Anda di halaman 1dari 13

KERJASAMA TIM YANG

EFEKTIF DAN
PENGELOLAAN RESIKO
KLINIS TENTANG ARTIKEL
“DISUNTIK BIDAN, BOKONG
ADALIA MALAH BENGKAK
SEBESAR SEMANGKA”
ANGGOTA KELOMPOK:
1. Aniesa Handayani P17312195048
2. Alfrida Sartika Dalima P17312195049
3. Miftahul Nurhatisah P17312195050
4. Tika Jihan Syariyanti P17312195051
5. Leti Anggarsari P17312195052
6. Dewi Rahmawati P17312195053
7. Yhen Ari Bekti P17312195054
8. Siti Nuradawiyah P17312195055
9. Imroatul Chumaida P17312195056
10. Ratna Agustina P17312195057
Disuntik Bidan, Bokong Adalia Malah Bengkak Sebesar
Semangka
Seorang pasien di Kecamatan Idanogawo, Kabupaten Nias, Sumut, bernama Adalia Waruwu, 25, terbaring
lemah di RSUD Gunungsitoli ditemani ibunya. Perempuan yang kerap dipanggil Ina Berkat, itu diduga
menjadi korban malpraktek seorang bidan desa berinisial SA di daerah tersebut. Alih-alih sembuh dari
demam dan pusing, Ina Berkat malah masuk ruang operasi. Bokong perempuan tersebut membesar
sebesar buah semangka setelah disuntik sang bidan. Kepada Sumut Pos (Jawa Pos Group), Ina Berkat
mengaku pada Minggu (1/7) dirinya mengalami demam dan pusing. Hingga keesokan harinya, penyakit
itu tidak kunjung sembuh. Senin (2/7), Ina Berkat kemudian memutuskan berobat ke praktik bidan SA
yang juga Toko Obat Ya’ahowu Manalu. Kebetulan, praktik tersebut tidak jauh dari tempat tinggal ibu Ina
Berkat yang juga tempat korban menetap. “Setelah diperiksa, katanya saya kurang darah dan harus
disuntik. Dua suntikan di bagian bokong saya dan satu bagian lengan. Setelah dikasih obat pil kemudian
kami pulang,” ungkap warga Desa Tetehosi Foa, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kota Gunungsitoli di ruang
rawat Inap RSUD Gunungsitoli, Senin (16/7).

Next……….
Next….
Bukannya sembuh, demam Ina Berkat malah menjadi-jadi keesokan harinya. “Saya sampai
menggigil pak. Bekas suntikannya di bokong saya tampak mulai membengkak. Sempat saya
kompres menggunakan botol berisi air panas, dipikiran saya saat itu agar obatnya bisa lancar,”
tutur wanita yang sehari-hari berprofesi sebagai petani ini. Karena demamnya semakin menjadi
serta bengkak di bekas suntikan bidan tambah besar, Ina Berkat tak mampu lagi beraktifitas.
Alhasil, Ina Berkat diantar suaminya kembali ke bidan SA, Jumat (6/7). Saat itu, Ina Berkat kembali
menerima suntikan sebanyak dua kali. “Setelah saya ceritakan semua yang saya alami, bidan SA
menyuruh saya berbaring untuk diperiksa tekanan darah. Kemudian saya diurut oleh adiknya,
karena katanya ada obat mengepul dibekas suntikannya,” beber Ina Berkat. “Disini saya kembali
disuntik sebanyak dua kali, satu dibokong kiri dan satunya lagi dikanan. Lalu dikasi obat,”
sambungnya. Tiba di rumah, demam Ina Berkat semakin menjadi. Bengkak di bekas suntikannya
juga semakin membesar, sebesar buah semangka. Akibatnya, Ina Berkat tak mampu buang air
besar (BAB). Karena kondisi Ina Berkat memburuk, pihak keluarga memutuskan untuk membawa
korban ke RSUD Gunungsitoli, Minggu (8/7). Kemudian, Kamis (12/7) Ina Berkat dioperasi. Kakak
korban, Ina Ance mengatakan, penyakit Ina Berkat akibat bekas suntikan yang salah tempat.
“Sewaktu di kamar operasi saya ditunjuki dokternya, bengkak yang dibokong adik saya itu akibat
salah suntik, obatnya mengepul menjadi nanah,” jelas Ina.
Sumber: https://www.jpnn.com/news/disuntik-bidan-bokong-adalia-malah-bengkak-sebesar-
semangka
PENJELASAN
Terjadi kesalahan yang dilakukan oleh bidan yang mengakibatkan
pasien mengalami bengkak pada daerah bekas suntik sehingga pasien
harus menginap dan melakukan operasi di RS.
Masalah :
Bidan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur sehingga
mengakibatkan pasien mengalami kejadian tidak diharapkan (KTD)
dan apa yang dilakukan bidan tidak sesuai dengan kewenangan
sebagai bidan
KASUS 1
Seorang bidan desa berinisial SA, melakukan pengobatan kepada
pasien atas nama Ny.A yang mengeluh demam dan pusing. Kemudian
dilakukan pemeriksaan bahwa Ny. I mengalami kekurangan darah, dan
bidan memberikan terapi berupa obat dan melakukan penyuntikkan di
kedua bokong pasien.
Pembahasan Kasus 1
• Berdasarkan Undang-Undang Tahun 2014 Tentang tenaga kesehatan :
tenaga kebidanan adalah salah satu jenis tenaga kesehatan. Sebagai
salah satu tenaga kesehatan, bidan dalam menjalankan praktik
kebidanan harus sesuai dengan kewenangan bidan yang sudah di
atur berdasarkan kompetensi yang dimiliki.
• Pada pasal 62 ayat (1) UU Tenaga Kesehatan : bidan memiliki
kewenangan dalam memberikan pelayanan kesehatan secara mandiri
sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya, antara lain
melakukan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan
pelayanan kesehatan repsroduksi perempuan dan keluarga
berencana.
Lanjutan pembahasan kasus 1
Kewenangan bidan dalam menjalankan praktik kebidanan dalam
Permenkes No 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaran
Praktik Bidan.
 Apabila bidan tidak melaksanakan kewenangan dalam menjalankan
praktik kebidanan sesuai yang diatur dalam Permenkes, akan
mendapatkan sanksi sesuai yang diatur dalam pasal 82 ayat (1) UU
Tenaga Kesehatan.
Kasus 2
Seorang bidan desa berinisial SA, melakukan pengobatan kepada
pasien atas nama Ny.I, Kemudian dilakukan pemeriksaan dan bidan
memberikan terapi berupa obat dan melakukan penyuntikkan di
kedua bokong pasien sehingga mengakibatkan pasien mengalami
bengkak pada daerah bekas suntik.
Pembahasan Kasus 2
• Tujuan utama pengembangan program patient safety di rumah sakit dan
fasyankes lainnya : terciptanya budaya keselamatan pasien untuk
menurunkan KTD di fasilitas kesehatan.
• Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesai Nomor
691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien adalah suatu
sistem dimana fasilitas kesehatan membuat asuhan yang mencangkup :
1. assasment resiko,
2. pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
3. melaporkan dan menganalisis,
4. mampu belajar dari insiden yang terjadi, sehingga kesalahan yang sudah
terjadi tidak terulang kembali.
Lanjutan Pembahasan Kasus 2…
• mengurangi resiko yang terjadi maka bidan harus mengacu pada
standar kompetensi yang sudah diatur dalam Keputusan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/III/2007 Tentang
Standar Profesi Bidan.
• pemberian obat atau suntikan yang diberikan oleh bidan bukan
merupakan kompotensi bidan dan menyebabkan pasien menderita
luka berat akibat tindakan yang dilakukan oleh bidan, maka bidan
yang bersangkutan dikenakan sanksi seperti yang telah diatur dalam
yang tercantum dalam UU No.23 Tahun 1992 Pasal 54 dan 55 UU
Kesehatan.
Kesimpulan
• Bidan SA melakukan praktik kebidanannya tidak sesuai dengan Permenkes No 28
tahun 2017 tentang izin dan penyelenggara praktik bidan dan tidak sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/III/2007
Tentang Standar Profesi Bidan.
• Hal tersebut mengakibatkan pasien mengalami kejadian tidak diharapkan (KTD)
• Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik, diharapkan sesuai dengan UU yang
telah mengatur tentang standar kompetensi dan kewenangannya sebagai petugas
kesehatan.
• Harapannya agar dapat meminimalkan resiko yang terjadi pada petugas
kesehatan dan pasien atau penerima jasa yang disebabkan oleh tindakan petugas
kesehatan yang tidak sesuai dengan kewenangannya.
• Selain itu petugas kesehatan (bidan) juga harus berkolaborasi dengan petugas
kesehatan yang lain seperti dokter, perawat, gizi, atau petugas kesehatan yang
lain, dimana ini sudah dijelaskan di dalam UU
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai