Anda di halaman 1dari 35

PERIOPERATIVE CARE PADA ANAK

Sarah Nurul Izzah M 1710711132


Febby Fereza 1710711135
Anggi Dwi Prasetyo 1710711136
Ayu Inda Puspitasari 1710711137
PENGERTIAN
Pengertian

Asuhan keperawatan perioperative


adalah perawatan yang diberikan
sebelum (praoperasi), selama Keperawatan perioperatif adalah
(intraoperasi), dan setelah operasi instilah yang digunakan untuk
(pascaoperasi). Ini terjadi di rumah menggambarkan keragaman fungsi
Sakit, di pusat-pusat bedah yang ada keperawatan yang berkaitan
di rumah sakit, di pusat-pusat bedah dengan pengalaman bedah pasien.
yang berdiri sendiri, atau di kantor-
kantor penyedia layanan kesehatan.
Perawatan Pra Pembedahan
Perawatan Pra Pembedahan
Anak dan orang tuanya harus disiapkan untuk
menghadapi prosedur pem- bedahan yang
diperlukan dan memberikan persetujuan
terhadap prosedur tersebut

Jelaskan pada orang tua mengapa


diperlukan pembedahan, antisipasi hasil yang
akan terjadi, risiko dan keuntungan yang ada.

Bedakan antara kasus yang memerlukan


tindakan bedah kedaruratan dan kasus
bedah elektif
KASUS BEDAH KEDARURATAN:

Resusitasi bedah (perdarahan intra-abdomen)

Obstruksi strangulasi (hernia strangulata,


invaginasi, dll)

Infeksi (peritonitis)

Trauma.
Faktor yang dihadapi:
 Hipovolemia/dehidrasi:
 Tindakan:
◦ berikan cairan Dextrose 5%/garam normal 1/3, atau
Ringer Laktat
◦ kebutuhan cairan rumatan:
10 Kg I: 100ml/kg BB/24 jam
10 Kg II: 50 ml/kg BB/24jam
10 Kg III: 25ml/kgBB/24jam
Faktor yang dihadapi:
 Hipotermia: pasien dihangatkan
 Kembung obstruksi: pasang NGT
 Asidosis: koreksi dikerjakan bila rehidrasi telah
selesai dilakukan
 Infeksi: antibiotik dapat diberikan, baik sebagai
pengobatan maupun profilaksis
KASUS BEDAH ELEKTIF:

Siapkan darah untuk


transfusi bila diperkirakan
Pastikan pasien sehat secara jenis operasi akan
medis untuk menjalani mengakibatkan perdarahan
pembedahan. yang cukup banyak,
umumnya packed red cell 20
ml/kgBB cukup memadai.

Pasien dengan
Koreksi anemia pada pasien hemoglobinopati yang
yang tidak harus segera memerlukan tindakan bedah
menjalani pembedahan. dan anestesi, memerlukan
penanganan khusus.
KASUS BEDAH ELEKTIF:

Periksa bahwa pasien


berada pada kondisi penting untuk
gizi yang baik. Gizi menyembuhkan luka.
yang baik

Periksa bahwa perut


pasien kosong sebelum
memberikan anestesi
umum
• Bayi berumur 12 bulan: tidak boleh diberi makanan padat
selama 8 jam, susu formula 6 jam, cairan jernih 4 jam atau ASI 4 jam
sebelum pembedahan
• Jika pasien harus berpuasa lebih lama (> 6 jam) berikan cairan intra-
vena yang mengandung glukosa.
KASUS BEDAH ELEKTIF:  Bayi < 6 bulan:
periksa Hb atau Ht
 Anak 6 bulan–12
Pemeriksaan laboratorium pra tahun:
• bedah minor
pembedahan biasanya tidak (misalnya herniotomi)
begitu perlu,namun lakukan – tidak perlu
hal berikut jika dilakukan pemeriksaa
• bedah mayor -
memungkinkan: periksa Hb atau Ht
 pemeriksaan lainnya
sesuai indikasi
Antibiotik pra-pembedahan
harus diberikan untuk:
• kasus infeksi dan kontaminasi:
KASUS BEDAH ELEKTIF:

pembedahan perut:
ampisilin (25–50 mg/kgBB IM/IV 4 x sehari),
gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM 1x
sehari) dan
metronidazol (7.5 mg/kgBB 3 x sehari)
sebelum dan 3-5 hari setelah pembedahan
anak dengan
risiko endokarditis
(pasien PJB atau
pembedahan saluran kemih: RHD) yang harus
menjalani
ampisilin (25–50 mg/kgBB IV/IM 4 x sehari), prosedur
dan perawatan gigi,
gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM 1x sehari) mulut, saluran
sebelum dan 3-5 hari setelah pembedahan pernapasan dan
kerongkongan
KASUS BEDAH ELEKTIF:

Beri amoksisilin 50 mg/kgBB per oral


sebelum pembedahan atau, jika
tidak bisa minum, berikan ampisilin 50
mg/kgBB IV 30 menit sebelum
pembedahan.

NILAI ULANG KEBUTUHAN NICU/ICU


(pembedahan dengan sayatan di
atas umbilikus umumnya memerlukan
perawatan intensif pasca-
pembedahan).
Perawatan Selama Pembedahan
Anestesi
 Bayi dan anak merasakan sakit yang sama seperti orang
dewasa, namun berbeda dalam cara mengungkapkannya.

Untuk prosedur minor


Lakukan prosedur pada pasien anak
dengan seminimal yang kooperatif – Untuk prosedur mayor –
mungkin menimbulkan berikan anestesi lokal berikan anestesi umum
rasa sakit. seperti lidokain 4–5
mg/kgBB

Di akhir prosedur, letakkan pasien pada posisi lateral dan awasi ketat
proses pemulihan pasien di tempat yang tenang.
Perawatan Selama Pembedahan
Pertimbangan khusus

Jalan napas

• Diameter jalan napas yang kecil membuat anak


rentan terhadap ob- struksi jalan napas sehingga
sering memerlukan intubasi untuk melind- ungi jalan
napas selama pembedahan

• Ukuran pipa endotrakea


terdapat pada table.
16
4

Tabel 36. Ukuran pipa


endotrakea berdasarkan umur
pasien Sebagai alternatif, panduan kasar
untuk pasien berumur lebih dari 2
tahun dengan kondisi gizi normal
dapat menggunakan formula
berikut:
Diameter bagian dalam pipa (mm)
= Umur (tahun) + 4
4
17

Indikator kasar lainnya untuk menghitung ukuran


yang tepat bagi pasien ada- lah dengan mengukur
diameter jari kelingking pasien. Selalu sediakan pipa
satu ukuran lebih besar atau lebih kecil. Pipa yang
non-cuffed akan menga- lami sedikit kebocoran
udara. Dengar irama paru dengan stetoskop setelah
intubasi untuk memastikan suara napas seimbang
pada kedua paru.
18

• Hipotermia
Anak lebih mudah kehilangan suhu
badan dibandingkan orang dewasa
karena mereka relatif memiliki wilayah
permukaan yang lebih besar dan
perlindungan tubuh yang tidak baik
terhadap panas. Hal ini sangat penting,
karena hipotermi dapat memengaruhi
metabolisme obat, anestesi dan
koagulasi darah.
19
Lanjutan

 Cegah hipotermi di ruang bedah dengan


mematikan pendingin, menghangatkan ruangan
(buat suhu ruangan > 28°C ketika melakukan
pembedahan pada bayi atau anak kecil) dan
menyelimuti bagian ter- buka badan pasien
 Gunakan cairan hangat (tetapi jangan terlalu
panas)
 Hindari prosedur yang memakan waktu (>1 jam),
kecuali jika pasien dapat dijaga tetap hangat
 Awasi suhu badan pasien sesering mungkin
sampai selesai pembe- dahan.
• Hipoglikemia
20

Bayi dan anak berisiko terhadap


hipoglikemia karena keterbatasan
kemampuan mereka dalam memanfaatkan
lemak dan protein untuk mensintesis
glukosa.
 berikan infus glukosa selama anestesi
untuk menjaga kadar gula darah. Pada
sebagian besar pembedahan pada anak,
selain pembedahan minor, berikan
larutan Ringer laktat ditambah glukosa
5% (atau glukosa 4% dengan NaCl
0.18%) dengan kecepatan 5 ml/kgBB/jam
sebagai tambahan untuk mengganti
hilangnya cairan.
21

• Kehilangan darah
Anak memilki volume darah yang lebih Tabel 37. Volume darah
kecil dibandingkan orang dewasa. Oleh berdasarkan umur pasien
sebab itu kehilangan sedikit volume
darah dapat mengancam jiwa pasien.
 hitung jumlah darah yang hilang
selama operasi dengan tepat
 pertimbangkan transfusi darah jika
darah yang hilang melebihi 10%
volume darah (lihat tabel 37).
 siapkan persediaan darah di ruang
operasi sebagai antisipasi bila
terjadi kehilangan darah.
22

Perawatan Pasca
Pembedahan
23

Komunikasikan kepada keluarga pasien mengenai hasil


pembedahan, masalah yang dihadapi selama
pembedahan dan kemungkinan yang akan terjadi
pasca pembedahan.
24

1. Segera setelah pembedahan

Nilai ulang kebutuhan ICU/NICU


• pastikan pasien pulih dari pengaruh anestesi
 awasi tanda vital – frekuensi napas, denyut nadi dan, jika perlu,
tekanan darah setiap 15–30 menit hingga kondisi pasien stabil
 hindari susunan letak ruang yang mengakibatkan pasien dengan
risiko tinggi tidak terawasi dengan baik.
 lakukan pemeriksaan dan tangani tanda vital yang tidak normal.
25

