DI SUSUN OLEH
2. NURHAYATI 1601011162
Kata obesitas berasal dari bahasa latin ob artinya akibat dari,
dan esum diartikan sebagai makan, sehingga obesitas berarti
makan berlebihan. Obesitas atau kegemukan adalah kondisi
kelebihan lemak tubuh sehingga berat badan jauh melebihi
berat badan normal.
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun
abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO).
Obesitas merupakan gangguan metabolik komplek yang
disebabkan oleh banyak faktor termasuk genetik dan faktor
lingkungan, dimana kejadian obesitas merupakan kombinasi dari
kedua faktor tersebut .
Berdasarkan pemaparan di atas maka obesitas merupakan
ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk dibanding dengan
pengeluaran energi oleh tubuh sebagai akibat dari konsumsi
makanan yang jauh melebihi kebutuhannya.
TIPE-TIPE OBESITAS
tipe obesitas berdasarkan kondisi selnya dan tipe obesitas
berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh. Berdasarkan kondisi selnya,
kegemukan dapat digolongkan Dalam beberapa tipe (Purwati, 2001) yaitu :
a. Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel
yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya
sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak-anak. Upaya
menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa anak-anak akan
lebih sulit.
b. Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih
besar dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia
dewasa dan upaya untuk menurunkan berat akan lebih mudah bila
dibandingkan dengan tipe hiperplastik.
c. Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena
jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada
masa anak - anak dan terus berlangsung sampai setelah dewasa. Upaya
untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit,
karena dapat berisiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit
degeneratif.
Berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh, ada tiga tipe
obesitas yaitu:
1. Tipe buah apel (adroid), pada tipe ini ditandai dengan
pertumbuhan lemak yang berlebih dibagian tubuh sebelah
atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Tipe ini
pada umumnya dialami pria dan wanita yang sudah
menopause. Lemak yang menumpuk adalah lemak jenuh.
2. Tipe buah pear (genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak
pada bagian bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan
pantat. Tipe ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis
timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh.
3. Tipe ovid (bentuk kotak buah), tipe ini adalah besar di
seluruh bagian badan. Tipe ovid umumnya terdapat pada
orang-orang yang gemuk secara genetik.
Klasifikasi obesitas dapat di dsimpulkan dengan berbagai aspek, seperti :
1.Secara umum obesitas dibagi menjadi :
a. Obesitas primer : Disebabkan faktor nutrisi dengan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi asupan makanan, yaitu asupan makanan berlebih
dibandingkan kebutuhan energi yang diperlukan.
b. Obesitas sekunder : Disebabkan oleh adanya penyakit / kelainan
congenital (mielodisplasia), endokrin, atau kondisi lain.
2. Secara patogenesis obesitas dibagi menjadi 2 golongan :
a. Obesitas regulator : Gangguan primer berada pada pusat yang
mengatur asupan makanan.
b. Obesitas metabolik : kelaiana pada metabolisme lemak dan karbohidrat.
3. Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan jumlah sel
lemak, yaitu :
a. Simple obesity (kegemukan ringan), merupakan kegemukan akibat
kelebihan berat tubuh sebanyak 20% dari berat ideal dan tanpa disertai
penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan hiperlipidemia
a. Mild obesity : Bila berat badan individu antara 20-30% di atas berat
badan ideal.
b. Moderate obesity : Bila berat badan individu antara 30-60% di atas
berat badan ideal.
c. Morbid : Obesitas dengan berat badannya 60% atau lebih di atas berat
badan ideal. Pada derajat ini memiliki risiko tinggi mengalami gangguan
respirasi, gagal jantung, dan kematian mendadak.
ETIOLOGI OBESITAS
1. Genetik : Anak-anak dari orangtua obesitas cenderung 3-8 kali
menjadi obesitas dibandingkan dari orangtua berat badan normal,
walaupun mereka tidak dibesarkan oleh orang tua kandung.
2. Lingkungan : Pengaruh keluarga, misalnya penggunaan makanan
sebagai hadiah, tidak boleh makan makanan pencuci mulut sebelum
semua makanan dipiring habis. Membantu pengembangan
kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas.
3. Psikologi : Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap
kesepian, berduka atau depresi, dapat merupakan respon terhadap
rangsangan dari luar.
4. Fisiologi : Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya
usia, dan ini sering menyebabkan peningkatan berat badan pada usia
pertengahan.
Adapun penyebab dasarnya faktor etiologi primer dari obesitas
adalah konsumsi kalori yang berlebihan dari energi yang
dibutuhkan .
PATOFISIOLOGI
Secara umum obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan
kalori, yang diakibatkan asupan energy yang jauh melebihi kebutuhan
tubuh. Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan
dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat
disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional
(90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan
hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%). Pengaturan
keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses
fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju
pengeluaran energi, dan regulasi sekresi hormon.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-
sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal
aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal
tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan
pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu
sinyal pendek dan sinyal panjang.
Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan,
serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida
gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai
stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan
oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur
penyimpanan dan keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka
jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin
dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic
center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide –Y
(NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula
sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi,
maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada
orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan
nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi
resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan
penurunan nafsu makan.
