Anda di halaman 1dari 82

PER-13/MBU/09/2014

TENTANG
PEDOMAN PENDAYAGUNAAN
ASET TETAP BUMN

Disampaikan oleh:
Kepala Biro Hukum
Kementerian BUMN
Latar Belakang

4.200 TRILIUN
adalah nilai TOTAL ASET BUMN
2.045 TRILIUN
merupakan ASET TIDAK LANCAR
yang di dalamnya termasuk
ASET TETAP
Latar Belakang

Dalam rangka optimalisasi nilai


perusahaan melalui pendayagunaan
Aset Tetap BUMN, telah ditetapkan
Peraturan Menteri Negara BUMN
Nomor PER-06/MBU/2011 tentang
Pedoman Pendayagunaan Aktiva
Tetap BUMN
Latar Belakang

Untuk memperjelas dan memperlancar


proses, serta mengoptimalkan hasil
pendayagunaan Aset Tetap dan
menyesuaikan dengan PSAK, maka
Peraturan Menteri Negara BUMN
Nomor PER-06/MBU/2011
tanggal 30 Desember 2011
perlu ditinjau kembali
Pendahuluan
1. Dalam rangka optimalisasi nilai perusahaan, BUMN
melakukan pendayagunaan Aset Tetap yang dimiliki
dan/atau dikuasai.
2. Pendayagunaan Aset Tetap dapat dilakukan sendiri oleh
BUMN atau melalui kerjasama dengan pihak lain.
3. Pendayagunaan Aset Tetap yang dilakukan sendiri oleh
BUMN, pelaksanaannya sepenuhnya menjadi kewenangan
Direksi sesuai dengan mekanisme internal perusahaan.
4. Pendayagunaan Aset Tetap melalui kerjasama dengan
pihak lain, dilakukan berdasarkan Pedoman sebagaimana
terlampir.
5. Direksi dapat menyusun peraturan lebih lanjut yang
diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri
ini.
Ruang Lingkup

Tidak termasuk
pemanfaatan Aset Tetap untuk keperluan
pelayanan Instansi Pemerintah di
kawasan kebandarudaraan dan
kepelabuhanan sebagai bagian
dari fasilitas kebandarudaraan dan
kepelabuhanan yang diwajibkan
keberadaannya oleh Peraturan
Perundang-undangan.
3.
1. 2.
Proses
Prinsip Umum Pendayagunaan
Persetujuan

6.
4. 5.
Dalam Rangka
Perjanjian Evaluasi
Pemindahtanganan

7.
Dalam Rangka 8.
9.
Penyelesaian Vehicle dan
Lain-lain
Masalah Penugasan
3.
1. 2.
Proses
Prinsip Umum Pendayagunaan
Persetujuan

6.
4. 5.
Dalam Rangka
Perjanjian Evaluasi
Pemindahtanganan

7.
Dalam Rangka 8.
9.
Penyelesaian Vehicle dan
Lain-lain
Masalah Penugasan
Prinsip Umum
1. Memperhatikan asas transparansi, kemandirian,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran;
2. Memperhatikan asas kemanfaatan;
3. Harus sesuai dengan peruntukannya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4. Tidak mengganggu kegiatan utama BUMN;
5. Dilakukan untuk jangka waktu tertentu yang dicantumkan
dalam perjanjian (tidak diperkenankan tanpa batas waktu);
6. Mengutamakan sinergi antar BUMN dan/atau Anak
Perusahaan BUMN dan/atau Perusahaan Terafiliasi BUMN
dan peningkatan peran serta usaha nasional
Prinsip Umum
7. Aset Tetap yang dikerjasamakan dilarang untuk diagunkan oleh
Mitra, kecuali diatur lain;
8. Selain Organ Persero atau Organ Perum, pihak manapun
dilarang ikut campur dalam proses dan pengambilan keputusan
mengenai Pendayagunaan Aset Tetap;
9. Direksi bertanggungjawab atas pelaksanaan Pendayagunaan
Aset Tetap untuk kepentingan perusahaan, serta menjamin
bebas dari tekanan, paksaan dan campur tangan dari pihak lain;
10. Direksi wajib mengevaluasi perjanjian Pendayagunaan Aset
Tetap yang belum dilaksanakan, apabila Direksi berpendapat
bahwa perjanjian yang sudah ditandatangani merugikan BUMN
atau belum memberikan keuntungan yang optimal, dengan tetap
memperhatikan peraturan perundang-undangan.
3.
1. 2.
Proses
Prinsip Dasar Pendayagunaan
Persetujuan

6.
4. 5.
Dalam Rangka
Perjanjian Evaluasi
Pemindahtanganan

7.
Dalam Rangka 8.
9.
Penyelesaian Vehicle dan
Lain-lain
Masalah Penugasan
Cara Pendayagunaan
Cara Antara Lain: • Pemilihan dilakukan
• BGS berdasarkan karakteristik
BGS/BS
G penggunaan/pemanfaatan oleh
• BSG Mitra
KSO/KS
U • KSO • Apabila karakteristiknya jangka
• KSU panjang, dilakukan dengan
Sewa BGS, BSG, KSO, KSU
• Sewa
• Kecuali memenuhi syarat,
Pinjam • Pinjam Pakai dapat dilakukan dengan sewa
jangka panjang

Selain dengan cara tersebut di atas, prosedur, tata cara,


persetujuannya tetap mengacu pada Peraturan Menteri ini sesuai
dengan karakteristik kerjasama dimaksud
BGS dan BSG
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
KSO/KS
U
1. Yang menjadi objek kerjasama pendayagunaan Aset Tetap dengan cara
Sewa
BGS dan BSG adalah Aset Tetap BUMN berupa tanah dan/atau
Pinjam bangunan. Setelah kerjasama berlangsung, bangunan, sarana dan/atau
prasarana yang dibangun/ditingkatkan kualitasnya menjadi objek
kerjasama.