Tabel 38. Denyut nadi normal dan tekanan darah pada anak

Catatan:
• Pada anak yang sedang tidur denyut nadi normal 10% lebih
lambat.
• Pada bayi dan anak, ada atau tidaknya denyut nadi utama
yang kuat sering merupakan tanda berguna untuk melihat
ada tidaknya syok diban- dingkan mengukur tekanan darah.
26

2. Tatalaksana pemberian cairan


• Pasca pembedahan, anak umumnya memerlukan lebih banyak
cairan daripada sekedar cairan rumatan. Anak yang menjalani
bedah perut memerlukan 150% kebutuhan dasar (lihat halaman
290) dan bahkan lebih banyak lagi jika timbul peritonitis. Cairan infus
yang biasa dipakai adalah Ringer laktat dengan glukosa 5% atau
larutan setengah garam normal dengan glukosa 5%. Larutan garam
normal dan Ringer laktat tidak mengandung glukosa dan dapat
mengakibatkan risiko hipoglikemia, dan pemberian jumlah besar
larutan glukosa 5% tidak mengandung sodium, sehingga dapat
menimbulkan risiko hiponatraemia
27

• Awasi status cairan dengan ketat


 Catat cairan masuk dan keluar (infus, aliran dari NGT, jumlah urin)
setiap 4-6 jam
 Jumlah urin merupakan indikator paling sensitif untuk mengukur
status
cairan
 Jumlah urin normal: bayi 1–2 ml/kgBB/jam, anak 1 ml/kgBB/jam
 Jika curiga terjadi retensi urin, pasang kateter. Hal ini dapat
membantu mengukur jumlah urin yang keluar tiap jam, yang
sangat berguna pada anak yang sakit sangat berat. Curigai
retensi urin jika buli-buli membengkak dan anak tidak bisa
kencing.
28

3. Mengatasi rasa sakit/nyeri


• Rasa sakit ringan
Beri parasetamol (10–15 mg/kgBB tiap 4–6 jam) diminumkan atau per
rektal. Parasetamol oral dapat diberikan beberapa jam sebelum
pembedahan atau per rektal pada saat pembedahan selesai.
• Nyeri hebat
Beri infus analgetik narkotik (suntikan IM menyakitkan untuk pasien):
Morfin sulfat 0.05–0.1 mg/kgBB IV setiap 2–4 jam.
29

4. Nutrisi
Sebagian besar kondisi pembedahan meningkatkan kebutuhan kalori
atau mencegah asupan gizi yang adekuat. Banyak anak yang
membutuhkan tin- dakan operasi berada dalam kondisi lemah. Gizi yang
kurang baik mempe- ngaruhi reaksi pasien terhadap cedera dan
menghambat penyembuhan luka.
 beri makan pasien sesegera mungkin setelah pembedahan
 beri makanan tinggi kalori yang mengandung cukup protein dan
suplemen vitamin
 gunakan NGT untuk yang sulit menelan
 pantau perkembangan berat badan.
30

Masalah umum
pasca
pembedahan
31
1. Takikardi
Mungkin disebabkan oleh nyeri,
hipovolemi, anemia, demam,
hipoglikemi, dan infeksi
 periksa pasien
 kaji ulang kondisi pasien sebelum dan
selama pembedahan
 awasi respons pasien terhadap
pemberian obat pereda rasa sakit,
bolus cairan intravena, oksigen dan
transfuse
 bradikardi pada pasien harus
dipertimbangkan sebagai tanda
hipoksia hingga terbukti sebaliknya.
32

2. Demam

Dapat disebabkan oleh cedera


jaringan, infeksi luka,
atelektasis, infeksi saluran
kemih (dari pemasangan
kateter), flebitis (pada tempat
kateter intravena), atau infeksi
terkait lain (misalnya malaria).
33

3. Jumlah urin sedikit


Mungkin disebabkan oleh hipovolemi, retensi urin, atau
gagal ginjal. Jumlah urin yang sedikit hampir selalu
disebabkan oleh tidak cukupnya resusitasi cairan.
 Periksa pasien
 Periksa kembali catatan pemberian cairan
 Jika dicurigai hipovolemi, beri larutan garam normal (10–20
ml/kgBB) dan ulangi sesuai kebutuhan
 Jika dicurigai terjadi retensi urin (anak gelisah dan dalam
pemeriksaan buli-buli penuh) pasang kateter.
34

DAFTAR PUSTAKA

WHO Indonesia. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan


Anak Di Rumah Sakit.. Jakarta.: World Health Organization
Indonesia & Depkes RI. Terjemahan dari : Pocket Book of
Hospital Care for Children, Guidelines for the Management of
Common Illnesses with Limited Resources.
35

THANKS!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai