Anda di halaman 1dari 25

SEMINAR

PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
Pembagian
Sensibilitas (Sherington) dibagi 3 jenis:
• Sensasi Eksteroseptif
• Rangsangan dari luar tubuh
• Sensasi Interoseptif
• Rangsangan dari organ dalam
• Sensasi Proprioseptif
• Rangsangan dari otot, tendon, kapsul sendi

Ngoerah, 1991
Perjalanan Sensibilitas
• Garis lurus
Lintasan impuls
protopatik (temperatur
,nyeri)

• Garis terputus -------


Lintasan impuls
proprioseptif
(raba halus, tekanan,
posisi, getaran)

DeJong’s, 2013
Netter, 2010
Gejala Umum Gangguan Sensibilitas
• Gejala Positif • Gejala Negatif
– Rasa terbakar – Kebas (mati rasa)
– Rasa tertusuk – Rasa tebal
– Rasa seperti terikat
– Rasa seperti ada
serangga yg merayap
– Rasa seperti tertekan
benda berat

Dejong`s.2013
Syarat Pemeriksaan
Sensibilitas
 Penderita
 Sadar
 Kooperatif dengan kecerdasan yang cukup
 Sebelum melakukan tindakan diterangkan kepada
penderita respon apa yang diharapkan
 Pemeriksaan
 Pasien tidak terpengaruh oleh pemeriksa  pasien
menutup mata (obyektif)
 Pertama sajikan penilaian untuk perangsangan daerah
proksimal dan distal dan bandingkan hasil daerah antar
kedua ujung.
 Intensitas perangsangan harus diubah-ubah
Dejong`s.2013, Ngoerah,1990.
Sensibilitas Abnormal
 Perasa Raba :
menurun hipestesia
lenyap anestesia
meningkat hiperestesia
 Perasa Nyeri :
menurun hipalgesia
lenyap analgesia
meningkat hiperalgesia
 Perasa Suhu :
menurun termhipestesia
lenyap termanestesia

Ngoerah, 1991; Duus, 2005


Modalitas Primer

Raba
Nyeri
Fungsi Sensori Suhu
(secara klinis) Sensasi posisi sendi
Fibrasi
Tekan

Modalitas Sekunder

Diskriminasi 2 titik
Stereognosis
Grafestesia
Barognosis
Topognosis
Dejong`s.2013
Sensibilitas Primer

Pemeriksaan nyeri superfisial


Pemeriksaan nyeri dalam
Pemeriksaan raba halus
Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan sensasi gerak dan sikap
Pemeriksaan sensasi getar/vibrasi
Pemeriksaan sensasi tekan
Pemeriksaan raba halus
• Teknik pemeriksaan
– Sentuh kulit penderita dengan kapas
– Respon yang diharapkan adalah jawaban “Ya” bila disentuh
atau mampu menyebutkan/menunjuk daerah yang disentuh
– Bandingkan rasa raba kiri kanan, proksimal dan distal
– Bila terdapat perbedaan, lakukan lebih teliti bandingkan yang
sehat dengan yang dicurigai ada gangguan.

• Interpretasi
– Normal
-Video Light Touch Sensory Exam-
– Anestesia
– Hipestesia

Ngoerah, 1991
Pemeriksaan nyeri superfisial
• Teknik pemeriksaan
– Pemeriksaan menggunakan jarum pentul
– Rangsang pada kulit
– Respon yang diharapkan “tajam’ tumpul”
– Bandingkan satu sisi dengan sisi lainnya “sama atau
tidak?”

• Interpretasi :
– Normal
– Analgesia
– Hipalgesia
– hiperalgesia
-Video Pain Sensory Exam-
Dejong`s.2013, Ngoerah, 1990.
Pemeriksaan nyeri dalam
Tehnik pemeriksaan
• Dilakukan pemijatan pada betis atau tendon
achiles dengan menekan antara ibu jari dan
telunjuk

 Respon yang diharapkan “ nyeri /tidak terasa


nyeri”

Dejong`s.2013, Ngoerah, 1990.


Pemeriksaan suhu
• Tehnik pemeriksaan
– Pemeriksaan menggunakan tabung air hangat (40-45oC)
– Dan tabung air dingin (10-15oC)
– Sentuh kulit secara bergantian
– Respon yang diharapkan “panas, dingin”

• Interpretasi
– Normal
– Termanestesia
– Termihipestesia

-Video Temperature Sensory Exam-

Dejong`s.2013, Ngoerah, 1990.


