktu Peristiwa Tiga Daerah itu.
• Namun akhirnya karena dinilai bersebrangan dan melecehkan syariat,
massa islam menarik diri dan kemudian memilih menjadi oposisi dari
barisan revolusioner
TUJUAN
MARXIS DKK

• Tujuan manifes :
-Menunjuk Pejabat yang didaulat oleh rakyat
-Melunturkan pengaruh kolonial yang terdapat pada para priyayi
• Tujuan Laten :
-mengganti para pangreh praja dengan para tokoh kiri
-mendirikan negara sovyet di indonesia di awali dari karisedanan
pekalongan
TUJUAN
ISLAM NASIONALIS

• Tujuan manifes :
-Menerapkan kehidupan islam
-Memberi nasib yang lebih baik kepada masyarakat melalui
pemerintahan dan perbaikan ekonomi
-menjaga keamanan negara bersama TKR
• Tujuan Laten :
-membalas dendam perilaku barisan revolusioner yang menghina
barisan islam
KONDISI SOSIAL

• Berbagai pendekatan teori yang berbeda tentang gerakan sosial


didasari perbedaan penekanan dalam empat faktor pendorong
gerakan sosial. Empat faktor tersebut meliputi, ketidakpuasan,
sumber daya, peluang politis, atau proses konstruksi pemaknaan
(Klandermans.2005:365).
• Pernyataan ini menandakan, bahwa faktor-faktor pendorong gerakan
sosial sebenarnya tidaklah tunggal. Perbedaanya hanya pada faktor
mana yang lebih dominan.
KONDISI SOSIAL
KETIDAKPUASAN
• Sejak zaman kolonial belanda, hubungan para pangreh praja dan kawula bersifat Patron-
klien.
• Namun di tingkat atasnya para pangreh praja menjadi klien bagi pemerintah kolonial
pangreh praja digunakan sebagai alat untuk memeras kawula
• sehingga tekanan ganda dirasakan oleh kawula sebagai klien terendah.
• kondisi mereka sebagai .masyarakat kelas bawah yang mayoritas tersebar di wilayah
pedesaan. Hubungan mereka dengan elite pribumi dan pemerintah kolonial lebih sering
diposisikan sebagai objek dari kebijakan, kelicikan, penindasan dan eksploitasi ekonomi.
(Lucas.1989:9-12).
• Hal ini berakibat kehidupan kawula sangat stagnan dan cenderung susah karena dibebani
pajak dan kewajiban yang beraneka macam.
• Alih alih membaik pasca kepergian belanda, pada masa Jepang kondisi justru lebih buruk
 adanya Wajib Setor Padi, Penjatahan Beras, Penjatahan Bahan Sandang, dan Kerja
Paksa.
KONDISI SOSIAL
PELUANG POLITIS
• Menjelang kemerdekaan, jepang memberlakukan status quo
• Sebelum datangnya NICA namun sepeninggal Jepang terjadi Masa
Vacuum of power
• pada masa ini masing masing kelompok politis menonjolkan diri agar
dapat menguasai takhta jabatan yang tersedia, termasuk pada
jabatan pangreh praja.
• Adanya ketidakpuasan para kawula pada Pangreh praja pilihan KNI
yang merupakan kelanjutan dari era kolonial dimanfaatkan untuk
memunculkan tokoh baru yang diklaim sebagai pilihan rakyat.
Penyelesaian
• 9 desember 1945 : sarjio diangkat menjadi residen pekalongan
• 12 desember 1945 : K. Mijaya berpidato memperkenalkan sarjio sebagai residen
dari kalangan PKI bawah tanah, dan juga menyinggung barisan islam yang
dianggap kurang revolusioner
• 14 desember 1945 : Sarjio dan K.Mijaya disergap oleh TKR
• 17 desember 1945 : terdengar desas desus adanya serangan dari pihak Tiga
Daerah. TKR bersama kalangan Islam di Pekalongan menyusun rencana operasi
kontra yang berpedoman lebih baik menyerang dari pada diserang.
• TKR melakukan perlawanan hanya di Sragi dan Comal.
• Dalam hal ini TKR memusatkan operasinya terhadap penangkapan para
pemimpin Tiga Daerah dan memasukkan mereka ke dalam penjara.
• Selain itu dilakukan pula pemeriksaan terhadap pendukungnya, sebelum mereka
diijinkan pulang ke rumah masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai