Pendidikan Agama

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 32

PRINSIP-PRINSIP AKAD

PADA PRODUK PERBANKAN


SYARI’AH
JUAL BELI :

* Pengertian
* Dasar Hukum
* Rukun dan Syarat
* Unsur Kelalaian
* Bentuk-bentuk Jual Beli
Pengertian & Dasar Hukum
Pengertian:
Saling menukar harta dengan harta/yang
sepadan melalui cara tertentu yang
bermanfaat

Dasar Hukum : QS. Al-Baqarah/2


: 275.
QS. An-Nisa’/4: 29.
* Rukun dan Syarat
 - Pihak yang berakad (penjual dan pembeli)
- Ijab Qabul (pernyataan kesepakatan)
- Barang/Objek
- Nilai Tukar/Pengganti barang
Syarat Sah Jual Beli:
1. Objek terhindar dari cacat
2. Kriteria objek jelas ( jenis, kualitas, kuantitas
nilai./harga)
3. Tidak mengandung unsur paksaan, tipuan
mudharat.
* Unsur Kelalaian
1. Objek jual beli bukan milik penjual
2. Objek hasil curian
3. Menyalahi kesepakatan
4. Objek rusak dalam perjalanan
5. Objek berbeda dari contoh yg disepakati.
Resiko: Ganti rugi/adh-Dhaman dari pihak yg
lalai.
* Bentuk-bentuk Jual Beli

1. Jual beli yang sahih : memenuhi syaratdan


rukun yang ditentukan
2. Jual beli yang batal
3. Jual beli Fasid
KHIYAR (PILIHAN)
Pengertian
Hak pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak
yang melakukan transaksi untuk melangsungkan atau
membatalkan transaksi yang disepakati
Macam-macam
1.Khiyar Majelis
2.Khiyar ath-Ta’yin
3.Khiyar Syarat
4.Khiyar ‘Aibi
5.Khiyar Ru’yah
MURABAHAH
Pengertian:
Jual Beli barang pada harga pokok dengan tambahan
keuntungan yang disepakati.
Ketentuan:
- Barang telah dimiliki oleh penjual
- Keuntungan dan resiko di tangan penjual
- Harus ada informasi harga dan biaya yang wajar
- Informasi keuntungan yang jelas.
Mekanisme Murabahah
•Berlaku wa’ad atau janji
•Wa’ad atau janji dari pembeli kepada penjual akan
membeli barang yang dipesan/bukti pemesanan. Setelah
pihak penjual memiliki barang, baru akad berlangsung.
•Pembayaran dapat dilakukan secara tangguh (Mu’ajjal)
atau angsuran (Taqsith), penjual dapat meminta tambahan
harga.
ASPEK PENENTUAN HARGA
MURABAHAH
•Berdasarkan kebiasaan bisnis yang berlaku
(‘Urf/konvensi/peraturan dagang internasional)
“Kaidah” : almuslimuna ‘ala syurutihim
•Tambahan harga ditetapkan saat akad.
•Komponen biaya harus jelas.
•Keuntungan penjual tidak atas dasar bunga cicilan, tetapi
selisih harga pokok dan harga jual yang ditentukan saat
akad.
•Uang muka (‘Urbun) boleh untuk melindungi hak bagi
para pihak jika terjadi penarikan diri dari transaksi
(fasakh).
Bai’ salam
* Salam adalah Jual Beli barang tertentu yang
pembayarannya dilakukan di muka dan
pengirimannya menyusul kemudian (tangguh)
*Salam dapat pula dilakukan bertingkat ( Salam al
Muwazi)
Nasabah melakukan salam kepada Bank, dan Bank
melakukan salam kepada pihak lain dalam rangka
memenuhi kewajibannya.
ISTISHNA’
 Istishna’ ialah kontrak penjualan antara pembeli
dan pembuat barang (shani’), shani’ menerima
pesanan dari pembeli (mustashni’) untuk
membuat barang dengan spesifikasi yang telah
disepakati.
 Kedua belah pihak bersepakat atas harga serat
sistem pembayaran (di muka, cicilan, tangguh
dengan waktu ditentukan
Istishna’ al Muwazi (Paralel)
Pembuat barang (shani’) menggunakan subkontraktor untuk
melaksanakan kontrak tersebut, pembuat barang (shani’)
membuat kontrak Istishna’ kedua untuk memenuhi kewajibannya
pada kontrak pertama
Akibat Hukum :
 Bank sebagai pembuat kontrak pertama adalah pihak yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kewajiban, kesalahan,
kelalaian, pelanggaran (resiko). Tanggung jawab atas resiko ini
membuat bank berhak atas keuntungan.
Penerima subkontrak pembuatan Istishna’ bertingkat
bertanggung jawab terhadp bank sebagai pemesan. Ia tidak
mempunyai hubungan hukum secara langsung dengan nasabah
pada kontrak pertama
IJARAH
 Transaksi terhadap suatu manfa’at tertentu,
bersifat mubah dan dapat dimanfa’atkan
dengan imbalan tertentu
 Ijarah ditunjukkan untuk manfa’at atau jasa
bukan materi/benda
 Ijarah dapat berupa manfaat/nilai
Ketentuan Ijarah
1. Kedua belah pihak memenuhi syarat hukum
2. Kedua belah pihak menyatakan kerelaannya untuk melakukan
ijarah dan tidak terpaksa
3. Manfaat objek diketahui secara jelas
4. Penyewa berhak atas manfat baik untuk dirinya sendiri atau
untuk orang lain baik dengan cara menyewakannya atau
meminjamkan
5. Objek Ijarah dapat diserahkan dan dipergunakan secara
langsung
6. Objek Ijarah adalah halal
•Ijarah “Jasa” (Ijarah ‘ala al ‘amal) bukan merupakan
kewajiban (fardhu ‘ain) seperti shalat, puasa. Tetapi
bersifat fardu kifayah
•Objek Ijarah merupakan sesuatu yang biasa
disewakan (‘urf)
•Upah/sewa tidak sejenis dengan manfa’at yang
disewakan
Ijarah Muntahiyah bi alTamlik
Kontrak atas manfaat suatu barang dengan nilai
tukar tententu. Penyewa diberikan pilihan (options)
untuk memiliki barang yang disewakan. Pemberi
sewa (bank) berjanji (wa’ad) kepada penyewa untuk
memindahkan kepemilikan objek setelah masa sewa
berakhir
Akad Ijarah Berakhir
 Objek hilang/lenyap : terbakar, faktor alam
 Habis masa waktunya
 Salah satu pihak yang wafat dapat dialihkan
pada ahli warisnya
 Objek disita, pailit
SYIRKAH
 Pengertian:
Kerjasama antara dua pihak atau lebih
dalam hal modal dan keuntungan
• Dasar Hukum :
Q.S an Nisa/4 : 12 ; Q.S Shad/38 : 24
Bentuk-bentuk Syirkah
 Syirkah al Amlak
