Anda di halaman 1dari 36

Pembimbing :

dr. A. A Heru Tjahyono, Sp.OG


Definisi

 Abortus : adalah penghentian (terminasi) kehamilan
sebelum usia 20 minggu atau dengan berat janin
kurang dari 500 gram
 Abortus habitualis : Keguguran berulang adalah
kejadian keguguran paling tidak sebanyak dua kali
atau lebih berturut-turut pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu dan/atau berat janin kurang
dari 500 gr
Epidemiologi

 Keguguran diperkirakan terjadi pada 15-20%
kehamilan. Sebagian besar terjadi dini sebelum usia
kehamilan 12 minggu dan kurang dari 5% terjadi
sebelum aktivitas jantung teridentifikasi. Frekuensi
keguguran trimester 2 lebih jarang yaitu <4%.
Diperkirakan kurang dari 5% wanita mengalami
keguguran berulang 2 kali dan hanya 1% wanita
yang mengalami keguguran 3 kali atau lebih.

 Dalam penelitian di RSUP Adam Malik Medan dari
tahun 2005-2010, didapatkan kesimpulan bahwa dari
total 53 wanita yang mengalami abortus spontan,
sebanyak 28 wanita (52.8%) berusia 21-34 tahun, 21
wanita (39.6%) berusia 35 tahun keatas, dan 4 wanita
(7.6%) berusia di bawah 20 tahun
Jenis-Jenis Abortus

 Abortus Provokatus (Induced Abortion)
 Abortus Medisinalis
abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis).
 Abortus Provokatus
abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis

 Abortus Spontan
 Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi keluar (desidua dan fetus)
sehingga rongga rahim kosong
 Abortus Inkomplit
Hanya sebagian hasil konsepsi yang keluar, yang
tertinggal adalah desidua dan placenta
 Abortus Incipiens
Abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium
terbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan tidak dapat
dipertahankan lagi.

 Abortus Imminens
Keguguran membakat dan akan terjadi, dalam hal ini
fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat
hormonal dan antispasmodika serta istirahat
 Missed Abortion
Keadaan dimana janin sudah mati di dalam kandungan
tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan
selama 2 bulan atau lebih.

 Abortus Habitualis
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran
berturut-turut 2 kali atau lebih
 Abortus Infeksius dan Abortus Septik
Abortus infeksius adalah keguguran yang disertai infeksi
genital sedangkan abortus septik adalah keguguran
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman dan
toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum
Jenis-Jenis Abortus
Habitualis
Jenis Kegagalan

Usia kehamilan Aktivitas denyut Temuan USG Kadar beta hCG
(kisaran dalam jantung janin
minggu)
Kegagalan <6 (0-6) Tidak pernah Kehamil;an tidak Rendah kemudian
bokimiawi/preembrio teridentifikasi menurun
nik
Kegagalan kehamilan 6-8 (4-10) Tidak pernah Kantung kehamilan Awalnya meningkat
dini/embrionik yang kosong atau kemudian menurun
kantung kehamilan
dengan struktur yang
minimal tanpa
aktivitas denyut
jantung janin

Kegagalan kehamilan 8-20 minggu Hilang Tampak CRL dan Meningkat kemudian
lanjut / late pregnancy tampak aktivitas menetap atau
loss denyut jantung menurun
sebelumnya
Jenis Keguguran Kondisi

yang
berhubungan
mungkin Investigasi

Keguguran preembrionik dan Kariotip abnormal Pemeriksaan kariotip


embrionik Kelainan hormone Pemeriksaan hormone
Kelainan endometrium Pengambilan sampel
Kelainan imunologis endometrium ACA dan LA

Keguguran janin Antiphospholipid syndrome ACA dan LA


(APS) Pemeriksaan hemostasis dan
trombofilia skrining untuk trombofilia

Keguguran trimester kedua Kelainan anatomi Histeroskop, USG


Kelemahan servix USG

 Berdasarkan urutan kejadiannya
 Keguguran primer
 Keguguran Sekunder
 Keguguran Tersier
Etiologi

 Faktor Janin
 Kelainan pada zigot
 Abnormalitas pembentukan plasenta
 Faktor Maternal
 Kelainan anatomi pada rahim


 Gangguan fungsi rahim
 Gangguan Hormonal
 ACA (anticardiolipin antibody)
 Gaya hidup, seperti merokok dan alkoholisme.
 Faktor imunologis
Patofisiologi

Manifestasi Klinis

 Gejala
 Terjadi abortus spontan secara berulang dan berturut-turut
sekurang-kurangnya 2 kali
 Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
 Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya
jaringan hasil konsepsi.
 Rasa nyeri atau kram perut di daerah atas simfisis, sering
disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus

 Pemeriksaan Ginekologi
 Inspeksi Vulva : Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam,
ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau
busuk dari vulva
 Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri
terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari
ostium uteri, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium uteri.
 Periksa dalam vagina : porsio masih terbuka atau sudah
tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum Douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

 Pemeriksaan Penunjang
 Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan
2 – 3 minggu setelah abortus
 Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan
apakah janin masih hidup
 Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed
abortion.
Diagnosis

 Anamnesis
 Perdarahan, hasil konsepsi yang keluar,. Mamma agak
mengendor, uterus mengecil dan tes kehamilan negatif
 Pemeriksaan Fisis Umum
 Keadaan umum pasien
 Pemeriksaan ginekologi
 Jika memungkinkan, cari sumber perdarahan : apakah dari
dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah
mengalir keluar dari ostium. Pemeriksan dalam vagina
dilakukan untuk menentukan besar dan letak uterus.
Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa
atau tanda akut lainnya
Keguguran
Preembrionik dan

Embrionik
 Keguguran embrionik berulang adalah kejadian
keguguran pada usia kehamilan dibawah 8 minggu
(aktivitas denyut janin tidak pernah teridentifikasi),
sebanyak 2 kali atau lebih secara berturut-turut
 Pemeriksaan:
 Analisis kromosom dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan yang berasal dari darah
orangtua, atau apabila keguguran baru saja terjadi
maka dapat digunakan bahan yang berasal dari
jaringan abortus

 Pemeriksaan Hormon
 Pemeriksaan Hormon metabolik
 Pemeriksaan fungsi kelenjar tiroid (TSH dan FT4)
 Pemeriksaan fungsi pancreas
 Pemeriksaan Hormon reproduksi
 Pemeriksaan kadar progesterone pada fase luteal madya-
untuk mencari kemungkinan adanya kondisi defek fase
luteal
 Pemeriksaan kadar LH-untuk mencari kemungkinan
adanya kondisi hipersekresi LH yang umumnya terkait
dengan insiden SOPK
 Pemeriksaan kadar prolactin—hiperprolaktinemia.

 Pemeriksaan USG
 Penemuan penelitian sebelumnya, gambaran USG pada
pasien keguguran berulang adalah ovarium polikistik (vol.
ovarium > 9mL, >10 folikel dengan diameter 2-8 mm, dan
peningkatan densitas stroma). Angka ovarium polikistik
pada kejadian keguguran berulang mencapai 40.7%
 Kriteria Roterdam :
 Siklus anovulasi
 Gejala dan tanda hiperandrogen
 Gambaran ovarium polikistik
Jika terdapat 2 dari 3 maka dikategorikan memiliki kelainan
(SPOK)

 Pemeriksaan imunologi
 Reaksi autoimun
 Reaksi aloimun
 Serum antibodi antifosfolipid
 Merupakan suatu kumpulan gejala berupa thrombosis
atau komplikasi dalam kehamilan yang ditandai
dengan hadirnya sekelompok antibody yang bereaksi
dengan fosfolipid bermuatan negative.

 Pemeriksaan
 Antibody antikardiolipin (IgG/IgM) yang berasal dari
serum
 Dianggap positif apabila titernya mencapai lebih dari
kadar titer medium (>40MPL/GPL), atau >3 kali nilai
kontrol dan persisten selama 12 minggu
 Anti beta 2 gliko-protein I (IgM/IgG) yang berasal dari
serum
 Dianggap positif apabila titernya mencapai lebih dari 3 kali
nilai kontrol dan persisten selama 12 minggu
 Antikoagulan lupus (LA) yang berasal dari serum.

 Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya), berarti
tidak didapatkan suatu faktor risiko tunggal pada
kedua belah pihak (suami-istri) yang bermakna
dapat menimbulkan suatu kejadian keguguran
berulang setelah dilakukan suatu evaluasi yang
menyeluruh. Mayoritas pasien keguguran berulang
(60%) umumnya masuk dalam kategori ini)
Keguguran Janin
Berulang

 Keguguran janin berulang : kejadian keguguran
pada usia kehamilan pada usia kehamilan antara 8-
20 minggu yang ditandai dengan pernah
teridentifikasinya gambar janin ,fetal echo, dan
aktivitas denyut jantung sebelum terjadi kematian
janin, sebanyak 2 kali atau lebih secara berturut-
turut.

 Pemeriksaan
 Trombofilia
Evaluasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan indicator darah
perifer lengkap, prothrombin time (PT), activated partial
thrombin time (aPTT), international normalized ratio (INR),
fibrinogen, D-d=Dimer dan agragasi trombosit.
 Pemeriksaan Hormon
 Pemeriksaan hormone metabolic
 Pemeriksaan fungsi kelenjar tiroid
 Pemeriksaan fungsi pancreas (kadar gula darah dan insulin
puasa dan 2 jam PP)

 Pemeriksaan Anatomi
 USG transvagina;
 USG transvaginal dikombilasi dengan infus cairan
(saline)
 Histerosalfingografi
 Histeroskopi
 Kelainan fusi dan resorbsi uterus.1 dari 4 wanita memiliki
kelainan ini
 Kelainan unuran dan sirkulasi uterus (dikarenakan myoma
uteri, polip endometrium atau sindrom Asherman.
Keguguran Trimester
Kedua

 Keguguran trimester 2 adalah apabila terjadi
keguguran pada usia kehamilan antara 12-24
minggu namun ditandai dengan janin yang mesih
hidup, terdapat dilatasi servix atau pecah ketuban.
 Pemeriksaan
 Pemeriksaan Uterus
Ditujukan untuk melihat adanya kelainan morfologi pada
uterus. Dapat dilakukan dengan usg, histerosalfingografi
(HSG) dan histeroskopi.

 Pemeriksaan Servix
Ditujukan untuk melihat kekuatan dari servix. Umumnya
dapat dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan busi
Hegar No. 8 , HSG dan USG
 Pemeriksaan Infeksi
Ditujukan untuk mendeteksi adanya infeksi pada traktur
genitalis contohnya bakteriosis vaginalis.
Penatalaksanaan

 Konseling mengenai masalah kelainan kromoson dan
genetika perlu diberikan apabila dari hasil analisa
kariotip didapatkan suatu kelainan
 Penapisan pranatalperlu dianjurkan apabila pasien
tersebut hamil untuk memastikan tidak ditemukannya
kelainan kromosom. Bisa dilakukan chorionic villi
sampling (CVS) atau amniosintesis.
 Pasien dengan masalah tiroid hingga diabetes diberikan
penanganan kolaborasi dengan IPD.
 Untuk kasus resistensi insulin diberikan Metformin.
Dosis yang digunakan yaitu 3x500 mg per hari atau
2x850mg per hari.

 Jika mengalami kelainan hormone reproduksi dalam hal ini PCOS
dapat menggunakan stimulasi ovarium dan luteal support. Dapat
menggunakan preparat anti estrogen, rekombinan FSH atau
inhibitor aromatase. Sementara untuk luteal support
menggunakan preparat progestin atau progesterone.
 Luteal support dapat dugunakan dengan memberikan
didrogensteron 2x10 mg per hari micronized progesterone 2x100
mg atau diberikan preparat progesterone supositoria dengan dosis
1x400 mg per hari selama masa luteal 14 hari.
 Untuk hiperprolaktinemia perlu diketahui penyebabnya.
 Pemberian obat-obatan antikoagulan dan antiagragasi dianjurkan
dilakukan sendiri oleh Sp.OG berdasarkan panduan yang ada.
Pemberian aspirin dosis rendah (8I per hari) dapat diberikan
segera setelah pasien hamil. Heparin dapat diberikan setelah
adanya konfirmasi detak jantung.

 Untuk kelainan uterus dapat dilakukan tindakan pembedahan
untuk melakukan koreksi serta pengangkatan massa tersebut.
 Kelainan kelemahan serviks dapat diatasi denganmelakukan
tindakan sirklasi menggunakan teknik shirodkar atau
Mc.Donald
 Kelainan BV dapat diberikan klindamisin atau metronidazole
 Dukungan yang bersifat suportif baik dari pasangan, serta
lingkungan sekitarnya amat bermanfaat.
 Pada keguguran dengan penyebab idiopatik dapat diberikan
obat kombinasi secara empiric. Komnbinasi obat terebut adalah
prednisone 20 mg per hari dan progesterone 20 mg per hari
hingga kehamilan 12 minggu. Aspirin 80 mg per hari hingga
usia kehamilan 28 minggu dan asam folat 5 mg tiap 2 hari
sekali selama kehamilan.
Komplikasi

 Perdarahan
 Infeksi
 Sepsis
 Syok
Penutup

 Abortus habitualis apabila wanita mengalami
abortus 2 kali atau secara berturut-urut atau terus
menerus.
 Etiologi : multifaktorial
 Perlu pemeriksaan penunjang lainnya untuk
menentukan penyebab abortus habitualis agar dapat
diobati sebelum kehamilan selanjutnya, atau dapat
diatasi/diperbaiki saat awal kehamilan berikutnya
Daftar Pustaka

 Shigeru Saito. The Causes and Treatment of Recurrent Pregnancy Loss. Japan: Japan
Medical Association Journal; 2009. p1-6
 Tono Djuwanto, Hartanto Bayuaji, Wiryawan Permadi. Step by Step Penanganan
Kelainan Endokrinologi Reproduksi Dalam praktik Sehari-Hari. Bandung:
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung;2013. P347-355
 Hestiantoro, Andon, dkk. Best Practices on IMPERAL. Jakarta;2012.p 77-99
 Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan – Abortus Habitualis .Edisi ke-2. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;.2010. p246-247
 Hussein Qublan. Habituali Abortion:Cause, Diagnosis, and Treatment. Department
of Abstetrics and Gynecology King Husein Medical Center;Jordan. 2003. P 1-6
 John C Petrozza. Recurrent Early Pregnancy Loss. 2014.
http://emedicine.medscape.com/article/260495-overview diakses tanggal 23
Desember 2014
 Holly B. Recurrent Pregnancy Loss: Etiology, Diagnosis and Therepy. Department of
Obstetrics, Gynecology and Women’s Health, University of Missouri-Columbia
School of Medicine, Columbia, MO; 2009. P1-8

Anda mungkin juga menyukai