1 Latar Belakang
2 Ruang Lingkup
3 Grantor vs Operator
4 Intepretasi
2
Latar Belakang
Pemerintah berkewajiban melakukan pelayanan publik yang umumnya didanai oleh
APBN/APBD
Keterbatasan APBN/APBD mengharuskan pemerintah menarik swasta untuk mendanai
kegiatan investasi pengadaan jasa layanan publik.
KPS = Kerjasama Pemerintah Swasta dibina oleh Direktorat KPS (DKPS)
Merupakan service concession arrangement (public to private services)
Sektor yang memiliki KPS, berdasarkan Indonesian Infrastructure Summit 2005, adalah:
Gas
Power and electricity
Road transportation (68 projects)
Water
Telecommunication
Pengaturan akuntansi untuk sewa dan perjanjian mengandung sewa belum lengkap.
ISAK 8 mengecualikan perjanjian konsesi jasa
3
Latar Belakang
4
Ciri Perjanjian Konsesi Jasa
5
Grantor vs Operator
Grantor Operator
Pemerintah atau perusahaan swasta yang Membangun infrastruktur untuk pelayanan
bertanggungjawab atas jasa yang diberikan publik, memperbaiki dan mengoperasikan
infrastruktur selama jangka waktu tertentu
Pemerintah Swasta
Perjanjian/Pengaturan
6
ISAK 8
7
Struktur Isi ISAK 8
Pendahuluan
• Referensi
• Latar Belakang
• Ruang Lingkup
• Permasalahan
Interpretasi
Tanggal Efaktif
Ketentuan Transisi
Panduan Apllikasi
Contoh ilustrasi – bukan bagian standar
8
Ruang Lingkup
Cakupan:
9
Permasalahan
10
Perlakuan Hak Operator atas Infrastruktur
11
Pengakuan dan Pengukuran Imbalan atas Perjanjian
12
Imbalan yang Diberikan oleh Grantor kepada Operator
Aset keuangan diakui sejauh operator memiliki hak kontraktual tanpa syarat untuk
menerima kas atau aset keuangan lain dari atau atas petunjuk gantor
Aset tak berwujud diakui sejauh operator menerima hak (lisensi) untuk
membebankan pengguna layanan publik
Menerima keduanya dilakukan pencatatan terpisah dan keduanya diakui pada nilai
wajar
13
Pemulihan Infrastruktur
14
Biaya Pinjaman
15
Pengakuan Aset Keuangan dan Aset Tak Berwujud
Aset Keuangan:
Pengakuan awal: nilai wajar
Selanjutnya: Amortized cost (initial amount + cumulative
interests - repayments)
Aset Tak Berwujud:
Pengakuan awal: biaya perolehan
Selanjutnya: amortized cost (acquisition cost - accumulated
amortization or accumulated impairment loss )
16
Item dari Grantor kepada Operator
Persyaratan:
17
ISAK 16
18
ISAK 16
19
SAK Terkait
Kategori Sewa Provider Pemilik
Tipe Sewa Jasa / Kontrak Rehabilitasi- BOT Bangun- 100% Divestasi
Pengaturan Pemeliharaan operasi- Miliki- Privatisasi
transfer Operasi Perusahaan
Kepemilikan Grantor Operator
Aset
Investasi Grantor Operator
Modal
Risiko Dibagi Grantor Operator dan Grantor Operator
Permintaan
Jangka waktu 8-20 1-5 tahun 25-30 Tak terbatas
tahun
Bunga Grantor Operator
SAK PSAK 30 PSAK 23 ISAK 16 PSAK 16
20
Tanggal Efektif dan ketentuan transisi
21
Ilustrasi 1 – Pemberi Konsesi Memberikan Aset Keuangan
Tahun Rp
Jasa Konstruksi 1 500
2 500
Jasa operasi (per tahun) 3-10 10
Pelapisan jalan 8 100
22
Ilusrasi 1
• Operator mengakui pendapatan dan biaya kontrak sesuai dengan PSAK 34: Akuntansi
Kontrak Konstruksi dan PSAK 23 Pendapatan. Biaya dari setiap kegiatan konstruksi,
operasi dan pelapisan diakui sebagai beban mengacu pada tahap penyelesaian kegiatan.
Untuk pendapatan kontrak, nilai wajar dari jumlah yang diberikan pemberi konsesi diakui
pada saat yang sama.
• Operator diwajibkan melapisi jalan pada akhir tahun ke 8. Pemberi konsesi akan
mengganti kepada operator biaya pelapisan jalan pada tahun ke 8. Kewajiban untuk
melapisi jalan diukur pada nilai nol dalam laporan posisi keuangan, serta pendapatan dan
beban tidak diakui dalam laporan laba rugi sampai pekerjaan pelapisan selesai dilakukan.