2. Apabila di atas tanah yang menjadi objek kerjasama tersebut terdapat


aset tetap lain dan aset tetap tersebut tidak dapat dijadikan sebagai objek
kerjasama, maka aset tetap tersebut dihapusbukukan dan diperhitungkan
dalam penetapan kompensasi yang menjadi hak BUMN.
BGS dan BSG
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
KSO/KS 1. Pemilihan Mitra dilakukan dengan cara Pemilihan Langsung atau Penunjukan
U
Langsung. Dalam hal dianggap perlu, pemilihan Mitra dapat dilakukan dengan
Sewa Pelelangan Umum
Pinjam 2. Nilai perkiraan sendiri ditetapkan oleh Direksi.
3. Pemilihan Mitra dengan cara Pemilihan Langsung:
a. Dilakukan terhadap minimal 3 (tiga) calon Mitra potensial atau apabila setelah
dilakukan 2 (dua) kali pemilihan langsung namun peminatnya hanya 2 (dua)
peminat, maka seleksi dilakukan terhadap kedua peminat tersebut.
b. BUMN menetapkan batas waktu penerimaan penawaran dari calon Mitra minimum
5 (lima) hari kerja sejak penawaran diterima oleh calon Mitra.
c. Calon Mitra wajib menyetor uang jaminan penawaran ,yang akan menjadi milik
BUMN yang bersangkutan apabila calon Mitra mengundurkan diri setelah
ditetapkan sebagai pemenang.
BGS dan BSG
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
4. Cara Penunjukan Langsung, apabila memenuhi salah satu syarat:
KSO/KS
U a. Telah dilakukan Pemilihan Langsung sebanyak 2 kali, namun peminatnya
tidak ada atau hanya 1, atau penawaran yang diajukan di bawah nilai
Sewa
perkiraan sendiri.
Pinjam b. Lokasi atau kondisi Aset Tetap yang menyebabkan Aset tetap tersebut hanya
dapat dikerjasamakan dengan/kepada calon Mitra tertentu.
c. Dalam rangka penyelesaian hutang BUMN kepada calon Mitra.
d. Dalam rangka penyelesaian permasalahan terkait Aset Tetap dengan pihak
yang bersengketa, baik yang sudah diproses secara hukum maupun yang
belum.
e. Calon Mitra adalah anak perusahaan BUMN atau perusahaan terafiliasi
BUMN yang bersangkutan;
f. Calon Mitra adalah BUMN, Anak Perusahaan BUMN dan/atau Perusahaan
Terafiliasi BUMN, selain yang dimaksud pada huruf e.
BGS dan BSG
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
KSO/KS 6. Apabila terdapat pihak tertentu yang menawarkan kerjasama
U
Pendayagunaan Aset Tetap sebelum dilakukannya Pemilihan
Sewa Langsung, maka proses penunjukan Mitra tetap dilakukan dengan
cara Pemilihan Langsung, dengan ketentuan pihak tertentu
Pinjam
dimaksud diberikan prioritas sepanjang yang bersangkutan
bersedia untuk memberikan penawaran minimal sama dengan
penawar terbaik (right to match/RTM).
7. Sebelum penetapan Mitra, Direksi wajib melakukan negosiasi
untuk memperoleh penawaran yang paling menguntungkan bagi
BUMN.
BGS dan BSG
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
1. Calon Mitra BGS dan BSG adalah badan hukum yang wajib memenuhi
KSO/KS
U persyaratan sekurang-kurangnya sebagai berikut :
a. memiliki kemampuan keuangan/pendanaan yang dibuktikan dengan
Sewa
laporan keuangan yang telah diaudit dan/atau jaminan tertulis dari
Pinjam penyandang dana; (kecuali Calon Mitra merupakan Anak
Perusahaan/Perusahaan Terafiliasi BUMN bersangkutan yang khusus
dibentuk untuk melakukan pendayagunaan Aset Tetap BUMN yang
bersangkutan.
b. memiliki pengalaman dan/atau memiliki akses/jejaring kompetensi pada
bidang usaha bersangkutan;
c. tidak pernah dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan;
d. tidak bertindak sebagai perantara (broker) bagi pihak lain dalam
pelaksanaan pendayagunaan Aset Tetap BUMN.
BGS dan BSG
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
Calon Mitra BGS dan BSG adalah badan hukum yang wajib memenuhi
KSO/KS
U persyaratan sekurang-kurangnya sebagai berikut :
a. memiliki kemampuan keuangan/pendanaan yang dibuktikan dengan
Sewa
laporan keuangan yang telah diaudit dan/atau jaminan tertulis dari
Pinjam penyandang dana; (kecuali Calon Mitra merupakan Anak
Perusahaan/Perusahaan Terafiliasi BUMN bersangkutan yang khusus
dibentuk untuk melakukan pendayagunaan Aset Tetap BUMN yang
bersangkutan.
b. memiliki pengalaman dan/atau memiliki akses/jejaring kompetensi pada
bidang usaha bersangkutan;
c. tidak pernah dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan;
d. tidak bertindak sebagai perantara (broker) bagi pihak lain dalam
pelaksanaan pendayagunaan Aset Tetap BUMN.
BGS dan BSG
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
1. Jangka waktu kerjasama BGS dan BSG ditetapkan dalam perjanjian
KSO/KS
U sesuai dengan perhitungan bisnis dengan memperhatikan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan.
Sewa
2. Kerjasama dapat diperpanjang, dengan ketentuan:
Pinjam a. Kerjasama telah berjalan sekurang-kurangnya 75% dari jangka waktu
kerjasama, kecuali apabila perpanjangan dilakukan sebagai hasil
negosiasi dalam rangka perbaikan perjanjian yang lebih
menguntungkan bagi BUMN.
b. Aset Tetap, termasuk sarana dan/atau prasarana yang diterima dari
penyerahan kerjasama sebelumnya, diperhitungkan sebagai milik BUMN
dalam menghitung kompensasi yang akan diterima BUMN.
BGS dan BSG
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G C. Dalam hal terdapat peningkatan kualitas dan/atau kuantitas bangunan
KSO/KS dan/atau sarana berikut fasilitas lainnya, maka perpanjangan dilakukan
U
dengan menggunakan pola BSG.
Sewa d. Dalam hal tidak terdapat peningkatan kualitas dan/atau kuantitas
bangunan dan/atau sarana berikut fasilitas lainnya, maka perpanjangan
Pinjam
dilakukan dengan menggunakan pola KSO, KSU, atau Sewa.
e. Dilakukan Pemilihan Mitra dan BUMN dapat memberikan hak kepada
Mitra terdahulu untuk melakukan penawaran terhadap penawar terbaik
(Right To Match/RTM) dalam bidding, dengan ketentuan selama
pelaksanaan kerjasama Mitra tidak pernah melakukan pelanggaran
perjanjian kerjasama/wanprestasi.
BGS dan BSG
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
g. Mitra terdahulu dapat ditunjuk tanpa melakukan Pemilihan Mitra, apabila :
KSO/KS
U 1) perpanjangan terjadi sebagai hasil negosiasi dalam rangka perbaikan
perjanjian yang lebih menguntungkan bagi BUMN; dan
Sewa
2) besaran kompensasi yang diterima oleh BUMN dari perpanjangan
Pinjam kerjasama ditentukan berdasarkan perhitungan dari konsultan independen
dan/atau BPKP dan/atau mengacu pada perjanjian sejenis pada waktu
yang sama atau hampir bersamaan, dimana Mitra dipilih melalui tata cara
Pemilihan Mitra.
h. Apabila dalam perpanjangan kerjasama yang terpilih adalah Mitra
terdahulu dan jangka waktu kerjasama dengan Mitra belum berakhir, maka
BUMN harus memberikan persyaratan tambahan kepada Mitra bahwa
perpanjangan kerjasama dapat dibatalkan, apabila Mitra melakukan
pelanggaran perjanjian kerjasama/wanprestasi disisa jangka waktu
kerjasama terdahulu.
BGS dan BSG
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
1. Memberi kompensasi kepada BUMN setiap tahun atau periode tertentu
KSO/KS
U yang jenis dan besarnya ditetapkan dalam perjanjian. Kompensasi tersebut
harus memperhitungkan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan
Sewa
peraturan perundangan-undangan, termasuk pajak atas pengalihan Aset
Pinjam Tetap kepada BUMN pada saat berakhirnya masa perjanjian.
2. Mengasuransikan bangunan, sarana dan/atau prasarana yang menjadi
objek kerjasama atas beban Mitra.
3. Membayar PBB dan/atau biaya-biaya lain yang ditimbulkan atas Aset Tetap
yang dikerjasamakan atas beban Mitra.
4. Menyampaikan laporan mengenai kondisi dan/atau perbaikan bangunan,
sarana dan/atau prasarana yang menjadi objek kerjasama kepada BUMN
secara periodik sesuai dengan perjanjian kerjasama.
5. Memelihara bangunan, sarana dan/atau prasarana yang menjadi objek
kerjasama.
BGS dan BSG
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G 6. Menyerahkan Aset Tetap yang dikerjasamakan beserta bangunan, sarana
KSO/KS dan/atau prasarana yang terletak di atas Aset Tetap yang dikerjasamakan
U
tersebut kepada BUMN dalam keadaan baik/layak fungsi, membongkar
Sewa Aset Tetap yang harus dibongkar, dan menjamin bebas dari segala
Pinjam tuntutan hukum dan hak-hak pihak ketiga pada saat berakhirnya
perjanjian kerjasama.
7. Menyediakan/memberikan jaminan berupa sinking fund selama perjanjian
berlangsung dalam suatu escrow account yang disesuaikan dengan masa
kerjasama (100% nilai investasi dibagi masa kerjasama), yang disepakati
antara BUMN dengan Mitra sebagai jaminan dilakukannya pemeliharaan,
perbaikan, dan/atau penggantian bagian dari Aset Tetap yang menjadi
objek kerjasama, sehingga penyerahan Aset Tetap kepada BUMN dalam
keadaan baik/layak fungsi, termasuk membongkar Aset Tetap yang harus
dibongkar. Ketentuan ini tidak mengurangi kewenangan Direksi untuk
memperjanjikan biaya lain sesuai dengan karakter kerjasama.
BGS dan BSG
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
8. Pelaksanaan sinking fund, dalam hal kerjasama dilakukan dengan BUMN,
KSO/KS
U Anak Perusahaan, atau Perusahaan Terafiliasi, dilakukan sesuai dengan
kesepakatan bersama.
Sewa
9. Apabila perjanjian telah berakhir, maka sinking fund dikembalikan kepada
Pinjam Mitra setelah diperhitungkan dengan biaya pemeliharaan, perbaikan,
dan/atau penggantian bagian dari Aset Tetap dan/atau pembongkaran
yang menjadi objek kerjasama yang belum dipenuhi oleh Mitra.
KSO dan KSU
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
KSO/KS 1. Yang menjadi objek kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara KSO
U
dan KSU adalah Aset Tetap BUMN berupa tanah, bangunan dan/atau Aset
Sewa Tetap lainnya.
2. Objek KSO dan KSU tersebut diperhitungkan sebagai keikutsertaan BUMN
Pinjam
dalam KSO dan KSU yang bersangkutan
KSO dan KSU
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
KSO/KS
U

Sewa

Pinjam

Tata cara pemilihan Mitra dalam rangka kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap
dengan cara BGS dan BSG, berlaku mutatis mutandis terhadap pemilihan mitra dalam
rangka kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara KSO dan KSU
KSO dan KSU
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
KSO/KS
U

Sewa

Pinjam

Persyaratan Mitra dalam rangka kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara
BSG dan BSG, berlaku mutatis mutandis terhadap persyaratan mitra dan dalam
rangka kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara KSO dan KSU
KSO dan KSU
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
KSO/KS
U

Sewa

Pinjam

Ketentuan mengenai jangka waktu kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara
BGS dan BSG, berlaku mutatis mutandis terhadap ketentuan jangka waktu kerjasama
Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara KSO dan KSU
KSO dan KSU
Pemilihan Jangka Kewajiban
Cara Objek Mitra
Mitra Waktu Mitra
BGS/BS
G
KSO/KS
U

Sewa

Pinjam
Ketentuan mengenai kewajiban Mitra dengan cara BGS dan BSG, sama cara KSO dan
KSU, kecuali dalam KSO dan KSU terdapat Hak dan kewajiban BUMN dan Mitra
termasuk hak untuk menempatkan wakil pada manajemen pengelolaan KSO
ditetapkan dalam perjanjian kerjasama.
Sewa
Cara
BGS/BS
G
KSO/KS
U

Sewa
Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Sewa dilakukan dengan
Pinjam
tetap mengutamakan Pendayagunaan dengan cara BGS, BSG,
KSO, dan KSU terlebih dahulu, kecuali dimungkinkan sesuai
ketentuan internal perusahaan atau berdasarkan kajian bisnis
cara Sewa lebih menguntungkan
Sewa
Pemilihan Jangka Kewajiban Aset Tetap
Cara Objek Uang Sewa
Mitra Waktu Mitra Sewaan
BGS/BS
G
KSO/KS
U

Sewa

Pinjam

Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Sewa, dilakukan terhadap Aset Tetap BUMN
berupa tanah, bangunan dan/atau Aset Tetap lainnya
Sewa
Pemilihan Jangka Kewajiban Aset Tetap
Cara Objek Uang Sewa
Mitra Waktu Mitra Sewaan
BGS/BS
G
KSO/KS
U
1. Pemilihan Mitra Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Sewa, dalam rangka
Sewa kerjasama yang berkarakter jangka panjang yaitu lebih dari 5 tahun (Sewa jangka
Pinjam panjang), diutamakan dilakukan sesuai dengan tata cara pemilihan Mitra dalam
rangka Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara BGS dan BSG.
2. Pemilihan Mitra dalam rangka kerjasama yang berkarakter jangka pendek yaitu
sampai dengan 5 tahun (Sewa jangka pendek), dilakukan terhadap calon Mitra
yang mengajukan permohonan untuk menyewa Aset Tetap tersebut.
3. Dalam hal pemilihan Mitra dalam rangka Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara
Sewa sebagaimana dimaksud pada angka 1. tidak dapat dilakukan, dapat
dilakukan terhadap calon Mitra yang mengajukan permohonan untuk menyewa
Aset Tetap tersebut.
Sewa
Pemilihan Jangka Kewajiban Aset Tetap
Cara Objek Uang Sewa
Mitra Waktu Mitra Sewaan
BGS/BS
G
KSO/KS
U

Sewa

Pinjam

Ketentuan mengenai jangka waktu kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara
BGS dan BSG, berlaku mutatis mutandis terhadap ketentuan jangka waktu kerjasama
Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Sewa
Sewa
Pemilihan Jangka Kewajiban Aset Tetap
Cara Objek Uang Sewa
Mitra Waktu Mitra Sewaan
BGS/BS
G
KSO/KS 1. BUMN berhak mendapatkan uang Sewa tahunan atau periode tertentu
U
dari Mitra yang dibayarkan sekaligus dimuka yang dituangkan dalam
Sewa perjanjian.
2. Uang Sewa tersebut harus memperhitungkan:
Pinjam a. Pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan.
b. Asuransi objek Sewa;
c. Biaya pemeliharaan objek Sewa termasuk sarana dan prasarana yang
melekat pada objek Sewa.
d. Pajak Bumi dan Bangunan.
e. Biaya atau kewajiban lainnya yang terkait dengan objek Sewa.
3. Tarif uang Sewa tersebut ditetapkan oleh Direksi dengan memperhatikan
rencana penggunaan oleh Mitra, nilai pasar setempat, estimasi kenaikan
nilai asset, dan faktor lain yang relevan
Sewa
Pemilihan Jangka Kewajiban Aset Tetap
Cara Objek Uang Sewa
Mitra Waktu Mitra Sewaan
BGS/BS
G
KSO/KS 1. Kewajiban Mitra selama jangka waktu sewa:
U
a. Membayar uang Sewa kepada BUMN setiap tahun atau periode tertentu yang
Sewa dibayarkan sekaligus dimuka yang dituangkan dalam perjanjian (memperhitungkan
PPh)
Pinjam b. Mengasuransikan objek Sewa termasuk sarana dan/atau prasarana yang melekat
dengan objek Sewa atas nama BUMN pemilik objek Sewa atas beban Mitra,
apabila objek Sewa tersebut belum diasuransikan oleh BUMN
c. Memelihara objek Sewa, termasuk sarana dan/atau prasarana yang melekat
dengan objek Sewa.
d. Membayar kewajiban perpajakan dan/atau biaya lainnya yang ditimbulkan atas
objek Sewa.
e. Menyerahkan objek Sewa kepada BUMN dalam keadaan baik/layak fungsi,
membongkar Aset Tetap yang harus dibongkar, dan menjamin bebas dari segala
tuntutan hukum dan hak-hak pihak ketiga pada saat berakhirnya Sewa.
Sewa
Pemilihan Jangka Kewajiban Aset Tetap
Cara Objek Uang Sewa
Mitra Waktu Mitra Sewaan
BGS/BS
G
KSO/KS
U

Sewa f. Menyediakan/memberikan jaminan berupa sinking fund selama perjanjian


berlangsung dalam suatu escrow account yang disesuaikan dengan masa
Pinjam kerjasama (100% dari nilai investasi dibagi masa kerjasama), yang disepakati
antara BUMN dengan Mitra sebagai jaminan dilakukannya pemeliharaan,
perbaikan, dan/atau penggantian bagian dari Aset Tetap yang menjadi objek
kerjasama, sehingga penyerahan Aset Tetap kepada BUMN dalam keadaan
baik/layak fungsi, termasuk membongkar Aset Tetap yang harus dibongkar
sebagaimana dimaksud pada huruf e, dalam hal kerjasama dilakukan dengan
Sewa jangka panjang. Ketentuan ini tidak mengurangi kewenangan Direksi
untuk memperjanjikan biaya lain sesuai dengan karakter kerjasama.
Sewa
Pemilihan Jangka Kewajiban Aset Tetap
Cara Objek Uang Sewa
Mitra Waktu Mitra Sewaan
BGS/BS
G
KSO/KS
U

Sewa 2. Kewajiban Mitra untuk menyediakan/memberikan jaminan berupa sinking fund


sebagaimana dimaksud pada huruf f, dikecualikan apabila Sewa dilakukan dalam
Pinjam jangka pendek
3. Pelaksanaan sinking fund, dalam hal kerjasama dilakukan dengan BUMN, Anak
Perusahaan, atau Perusahaan Terafiliasi, dilakukan sesuai dengan kesepakatan
bersama
4. Apabila perjanjian telah berakhir, maka sinking fund dikembalikan kepada Mitra
setelah diperhitungkan dengan biaya pemeliharaan, perbaikan, dan/atau
penggantian bagian dari Aset Tetap dan/atau pembongkaran yang menjadi objek
kerjasama yang belum dipenuhi oleh Mitra
Sewa
Pemilihan Jangka Kewajiban Aset Tetap
Cara Objek Uang Sewa
Mitra Waktu Mitra Sewaan
BGS/BS
G
KSO/KS
U 1. Direksi dapat menetapkan Aset Tetap tertentu sebagai Aset Tetap untuk sewaan
berdasarkan persetujuan RUPS/Menteri. Persetujuan RUPS/Menteri tersebut
Sewa
dapat diberikan sekaligus terhadap beberapa Aset Tetap.
Pinjam 2. Penetapan Aset Tetap sewaan tersebut tidak boleh mengganggu kegiatan
operasional perusahaan.
3. Pendayagunaaan aset tetap sewaan dengan cara Sewa kepada Mitra dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan Sewa tersebut di atas.
4. Sepanjang belum diatur dalam anggaran dasar, Aset Tetap yang telah ditetapkan
menjadi Aset Sewaan, baik sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini maupun
yang penetapannya dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri ini, pelaksanaan
Sewanya, termasuk penetapan tarif Sewa, sepenuhnya menjadi kewenangan
Direksi, dengan tetap mengupayakan hasil yang optimal bagi perusahaan.
Pinjam Pakai
Cara
BGS/BS
G Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Pinjam Pakai dilakukan dengan tetap
KSO/KS mengutamakan Pendayagunaan dengan cara BGS, BSG, KSO, KSU, dan Sewa
U terlebih dahulu, kecuali :
Sewa 1.dimungkinkan sesuai ketentuan internal perusahaan dan berdasarkan kajian bisnis
cara Pinjam Pakai lebih menguntungkan;
Pinjam 2.dilakukan dalam rangka kepentingan BUMN yang lebih besar; atau
3.sepanjang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan pemanfaatan Aset Tetap
dimaksud tidak dapat dilaksanakan dengan cara lain.
Pinjam Pakai
Cara Objek Kompensasi
BGS/BS
G
KSO/KS
U

Sewa

Pinjam
Ketentuan mengenai objek dan tata cara pemilihan Mitra dalam rangka
Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Sewa, mutatis mutandis berlaku
terhadap Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara Pinjam Pakai
Pinjam Pakai
Cara Objek Kompensasi
BGS/BS
G
KSO/KS 1. BUMN berhak mendapatkan kompensasi dari Mitra yang dituangkan dalam
U perjanjian.
Sewa 2. Kompensasi tersebut diutamakan berupa uang, namun dapat berupa non uang
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundangan-undangan
Pinjam
3.
1. 2.
Proses
Prinsip Umum Pendayagunaan
Persetujuan

6.
4. 5.
Dalam Rangka
Perjanjian Evaluasi
Pemindahtanganan

7.
Dalam Rangka 8.
9.
Penyelesaian Vehicle dan
Lain-lain
Masalah Penugasan
Persetujuan Oleh Dekom/Dewas
Dekom/
Dewas
Permohonan
RUPS/
Menteri
Direksi Dekom/Dewas

Untuk BGS, BSG, KSO, KSU, atau Sewa/Pinjam Pakai Jangka Panjang, permohonan disertai
dengan:
1.alasan dan pertimbangan Pendayagunaan Aset Tetap;
2.penjelasan mengenai objek Pendayagunaan Aset Tetap, sekurang-
kurangnya tentang jenis, lokasi, dan kondisi Aset Tetap, status kepemilikan/ penguasaan, dan peruntukan
Aset Tetap sesuai dengan Rencana Umum
Tata Ruang (RUTR).
3.penjelasan mengenai proses pemilihan Mitra;
4.penjelasan mengenai Mitra, sekurang-kurangnya tentang nama, tempat kedudukan, jenis usaha, modal
disetor, total aset, susunan keanggotaan Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, serta
pemegang saham pengendali;
5.hasil Studi Kelayakan secara komprehensif dan rencana bisnis yang meliputi aspek operasional,
finansial, hukum dan pasar, serta kajian manajemen risiko dan mitigasi atas risiko tersebut;
6.dokumen pendukung, sekurang-kurangnya bukti kepemilikan/penguasaan, data lokasi, dokumen
penetapan RUTR, anggaran dasar, dan laporan keuangan Mitra 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit
7.Pakta Integritas yang ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi.
Persetujuan Oleh Dekom/Dewas
Dekom/
Dewas
Permohonan
RUPS/
Menteri
Direksi Dekom/Dewas

Untuk Sewa/Pinjam Pakai Jangka Pendek, permohonan disertai dengan:


1.alasan dan pertimbangan Pendayagunaan Aset Tetap;
2.penjelasan mengenai objek Pendayagunaan Aset Tetap, sekurang-
kurangnya tentang jenis, lokasi, dan kondisi Aset Tetap, status kepemilikan/penguasaan, dan
peruntukan Aset Tetap sesuai dengan RUTR;
3.penjelasan mengenai Mitra, sekurang-kurangnya tentang nama, dan tempat kedudukan;
4.Perhitungan imbalan tunai untuk Sewa atau kompensasi Pinjam Pakai; dan
5.Pakta Integritas yang ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi.
Persetujuan Oleh Dekom/Dewas
Dekom/
Dewas
Persetujuan/
RUPS/ Penolakan
Menteri
Direksi Dekom/Dewas

1. Dewan Komisaris/Dewan Pengawas memberikan persetujuan atau penolakan selambat-


lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima permohonan dari Direksi.
2. Dalam hal Dewan Komisaris/Dewan Pengawas belum dapat memberikan persetujuan
tertulis karena memerlukan data atau informasi tambahan, maka hal tersebut harus
disampaikan secara tertulis kepada Direksi dalam kurun waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
menerima permohonan dari Direksi.
3. Apabila terjadi keadaan sebagaimana dimaksud angka 2, Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas sudah harus memberikan persetujuan atau penolakan selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari sejak menerima atau memperoleh data atau informasi tambahan yang
dibutuhkan.
Persetujuan Oleh RUPS/Menteri (sesuai
AD)
Dekom/ Setelah menerima persetujuan/penolakan Dekom/Dewas:
Dewas
Permohonan
RUPS/
Menteri
Direksi RUPS/Menteri

Untuk BGS, BSG, KSO, KSU, atau Sewa/Pinjam Pakai Jangka Panjang, permohonan disertai dengan:
1.alasan dan pertimbangan Pendayagunaan Aset Tetap;
2.penjelasan mengenai objek Pendayagunaan Aset Tetap, sekurang-kurangnya tentang jenis, lokasi, dan
kondisi Aset Tetap, status kepemilikan, dan peruntukan Aset Tetap sesuai dengan RUTR;
3.penjelasan mengenai proses pemilihan Mitra;
4.penjelasan mengenai Mitra, sekurang-kurangnya tentang nama, tempat kedudukan, jenis usaha, modal
disetor, total Aset, susunan keanggotaan Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas;
5.hasil Studi Kelayakan secara komprehensif dan rencana bisnis yang meliputi aspek operasional, finansial,
hukum dan pasar, serta kajian manajemen risiko dan mitigasi atas risiko tersebut;
6.dokumen pendukung, sekurang-kurangnya terdiri dari bukti kepemilikan/penguasaan, data lokasi, dokumen
penetapan RUTR, anggaran dasar, dan laporan keuangan Mitra dua tahun terakhir yang telah diaudit.
7.tanggapan tertulis atau penjelasan mengenai tidak adanya tanggapan tertulis Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas; dan
8.Pakta Integritas yang ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi.
Persetujuan Oleh RUPS/Menteri (sesuai
AD)
Dekom/ Setelah menerima persetujuan/penolakan Dekom/Dewas:
Dewas

RUPS/ Permohonan
Menteri
Direksi RUPS/Menteri
Untuk Sewa/Pinjam Pakai Jangka Pendek , permohonan disertai dengan:
1.alasan dan pertimbangan Pendayagunaan Aset Tetap;
2.penjelasan mengenai objek Pendayagunaan Aset Tetap, sekurang-kurangnya tentang jenis,
lokasi, dan kondisi Aset Tetap, status kepemilikan/penguasaan, dan peruntukan Aset Tetap
sesuai RUTR;
3.penjelasan mengenai Mitra, sekurang-kurangnya tentang nama dan tempat kedudukan;
4.Perhitungan imbalan tunai untuk Sewa atau kompensasi Pinjam Pakai;
5.tanggapan tertulis Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN atau penjelasan mengenai tidak
adanya tanggapan tertulis Dewan Komisaris/Dewan Pengawas; dan
6.Pakta Integritas yang ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi.
Persetujuan Oleh RUPS/Menteri (sesuai
AD)
Dekom/
Dewas
Persetujuan/
RUPS/ Penolakan
Menteri
Direksi RUPS/Menteri

1. RUPS/Menteri memberikan persetujuan atau tanggapan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)


hari setelah menerima permohonan dari Direksi.
2. Dalam hal RUPS/Menteri belum dapat memberikan persetujuan tertulis karena memerlukan
data atau informasi tambahan, maka hal tersebut harus disampaikan secara tertulis kepada
Direksi dalam kurun waktu 30 (tiga puluh) hari setelah menerima permohonan dari Direksi.
3. Apabila terjadi keadaan sebagaimana angka 2, RUPS/Menteri sudah harus memberikan
persetujuan atau penolakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak menerima atau
memperoleh data atau informasi tambahan yang dibutuhkan.
3.
1. 2.
Proses
Prinsip Umum Pendayagunaan
Persetujuan

6.
4. 5.
Dalam Rangka
Perjanjian Evaluasi
Pemindahtanganan

7.
Dalam Rangka 8.
9.
Penyelesaian Vehicle dan
Lain-lain
Masalah Penugasan
Perjanjian Pendayagunaan Aset Tetap
1. Muatan perjanjian 1. Identitas para pihak, termasuk dasar
kewenangan pihak yang menandatangani;
(paling kurang)
2. Objek perjanjian;
2. Muatan perjanjian BGS 3. Ruang lingkup;
4. Saat mulai dan jangka waktu perjanjian;
dan BSG (paling 5. Kompensasi dan cara pembayaran atau
kurang) penyerahan kompensasi;
6. Hak dan kewajiban para pihak;
3. Perjanjian dibuat dalam 7. Berakhirnya perjanjian serta konsekuensi yang
bahasa Indonesia ditimbulkan, termasuk penyerahan kembali objek
perjanjian kepada BUMN;
4. Perjanjian yang 8. Mekanisme pengambilalihan Aset Tetap yang
berlokasi di luar negeri dikerjasamakan sebelum
dapat dibuat dalam berakhirnya perjanjian, apabila dibutuhkan oleh
BUMN;
Bahasa Inggris
Perjanjian Pendayagunaan Aset Tetap
1. Muatan perjanjian 9. Cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak
tidak memenuhi kewajibannya;
(paling kurang)
10.Pemutusan kontrak secara sepihak;
2. Muatan perjanjian BGS 11.Keadaan memaksa (force majeure);
12.Penyelesaian sengketa yang mengutamakan
dan BSG (paling penyelesaian melalui musyawarah
kurang) dan alternatif penyelesaian sengketa beserta
domisili hukum; dan
3. Perjanjian dibuat dalam 13.Jaminan pihak Mitra untuk bertanggungjawab
bahasa Indonesia atas segala kewajiban kepada pihak ketiga yang
timbul selama masa perjanjian, apabila tidak
4. Perjanjian yang diselesaikan sampai dengan berakhirnya masa
berlokasi di luar negeri perjanjian.
dapat dibuat dalam 14.Sinking fund (kecuali Pinjam Pakai atau Sewa
jangka pendek)
Bahasa Inggris
Perjanjian Pendayagunaan Aset Tetap
1. Muatan perjanjian (paling 1. Jaminan pelaksanaan;
kurang) 2. Standar kinerja pelayanan;
3. Alih pengetahuan (transfer of knowledge);
2. Muatan perjanjian BGS
4. Larangan pengalihan subyek perjanjian
dan BSG (paling kurang)
kerjasama;
3. Perjanjian dibuat dalam 5. Laporan keuangan dari Mitra dalam rangka
bahasa Indonesia pelaksanaan perjanjian yang diperiksa secara
tahunan oleh auditor independen; dan
4. Perjanjian yang berlokasi 6. Mekanisme pengawasan kinerja Mitra dalam
di luar negeri dapat dibuat pelaksanaan perjanjian.
dalam Bahasa Inggris
3.
1. 2.
Proses
Prinsip Umum Pendayagunaan
Persetujuan

6.
4. 5.
Dalam Rangka
Perjanjian Evaluasi
Pemindahtanganan

7.
Dalam Rangka 8.
9.
Penyelesaian Vehicle dan
Lain-lain
Masalah Penugasan
Evaluasi
Direksi wajib melakukan evaluasi
secara periodik terhadap
pemenuhan kewajiban dan hak
para pihak sesuai perjanjian

Untuk BGS, BSG, KSO dan KSU, evaluasi juga


dilakukan terhadap kinerja keuangan dan
operasional
3.
1. 2.
Proses
Prinsip Umum Pendayagunaan
Persetujuan

6.
4. 5.
Dalam Rangka
Perjanjian Evaluasi
Pemindahtanganan

7.
Dalam Rangka 8.
9.
Penyelesaian Vehicle dan
Lain-lain
Masalah Penugasan
Dalam Rangka
Pemindahtanganan
1. BUMN dapat melakukan Pendayagunaan Aset Tetap terlebih dahulu
guna meningkatkan nilai Aset Tetap, dalam rangka Pemindahtanganan
Aset Tetap dimaksud.
2. Dalam rangka sinergi, BUMN dapat bekerjasama dengan BUMN lain
dan/atau Anak Perusahaan BUMN sebagai Mitra untuk melakukan
Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka pemindahtanganan, dimana
dalam kerjasama dimaksud, BUMN memindahtangankan terlebih
dahulu Aset Tetapnya kepada Mitra untuk didayagunakan dalam rangka
dipindahtangankan kepada pihak ketiga. Kompensasi yang diterima oleh
BUMN diperhitungkan seperti Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka
pemindahtanganan, dengan ketentuan cara pembayaran dapat
dilakukan secara tunai dan/atau bentuk lain yang mekanismenya harus
diatur secara jelas dalam perjanjian kerjasama antara BUMN dengan
BUMN lain dan/atau Anak Perusahaan BUMN sebagai Mitra.
Dalam Rangka
Pemindahtanganan
3. Pemilihan dan persyaratan Mitra dalam rangka Pendayagunaan Aset Tetap,
dilakukan dengan menggunakan tata cara pemilihan dan persyaratan Mitra
yang berlaku bagi kerjasama dalam bentuk BGS, BSG, KSO atau KSU.
4. Dalam pengajuan permohonan persetujuan Pendayagunaan Aset Tetap
dalam rangka Pemindahtanganan Aset Tetap sebagaimana dimaksud pada
angka 1, dijelaskan bahwa Pendayagunaan Aset tetap dilakukan untuk
meningkatkan nilai Aset Tetap dan selanjutnya akan dilakukan
Pemindahtanganan Aset Tetap dimaksud, termasuk apabila terjadi keadaan
sebagaimana dimaksud pada angka 2.
5. Secara prinsip Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka Pemindahtanganan
menyebabkan beralihnya kepemilikan Aset, maka persetujuan Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas dan/atau RUPS/Menteri diperlukan sepanjang
Anggaran Dasar mengatur bahwa Pemindahtanganan Aset Tetap dimaksud
perlu persetujuan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas dan/atau
RUPS/Menteri. Proses persetujuan Pendayagunaan Aset Tetap dengan cara
BGS/BSG berlaku mutatis mutandis terhadap proses persetujuan
Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka Pemindahtanganan Aset Tetap
Dalam Rangka
Pemindahtanganan
6. Persetujuan Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka Pemintahtanganan
Aset Tetap diberikan dalam satu persetujuan.
7. Jangka waktu persetujuan sebagaimana dimaksud pada angka 6 sesuai
dengan hasil kajian bisnis Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka
Pemindahtanganan Aset Tetap.
8. Kajian bisnis sebagaimana dimaksud pada angka 7, antara lain meliputi
perkiraan nilai Aset Tetap pada saat kerjasama dilakukan, nilai asset pada
akhir jangka waktu kerjasama Pendayagunaan Aset Tetap atau pada saat
Pemindahtanganan Aset Tetap dilakukan, kajian hukum, serta kajian
mengenai keuntungan bagi BUMN dengan menggunakan cara tersebut.
9. Kajian bisnis sebagaimana dimaksud pada angka 7, dilakukan oleh Direksi
dan dapat menggunakan jasa konsultan independen.
10. Mitra yang bekerjasama dalam rangka Pendayagunaan Aset Tetap yang
bersangkutan, dapat menjadi pembeli Aset Tetap yang didayagunakan,
baik sebagian maupun seluruhnya, dengan ketentuan pembelian tersebut
diperjanjikan sejak awal kerjasama dilakukan
3.
1. 2.
Proses
Prinsip Umum Pendayagunaan
Persetujuan

6.
4. 5.
Dalam Rangka
Perjanjian Evaluasi
Pemindahtanganan

7.
Dalam Rangka 8.
9.
Penyelesaian Vehicle dan
Lain-lain
Masalah Penugasan
Dalam Rangka Penyelesaian Permasalahan
1. Dapat dilakukan terhadap Aset Tetap berupa tanah yang diduduki/dikuasai
instansi pemerintah/masyarakat atau sedang dalam proses penyelesaian
permasalahan hukum.
2. Aset Tetap berupa tanah yang diduduki/dikuasai adalah Aset Tetap berupa
tanah yang telah diduduki/dikuasai instansi pemerintah/masyarakat
sebelum Peraturan Menteri ini ditetapkan.
3. Pemilihan dan persyaratan Mitra dilakukan dengan menggunakan tata cara
pemilihan dan persyaratan Mitra yang berlaku bagi kerjasama dalam
bentuk BGS, BSG, KSO atau KSU.
4. Mitra berkewajiban untuk menyelesaikan permasalahan
pendudukan/penguasaan Aset Tetap atau permasalahan hukum.
Penyelesaian permasalahan dimaksud dapat dilakukan oleh BUMN dengan
ketentuan biaya yang timbul menjadi beban Mitra.
5. Mitra yang bekerjasama dengan BUMN kompensasinya dapat berupa
sebagian dari Aset Tetap dimaksud, apabila kompensasi tersebut
merupakan alternatif yang paling menguntungkan bagi BUMN.
Dalam Rangka Penyelesaian Permasalahan
6. Dalam hal kompensasi berupa sebagian Aset Tetap, pengajuan
permohonan persetujuan Pendayagunaan Aset Tetap sekaligus
permohonan Pemindahtanganan Aset Tetap sebagai kompensasi .
7. Persetujuan Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka penyelesaian
permasalahan dengan kompensasi tersebut diberikan dalam satu
persetujuan dengan Jangka waktu persetujuan yang disesuaikan dengan
hasil kajian Pendayagunaan Aset Tetap dalam rangka penyelesaian
permasalahan.
8. Kajian dimaksud, antara lain meliputi perkiraan nilai Aset Tetap pada saat
perjanjian, kajian hukum, dan kajian mengenai keuntungan dari cara
Pendayagunaan Aset Tetap bagi BUMN.
9. Kajian dimaksud, dilakukan oleh Direksi dan dapat menggunakan jasa
konsultan independen.
3.
1. 2.
Proses
Prinsip Umum Pendayagunaan
Persetujuan

6.
4. 5.
Dalam Rangka
Perjanjian Evaluasi
Pemindahtanganan

7.
Dalam Rangka 8.
9.
Penyelesaian Vehicle dan
Lain-lain
Masalah Penugasan
Untuk dan Atas Nama (Vehicle)
1. BUMN dapat bekerjasama dengan BUMN lain atau Anak
Perusahaan BUMN, untuk dan atas nama BUMN yang
bersangkutan melaksanakan Pendayagunaan Aset Tetap
BUMN bekerjasama dengan pihak lain sebagai Mitra.
Penunjukan Mitra dapat dilakukan dengan Penunjukan
Langsung dengan memprioritaskan Anak Perusahaan
BUMN yang bersangkutan.
2. Penunjukan pihak lain sebagai Mitra oleh BUMN lain atau
Anak Perusahaan BUMN, dilakukan oleh BUMN lain atau
Anak Perusahaan BUMN dengan berpedoman pada
Peraturan Menteri ini.
3. Kerjasama BUMN dengan BUMN lain dan/atau Anak
Perusahaan BUMN dituangkan dalam perjanjian.
4. Pendayagunaan Aset Tetap oleh BUMN lain dan/atau Anak
Perusahaan BUMN untuk dan atas nama BUMN, dapat
dilakukan dalam rangka menjadikan Aset Tetap yang tidak
clear and clean menjadi clear and clean.
Penugasan
1. Kerjasama BUMN dengan Anak Perusahaan
BUMN yang bersangkutan dalam rangka
pendayagunaan Aset Tetap BUMN, termasuk
dalam rangka pemindahtanganan, dapat
dilakukan melalui mekanisme penugasan.
2. Dalam hal Pendayagunaan Aset Tetap BUMN
dilakukan melalui penugasan kepada Anak
Perusahaan BUMN yang bersangkutan
sebagaimana dimaksud pada angka 1, BUMN
memberikan kompensasi kepada Anak
Perusahaan berupa penggantian biaya pokok
pelaksanaan Pendayagunaan Aset Tetap BUMN
ditambah marjin dengan nilai yang wajar.
3.
1. 2.
Proses
Prinsip Umum Pendayagunaan
Persetujuan

6.
4. 5.
Dalam Rangka
Perjanjian Evaluasi
Pemindahtanganan

7.
Dalam Rangka 8.
9.
Penyelesaian Vehicle dan
Lain-lain
Masalah Penugasan
Lain-Lain
1. Pendayagunaan Aset Tetap berupa tanah Hak
Pengelolaan (HPL) yang di atasnya diterbitkan Hak
Guna Bangunan (HGB) atas nama Mitra atau pihak
lain, maka HGB tersebut dapat dipindahtangankan
atau diagunkan yang diatur dalam perjanjian.
2. Pendayagunaan Aset Tetap yang sudah dilaksanakan
sebelum dikeluarkannya Peraturan Menteri ini masih
tetap berlaku. Direksi wajib melakukan evaluasi atas
kerjasama yang telah berlangsung, dan apabila
merugikan BUMN, maka Direksi melakukan
re-negosiasi dengan tetap memperhatikan ketentuan
peraturan perudang-undangan di bidang perjanjian.
3. Pendayagunaan Aset Tetap yang sedang dalam proses
pengkajian dan/atau proses persetujuan pada saat
Peraturan Menteri ini ditetapkan, prosesnya dapat
terus dilanjutkan, sepanjang telah sesuai dengan
Peraturan Menteri ini.
Dinamika
hukum dalam
pengelolaan
BUMN pasca
putusan MK
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
1 NOMOR 62/PUU-XI/2013

“Menyatakan menolak permohonan para Pemohon untuk seluruhnya”

Artinya:
1. Pasal 2 hurug g dan i UU Keuangan Negara dan Pasal 6 ayat (1), Pasal 9 ayat (1) huruf
b, Pasal 10 ayat (1) dan ayat (3) huruf b, Pasal 11 huruf a UU BPK tetap berlaku;
2. Kekayaan BUMN merupakan bagian dari Keuangan Negara;
3. DPR dan BPK dapat melakukan pengawasan kepada BUMN.
PERTIMBANGAN HUKUM MAHKAMAH KONSITUSI SEBAGAI
DASAR PUTUSAN (1/5)
1. Pada hakikatnya BUMN, BUMD, atau nama lain yang sejenisnya yang
seluruh atau sebagian besar sahamnya merupakan milik negara adalah
merupakan kepanjangan tangan negara, dalam hal ini Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah
2. Fungsi BUMN merupakan derivasi dari penguasaan negara atas cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak serta sumber daya alam indonesia sebagai bagian dari fungsi
dan tujuan negara dalam negara kesejahteraan (Welfare State). Itulah
pengertian yang lebih teknis dari BUMN, BUMD, atau nama lain yang
sejenisnya sebagai kepanjangan tangan negara
3. Pemisahan kekayaan Negara tidak dapat diartikan sebagai putusnya kaitan
negara dengan BUMN, BUMD, atau nama lain sejenisnya. Pemisahan
kekayaan negara pada BUMN, BUMD, atau nama lain sejenisnya hanyalah
dalam rangka memudahkan pengelolaan usaha dalam rangka bisnis
sehingga dapat mengikuti perkembangan dan persaingan dunia usaha dan
melakukan akumulasi modal, yang memerlukan pengambilan keputusan
dengan segera namun tetap dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
PERTIMBANGAN HUKUM MAHKAMAH KONSITUSI SEBAGAI
DASAR PUTUSAN (2/5)
4. BUMN, BUMD, atau nama lain yang sejenisnya adalah Badan usaha
kepunyaan negara, fungsinya menjalankan usaha sebagai derivasi dari
penguasaan negara atas cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan menguasai hajat hidup orang banyak serta sumber daya alam
indonesia), sebagian besar atau seluruh modal usaha berasal dari
keuangan negara yang dipisahkan, dan ditujukan untuk mencapai sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat
5. BUMN, BUMD, atau nama lain yang sejenisnya berbeda dengan dengan
Badan Hukum Privat yang juga menyelenggarakan usaha di satu pihak dan
berbeda pula dari Organ Penyelenggara Negara yang tidak
menyelenggarakan usaha, seperti lembaga negara dan kementerian atau
badan
6. Meskipun berbeda dengan Organ Penyelenggara Negara yang tidak
menyelenggarakan usaha maka BUMN, BUMD, atau nama lain yang
sejenisnya yang sejatinya melakukan pengelolaan terhadap keuangan
negara, berlaku pula pengawasan yang secara konstitusional merupakan
fungsi DPR dan BPK dengan menggunakan prinsip pemeriksaan yang
berbeda.
PERTIMBANGAN HUKUM MAHKAMAH KONSITUSI SEBAGAI
DASAR PUTUSAN (3/5)

7. Pemisahan kekayaan negara dilihat dari perspektif transaksi bukanlah


merupakan transaksi yang mengalihkan suatu hak sehingga akibat
hukumnya tidak terjadi peralihan hak dari Negara kepada BUMN, BUMD,
atau nama lain yang sejenisnya. Dengan demikian kekayaan negara yang
dipisahkan tersebut masih tetap menjadi kekayaan negara.
8. Oleh karena masih tetap sebagai Keuangan Negara, dan BUMN atau
BUMD sesungguhnya adalah milik negara, dan merupakan kepanjangan
tangan negara, maka tidak terdapat alasan bahwa BPK tidak berwenang
lagi memeriksanya. Meskipun demikian, supaya BUMN dan BUMD dapat
berjalan sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance, pengawas
internal, selain Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas masih tetap
relevan.
9. Terlepas dari permasalahan konstitusionalitas status keuangan BUMN ,
terdapat permasalahan lain yang harus dipertimbangkan, yaitu mengenai
paradigma fungsi BUMN atau BUMD sebagai kepanjangan tangan dari
Negara, yang dilaksanakan berdasarkan paradigma bisnis (Business
Judgement Rules) yang sungguh-sungguh berbeda dengan
penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan berdasarkan
paradigma pemerintahan (Government Judgement Rules).
PERTIMBANGAN HUKUM MAHKAMAH KONSITUSI SEBAGAI
DASAR PUTUSAN (4/5)

10. Kekayaan negara telah bertransformasi menjadi modal BUMN atau BUMD
sebagai modal usaha yang pengelolaannya tunduk paradigma usaha
(Business Judgement Rules), namun pemisahan kekayaan negara tersebut
tidak menjadikan beralih menjadi kekayaan BUMN atau kekayaan BUMD
yang terlepas dari kekayaan Negara, karena dari perspektif transaksi yang
terjadi jelas hanya pemisahan yang tidak dapat dikonstruksikan sebagai
pengalihan kepemilikan, oleh karenanya tetap sebagai kekayaan negara
dan dengan demikian kewenangan negara di bidang pengawasan tetap
berlaku.
11. Namun demikian, Paradigma Pengawasan Negara harus berubah, yaitu
tidak lagi berdasarkan paradigma pengelolaan kekayaan negara dalam
penyelenggaraan pemerintahan (Governmenr Judgement Rules),
melainkan berdasarkan paradigma usaha (Business Judgement Rules).
12. Dengan adanya perbedaan paradigma di atas, adalah merupakan ranah
kebijakan pembentuk UU bagaimana pengawasan tersebut diatur secara
tepat sesuai dengan hakikat dan kekhususan paradigma yang berbeda
antara yang satu dengan yang lain, yang demikian penyelenggara fungsi
pengawasan dapat berjalan dengan baik dan masing-masing
penyelenggara fungsi pemerintahan maupun bisnis dapat berjalan tanpa
keraguan.
PERTIMBANGAN HUKUM MAHKAMAH KONSITUSI SEBAGAI
DASAR PUTUSAN (5/5)
13. Ketentuan yang dipersoalkan dalam Putusan Mahkamah Nomor 77/PUU-
IX/2011 berbeda dengan ketentuan yang dimohonkan dalam
permohonan ini. Putusan Mahkamah Nomor 77/PUU-IX/2011 pada
pokoknya berkaitan dengan kewenangan BUMN melakukan tindakan
kepengurusan dan pengelolaan aset BUMN yang tunduk pada hukum
perseroan, sedangkan dalam permohonan ini, adalah berkaitan dengan
kewenangan BPK untuk melakukan pemeriksaan kekayaan negara yang
dipisahkan dalam BUMN, BUMD, atau nama lain yang sejenisnya. Dengan
demikian antara keduanya berbeda dan tidak dapat dipertentangkan.
14. Dalam perspektif pengelolaan keuangan negara dikelompokkan ke dalam
sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub
bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Khusus sub bidang
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, berlaku ketentuan
peraturan perundang-undangan tentang mekanisme pengelolaan
keuangan negara oleh badan hukum yang mengelola di bidang pendidikan
maupun yang mengelola bisnis terhadap cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak.
PERTIMBANGAN HUKUM MAHKAMAH KONSITUSI SEBAGAI
DASAR PUTUSAN (6/7)
15.BHMN PT, BUMN, BUMD, atau nama lain, atau yang lebih khusus lagi yang
menyelenggarakan amanah konstitusional dalam Pasal 31, Pasal 32, dan Pasal 33
UUD 1945 adalah sebagai kepanjangan tangan dari negara dalam menjalankan
sebagian fungsi dari negara untuk mencapai tujuan negara, yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa, atau memajukan kesejahteraan umum. Oleh karena itu, dari
perspektif modal badan hukum, atau nama lain yang sejenis, yang menjalankan
sebagian fungsi dari negara tersebut, keuangan yang menjadi modalnya sebagian
atau seluruhnya berasal dari keuangan negara. Dari perspektif ini dan fungsi badan
hukum dimaksud tidak dapat sepenuhnya dianggap sebagai badan hukum privat.
16. Rumusan pengertian keuangan negara menggunakan rumusan yang bersifat luas dan
komprehensif dengan tujuan untuk mengamankan kekayaan negara yang
sesungguhnya bersumber dari uang rakyat yang diperoleh melalui pajak, retribusi
maupun penerimaan negara bukan pajak. Pengertian dan ruang lingkup keuangan
negara yang dirumuskan secara luas/komprehensif tersebut dimaksudkan untuk
mencegah adanya celah dalam regulasi yang dapat mengakibatkan timbulnya
kerugian negara. BHMN PT atau BUMN/BUMD merupakan kepanjangan tangan
Pemerintah dalam menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam arti luas,
dengan demikian posisi BHMN PT atau BUMN/BUMD adalah melakukan
pengelolaan keuangan negara, meskipun harus dipahami dengan mempergunakan
paradigma yang berbeda-beda.
PERTIMBANGAN HUKUM MAHKAMAH KONSITUSI SEBAGAI
DASAR PUTUSAN (7/7)
17.Besarnya peran dan fungsi BHMN PT atau BUMN/BUMD dalam
mengelola keuangan negara dalam mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, harus diiringi pula dengan penegasan bahwa
pengelolaan terhadap sarana dan prasarana milik negara harus
dipertanggungjawabkan sesuai dengan paradigma yang berlaku.

