A. LATAR BELAKANG
Perkembangan anak pada usia dini atau yang disebut sebagai masa emas
“Golden Age” yang artinya perkembangan pada usia ini sangat berpengaruh
terhadap perkembangan pada periode berikutnya hingga anak menjadi dewasa
(Sulistiani, 2009). Usia 0-6 tahun adalah usia yang sangat menentukan dalam
pembentukan karakter baik sikap, perilaku, dan kepribadian seorang anak di
masa depan (Dorlina, 2011). Umumnya pada tahap ini anak usia dini belajar
mengenai berbagai hal termasuk dalam mengembangkan kemampuan motorik,
kognitif, bahasa, serta sosioemosional mereka. Perkembangan sosial anak
bermula dari semenjak bayi, sejalan dengan pertumbuhan badannya (Mayar,
2013).
Masa balita merupakan fase yang penting, karena menentukan kualitas
kesehatan, kesejahteraan, pembelajaran dan perilaku di masa mendatang (WHO,
2014). Secara garis besar ranah perkembangan anak terdiri atas motorik kasar,
motorik halus, bahasa/bicara, dan personal sosial/kemandirian. Masa balita
berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa balita
disebut sebagai “masa keemasan” (golden period), “jendela kesempatan”
(window of opportunity) dan “masa kritis” (critical period). (Kemenkes RI,
2016).
Pada masa balita akan sangat mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya, untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang
yang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial, karena itu masa balita
sangat penting untuk diperhatikan agar balita tidak mengalami keterlambatan
dalam pertumbuhan dan perkembangan (Kemenkes RI, 2016). Angka kejadian
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan balita secara umum belum
diketahui dengan pasti, namun menurut United International Children’s
Emergency Fund (UNICEF) rata-rata 40% anak balita di daerah pedesaan
terlambat pertumbuhannya (UNICEF, 2012). Diperkirakan sekitar 1-3% anak di
bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan tumbuh kembang (IDAI, 2016).
Sikap ibu untuk menyadari bahwa posyandu merupakan hal yang utama untuk
meningkatkan derajat kesehatan balita maka peranan ibu perlu diperhatikan
untuk mengetahui secara dini keterlambatan tumbuh kembang.
E. METODE
1. Ceramah Tanya Jawab
F. MEDIA
1. Leaflet
G. PROSES PELAKSANAAN
H. EVALUASI:
1) EvaluasiStruktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tatacara atau keadaan
sekeliling tempat pemberian penyuluhan diberikan. Aspek lingkungan
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian
penyuluhan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik,dukungan administrasi,
pemeliharaan dalam area yang diinginkan. (terkait dengan tenaga
manusia/bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan)
2) Evaluai Proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja bidan dan apakah bidan
dalam memberikan penyuluhan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai
wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup
jenis informasi yang didapat pada saat memberikan penyuluhan. (berkaitan
dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan)
3) EvaluasiHasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi peserta (audience).Respons
perilaku audience merupakan pengaruh dari penyuluhan dan akan terlihat
pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil (bertambahnya kesanggupan
keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga)
I. REFERENSI / SUMBER
Adriani, Merryana Dan Wirajtmadi, Bambang. 2012. Pengantar Gizi
Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kemendikbud. Depkes RI. 2016. Stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak (sosialisasi buku pedoman pelaksanaan DDTK di tingkat
pelayanan kesehatan dasar), Jakarta. 2016;122.
2. Balita
Masa balita merupakan fase yang penting, karena menentukan kualitas
kesehatan, kesejahteraan, pembelajaran dan perilaku di masa mendatang
(WHO, 2014). Secara garis besar ranah perkembangan anak terdiri atas
motorik kasar, motorik halus, bahasa/bicara, dan personal sosial/kemandirian.
Masa balita berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka
masa balita disebut sebagai “masa keemasan” (golden period), “jendela
kesempatan” (window of opportunity) dan “masa kritis” (critical period).
(Kemenkes RI, 2016).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Menurut Merryana Adriani dan Bambang Wirjatmadi (2012), secara
umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak, yaitu:
1) Faktor Dalam (Internal)
a) Perbedaan ras atau bangsa
Pertumbuhan somatik dipengaruhi oleh ras/suku bangsa, dimana ras Eropa
memiliki pertumbuhan somatik lebih tinggi dibandingkan dengan ras Asia.
b) Umur
Masa balita merupakan masa yang paling rawan, terutama pada umur satu
tahun pertama. Pada masa ini anak sangat mudah terkena penyakit dan
sering terjadi kekurangan gizi.
c) Jenis kelamin
Umumnya anak laki-laki lebih sering terserang penyakit dibandingkan anak
perempuan, namun belum diketahui penyebab pasti mengapa hal ini terjadi.
Penyebab yang memungkinkan adalah adanya perbedaan kromosom,
pertumbuhan fisik dan motorik antara laki-laki dan perempuan. Anak laki-
laki cenderung lebih aktif jika dibandingkan dengan anak perempuan
(Soetjiningsih and Ranuh, 2017).
d) Kelainan genetika
Kelainan herediterkongenital (anchondroplasia) yang menyebabkan kerdil
(darfisme), sedangkan sindroma marfan dapat menyebabkan pertumbuhan
tinggi badan yang berlebihan.
e) Kelainan kromosom
Kelainan kromosos pada anak umumnya diikuti dengan keterlambatan
pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s (Adriani
and Wirjatmadi, 2012).
2) Faktor Luar (Eksternal/Lingkungan)
a) Gizi
Makanan memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak. Anak
membutuhkan makanan untuk aktivitas sehari-hari dan pertumbuhan.
Ketahanan makanan atau food security dalam suatu keluarga dapat
mempengaruhi status gizi (Soetjiningsih and Ranuh, 2017). Pendapat lain
bahwa agar proses tumbuh kembang dapat berjalan memuaskan serta
terbebas dari penyakit maka selain kualitas juga perlu memperhatikan
kuantitas makanan yang diberikan.
b) Penyakit Kronis
Retardasi pertumbuhan jasmani dapat dipengaruhi oleh berbagai penyakit
kronis seperti tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan (Adriani and
Wirjatmadi, 2012). Anak sangat rentan terserang penyakit, hal ini dapat
dikurangi antara lain dengan memberikan gizi yang baik, meningkatkan
sanitasi dan pemberian imunisasi lengkap, sehingga diharapakan anak dapat
terhindar dari penyakit yang sering menyebabkan cacat bahkan kematian.
Setiap anak sebaiknya mendapatkan imunisasi lengkap untuk mencegah
penyakit yaitu TB, Polio, DPT (Dipteri, Pertusis, Tetanus), Hepatitis B,
Campak, MMRR (measles, mumps, rubella), HIB (hemophilus influenza B),
demam tifoid (Soetjiningsih and Ranuh, 2017).
c) Lingkungan fisik dan kimia
Dampak negatif terhadap pertumbuhan anak dapat disebabkan karena
kurangnya sinar matahari, sanitasi lingkungan yang kurang baik, paparan
sinar radioaktif dan zat kimia tertentu.
d) Psikologis
Apabila seorang anak selalu mendapat tekanan oleh orang sekitarnya maka
akan menghambat pertumbuhan dan perkembangannya.
e) Sosioekonomi
Kondisi kemiskinan akan menyebabkan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang buruk, sehingga pertumbuhan anak akan terhambat
(Adriani and Wirjatmadi, 2012).
f) Pola pengasuhan
Pengasuhan diartikan sebagai cara pemberian makan, perawatan anak,
membimbing dan mengajari anak yang dilakukan dan diberikan oleh
keluarga. Pada hakikatnya, pengasuhan adalah hubungan sosial antara subjek
dan objek untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan pengajaran
terhadap objek sehari-hari secara rutin sehingga membentuk sebuah pola.
Upaya perbaikan status gizi diperlukan upaya perbaikan konsumsi makanan
baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Upaya perbaikan konsumsi
pangan secara kuantitas maupun kualitas itu diperlukan guna mencapai
status gizi yang baik. Untuk itu, kegiatan memberikan makanan dan
perawatan yang benar melalui pola asuh yang para ibu lakukan kepada
anaknya akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak
(Istiany and Rusilanti, 2014).
g) Stimulasi
Anak memerlukan stimulasi/rangsangan dari ibu dan anggota keluarga lain
untuk menunjang tumbuh kembangnya (Adriani and Wirjatmadi, 2012).
5. Aspek-Aspek Perkembangan yang Dipantau pada Anak Usia 12-36 bulan
1. Ketika anak tidak dapat melempar bola terlalu besar, takut untuk
melompat, atau tidak berani untuk naik sepeda roda tiga.
2. Perhatikan juga apakah anak sudah mampu memegang krayon atau alat
tulis lainnya.
3. Memiliki masalah dalam mencorat-coret dan tidak dapat menyalin
lingkaran.
1. Ajari anak untuk memiliki etika yang baik, langkah utama yang bisa
dilakukan adalah menjadi role model bagi mereka.
2. Sesekali tak ada salahnya memberikan pujian atas usaha yang telah ia
lakukan karena ini memotivasi mereka untuk menjadi lebih baik lagi.
3. Cara terbaik untuk mengatasi amukan anak bisa dilakukan dengan
mengalihkan perhatiannya.