Pemeriksaan sensasi
gerak dan sikap
• Tehnik pemeriksaan
– Kenalkan gerakan yang akan dilakukan
– Respon yang diharapkan (‘naik, turun”)
– Jari –jari rileks dan digerakkan secara pasif

• Interpretasi
– Normal, Kinanestesia,
kinhipestesia
-Video Position Sensory Exam-
Pemeriksaan sensasi
getar/vibrasi
• Tehnik pemeriksaan
– Pemeriksaan menggunakan garpu tala 128 Hz
– Garpu tala digetarkan pada bagian tubuh (Maleolus,
tuberositas tibia, SIAS, falang proksimal ibu jari tangan
pada prosesus stiloideus radii dan ulnae, kondilus
humeri, olekranon dan pada akromion)
– Respon yang diharapkan “getar ‘ tidak getar”
• Interpretasi
– Normal, Palanestesia ,
palhipestesia
-Video Vibratory Sensory Exam-
Pemeriksaan sensasi
tekan
• Tehnik pemeriksaan
– Pemeriksaan dengan benda tumpul atau dengan
jari tangan
– Penderita mata tertutup
– Lakukan penekanan dengan cukup
– Respon “ ada tekanan dan tidak”

• Interpretasi
– Normal, barhipestesia ,Barestesia
Sensibilitas sekunder

Stereognosis
Grafestesia
Pemeriksaan diskriminasi 2 titik
Barognosis
Topognosis
Stereognosis
Tehnik pemeriksaan
• Penderita dengan mata tertutup diminta untuk
mengidentifikasi benda yang disodorkan ke
tangannya.
• Benda tersebut dapat berupa kunci, uang logam,
kancing, cincin dll yg mudah dikenal
• Respon : penderita mengenali benda atau hanya
mengenali bentuk dan ukurannya tetapi tidak tahu
namanya
Interpretasi : Normal, asteriognosia, agnosia taktil
-Video Stereognosis Sensory Exam-
Dejong`s.2013, Ngoerah, 1990.
Grafestesia

Tehnik pemeriksaan
• Syarat : Penderita tidak buta huruf
• Mata tertutup
• Pasien diminta untuk memberitahukan
angka yang ditulis si pemeriksa di atas kulit
telapak tangan.
• Respon : penderita mengenali tulisan
tersebut

Interpretasi : Normal, grafanestesia


-Video Graphestesia Sensory Exam-
Dejong`s.2013, Ngoerah, 1990.
Pemeriksaan diskriminasi
2 titik
Alat : 2 jarum pentul , jangka
Tehnik pemeriksaan
– kulit pasien dirangsang dengan menusukkan 2 jarum. Bila
pasien tidak sadar akan dua tusukan, maka jarak pada dua
tempat di kulit tersebut diperlebar.
– jarak dapat dikenal tergantung daerah
 Stimulasi lidah : 1 mm
 Jari tangan : 2-7 mm
 Dorsum manus : 20-30 mm
 Telapak tangan : 8-12 mm
Interpretasi : diskriminasi spasial
-Video Two-point Discrimination Sensory Exam-
Dejong`s.2013; Juwono 1996.
BAROGNOSIS

Tehnik pemeriksaan
– Mata pasien tertutup
– disuruh untuk membedakan berat
benda yang disodorkan dalam
tangannya
– Benda yang digunakan : sekrup, kancing,
karet penghapus
Interpretasi : Normal, Abarognosis

Dejong`s.2013; Juwono 1996.


TOPOGNOSIS
Tehnik pemeriksaaan
– Mata pasien tertutup
– disuruh memberitahukan tempat pada
tubuhnya yang disentuh oleh pemeriksa.
– Tempat tersebut harus dilokasi dengan
jelas, misalnya pada pipi kiri atau bawah
telinga, tungkai atas, tungkai bawah.
Interpretasi : Normal, Atopognosis

Dejong`s.2013; Juwono 1996.


DAFTAR PUSTAKA
• Campbell, W. 2013. De Jong’s The Neurologic Examination.
USA: Lippincott. pp. 228-250.
• Duus, P. 2005. Topical Diagnosis in Neurology. Anatomy
Physiology Signs Symptoms. 4th ed. New Tork: Thieme. pp.
175-194.
• Ngoerah, I.G.N.G. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf.
Surabaya: Airlangga University Press. pp. 55-59.
• Netter, F.H. 2010. Atlas Of Human Anatomy. 5th ed.
Philadelphia: Elsevier Inc. pp. 92-98.
• Juwono, T. 1996. Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam
Praktek. Jakarta: EGC. pp. 64-78.

Anda mungkin juga menyukai