Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS RESIKO

DAN PERKIRAAN
ARUS KAS

Benedictus Bagas S 172114013


Benihin Yusuf Bora 172114058
Bernardin Kevin Y 172114071
Isidorus cahyo N 172114088
Memperkirakan Arus Kas
 Langkah paling sulit dan paling penting dalam penganggaran
modal adalah memperkirakan arus kas suatu proyek
Arus Kas Proyek = Arus Kas Dengan Proyek – Arus Kas Tanpa
Proyek
 Arus kas harus dibedakan dari laba menurut akuntansi
 Arus kas suatu proyek dapat dikelompokkan menjadi 3 :
a. Arus kas Permulaan
b. Arus Kas Opreasi
c. Arus Kas Terminal

 Arus kas operasi adalah laba bersih sesudah pajak proyek


ditambah depresiasi

Operating Cash Flow= EAT + Depreciation


Memperkirakan Arus Kas
Contoh

Penjualan $ 1.600.000
Biaya Operasi Tunai $ 600.000
Depresiasi $ 200.000
EBIT $ 800.000
Biaya Bunga $ -
EBT $ 800.000
Pajak (34%) $ 272.000 34%
EAT $ 528.000

Operating cash flow= 528000 + 200000


Operating cash flow= $ 728.000
Operating Cash Flow

Operating Cash Flow = (R – C) (1 – T) +( T x D)

Dimana :
R = incremental project revenues
C = Incremental project costs
T = pajak
D = Depresiasi
Operating Cash Flow = (R – C) (1 – T) +( T x D)
= (1,6 – 0,6) (1-0,34) +(0,34)
(0,2)
= 0,66 + 0,068
= 0,728
2. Hal – hal penting yang perlu diperhatikan

Sunk cost tidak diperhitungkan


dalam analisis arus kas proyek,
karena suatu pengeluaran yang
terjadi di masa lampau tidak
bersifat incremental
Metode Depresiasi

1. Metode Garis Lurus

Contoh :
Suatu mesin senilai 30 juta memiliki usia
ekonomis 3 tahun tanpa nilai sisa (Salvage
Value)

Tahun Depresiasi
1 1/3 x 30 = 10 juta
2 1/3 x 30 = 10 juta
3 1/3 x 30 = 10 juta
30 juta
2. Metode Double Declining
Balance

Tahun Depresiasi
1 2/3 x 30 = 20 juta
2 2/3 x 10 = 6,7 juta
3 Sisa = 3,3 juta
= 30 juta
3. Metode Sum of The Years
Digits

Tahun Depresiasi
1 3/6 x 30 = 15 juta
2 2/6 x 30 = 10 juta
3 1/6 x 30 = 5 juta
30 juta
3. Analisis Arus Kas Proyek Baru
1. Initial Cash
Flow

Arus kas yang terjadi pada waktu investasi


dilakukan ( t = 0). Arus kas ini terdiri dari : harga
beli suatu aktiva + biaya transportasi dan
pemasangan, perubahan pada net working
capital. Jumlah bersih semua item pada t = 0
merupakan pengeluaran investasi
Contoh

Suatu proyek membutuhkan investasi pada


tanah sebesar 1,2 juta ( pembayaran pada
akhir tahun 2017) dan pada gedung 8 juta ( 4
juta pada akhir 2018, 4 juta sisanya pada akhir
2019) serta mesin – mesin yang 10 juta ( pada
akhir tahun 2019). Proyek ini memiliki usia 3
tahun. Usia ekonomis gedung dan mesin
adalah 3 tahun tanpa nilai sisa. Pada akhir
2019, proyek juga memerlukan tambahan net
working capital sebesar 2 juta
2017 2018 2019
Tanah 1,2 juta 0 0
Gedung 0 4 juta 4 juta
Mesin 0 0 10 juta
Aktiva tetap 1,2 4 juta 14 juta
total
Net working 0 0 2 juta
capital
Investasi 1,2 4 juta 16 juta
total
2. Operating Cash
Flow
Arus kas yang dihasilkan dari operasi
proyek. Dilihat dari efek proyek baru
terhadap biaya dan penghasilan.
Penghasilan incremental (R)
merupakan arus kas masuk, biaya
incremental (C) merupakan arus kas
keluar, Biaya Depresiasi (D) setiap
tahun dihitung dan disesuaikan
dengan pajak (T).

CF= (R-C) (1-T) + T.D


Terminal Cash Flow

Arus kas yang terjadi pada akhir


proyek, misalnya:
1. Nilai sisa (Salvage Value) tahun
terakhir. Dampak pajak harus
diperhitungkan.
2. Net Working Capital yang terjadi
pada awal proyek harus
dikembalikan.
Analisis Arus Kas Proyek
Penggantian (Replacement)

Menganalisis Arus Kas untuk


proyek penggantian, misalnya
penggantian mesin lebih
kompleks daripada menganalisis
arus kas untuk proyek baru. Kita
harus menggunakan
Prinsip”incremental”
Contoh Soal : Perusahaan ingin
mengganti mesin lama dengan mesin
baru. Nilai buku meisn lama 90juta dan
nilai ekonomisnya masih 3 tahun
tanpa ada nilai sisa. Harga mesin baru
180juta dengan nilai ekonomis 3 tahun
tanpa nilai sisa. Mesin baru dapat
mengehmat biaya operasi 50 jua
pertahun. Mesin lama dapat dijual
senilai dengan nilai bukunya (100 juta)
pajak 15%, depresiasi dengan metode
garis lurus.
Arus Kasnya adalah:
1 2 3
Penghematan Biaya 50 juta 50 juta 50 juta
Tambahan Penyusutan: 30 juta 30 juta 30 juta

Depresiasi Mesin baru 60 juta

Depresiasi Mesin lama 30 juta


30 juta

Tambahan Laba sebelum


20 juta 20 Juta 20 Juta
pajak
Tambahan pajak (15%) 3 juta 3 juta 3 juta

Tambahan laba setelah pajak 17 juta 17 juta 17 juta


Tambhana Arus Kas 47 juta 47 juta 47 juta

Pada Tahun ke 0 (Awal Tahun 1) ada pengeluaran sebesar 180 juta untuk membeli mesin baru
tapi juga ada pemasukan 90 jta dari penjualan mesin lama. Maka arus kas pada t=0 adalah -90 juta

Tahun Arus Kas Bersih


0 −90 juta
1 47 juta
2 47 juta
3 47 juta
Analisis Arus Kas Proyek Penggantian
(Replacement)

Beberapa hal yang harus diperhatikan


pada awal proyek (t=0)
a) Kas yang diterima dari penjualan
perlengkapan lama merupakan arus
kas masuk.
b) Jika perlengkapan lama dijual dibawah
nilai bukunya, akan ada penghematan
pajak. Jika dijual diatas nilai bukunya,
ada pajak untuk keuntungan (selisih
antara harga jual dengan nilai buku).
Analisis Arus Kas Proyek Penggantian
(Replacement)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
perhitungan arus kas operasi:
a. Lihat efek perlengkapan baru pada penghasilan
(revenues) dan biaya (cost)
b. Depresiasi pada perlengkapan baru harus
dibandingkan dengan depresiasi pada
perlengkapan lama, untuk memperoleh
perubahan bersih pada depresiasi.
c. Setiap nilai sisa pada perlengkapan lama,
termasuk efek pajaknya, harus dimasukkan
sebagai arus kas keluar pada akhir usia proyek.
Analisis Proyek Dengan Usia Yang
Berbeda
Untuk menganalisis proyek dengan
usia yang berbeda digunakan 2
pendekatan :
(1) Rantai penggantian
(replacement chain)
(2) Annuitas tahunan yang sama
(equivalent annual annuity)
1. Replacement Chain Approach
Memilih diantara dua proyek yang mutually exclusive, proyek A dan proyek B
yang memiliki arus kas sebagai berikut.

Tahun Proyek A Proyek B


0 40 juta 20 juta
1 8 juta 7 juta
2 14 juta 13 juta
3 13 juta 12 juta
4 12 juta
5 11 juta
6 10 juta
Jika digunakan discount rate 10% maka:
NPV A = 9,28 juta
NPV B = 6,12 juta
Apakah proyek A lebih baik dibandingkan dengan proyek B?
Belum tentu, karena usia kedua proyek berbeda. Jika kita memilih proyek B, kita
dapat menginvenstasikan uang kita pada awal tahun keempat pada proyek
yang sama (Proyek B). Perhitungannya menjadi demikian:
Tahun Proyek A Proyek B
0 40 juta 20 juta
1 8 juta 7 juta
2 14 juta 13 juta
3 13 juta 12 juta + (20 juta) = 8 juta
4 12 juta 7 juta
5 11 juta 13 juta
6 10 juta 12 juta
Jika digunakan discount rate 10% maka:
NPV B = 10,72 juta
Maka sebenarnya, proyek B lebih baik.
2. Equivalent Annual Annuity Approach
Contoh: melanjutkan soal sebelumnya.
NPV A = 9,28 juta
NPV B = 6,12 juta
Untuk membandingkan proyek A dan proyek B kita cari Equivalent Annual Annuity
(EAA) sebagai berikut:
Untuk proyek “B”:

EAA EAA EAA

PV1
PV2
PV3
6,12 juta

Berapa penghasilan pertahun yang menghasilkan


PV = 6,12 juta? Hitung dengan rumus PV Annuity:
PVA = PMT (PVIFA,k,n)
6,12 = PMT (PVIFA, 10%,3)
PMT = EAA = 2,46 juta
2. Equivalent Annual Annuity Approach

Untuk Proyek “A”:

EAA EAA EAA EAA EAA EAA


PV1

PV2

PV3
PV4

PV5
PV6

9,28 juta

9,28 = PMT (PVIFA, 10%, 6)


PMT= EAA = 2,13 juta
Karena EAA proyek “B” > EAA proyek “A”, maka proyek B lebih baik.
6. Nilai Meninggalkan Proyek ( Abandonment Value)

Pada umumnya proyek dianilisis secara seolah-olah


perusahaan pasti mengoperasikan proyek tersebut hingga
habis usianya. Dalam bebrapa kasus meninggalkan proyek
(menghentikan proyek) sebelum usia proyek habis bisa lebih
menguntungkan. Jika proyek berjalan tidak seperti yang
diinginkan, kemungkinan menghentikan proyek ini amat
bernilai. Abandonment value adalah sama dengan nilai sisa
bersih (net salvage values)
Tahun (t) Arus Kas Proyek Net Abandonment Value

Pada Akhir Tahun t

0 $ 4.800.000 $ 4.800.000

1 $ 2.000.000 $ 3.000.000

2 $ 1.875.000 $ 1.900.000

3 $ 1.750.000 $ -
NPV proyek pada discount Rate = 10% adalah -0, juta proyek akan ditolak. Tapi
bagaimana kalau kita dapat meninggalkan proyek setelah berjalan 2 tahun?
Kita akan menerima arus kas masuk 2 juta dan 1,875 juta ditambah abondon value 1,9
juta.

Maka NPV = -4,8 jt + 2juta/(1 + 0,1)1 + 1,8 jt/(1 + 0,1)2 + 1,9 jt/(1 + 0,1)3
= 0,138 juta
maka proyek ini bisa diteirma jika kita merencanakan untuk mengoperasikan 2 tahun
kemudian dijual.
7. Penyesuaian Terhadap Inflasi
Inflasi merupakan salah satu faktor
penting yang harus diperhitungkan
dalam analisis penganggaran modal.
Menurut Fisher, hubungan antara suku bunga riil dan suku bunga nominal adalah
Jika diasumsikan bahwa cashflow bertumbuh sebesar tingkat inflasi (I), maka nominal
cashflow adalah
Kesimpulan untuk menghitung NPV dan tetap
mempertimbangkan faktor inflasi, kita harus:
1. Menggunakan arus kas Riil, dengan biaya
modal riil
2. Menggunakan arus kas nominal dengan
biaya modal nominal
Menggunakan arus kas riil dan biaya mmodal riil.
Arus kas riil: dalam menentukan arus kas, kita tidak
perlu memasukkan unsur inflasi.
Biaya moda riil : biaya modal tanpa memasukkan
unsur inflasi. WACC adalah biaya modal nominal
karena dihitung dengan pendekatan harga pasar
yang pasti telah memperhitungkan inflasi yang
akan terjadi.
Biaya Modal Riil
Kelemahan cara perhitungan NPV dapat
diasumsikan bahwa:
1. Inflasi memberi dampak yang sama besar
terhadap arus kas dan biaya modal.
2. Seluruh arus kas proyek termasuk depresiasi
dipengaruhi secara sama oleh inflasi

Anda mungkin juga menyukai