 Syirkah ‘Uqud. Syirkah ini terdiri dari:
 1. Syirkah’Inan
 2.Syirkah ‘Abdan
 3.Syirkah Wujuh
Syirkah ‘Inan
 Perserikatan dalam modal pada suatu
kontrak bisnis yang dilakukan dua orang
atau lebih dan keuntungan dibagi bersama
 Modal, kerja dan tanggung jawab yang
digabungkan tidak harus sama kuantitasnya
 Keuntungan dibagi sesuai porsi yang
ditentukan atas kesepakatan bersama
Syirkah Mufawadhah
 Kontrak kerjasama antara dua orang atau
lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi
dari keseluruhan dana dan partisipasi kerja.
 Setiap pihak membagi keuntungan dan
kerugian secara bersama.
 Para pihak dapat bertindak sebagai wakil
dan penjamin/kafil atas kemitraan tersebut
Syirkah al Wujuh
 Kerjasama antara dua orang atau lebih tanpa
modal tetapi atas dasar kepercayaan.
 Dalam syirkah ini biasanya para pihak
membeli barang dengan cara tangguh atas
dasr kepercayaan dan menjualnya dengan
cara tunai
Syirkah ‘Abdan/A’mal
 Kerjasama dua orang atau lebih untuk
menerima suatu pekerjaan/order kerja.
 Hasil/keuntungan dibagi bersama sesuai
kesepakatan
Mudharabah
 Pengertian: Kerjasama antara pemilik
modal dengan seorang pekerja/pebisnis dan
keuntungan dibagi sesuai dengan
kesepakatan
 Dasar Hukum: Q.S al Muzammil/73:20;
Q.S al Baqarah/2: 198. ; Hadist
 Bentuk : Muqayyadah dan Muthlaqah
Wadi’ah
 Pengertian : Melibatkan pihak lain dalam memelihara
harta/aset tertentu dengan cara tertentu (titipan)
 Dasar Hukum : Q.S an Nisa/4:58; Q.S Al Baqarah/2:
283; Hadist
 Status Wadi’ah adalah amanah
 Dapat dibebankan ganti rugi (dhaman) jika:
1. Tidak dipelihara sebagaimana mestinya
2. Objek dititipkan kepada pihak ketiga
3. Objek dimanfa’atkan oleh pihak kedua
3. Pihak kedua mengingkari wadi’ah
4. Pihak kedua mencampurkan objek titipan dengan
barang miliknya dan sulit dipisahkan
5. Pihak kedua melanggar syarat yang ditentukan
6 Objek wadi’ah dibawa pergi/hilang di tangan pihak kedua
* Di Perbankan Syari’ah : aplikasi wadi’ah yad adh dhamah
kurang tepat, secara substansi adalah akad qardh.
Ketentuan-ketentuan
Mudharabah
 Modal di tangan pengusaha berstatus
amanah seperti wakil dalam jual beli
 Pengusaha berhak atas keuntungan sesuai
kesepakatan
 Komponen biaya/cost disepakati sejak awal
akad
 Pemilik modal (shahibul mal) berhak atas
keuntungan dan menanggung resiko
Rahn
 Pengertian: Menjadikan barang yang mempunyai nilai harta sebagai
jaminan hutang sehingga penerima dapat emngambil kembali
hutangnya semua atau sebagian.
 Dalam Perbankan akad ini dapat digunakan sebagai tambahan
pembiayaan yeng beresiko dan memerlukan jaminan (accessoir)
 Akad ini dapat juga menjadi produk tersendiri untuk melayani
kebutuhan nasabah yang bersifat jasa maupun konsumtif.
 Bank tidak dapat meminta biaya kecuali biaya pemeliharaan dan
keamanan atas barang yang digadaikan tersebut.
wakalah
 Pemberian kewenangan/kuasa kepada pihak lain tentang
hal yang harus dilakukannya dan penerima kuasa menjadi
pengganti pemberi kuasa selama batas waktu yang
ditentukan
 Wakalah dapat dilakukan dengan menerima bayaran/
fee/’umalah atau tanpa bayaran
 Bentuk Wakalah : Muqayyadah dan Muthlaqah
Kafalah
 Pengertian: Kafalah berarti juga al dhaman,
 Kafalah berarti pula: Menggabungkan satu tanggung jawab kepada
tanggung jawab yang lain dalam penagihan hutang baik jiwa maupun
harta.
 Dasar Hukum: Q.S Yusuf :66; Yusuf: 72; Hadist
 Kafalah terdiri dari : kafalah bi al Mal (harta) dan kafalah bi al Wajhi
(jiwa).
 Kafalah Harta (kafalah bi al Mal) teridri dari: a) kafalah bi al Dayn
(kewajiban hutang); b) kafalah bi at Taslim (penyerahan benda); c)
kafalah bi al ‘Aibi (jika barang yang dijual mengandung cacat)
 Pada Perbankan Syari’ah kafalah seprti halnya : penerbitan garansi
bank/bank (guarantee). Kafalah adalah warkat yang diterbitkan oleh
bank yang berakibat kewajiban membayar terhadap pihak yang
menerima garansi jika pihak yang dijamin cedera janji (wanprestasi)
HAWALAH
 Hawalah adalah akad pemindahan utang piutang satu pihak
kepada pihak lain. Adapun akad hawalah yang
dipraktekkan umumnya berbentuk subrogasi.
 Di pasar konvensional praktek hawalah dapat dilihat pada
transaksi anjak piutang (factoring).
 Hawalah juga dapat dilihat dalam bentuk transaksi
pembiayaan dan jual beli surat-surat berharga.

Anda mungkin juga menyukai