Anda di halaman 1dari 23

PERTUSIS

LATAR BELAKANG

Pertusis (batuk rejan) biasa disebut juga


sebagai whooping cough, tussis quinta, violent
cough, dan di Cina disebut juga sebagai batuk
seratus hari. Pertusis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi
bakteri Bordetellapertussis, merupakan penyakit
infeksi saluran napas akut yang dapat menyerang
setiap orang yang rentan seperti anak yang belum
diimunisasi atau orang dewasa dengan kekebalan
yang menurun. Orang yang tinggal di rumah yang
sama dengan penderita pertusis lebih mungkin
terjangkit
LATAR BELAKANG

Pertusis masih merupakan penyebab


terbesar kematian dan kesakitan pada
anakterutama di negara berkembang. World
Health Organization) WHO
memperkirakan +600.000 kematian disebabkan
pertusis setiap tahunnya terutama pada bayi yang
tidak diimunisasi.
LATAR BELAKANG

Imunisasi amat mengurangi risiko


terinfeksi, tetapi infeksi ulang dapat terjadi. Jika
diderita bayi penyakit ini merupakan penyakit
yang gawat dengan kematian 15% sampai 30%.
Pada anak-anak penyakit ini jarang menyebabkan
kematian, tetapi pengobatan terhadap penyakit ini
sulit dan memakan waktu lama (8 minggu)
sehingga pengobatan terhadap pertusis
memerlukan biaya yang cukup tinggi
DEFINISI
Pertusis adalah infeksi akibat bakteri Gram-
negatif Bordetella pertussis pada saluran napas
sehingga menimbulkan batuk hebat yang khas.
(PPM IDAI 2011)

Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan


akut yang disebabkan oleh Bordetella pertussis.
(NELSON, Ed. 20)
ETIOLOGI
Genus bordetela mempunyai 4 spesies yaitu
B.pertusis, B.parapertusis, B.bronkiseptika, dan
B.avium. Penyebab Pertusis adalah Bordetella pertusis
dan perlu dibedakan dengan sindrom pertusis yang
disebabkan oleh Bordetella parapertusis dan adenovirus
(tipe 1,2,3 dan 5)

Ciri-ciri Bordetella pertusis termasuk :


 Kokobasilus (berbentuk batang)
 Gram negative
 Kecil
 Ovoid
 Ukuran panjang 0,5-1 um
 Diameter 0,2-0,3 um
 Tidak bergerak dan tidak berspora
MANIFESTASI KLINIS

Stadium Kataralis
Stadium ini berlangsung 1 – 2 minggu
ditandai dengan adanya batuk-batuk ringan,
terutama pada malam hari, pilek, serak, anoreksia,
dan demam ringan. Stadium ini menyerupai
influenza.
MANIFESTASI KLINIS

Stadium Spasmodik/Paroksismal
Berlangsung selama 2 – 4 minggu, batuk
semakin berat sehingga pasien gelisah dengan
muka merah dan sianotik. Batuk terjadi
paroksismal berupa batuk-batuk khas. Serangan
batuk panjang dan tidak ada inspirasi di
antaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan
nafas panjang dan dalam berbunyi melengking).
Sering diakhiri muntah disertai sputum
kental.Dapat pula dijumpai: mata menonjol, lidah
menjulur, lakrimasi, hipersalivasi, distensi vena
leher selama serangan.
MANIFESTASI KLINIS

Stadium Konvalesensi
Berlangsung selama 2 minggu sampai
sembuh. Jumlah dan beratnya serangan batuk
berkurang, muntah berkurang, dan nafsu makan
timbul kembali
DIAGNOSIS
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa
dan pemeriksaan fisik, dapat dijumpai :

a. Adanya riwayat kontak dengan penderita pertusis


dan belum diimunisasi/imunisasi tidak adekuat

b. Tanda dan gejala klinis tergantung dari stadium:


1. Stadium kataral
Gejala klinisnya minimal dengan/tanpa demam;
rinorea; anoreksia; frekuensi batuk bertambah
DIAGNOSIS
2. Stadium paroksismal
Batuk paroksismal yang dicetuskan oleh pemberian
makan (bayi) dan aktivitas; fase inspiratori batuk
atau batuk rejan (inspiratory whooping); post-tussive
vomiting. Dapat pula dijumpai: muka merah atau
sianosis; mata menonjol; lidah menjulur; lakrimasi;
hipersalivasi; distensi vena leher selama serangan;
apatis; penurunan berat badan
3.Stadium konvalesens
Gejala akan berkurang dalam beberapa minggu
sampai dengan beberapa bulan; dapat terjadi petekia
pada kepala/leher, perdarahan konjungtiva, dan
terdengar crackles difus.
DIAGNOSIS
c. Bayi <6 bulan gejalanya tidak khas, mungkin
berupa tanda dan gejala
d. Hipoksia yang terlihat lebih hebat dibandingkan
gambaran klinis
e. Muntah-muntah sampai menimbulkan dehidrasi
f. Kadang hanya menunjukkan tanda dan gejala
sianosis dan apneic spell, tanpa disertai whoop
VARIASI FASE KATARAL FASE PAROKSISMAL FASE KONVALESENS
(1-2 minggu) (3–6 minggu) (> 6 minggu)

Gejala

Batuk ++ +++ ++

Batuk paroksismal -/+ +++ –/+

Batuk rejan - +++ –/+

Muntah - +++ –/+

Sianosis - +++ -

Apnea - +++ -

Tes sensitivitas

Kultur ++ –/+ -

PCR ++ ++ -

Serologi –/+ ++ ++

Pengaruh terapi antibiotic

Gejala berkurang ++ –/+ -


PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Leukosit dan hitung jenis sel:


Leukositosis (15.000-100.000/mm ) 3 dengan limfositosis
absolute

 IgG terhadap toksin pertusis:


Didapatkan antibodinya (IgG terhadap toksin pertusis)

 Radiologi
Foto toraks:
Infiltrat perihiler atau edema, atelektasis, atau empiema

 Diagnosis pasti apabila ditemukan organisme pada apus


nasofaring (bahan media Bordet-Gengou) dengan
menggunakan media transpor (Regan-Lowe)
DIAGNOSA BANDING

 Adenovirus
 Bordetella para pertussis

 Bordetella bronchiseptica
TATALAKSANA
 Suportif umum (terapi oksigen dan ventilasi mekanik
jika dibutuhkan)
 Observasi ketat diperlukan pada bayi, untuk
mencegah/mengatasi terjadinya apnea, sianosis, atau
hipoksia
 Pasien diisolasi (terutama bayi) selama 4 minggu,
diutamakan sampai 5-7 hari selesai pemberian
antibiotik. Gejala batuk paroksismal setelah terapi
antibiotik tidak berkurang, namun terjadi penurunan
transmisi setelah pemberian terapi hari ke-5
 Belum ada studi berbasis bukti untuk pemberian
kortikosteroid, albuterol, dan beta-2-adrenergik
lainnya, serta belum terbukti efektif sebagai terapi
pertusis.
 Dilakukan penilaian kondisi pasien, apakah terjadi
apnea, spel sianotik, hipoksia dan/ atau dehidrasi
TATALAKSANA
Terapi Antibiotik
Tujuan farmakoterapi adalah
menghilangkan infeksi, mengurangi morbiditas,
dan mencegah kompilkasi
REKOMENDASI PEMBERIAN ANTIMIKROBA DAN PROFILAKSIS
PASCA PAJANAN PERTUSIS
PENCEGAHAN
 Kewaspadaan penularan melalui droplet:
1) Sampai hari ke-5 pemberian antibiotik yang
efektif
2) Sampai minggu ke-3 setelah timbul batuk
paroksismal, apabila tidak diberikan antibiotik

 Imunisasi:
Terdapat 2 tipe vaksin pertusis, yaitu:
1) vaksin whole-cell (wP) dengan basis B. pertussis
yang dimatikan dan
2) vaksin acellular (aP) dengan komponen
organisme highly purified
PROGNOSIS
 Mortalitas terutama oleh karena kerusakan otak
(ensefalopati), pneumonia, dan penyulit paru lain
 Pada anak besar --> prognosisnya baik

 Dapat timbul sekuele berupa wheezing pada saat


dewasa.

Anda mungkin juga menyukai