• Total imbalan (Rp200 pada setiap tahun ke 3 sampai 8) mencerminkan nilai wajar untuk
masing-masing jasa
• Pada tahun ke 1, biaya konstruksi sebesar Rp500, pendapatan konstruksi sebesar
Rp525 (biaya ditambah 5 persen), dan karenanya laba konstruksi sebesar Rp25 diakui
dalam laporan laba rugi. Berikut nilai wajar imbalan yang diterima
Nilai wajar
Jasa konstruksi Biaya perkiraan + 5%
Jasa operasi Biaya perkiraan + 20%
Pelapisan jalan Biaya perkiraan + 10%
Suku Bunga Efektif 6.18% per tahun
23
Ilusrasi 1
Rp
• Aset Keuangan
Jumlah terutang konstruksi di tahun I 525
• Jumlah terutang dari pemberi konsesi
adalah jumlah yang memenuhi definisi Piutang akhir tahun 525
piutang dalam PSAK 55.
• Pada saat pengakuan awal piutang diukur Bunga efektif di tahun ke 2 atas piutang 32
pada nilai wajar. pada akhir tahun 1 (6,16% x Rp 525)
• Pada saat pengukuran selanjutnya diukur
Jumlah terutang konstruksi di tahun ke 2 525
pada biaya perolehan diamortisasi, yaitu
jumlah yang diakui sebelumnya ditambah Piutang di akhir tahun ke 2 1082
bunga kumulatif pada jumlah yang
dihitung dengan menggunakan metode
bunga efektif dikurangi pembayaran. Bunga efektif di tahun ke 3 atas piutang 67
pada akhir tahun 2
• Jika arus kas dan nilai wajar tetap sama
seperti yang diperkirakan, tingkat bunga Jumlah terutang untuk operasi di tahun 3 12
efektif sebesar 6,18 persen per tahun dan (10 x (1+20%)
piutang diakui pada akhir tahun ke 1 Penerimaan kas dalam tahun 3 (200)
sampai 3
Piutang pada akhir tahun 3 961
24
Ilusrasi 1
• Diasumsikan operator mendanai perjanjian sepenuhnya dengan utang dan saldo laba.
Operator membayar bunga sebesar 6,7 persen per tahun atas saldo utang.
Arus kas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Penerimaan - - 200 200 200 200 200 200 200 200 1.600
Biaya kontrak (500) (500) (10) (10) (10) (10) (10) (110) (10) (10) (1.180)
Biaya pinjaman - (34) (69) (61) (53) (43) (33) (23) (19) (7) (342)
Arus masuk (keluar) net -500 -543 121 129 137 147 157 67 171 183 78
25
Ilusrasi 1
Laporan Posisi Keuangan
1 2 3 4 5- 6 7 8 9 10
Jumlah terutang dari 525 1082 961 862 695 550 396 343 117 12
pemberi konsesi (a)
Kas (utang) (500) (1034) (913) (784) (647) (500) (343) (276) (305) (78)
Aset neto 25 48 48 48 48 50 53 67 72 78
(a). Jumlah terutang dari pemberi konsesi pada awal tahun ditambah pendapatan dan
pendapatan keuangan yang diperoleh di tahun terkait dikurangi penerimaan di tahun terkait
(b) Utang pada awal tahun ditambah arus kas neto di tahun terkait
• Banyak kemungkinan jenis perjanjian. Tujuan dari contoh ini adalah untuk mengilustrasikan
perlakuan akuntansi untuk beberapa ciri yang umumnya ditemukan dalam praktik.
• Diasumsikan bahwa periode perjanjian hanya sepuluh tahun dan penerimaan tahunan dari
operator konstan selama periode tersebut. Periode perjanjian mungkin jauh lebih panjang
dan pendapatan tahunan dapat meningkat dengan berjalannya waktu, sehingga perubahan
laba neto dari tahun ke tahun dapat lebih besar.
26
Ilustrasi 2
• Persyaratan perjanjian mensyaratkan operator untuk membangun jalan, menyelesaikan
pembangunannya dalam waktu dua tahun.
• Memelihara dan mengoperasikan jalan tersebut sesuai standar yang ditetapkan selama
delapan tahun (yaitu tahun ke 3-10).
• Operator harus melapisi jalan pada akhir tahun ke 8. Aktivitas pelapisan merupakan
penghasil pendapatan.
Tahun Rp
Jasa Konstruksi 1 500
2 500
Jasa operasi (per tahun) 3-10 10
Pelapisan jalan 8 100
27
Ilustrasi 2 – Aset tak berwujud
• Operator memberikan jasa konstruksi kepada pemberi konsesi yang ditukar engan aset
tak berwujud yaitu hak untuk menarif tariff tol dari pengguna jalan tol pada tahun 3-10.
• Operator mengestimasi jumlah kendaraan stabil dan akan diterima pendapatan dari
penerimaan tol sebesar 200 setiap tahun dari tahun 3-10
• Operator akan mengakui aset tak berwujud menurut PSAK 19 aset tak berwujud
Rp
Jasa Konstruksi pada tahun 500x(1+5%) 525
Kapitalisasi biaya pinjaman 34
Jasa konstturksi tahun 2 500x(1+5%) 525
Aset tak berwujud tahun 2 1.084
• Amortisasi dilakukan selama masa kontrak selama 8 tahun 1084/8 = 135 per tahun
• Operator mengakui biaya pendapatan dan biaya kontrak sesuai PSAK 34, sehingga
terdapat laba sebesar 25.
• Pengguna jalan membayar jasa public maka operator akan mengakui pendapatan tol.
• Kewajiban pelapisan diakui sesuai PSAK 57, diestimasi sejak jalan tersebut selesai
mulai tahun ke-3 sampai dengan tahun 8
28
Ilustrasi 2 – Aset tak berwujud
29
Ilustrasi 2 – Aset tak berwujud
• Kewajiban operator untuk pelapisan timbul sebagai akibat dari penggunaan
jalan selama tahap operasi. Kewajiban diakui dan diukur sesuai dengan
PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi,
yaitu pada estimasi terbaik pengeluaran yang disyaratkan untuk
menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan.
• Kewajiban operator untuk pelapisan timbul sebagai akibat dari penggunaan
jalan selama tahap operasi. Kewajiban diakui dan diukur sesuai dengan
PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi,
yaitu pada estimasi terbaik pengeluaran yang disyaratkan untuk
menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan.
3 4 5 6 7 8 Total
Kewajiban timbul pada tahun 17 12 13 14 15 16 17 87
dengan diskonto sebesar 6%
Kenaikan provisi awal tahun 0 1 1 2 4 5 13
karena berjalannya waktu
Total beban diakui dalam laba rugi 12 14 15 17 20 22 100
30
Ilustrasi 2 – Aset tak berwujud
Jumlah terutang dari 525 1082 961 862 695 550 396 343 117 12
pemberi konsesi (a)
Kas (utang) (500) (1034) (913) (784) (647) (500) (343) (276) (305) (78)
Kewajiban pelapisan - - (12 (26) (41) (58) (78) - - -
Aset neto 25 50 24 4 (10) (16) (15) (6) 90 78
32
Ilustrasi 3 Aset keuangan dan Aset tak berwujud
33
Ilustrasi 3 Aset keuangan dan Aset tak berwujud
Tahun Rp
Jasa Konstruksi 1 500
2 500
Jasa operasi (per tahun) 3-10 10
Pelapisan jalan 8 100
34
Ilustrasi 3 Aset keuangan dan Aset tak berwujud
35
Ilustrasi 3 Aset keuangan dan Aset tak berwujud
• Hak kontraktual untuk menerima kas dari pemberi konsesi untuk jasa dan hak
untuk membebankan pengguna terhadap layanan publik harus dianggap
sebagai dua aset yang terpisah sesuai PSAK. Oleh karena itu, dalam perjanjian
ini perlu untuk membagi imbalan operator menjadi dua komponen: komponen
aset keuangan berdasarkan jumlah yang dijamin dan aset tidak berwujud
untuk sisanya.
Nilai wajar
Jasa konstruksi Biaya
perkiraan +
5%
Jasa operasi Biaya perkiraan + 20%
Pelapisan jalan Biaya perkiraan + 10%
Suku Bunga Efektif 6.18% per tahun
36
Ilusrasi 1
• Operator mengakui pendapatan dan biaya kontrak sesuai dengan PSAK 34: Akuntansi
Kontrak Konstruksi dan PSAK 23 Pendapatan. Biaya dari setiap kegiatan konstruksi,
operasi dan pelapisan diakui sebagai beban mengacu pada tahap penyelesaian kegiatan.
Untuk pendapatan kontrak, nilai wajar dari jumlah yang diberikan pemberi konsesi diakui
pada saat yang sama.
• Operator diwajibkan melapisi jalan pada akhir tahun ke 8. Pemberi konsesi akan
mengganti kepada operator biaya pelapisan jalan pada tahun ke 8. Kewajiban untuk
melapisi jalan diukur pada nilai nol dalam laporan posisi keuangan, serta pendapatan dan
beban tidak diakui dalam laporan laba rugi sampai pekerjaan pelapisan selesai dilakukan.
• Total imbalan (Rp200 pada setiap tahun ke 3 sampai 8) mencerminkan nilai wajar untuk
masing-masing jasa
• Pada tahun ke 1, biaya konstruksi sebesar Rp500, pendapatan konstruksi sebesar
Rp525 (biaya ditambah 5 persen), dan karenanya laba konstruksi sebesar Rp25 diakui
dalam laporan laba rugi. Berikut nilai wajar imbalan yang diterima
Nilai wajar
Jasa konstruksi Biaya perkiraan + 5%
Jasa operasi Biaya perkiraan + 20%
Pelapisan jalan Biaya perkiraan + 10%
Suku Bunga Efektif 6.18% per tahun
37
Ilusrasi 1
Rp
• Aset Keuangan
Jumlah terutang konstruksi di tahun I 525
• Jumlah terutang dari pemberi konsesi
adalah jumlah yang memenuhi definisi Piutang akhir tahun 525
piutang dalam PSAK 55.
• Pada saat pengakuan awal piutang diukur Bunga efektif di tahun ke 2 atas piutang 32
pada nilai wajar. pada akhir tahun 1 (6,16% x Rp 525)
• Pada saat pengukuran selanjutnya diukur
Jumlah terutang konstruksi di tahun ke 2 525
pada biaya perolehan diamortisasi, yaitu
jumlah yang diakui sebelumnya ditambah Piutang di akhir tahun ke 2 1082
bunga kumulatif pada jumlah yang
dihitung dengan menggunakan metode
bunga efektif dikurangi pembayaran. Bunga efektif di tahun ke 3 atas piutang 67
pada akhir tahun 2
• Jika arus kas dan nilai wajar tetap sama
seperti yang diperkirakan, tingkat bunga Jumlah terutang untuk operasi di tahun 3 12
efektif sebesar 6,18 persen per tahun dan (10 x (1+20%)
piutang diakui pada akhir tahun ke 1 Penerimaan kas dalam tahun 3 (200)
sampai 3
Piutang pada akhir tahun 3 961
38
Ilusrasi 1
• Diasumsikan operator mendanai perjanjian sepenuhnya dengan utang dan saldo laba.
Operator membayar bunga sebesar 6,7 persen per tahun atas saldo utang.
Arus kas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Penerimaan - - 200 200 200 200 200 200 200 200 1.600
Biaya kontrak (500) (500) (10) (10) (10) (10) (10) (110) (10) (10) (1.180)
Biaya pinjaman - (34) (69) (61) (53) (43) (33) (23) (19) (7) (342)
Arus masuk (keluar) net -500 -543 121 129 137 147 157 67 171 183 78
39
Ilusrasi 1
Laporan Posisi Keuangan
1 2 3 4 5- 6 7 8 9 10
Jumlah terutang dari 525 1082 961 862 695 550 396 343 117 12
pemberi konsesi (a)
Kas (utang) (500) (1034) (913) (784) (647) (500) (343) (276) (305) (78)
Aset neto 25 48 48 48 48 50 53 67 72 78
(a). Jumlah terutang dari pemberi konsesi pada awal tahun ditambah pendapatan dan
pendapatan keuangan yang diperoleh di tahun terkait dikurangi penerimaan di tahun terkait
(b) Utang pada awal tahun ditambah arus kas neto di tahun terkait
• Banyak kemungkinan jenis perjanjian. Tujuan dari contoh ini adalah untuk mengilustrasikan
perlakuan akuntansi untuk beberapa ciri yang umumnya ditemukan dalam praktik.
• Diasumsikan bahwa periode perjanjian hanya sepuluh tahun dan penerimaan tahunan dari
operator konstan selama periode tersebut. Periode perjanjian mungkin jauh lebih panjang
dan pendapatan tahunan dapat meningkat dengan berjalannya waktu, sehingga perubahan
laba neto dari tahun ke tahun dapat lebih besar.
40
Ilustrasi 2
• Persyaratan perjanjian mensyaratkan operator untuk membangun jalan, menyelesaikan
pembangunannya dalam waktu dua tahun.
• Memelihara dan mengoperasikan jalan tersebut sesuai standar yang ditetapkan selama
delapan tahun (yaitu tahun ke 3-10).
• Operator harus melapisi jalan pada akhir tahun ke 8. Aktivitas pelapisan merupakan
penghasil pendapatan.
Tahun Rp
Jasa Konstruksi 1 500
2 500
Jasa operasi (per tahun) 3-10 10
Pelapisan jalan 8 100
41
Profesi untuk
Mengabdi pada
TERIMA KASIH Negeri
Dwi Martani
081318227080
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/
42