GEJALA OBESITAS
Gejala yang biasa dialami oleh seseorang yang obesitas
antara lain :
1. Kebiasaan tidur dengan mendengkur,
2. Sesak napas.
3. Sleep apne.
4. Sering merasa ngantuk dan lelah.
5. Nyeri pada persendian lutut.
6. Nyeri punggung bawah (low back pain) dan biasanya
memperburuk osteoartritis.
7. Mudah depresi.
9. Berkeringat secara berlebihan.
KLASIFIKASI OBESITAS
Klasifikasi internasional untuk derajat tingkat obesitas
ditentukan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa
Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan
lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan
dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam ukuran
meter (Arisman, 2007).
Rumus menentukan IMT : IMT = BB
TB²
Definisi derajat overweight dan obesitas memungkinkan
pembandingan angka prevalensi secara internasional. Ukuran
antropometrik lainnya yang didasarkan pada lingkar tubuh juga
digunakan di bidang ini. Salah satu ukuran tersebut adalah rasio
lingkar pinggang terhadap lingkar panggul (waist hip ratio). WHR
yang lebih merupakan indikator distribusi lemak ketimbang jumlah
total lemak tubuh.
Tabel 2.1 Definisi kategori indeks massa tubuh (IMT) a dan lingkar perut
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan kurang (underweight) <18,5
Berat badan normal (normal weight) 18,5 – 24,9
Berat badan lebih (overweight) yang moderat 25,0 – 29,9
Berat badan lebih (overweight) ≥25
Preobese 25 – 29,0
Obesitas ≥30
Obese kelas I 30 – 34,9
Obesekelas II 34,9 – 39,9
Obesekelas III ≥40
Lingkaran Pinggang
Kasifikasi Laki-laki Perempuan
Di atas action level 1 ≥80 cm (*32 inci) ≥94cm (*37 inci)
Di atas action level 2 ≥88cm (*35 inci) ≥100cm (*40 inci)
Kategori IMT didefinisikann menurut pedoman WHO.
a
bKategori lingkar pinggang diusulkan oleh Lean et al
Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan ideal, akan
menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi
organ tubuh.
Berat Badan Relatif = Berat badan x 100 %
Tinggi badan – 100
Keterangan :
90% - 110% : normal 1
20% - 130% : obesitas ringan
< 90% : kurang dari normal
130% - 140% : obesitas sedang
110% - 120% : lebih dari normal
>140% : obesitas berat
Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120%
dari berat badan ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Ada 4
obesitas berdasarkan tingkatan :
a. Simple obesity (kegemukan ringan),
b. Mild obesity,
c. Moderat obesity,
d. Morbid obesity.
c. Moderat obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh
antara 30-60% dihitung dari berat ideal. Pada tingkat ini penderita
termasuk berisiko tinggi untuk menderita penyakit yang berhubungan
dengan obesitas.
d. Morbid obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh
dari berat ideal lebih dari 60% dengan risiko sangat tinggi terhadap
penyakit pernapasan, gagal jantung, dan kematian mendadak.
Sedangkan kegemukan atau obesitas berdasarkan usia yaitu ;
a. Kegemukan pada masa bayi yang perlu dihindari.
b. Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan perilaku makan yang
salah dan kurangnya aktifitas fisik.
c. Kegemukan pada masa dewasa, kelompok ini sering ditemukan
daripada kegemukan yang timbul pada masa kanak-kanak.
d. Kegemukan pada masa lansia, benar adanya jika bahaya dari obesitas
akan semakin meningkat seiring bertambahnya umur seseorang.
Beberapa kecenderungan bahaya obesitas adalah sebagai berikut :
a) Diabetes
b) Hipertensi
c) Aterosklerosis
d) Kanker
Tingginya penderita obesitas pada usia >25 tahun termasuk lanjut
usia, dikarenakan oleh seiring bertambahnya usia timbul beberapa
perubahan pada tubuh, metabolisme tubuh menurun, dan
bertambahnya lemak dalam tubuh. Konsekuensinya dapat
meningkatkan risiko kematian dan kesakitan akibat dari penyakit
degeneratif, serta menurunkan usia harapan hidup.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OBESITAS
a. Genetik
b. Hormonal
c. Asupan makan
Adapun zat gizi makro yang dapat mempengaruhi kenaikan berat badan
jika dikonsumsi berlebihan antara lain:
1) Karbohidrat
2) Protein
3) Lemak
d. Faktor lingkungan
e. Aktivitas fisik
f. Faktor obat-obatan
g. Faktor psikologi
h. Faktor perkembangan
Faktor yang menyebabkan obesitas secara tidak langsung yaitu antara lain
1. Pengetahuan gizi
2. Pengaturan Makan
RISIKO OBESITAS
Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit.
Berikut ini risiko-risiko penyakit atau gangguan bagi seseorang yang
terkena obesitas antara lain :
a. Gangguan jantung dan pembuluh darah
b. Gangguan fungsi paru-paru
c. Menyebabkan diabetes dan peningkatan kolesterol
d. Gangguan persendian
e. Gangguan sistem hormon
f. Meningkatkan risiko penyakit ganas
TERAPI
Pengobatan obesitas diterapi secara non farmakologi dan terapi secara
farmakologi yaitu dengan obat - obatan.
1) TERAPI FARMAKOLOGI
Orlistat
Sibutramine
Dietilpropion
Efedrin
Agen serotonergik
Fluoksetin
Peptida - peptida (leptin, neuropeptida gamma)
3) PEMBEDAHAN
Pembedahan atau sering disebut dengan istilah sedot lemak merupakan
pilihan alternatif terakhir untuk menurunkan berat badan apabila dari
berbagai usaha-usaha di atas gagal atau minim hasilnya. Pembedahan dan
sedot lemak sebaiknya dilakukan oleh seorang dokter atau orang yang
benar-benar ahli agar tidak terjadi kesalahan atau mal praktik yang dapat
berujung pada kematian pasien.
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DM
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2003,
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hipoglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hipoglikemia
kronik pada Diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung, dan pembuluh darah, yang menimbulkan berbagai
macam komplikasi, antara lain aterosklerosis, neuropati, gagal ginjal,
dan retinopati. Usia lanjut pada umumnya adalah penderita Diabetes
Melitus tipe 2.
Diabetes melitus tipe 2 terjadi oleh dua kelainan utama yaitu
adanya defek sel beta pankreas sehingga pelepasan insulin
berkurang, dan adanya resistensi insulin. Pada umumnya diabetes
melitus tipe 2 dimulai dengan adanya resistensi insulin, kemudian
menyusul berkurangnya pelepasan insulin. Pada penderita
obesitas juga ditemukan adanya resistensi insulin. Penderita
diabetes melitus tipe 2 diawali dengan berat badan normal,
kemudian menjadi obes dengan resistensi insulin dan berakhir
dengan diabetes melitus tipe 2. Jaringan lemak mempunyai dua
fungsi yaitu sebagai tempat penyimpanan lemak dalam bentuk
trigliserid, dan sebagai organ endokrin. Sel lemak menghasilkan
berbagai hormon yang disebut juga adipositokin (adipokine) yaitu
leptin, tumor necrosis factor alpha (TNF-alfa), interleukin-6 (IL-
6), resistin, dan adiponektin.
Obesitas perlu dibedakan antara obesitas sentral atau visceral dan
obesitas perifer. Obesitas sentral berisiko DM lebih tinggi dari
pada non obesitas, hal ini dikaitkan dengan jaringan lemak visera
(visceral fat) dimana sel lemak di sekitar organ di dalam perut akan
meningkatkan kadar TNFa (tumor necrotic factor alpha) plasma &
merubah TNFa memproduksi inflamatory cytokines dan me-trigger
sel penanda melalui interaksi dg TNF a reseptor yang dapat
menyebabkan insulin resisten. Kondisi ini lebih lanjut dapat
inerusak pembuluh darah arteri dan hati. Obesitas sentral
merupakan salah satu dari syndroma metabolik, yaitu kumpulan
gejala yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler
dan dia-betes, dapat terjadi pada satu dari 5 orang dan
prevalensinya meningkat sesuai peningkatan umur.
KOMPLIKASI
1. Hipertensi
2. Diabetes
3. Dislipidemia
4. Penyakit jantung koroner dan Stroke
5. Osteoartritis
6. Apnea tidur
7. Asthma Anak dengan BBL atau obes cenderung lebih banyak mengalami
serangan asma atau pembatasan keaktifan fisik.
8. Kanker
9. Penyakit perlemakan hati
10. Penyakit kandung empadu
PENCEGAHAN OBESITAS
Dalam pencegahan obesitas diperlukan adalah sebagai berikut :
a. Pengaturan nutrisi dan pola makan
b. Perbanyak aktivitas
c. Modifikasi pola hidup dan perilaku
Kesimpulan
a. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan jumlah makanan yang
masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh sebagai akibat
dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya.
b. Gejala obesitas antara lain mendengkur, sleep apnea, sesak napas,
nyeri pada sendi lutut, nyeri pada punggung bagian bawah, ruam,
berkeringat berlebihan, mudah depresi, dan sering ngantuk.
c. Klasifikasi untuk derajat tingkat obesitas ditentukan
berdasarkan IMT.
d. Obesitas terkait dengan metabolic syndrome yang merupakan awal
terjadinya penyakit degenerasi seperti hipertensi, diabetes
mellitus, jantung koroner, stroke, kanker, dan lain-lain.
e. Faktor-faktor yang menyebabkan obesitas ada dua yaitu secara
langsungseperti faktor lingkungan, faktor genetik, hormonal, asupan
makan, psikologi dan faktor secara tidak langsung seperti faktor
pengetahuan gizi serta pengaturan makan.
f. Bentuk pencegahan yang dapat dilakukan adalah pengaturan nutrisi
dan pola makan, perbanyak aktivitas, dan modifikasi pola hidup dan
perilaku.