18.BHMN PT atau badan lain yang menggunakan fasilitas yang diberikan


Pemerintah atau menggunakan kekayaan negara haruslah tetap dapat
diawasi sebagai konsekuensi dari bentuk pengelolaan keuangan negara
yang baik dan akuntabel.
ANALISIS TEORITIS ATAS PERTIMBANGAN HUKUM MK :
MK telah memberikan kepastian dalam hubungan BUMN sebagai kekayaan
negara dipisahkan (KND) dengan keuangan negara (KN) sebagai berikut :

1.kekayaan BUMN termasuk kategori KND.


2.Pemisahan tersebut tidak dapat diartikan sebagai putusnya kaitan Negara
dengan BUMN atau beralihnya kepemilikan Negara kepada BUMN yang terpisah
dari kekayaan Negara. Artinya kekayaan BUMN sebagai KND tetap merupakan
bagian dari keuangan negara (KN);
3.Implikasi utama dari kedudukan BUMN sebagai KND adalah :
a) BUMN sebagai kepanjangan tangan Pemerintah mempunyai
kesamaan dengan lembaga/badan negara dan kementerian karena
sama-sama berfungsi untuk memajukan kesejahteraan umum;
b) Tata kelola BUMN berbeda dari lembaga/badan negara dan
kementerian karena BUMN menyelenggarakan usaha sedangkan
lembaga/badan negara dan kementerian tidak melaksanakan usaha.
1 c) Tata kelola dalam pengurusan/pengelolaan BUMN dan kekayaannya
sama dengan swasta yaitu menggunakan mekanisme korporasi
agar dapat mengikuti perkembangan dan persaingan dunia usaha dan
melakukan akumulasi modal, yang memerlukan pengambilan keputusan
dengan segera;
d) BUMN tidak sama persis dengan swasta karena fungsi (misi) BUMN
adalah merupakan kepanjangan tangan Pemerintah dalam
mewujudkan salah satu tujuan negara yaitu memajukan kesejahteraan
umum atau negara kesejahteraan (Welfare State).
ANALISIS TEORITIS ATAS PERTIMBANGAN HUKUM MK :

4. Implikasi utama dari kekayaan BUMN sebagai KND dan bagian


dari KN adalah :
a) DPR dapat melakukan pengawasan terhadap BUMN
sebagai kewenangan konstitusional;
b) BPK dapat melakukan pemeriksaan terhadap BUMN
sebagai kewenangan konstitusional;
c) Penegak hukum (KPK, Kejaksaan, dan Kepolisian) dapat
menggunakan instrumen “Tipikor” untuk menjerat perbuatan
melawan hukum yang merugikan BUMN;
d) Pengawasan oleh DPR, BPK dan Penegak Hukum tidak
menggunakan paradigma pengelolaan KN dalam
1I penyelenggaraan pemerintahan (Government Judgement
Rules), melainkan berdasarkan paradigma usaha (Business
Judgement Rules).
5. Pengaturan mengenai pengelolaan fiskal (kekayaan negara
yang tidak dipisahkan/KNTD) berbeda dengan pengaturan
mengenai pengelolaan KND. Khusus pengelolaan KND, berlaku
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang mekanisme
pengelolaan keuangan negara oleh badan hukum yang
mengelola di bidang pendidikan maupun yang mengelola bisnis.
ANALISIS PRAGMATIS ATAS PUTUSAN DAN PERTIMBANGAN HUKUM MK :

1. Kewenangan Pengurusan/Pengelolaan BUMN dilakukan oleh Direksi, Dewan


Komisaris/ Dewan Pengawas dan RUPS/Menteri. Pihak lain dilarang ikut campur
dalam urusan BUMN, kecuali :
a) DPR dalam rangka pengawasan yang tidak bersifat mencampuri tugas
operasional seperti melarang suatu tindakan tertentu.
b) BPK dalam rangka pemeriksaan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c) Penegak Hukum dalam rangka pelaksanaan tugasnya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d) Pemerintah dalam rangka penugasan Pemerintah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. Pengurusan/Pengelolaan BUMN dilakukan berdasarkan ketentuan UU BUMN,
UUPT, UU Ketenagakerjaan, UU Pasar Modal dan UU lain yang berkaitan dengan
korporasi. Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan lex specialis dari ketentuan
pengelolaan keuangan Negara, termasuk ketentuan mengenai Organisasi
Penyelenggaraan Negara.
3. UU Keuangan Negara (UUKN) dan UU Perbendaharaan Negara (UUPN) berlaku
bagi BUMN hanya sebatas ketentuan yang secara tegas mengatur mengenai
Investasi dalam bentuk penyertaan modal, KND, BUMN/ Perusahaan Negara.
Ketentuan tersebut merupakan komplementer terhadap ketentuan tersebut butir 2.
4. Ketentuan dalam UUKN dan UUPN yang mengatur mengenai fiscal dan hal lain
mengenai keuangan negara selain butir 3, tidak berlaku bagi BUMN.
5. Kekayaan Anak Perusahaan tidak termasuk kategori KND karena tidak disebutkan
dan dipertegas oleh MK.
Berdasarkan analisis pragmatis tersebut di atas, maka :
1.ketentuan dalam UUKN dan UUPN yang berlaku bagi BUMN adalah ketentuan mengenai :
a) Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah dalam pengelolaan KND dan Pembina BUMN, yang saat ini
dialihkan oleh Presiden kepada Menteri BUMN;
b) investasi pemerintah dalam bentuk penyertaan saham;
c) penjualan dan/atau privatisasi perusahaan negara dengan persetujuan DPR;
d) Pemberian pinjaman/hibah/penyertaan modal dan menerima pinjaman/hibah dari perusahaan negara;
e) Utang/hibah yang diteruspinjamkan kepada BUMN;

2. Ketentuan dalam UUKN dan UUPN yang tidak berlaku bagi BUMN karena merupakan sistem
pengelolaan fiskal, diantaranya :
a) Penerimaan dan pengeluaran Negara harus dimasukan dalam APBN;
b) RAPBN ditetapkan dengan UU;
c) Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN, kecuali ketentuan mengenai lampiran berupa laporan
keuangan perusahaan Negara;
d) Standar akuntansi Pemerintah, termasuk pengaturan mengenai Komite Standar Akuntansi Pemerintah;
e) Penyelenggaraan rekening Pemerintah oleh Menteri Keuangan;
f) Penyimpanan uang Negara dalam rekening Kas Umum Negara pada Bank Sentral;
g) Pengelolaan uang Negara;
h) Pengelolaan Piutang Negara, termasuk penghapusan Piutang Negara yang harus mendapat persetujuan
Menteri Keuangan, Presiden, DPR sesuai dengan batasan nilai tertentu;
i) Perubahan atas jumlah uang;
j) Pengadaan utang Negara atau menerima hibah dari dalam dan luar negeri, kecuali diteruspinjamkan kepada
BUMN;
k) Pengelolaan investasi Pemerintah, kecuali investasi dalam bentuk penyertaan modal ke BUMN;
l) Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN), termasuk larangan dijaminkan/ digadaikan dan disita,
disertifikatkan atas nama Pemerintah, larangan dijadikan alat pembayaran, serta pemindahtanganan BMN
yang harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan, Presiden, DPR sesuai dengan batasan nilai tertentu,
kecuali dalam rangka penyertaan modal Negara ke BUMN;
STATUS PUTUSAN MK Nomor 62/PUU-XI/2013
dan 48/PUU-XI/2013

• Putusan MK bersifat Final & Binding, sehingga tidak terdapat


upaya apapun untuk mengubahnya.
• Pertimbangan Hukum MK (Ratio Decidendi) secara hukum
mengikat secara tidak langsung sebagai dasar pertimbangan
pengambilan keputusan hukum (Pembuatan PerUUan atau
Putusan Pengadilan).
• Pertimbangan Hukum MK secara prinsip merupakan
penafsiran konstitusional atas suatu norma hukum, sehingga
wajib menjadi rujukan dalam memahami norma hokum
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai