Anda di halaman 1dari 10

ANTI-

INSOMNIA

I N DA H F I T R I A M E L I A 1 7 1 0 7 1 1 1 4 0
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan
yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine.
• Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
• Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
PEMILIHAN OBAT, DITINJAU DARI
SIFAT GANGGUAN TIDUR :
• Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur). Obat yang dibutuhkan
adalah bersifat “Sleep inducing anti-insomnia” yaitu golongan benzodiazepine
(Short Acting) Misalnya pada gangguan anxietas.
• Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk kembali
ke proses tidur selanjutnya). Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Prolong
latent phase Anti-Insomnia”, yaitu golongan heterosiklik antidepresan (Trisiklik
dan Tetrasiklik). Misalnya pada gangguan depresi
• Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan terpecah-
pecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening). Obat yang dibutuhkan
adalah bersifat “Sleep Maintining Anti-Insomnia”, yaitu golongan phenobarbital
atau golongan benzodiazepine (Long acting). Misalnya pada gangguan stres
psikososial.
PENGATURAN DOSIS
• Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit sebelum pergi tidur.
• Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan
sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off (untuk mencegah
timbulnya rebound dan toleransi obat)
• Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih perlahan-
lahan, untuk menghindari oversedation dan intoksikasi
• Ada laporan yang menggunakan antidepresan sedatif dosis kecil 2-3 kali
seminggu (tidak setiap hari) untuk mengatasi insomnia pada usia lanjut
LAMA PEMBERIAN

• Pemakaian obat antiinsomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak lebih dari
2 minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2 minggu
dapat menimbulkan perubahan “Sleep EEG” yang menetap sekitar 6 bulan
lamanya.
• Kesulitan pemberhetian obat seringkali oleh karena “Psychological
Dependence” (habiatuasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah gangguan tidur
dapat ditanggulangi
EFEK SAMPING
• Supresi SSP (susunan saraf pusat) pada saat tidur.
• Hati – hati pada pasien dengan insufisiensi pernapasan, uremia, gangguan fungsi
hati, oleh karena keadaan tersebut terjadi penurunan fungsi SSP, dan dapat
memudahkan timbulnya koma. Pada pasien usia lanjut dapat terjadi “over
sedation”, sehingga resiko jatuh dan trauma menjadi besar, yang sering terjadi
adala “hip fracture”.
• Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik obat anti-
insomnia (waktu paruh) :
• Waktu paruh singkat, seperti Triazol (sekitar 4 jam) . Gejala rebound lebih berat
pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi panik
• waktu paruh sedang, seperti Estazolam. Gejala rebound lebih ringan.
• Waktu paruh panjang, seperti Nitrazepam. Menimbulkan gejala hangover pada
pagi harinya dan juga “intensifying daytime sleepiness”
• Penggunaan lama obat anti-insomnia golongan benzodiazepine dapat terjadi
• “disinhibiting effect” yang menyebabkan “rage reaction” (perilaku penyerang
dan ganas)
PERHATIAN KHUSUS
• Kontraindikasi :
 Sleep apneu syndrome
 Congestive Heart Failure
 Chronic Respiratory Disease
• Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko menimbulkan
• “teratogenic effect” (e.g.cleft-palate abnormalities) khususnya pada trimester
pertama. Juga benzodiazepine dieksresikan melalui ASI, berefek pada bayi
(penekanan fungsi SSP)

Anda mungkin juga menyukai