Anda di halaman 1dari 25

Laporan kasus

“TINEA CAPITIS”

OLEH AJENG KARTIKA AYU PUTRI


IDENTITAS PASIEN
Nama : Sdr. Z
Usia : 8 tahun
Tanggal lahir : 6 Februari 2011
Pekerjaan :-
Alamat : Klaten
Masuk RS : 27 Mei 2019
KELUHAN UTAMA
Pasien datang dengan keluhan bercak pucat yang bersisik, terasa gatal, di bagian kepala sisi kiri
dan belakang sejak 2 bulan yang lalu.
IDENTITAS PASIEN
2BSPRS 1BSPRS 2MSPRS

• Bercak pucat bersisik


• Bintil merah tersebut bertambah melebar menjadi
• Pada kepala di sisi melebar dan bertambah ± 5 cm di bagian sisi kepala
bagian kiri muncul bintil menjadi bersisik, warna kiri
berwarna kemerahan, berubah menjadi lebih • Bercak pucat bersisik
berukuran ± 1 cm pucat berukuran lebih kecil
• Gatal (+), dengan intensitas dengan ± 3 cm di bagian sisi
• Gatal (+)
sama kepala kiri belakang
• Nyeri (-)
• Nyeri (-) • Gatal (+)
• Karena terasa sangat • Muncul bintil yang sama • Nyeri (-)
gatal pasien sering seperti 2BSPRS di sisi bagian • Setelah pemakaian obat
menggaruk di area kepala kiri belakang tidak ada perubahan
tersebut • Diberikan salep yang dibeli • Ibu pasien memotong
• Belum diobati di apotik (tidak ingat apa rambut di sisi kepala kanan
nama salepnya) namun rambut tidak
tumbuh lagi
RPD Riwayat Konsumsi Obat
Penyakit serupa (-), Riwayat Alergi (-), Asma • Pasien memakai obat salep
(-), Rhinitis Alergi (-) yang di beli di apotik namun
pasien lupa nama salep
RPK tersebut
• Tetangga memiliki keluhan serupa
(+), Keluarga yang mengalami
keluhan serupa (-), DM (-), HT (-),
Alergi (-), Asma (-), Rhinitis Alergi (-)
Faktor Risiko
• Pasien sering bermain dengan tetangga yang memiliki keluhan serupa namun
dengan gejala yang lebih parah, bercak merah bersisik dengan area yang lebih luas,
terasa sangat gatal dan keadaan botak di area tersebut.
PEMERIKSAAN FISIK
Status umum:
• Keadaan Umum : Baik
• Kesadaran : Compos Mentis
• Higiene : Baik
PEMERIKSAAN FISIK
• Pada sisi temporal sinistra
terdapat plaque pucat dengan
skuama, berbentuk circular,
asimetris, berkonsistensi sesuai
dengan kulit kepala, soliter,
berukuran ± 5 cm dan berbatas
tegas. Terdapat alopecia di area
tersebut dan warna rambut
menjadi sedikit lebih abu-abu.
Pada sisi parietal terdapat plaque
pucat dengan skuama, berbentuk
irregular, asimetris, berkonsistensi
sesuai kulit kepala, soliter,
berukuran ± 3 cm dan berbatas
tegas. Rambut masik intak di
bagian sisi ini.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan dengan Wood Lamp
Tampak fluoresensi hijau kekuning-kuningan pada area lesi tersebut di rambut.
DIAGNOSIS BANDING
Tinea Kapitis
Dermatitis Seboroik
Psoriasis

DIAGNOSIS
Tinea Kapitis
TREATMENT
R/ Shampoo ketokonazol 2% no. I
s 1 dd ue (2 – 4 minggu)
R/ tab griseofulvin 250 mg no. X
s 1 dd tab 1 pc
EDUKASI
Edukasi penyakit, perjalanan penyakit, prognosis dan treatment kepada pasien dan keluarga
pasien
Edukasi cara pemakaian obat
Edukasi bahwa penyakit ini infeksius sehingga minimalisi kontak dengan orang-orang sekitar
Jangan bertukar pakaian, handuk, sisir dengan orang-orang di sekitar
Edukasi bahwa kurangi area yang digaruk karena dapat memperbesar lesi dan menimbulkan
iritasi
PEMBAHASAN TINEA KAPITIS
DEFINISI
Kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita, biasanya
disebabkan oleh Trichophyton dan Microsporum species. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi
bersisik, kemerah-merahan, dan terdapat scarring alopecia.
ETIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
Tinea kapitis paling umum terjadi pada anak-anak antara 3 dan 14 tahun. Namun,
prevalensi penderita tinea kapitis biasanya berkurang saat memasuki masa remaja
karena terdapat efek fungistatik dari asam lemak dalam sebum yang biasanya jumlah
bertambah di masa pubertas.

Transmisi akan meningkat dengan berkurangnya hygienitas, penduduk yang padat dan
juga status sosial ekonomi yang rendah

Biasanya paling sering tertular karena alat-alat seperti sisir, topi, mainan, handuk
maupun sarung bantal
KLASIFIKASI
GRAY PATCH RINGWORM
◦ Merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan
oleh genus Microsporum, sering ditemukan pada
anak-anak.
◦ Penyakit mulai dengan papul merah kecil di sekitar
rambut, lalu melebar dan membentuk bercak yang
menjadi pucat dan bersisik.
◦ Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak mengkilat
lagi.
◦ Lampu Wood hanya berfluoresensi pada tinea kapitis
yang disebabkan oleh Microsporum spp. (kecuali
M.gypsium).
KLASIFIKASI
Kerion
◦ Reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis,
berupa pembengkakan yang menyerupai sarang
lebah dengan serbukan sel radang yang padat di
sekitarnya.

◦ Bila penyebab Microsporum spp, pembentukan kerion


biasanya lebih sering terlihat, namun lebih jarang bila
penyebabnya adalah tricophyton spp.

◦ Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan


berakibat alopesia yang menetap.
KLASIFIKASI
Black Dot Ringworm
◦ Biasanya disebabkan oleh Tricophyton spp.
Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya
menyerupai kelainan yang disebabkan genus
Microsporum.
◦ Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada
muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung
rambut yang penuh spora
◦ Ujung rambut yang hitam di dalam folikel ini
memberikan gambaran khas, yaitu black dot.
Diagnosis banding Gambar Gejala Klinis

KASUS Pada sisi temporal sinistra terdapat


plaque pucat dengan skuama,
berbentuk circular, asimetris,
berkonsistensi sesuai dengan kulit
kepala, soliter, berukuran ± 5 cm
dan berbatas tegas. Terdapat
alopecia di area tersebut dan warna
rambut menjadi sedikit lebih abu-
abu.

TINEA KAPITIS Gray patch: Inflamasi minimal,


rambut pada daerah terkena
berubah warna menjadi abu-abu
dan tidak berkilat, rambut mudah
patah di atas permukaan skalp.
Lesi tampak berskuama,
hiperkeratosis, dan berbatas tegas
karena rambut yang patah. Akan
berwarna fluorenensi hijau
kekuning-kuningan bila diberikan
wood lamp
Diagnosis banding Gambar Gejala Klinis

DERMATITIS Dapat ditemukan skuama kuning


SEBOROIK berminyak, eksematosa ringan.
Terkadang disertai rasa gatal yang
menyengat. Ketombe merupakan
tanda awal manifestasi dermatitis
seboroik. Dapat dijumpai
kemerahan perifolikular yang dapat
menjadi palk eritematosa
berkonfluensi. Pada fase kronis
dapat dijumpai kerontokan rambut.
PSORIASIS Plak eritematosa berbatas tegas
dengan skuama berwarna
keperakan adalah karakteristik
tetapi tidak harus ada. Daerah
yang terkena biasanya: siku, lutut,
kepala, celah intergluteal, palmar
dan plantar.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit atau kuku menggunakan mikroskop dan
KOH 20%: tampak hifa panjang dan atau artrospora. Pengambilan spesimen pada
tinea kapitis dapat dilakukan dengan mencabut rambut, menggunakan skalpel untuk
mengambil rambut dan skuama, menggunakan swab (untuk kerion) atau
menggunakan cytobrush.
Kultur terbaik dengan agar Sabouraud plus (Mycosel, Mycobiotic): pada suhu 28 C
selama 1-4 minggu
Lampu Wood hanya berfluoresensi pada tinea kapitis yang disebabkan oleh
Microsposrum spp. (kecuali M.gypsium)
TREATMENT
Nonmedikamentosa
◦ Menghindari dan mengeliminasi agen penyebab
◦ Mencegah penularan
Medikamentosa
◦ Topikal:
◦ tidak disarankan bila hanya terapi topikal saja.
◦ Rambut dicuci dengan sampo antimikotik: selenium sulfida 1% dan 2,5% 2-4 kali/minggu atau sampo ketokonazol 2% 2
hari sekali selama 2-4 minggu
◦ Sistemik
◦ Spesies Microsporum
◦ Obat pilihan: griseofulvin fine particle/microsize 20-25 mg/kgBB/hari dan ultramicrosize 10-15 mg/kgBB/hari selama 8
minggu.
◦ Spesies Trichophyton:
◦ Obat pilihan: terbinafin 62,5 mg/hari untuk BB 10-20 kg, 125 mg untuk BB 20-40 kg dan 250 mg/hari untuk BB >40 kg
selama 2-4 mingg
EDUKASI
Menjaga kebersihan diri.
Mematuhi pengobatan yang diberikan untuk mencegah resistensi obat.
Pastikan kulit dalam keadaan kering sebelum menutup area yang rentan terinfeksi jamur.
Hindari penggunaan handuk, sisir atau topi bergantian dengan orang lain.
Skrining keluarga
Tatalaksana linen infeksius: pakaian, sprei, handuk dan linen lainnya direndam dengan sodium
hipoklorit 2% untuk membunuh jamur atau menggunakan disinfektan lain.
REFERENSI
1. Goldsmith, L. A., et al., 2012. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8th ed. rev. New
York: The McGraw Hill.
2. Marks Jr., J. G., Miller, J. J., 2019. Lookingbill and Marks’ Principles of Dermatology, 6th ed. rev.
Philadelphia: Saunders Elsevier.
3. PERDOSKI, 2017. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.
Jakarta: PERDOSKI.

Anda mungkin juga menyukai