UNIVERSITAS DIPONEGORO 2019 PENGERTIAN ETIKA • Soergarda Poerbakawatja Etika merupakan sebuah filsafat berkaitan dengan nilai-nilai, tentang baik dan buruknya tindakan dan kesusilaan. • James J. Spillane SJ Etika ialah mempertimbangkan atau memperhatikan tingkah laku manusia dalam mengambi suatu keputusan yang berkaitan dengan moral.
“Etika juga diartikan pula sebagai filsafat moral yang berkaitan
dengan studi tentang tindakan-tindakan baik ataupun buruk manusia di dalam mencapai kebahagiaannya.” Ada 4 sudut pandang mengenai standar etika antar negara: • Etika individu; setiap individu memiliki sudut pandang tersendiri mengenai tindakan yang etis ataupun tidak. Akibatnya setiap individu atau lembaga bekerja sesuai dengan standar etikanya sendiri. • Etika nasional; hal ini menempatkan masalah etika pada tingkat nasional (lokal). Di mana tidak ada standar etika yang superior dibanding standar etika bangsa lain. • Etika imperialis; di sini standar etika disesuaikan dengan standar dari home country. Jika ada perbedaan standar dengan standar etika lokal maka (tetap) akan menggunakan standar dari home country. • Universalisme; sudut pandang ini melihat setiap individu secara fundamental memiliki standar etika yang mirip. Mungkin ada perbedaan sedikit, tapi inti dan dasar keyakinan mengenai etika itu ada, tanpa memandang asal orang tersebut. Etika dalam konteks lintas budaya dan internasional
Cara yang berguna untuk menggambarkan perilaku etika
dalam kontek lintas budaya dan internasional adalah berdasarkan: 1. Bagaimana perusahaan memperlakukan karyawannya. Perusahaan dapat berusaha mempekerjakan orang-orang yang terbaik,dengan adanya pekerja yang terbaik perusahaan mampu memperluas kesempatan dan pengembangan karir, dengan cara memberikan kompensasi dan tunjangan yang bagus dan menghormati hak pribadi dan kebebasan masing-masing karyawan 2. Bagaimana pekerja melakukan organisasi Isu sentral dalam hubungan ini meliputi konflik kepentingan, kerahasiaan, dan kejujuran. Konflik kepentingan terjadi jika sebuah keputusan mempunyai potensi menguntungkan dan merugikan organisasi. Persepsi etis mengenai pentingnya konflik kepentingan berbeda bagi masing-masing budaya. 3. Bagaimana karyawan dan organisasi memperlakukan agen ekonomi lainnya. Agen utama meliputi konsumen, kompetitor, pemegang saham, pemasok, dealer, dan serikat pekerja. Jenis interaksi antara organisasi dengan agen-agen ini rentan terhadap ambigu etis yang meliputi iklan , pembukaan rahasia keuangan, pemesanan dan pembelian, pengiriman dan pemindahan, tawar menawar dan negosiasi, dan hubungan bisnis lainnya. Amerika Serikat Jerman Jepang China
Bekerja sangat Disiplin terhadap Membungkuk dan Etika bisnis China
struktural penggunaan waktu mengucapkan salam mengutamakan hal ketika bertemu penting, siapa cepat dia dapat Team-work Menghargai privasi Saling bertukar kartu Melarang oriented nama (business card) menggunakan cara- cara kotor untuk menjatuhan orang lain Cenderung Menegur secara Pertukaran practical personal langsung cenderamata / oleh- oleh setelah meeting dengan perusahaan yang beda negara Egalitarianisme Menghargai tenaga Adanya jamuan bisnis pekerja / karyawan saat akan memulai meeting Membayar pajak Etos kerja yang tinggi dan terstruktur Tidak ada aturan-aturan tingkatan sosial Perbedaan sikap perusahaan asing dan perusahaan Indonesia kepada karyawan konteks Indonesia Asing Dalam menyelesaikan Saat mengalami Saat mengalami suatu masalah masalah,karyawan cenderung masalah,atasan akan membahas solusi masalah cenderung menanyakan bersama dengan atasan kepada karyawa solusi apa yang mereka miliki untuk mengatasi masalah tersebut (Jepang) Dalam interaksi antara Interaksi pimpinan dan Interaksi pimpinan dan karyawan dan bawahan cenderung lebih karyawan sangat cair, nyaris pimpinan. formal,dan perbedaan jabatan tidak ada perbedaan jabatan. sangat terlihat. Semua orang bebas berpendapat dan memberikan masukan. Alhasil hampir semua karyawan sangat bertanggung jawab terhadap proyeknya masing-masing dan bahkan bersedia lembur tanpa dibayar.(Inggris) Kontrak sosial Negara pada dasarnya terbentuk karena ada kesepakan antara banyaknya individu untuk menyerahkan kekuasaan mereka baik itu sebagian atau seluruhnya demi menjaga dan menjamin hak hak dari anggota individu tersebut. Persetujuan ini lah yang disebut dengan social contract. 3 tokoh terkait kontrak social 1. Thomas Hobbes 2. John Locke 3. Jean-Jacques Rousseau Argumen Thomas Hobbes, John Locke, JJ Rousseau berlandaskan anggapan bahwa manusia merupakan sumber kewenangan. 1. Kontrak Sosial Thomas Hobbes (1588-1679) Hobbes menyatakan bahwa secara kodrat manusia itu sama satu sama lain. Manusia mempunyai appetite dan aversions yang menggerakkan tindakan mereka.
Manusia memasuki kondisi sipil yaitu masing-masing anggota
masyarakat mengadakan kesepakatan diantara mereka untuk melepaskan hak-hak mereka dan mentransferkan hak-hak itu kepada beberapa orang atau lembaga yang akan menjaga kesepakatan itu agar terlaksana dengan sempurna. Beberapa orang atau lembaga itulah yang memegang kedaulatan penuh. 2. Kontrak Sosial John Locke (1632-1704) Ciri-ciri manusia tidaklah ingin memenuhi hasrat dengan power tanpa mengindahkan manusia lainnya. Manusia menciptakan kondisi buatan dengan cara mengadakan kontrak social yaitu masing-masing anggota masyarakat tidak menyerahkan sepenuhnya semua hak-haknya, akan tetapi hanya sebagian saja. Antara pihak calon pemegang pemerintahan dan masyarakat ada hubungan saling kepercayaan. Tiga Pihak dalam hubungan kepercayaan : 1. Trustor : menciptakan kepercayaan 2. Trustee : yang diberi kepercayaan 3. Beneficiary : manfaat pemberian kepercayaan Pemegang pemerintahan atau yang diberi kepercayaan mempunyai hak-hak dan kewenangan yang sangat terbatas. Sumber kewenangan dan pemegang kewenangan dalam teori Locke tetaplah masyarakat. 3. Kontrak Sosial JJ Rousseau (1712-1778)
Manusia saling bersatu dan bekerjasama
Masyarakat mengadakan kontrak social yang dibentuk oleh kehendak bebas dari semua untuk menghindar dari kondisi dimana yang memiliki hak-hak istimewa menekan orang lain yang menyebabkan ketidaktoleranan dan ketidakstabilan. Rousseau menjelaskan bahwa yang memerintah adalah kehendak umum dengan menggunakan lembaga legislatif, yang membawahi lembaga eksekutif. Rousseau mengembangkan semangat totaliter pihak rakyat dalam kekuasaan. Tingkat Pemahaman Konflik Etika Lintas Budaya • Level 1 : Apa arti dari nilai-nilai "universal"? memperkuat gagasan bahwa nilai-nilai etika tidak universal dari waktu ke waktu atau ruang. Sebagai manajer global kita dituntut untuk dapat menyesuaikan etika dimana kita berada. Level 2 : Apa hubungan antara prinsip-prinsip dan praktek ? prinsip-prinsip yang saling bertentangan, prinsip yang bertentangan dengan praktek-praktek, adalah akar penyebab kebanyakan konflik. Oleh karena itu, daripada menitiberatkan fokus pada praktikyang mungkin ditolak, mungkin manajer harus lebih memperhatikan bagaimana membangun praktek-praktek yang dapat diterima bersama yang didasarkan pada prinsip-prinsip umum • Level 3 : Bagaimana kita dapat menyelaraskan konflik etis baik di dalam dan antara perusahaan ? Dalam kebanyakan kasus, apa yang dipertaruhkan adalah konflik antara posisi suatu perusahaan dan beberapa pihak eksternal, seperti konsumen, pemasok, mitra strategis, dan sebagainya. Dalam kasus lain, konflik internal antara nilai- nilai yang dimiliki perusahaan dan yang dimiliki oleh karyawannya. pemahaman konflik membutuhkan pemahaman para pihak yang terlibat konflik, serta peran masing-masing-masing individu dalam perusahaan. Konflik Etika Terjadinya konflik tidak hanya begitu saja terjadi. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya konflik. Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik, yaitu : 1. Perbedaan Setiap Individu Perbedaan setiap individu merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya konflik, karena setiap orang atau kelompok pasti memiliki pendapat atau pandangan yang berbeda – beda. 2. Faktor Kebudayaan Kebudayaan yang berbeda – beda di dalam masyarakat dapat menimbulkan konflik, karena kebudayaan yang dimiliki setiap daerah pasti mempunyai keunikannya tersendiri sehingga dapat membentuk karakter dan kepribadian seseorang. 3. Faktor Kepentingan Setiap orang ataupun kelompok pasti memiliki kepentingannya masing – masing, seperti dalam segi sosial, ekonomi, ataupun politik. Perbedaan kepentingan dan pendapatlah yang dapat memicu terjadinya konflik. 4. Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan hal yang positif, namun jika kurangnya keharmonisan di dalam interaksi sosial masyarakat maka akan memicu terjadinya konflik. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakharmonisan di dalam interaksi sosial masyarakat, seperti kurang pendidikan, kondisi ekonomi, kesenjangan sosial, dan lain sebaginya. 5. Perubahan Sosial karena perubahan sosial secara otomatis dapat merubah adat juga kebiasaan suatu kelompok sehingga bagi seorang yang tidak dapat menerima perubahan tersebut hingga menyebabkan konfik. Jadi, dengan melihat konflik lintas budaya dapat menghambat keberhasilan bisnis dan manajemen global, maka ada beberapa tantangan yang harus dihadapi: (1) Penerimaan atau penolakan terhadap selera dan preferensi yang berbeda (Acceptance or rejection of different tastes and preferences). Konflik antara selera atau preferensi kelompok dan kelompok lain. Orang harus menentukan selera atau preferensi mana yang akan menang atau akan ditoleransi. Dampaknya tergantung pada sejauh mana para pihak dapat terbuka untuk berkompromi (2) Preferensi untuk keharusan etis atau persyaratan hukum (Preference for ethical imperatives or legal requirements). Konflik antara apa yang kelompok anggap etis dan apa yang menurut mereka legal. Orang-orang harusmem buat keputusan antara mengikuti hati nurani mereka atau mengikuti hukum dan peraturan yang berlaku. 3. Toleransi atau intoleransi terhadap kepercayaan dan nilai- nilai yang berbeda. Konflik antara kepercayaan dan nilai-nilai yang dimiliki oleh kelompok tertentu dibandingkan dengan kelompok lain. Setiap orang harus menentukan seberapa toleran mereka dalam hubunagnnya dengan kepercayaan dan nilai-nilai pihak lain. Adakah ruang untuk kompromi atau tidak. Cara penyelesaian konflik di perusahaan multinasional Konsiliasi (Consiliation), yaitu suatu usaha menyelesaikan sengketa yang ditujukan untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang bersengketa demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
Arbitrasi (arbitration), yaitu penyelesaian sengketa dengan mengajukan
permasalahan kepada orang-orang tertentu yang dipilih secara bebas oleh pihak yang bersengketa untuk memutuskan sengketa itu tanpa memperhatikan hukum secara ketat.
Adjudikasi (adjudication), yaitu suatu teknik hukum untuk menyelesaikan
persengketaan internasional dengan menyerahkan putusan kepada lembaga- lembaga peradilan.
Judicial Settlement, yaitu penyelesaian masalah dengan menerapkan ketentuan
hukum badan peradilan internasional. Etika Konflik Kelembagaan. Berbeda dengan etika (yaitu, normatif atau moral) konflik dan tantangan, konflik institusional berfokus pada bagaimana manusia dan masyarakat melihat hukum diamanatkan sosial, aturan, peraturan, dan kebijakan publik. Di sini fokusnya lebih pada melakukan apa yang dibutuhkan oleh hukum atau sangat didorong oleh lembaga pemerintah atau antar-pemerintah. Dalam menanggapi pertumbuhan politik dan maraknya korupsi yang melibatkan banyak perusahaan perusahaan di seluruh dunia, Beberapa pemerintah selama bertahun-tahun telah dimulai - namun perlahan - untuk mengatasi masalah suap dan korupsi, serta isu-isu "keadilan" lainnya. Salah satu upaya tersebut adalah US Foreign Corrupt Practices Act (FCPA). Pada dasarnya, FCPA melarang perusahaan-perusahaan AS, karyawan, atau agen mereka dari membayar suap dalam bentuk apa pun kepada pejabat pemerintah asing untuk membantu mengamankan atau mempertahankan bisnis. Secara khusus, tindakan FCPA melarang beberapa perilaku seperti :
1 Pembayaran kepada pejabat asing, partai politik luar negeri,
atau calon untuk jabatan politik asing atau untuk tujuan mempengaruhi tindakan atau keputusan untuk mendapatkan, mempertahankan, atau membantu dalam memperoleh bisnis untuk perusahaan 2 Sengaja membuat pernyataan palsu dalam pembukuan perusahaan, catatan, dan dokumen pendukung, seperti pembayaran untuk jasa atau pembayaran di rekening pengeluaran 3 Terlibat dalam penagiahan yang berlebihan, atau praktek- praktek serupa untuk tujuan transaksi mempengaruhi atau pembayaran yang tidak wajar yang tidak akan akurat tercermin dalam pembukuan perusahaan 4 Melakukan suatu pembayaran itu, secara keseluruhan atau sebagian, digunakan untuk tujuan selain yang ditunjuk oleh dokumen pendukung atau mengizinkan mereka. Setelah berlalunya FCPA, banyak perusahaan AS awalnya mengeluh bahwa hukum menempatkan mereka pada kerugian kompetitif dibandingkan dengan negara lain dalam mengamankan bisnis di negara- negara secara luas dikenal karena korupsi. Konflik ini diselesaikan ketika OECD (yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi berorientasi pasar dan pengembangan di seluruh dunia) membawa keanggotaannya bersama-sama dan secara kolektif menyetujui standar untuk mendefinisikan dan mengilegalkan penyuapan pejabat asing dalam bisnis internasional. Pedoman OECD merupakan satu set normatif, namun sukarela, pedoman bagi manajer global dan perusahaan mereka yang ditujukan secara bersamaan untuk mengembangkan perekonomian negara-negara kurang berkembang sekaligus melindungi mereka dari eksploitasi oleh perusahaan-perusahaan besar dan kaya dari dunia industri . Pedoman ini bertujuan untuk memastikan bahwa operasi perusahaan ini beroperasi selaras dengan kebijakan pemerintah daerah, untuk memperkuat dasar saling percaya antara perusahaan global dan masyarakat di mana mereka beroperasi, untuk membantu meningkatkan iklim investasi asing, dan untuk meningkatkan kontribusi pembangunan berkelanjutan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan global.