Anda di halaman 1dari 45

PEMERIKSAAN PENUNJANG

IMUNOLOGI

By : Farmasi 3B
I. SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS

Apa itu sensitivitas ?


Sensitivitas suatu tes adalah proporsi penderita
dengan penyakit yang menunjukan tes positif.
Tes hendaknya negatif pada individu sehat dan yang
menderita penyakit lain, tetapi dengan gambaran klinis
sama.
Apa itu spesifisitas?
Spesifisitas tes adalah proporsi individu tanpa penyakit t
ertentu dengan tes negatif.
Tes positif hanya terbatas pada penyakit yang
dipermasalahkan dan tes dengan spesifisitas tinggi
II. PEMERIKSAAN SISTEM IMUN HUMORAL

Antibodi (monoklonal) sudah dapat diproduksi


terhadap setiap jenis makromolekul dan kimiawi kecil,
pemeriksaan yang berdasarkan teknik antibodi dapat
digunakan terhadap setiap molekul dalam larutan atau dalam
sel.
Antibodi monoklonal adalah antibodi homogen yang
dihasilkan dari klon tunggal.
A. Pemeriksaan Imunoglobulin Dan Protein Spesifik Lain

Pemeriksaan Pemeriksaan
antibodi
imunoglobulin dan
protein spesifik terhadap
SERUM
lain antigen
mikroba

Pemeriksaan
HEMAGLUTI IgG,IgM,IgA
NASI dan protein
dengan
elektroforesis
REAKSI
PRESIPITASI
1. Serum
Pengukuran imunoglobulin adalah mutlak untuk
penderita dengan infeksi berulang berat dan penyakit
limfoproliferatif.
2. Hemaglutinasi
HA merupakan cara untuk menemukan antibodi atas
dasar aglutinasi sel darah merah.
Sebagai antigen dapat digunakan sel darah merah/
antigen yang mensintesis sel darah merah
Hemaglutinasi

Uji Coombs Indirek


Cara untuk menemukan
Uji Coombs Direk
antibodi yang tidak begitu
Cara untuk menemukan efektif mengaglutinasikan sel
antibodi yang dapat darah merah. Cara ini
mengaglutinasikan sel dapat digunakan juga untuk
darah merah yang efektif antigen yang bukan berasal
dari sel darah merah
 Gambar hemaglutinasi direk dengan IgM
3. Reaksi Presipitasi
Presipitasi terjadi jika antibodi (IgG atau IgM) bereaksi
dengan antigen yang larut. Bila reaksi terjadi dengan
bantuan medium/agar, akan terbentuk lengkung/garis
presipitasi.
Presipitasi ditemukan pada penderita dengan alveolitis
ekstrinsik, infeksi saluran napas oleh Kandida albikans dan
farmer’s lung
Tes presipitasi ini dilakukan dengan cara Ouchterlony.
4. Pemeriksaan IgG, IgM,IgA dan Protein dengan elektroforesis
Kadar total Ig dalam serum biasanya di lakukan dengan
nefelometer. Ig yang meninggi ditemukan pada berbagai
penyakit
5. Pemeriksaan antibodi terhadap antigen mikroba
Penemuan antibodi terhadap mikroba telah digunakan
dalam diagnosis infeksi untuk waktu lama. Dalam diagnosis
penyakit akut, adanya titer tinggi, IgM spesifik menunjukan
adanya infeksi primer.
Kemampuan membentuk antibodi spesifik terhadap
antigen tertentu, merupakan cara paling sensitif untuk
menemukan kelainan pada produksi antibodi.
B. Kemampuan memproduksi
immunoglobulin

Kemampuan penderita membuat


immunoglobulin dapat diperiksa dengan imunisasi
aktif, misalnya antigen bakteri seperti toksoiod
tetanus dan antibody diukur dengan tabung tes
presipitasi.
C. Pemeriksaan protein spesifik lain

1. Paraprotein

Sel B normal mensekresi molekul 2. Elektroforesis protein


Ig, baik utuh atau berupa serum
fragmen dan populasi
monoclonal sel B. Molekul identic Elektroforesis protein serum
tersebut menunjukkan migrasi dilakukan pada semua
khas yang disebut paraprotein sample untuk pemeriksaan
pada elektroforesis baik dari analisis Ig, agar paraprotein
darah atau urin. Adanya dapat diidentifikasi.
paraprotein menunjukkan
keganasan sel B seperti myeloma
dan makroglobulinemia
Waldenstrom.
D. Urin

Analisa immunoglobulin urin diperlukan pada myeloma atau


bila ditemukan M band serum. Pasien dengan kerusakan ginjal
mensekresi sejumlah besar rantai ringan bebas poliklonal dalam urin.
Rantai ringan monoclonal bebas (protein Bence-Jones) tidak dapat
ditemukan pada pengukuran rutin, satu-satunya tes yang dapat
dipercaya untuk menemukannya dengan tes yang terdiri atas tiga
tahap :
• Kadar dalam urin
• Elektroforesis untuk menunjukkan adanya M band
• Imunofiksasi untuk menentukan band monoclonal yang terdiri atas
rantai ringan monoclonal atau K atau λ
Eksresi seluruh paraprotein oleh ginjal rusak hanya memberikan hasil
positif semu, kecuali bila diperiksa rantai ringan monoclonal atau K
atau λ.
E. CSP

Kadar IgG dan albumin dalam CSP dapat diukur. Oleh


karena albumin tidak disintesis dalam otak, hubungan antara
IgG dan albumin – indeks IgG CSP – memberikan indikasi
indirek mengenai jumlah IgG yang disintesis dalam CSP oleh
limfosit dalam otak.
F. Pemeriksaan Protein Fase Akut Dan Komplemen

1. Pemeriksaan protein fase akut


CRP atau protein fase akut merupakan protein yang
meningkat pada infeksi dan penyakit lain yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan dan inflamasi.
Pemeriksaannya digunakan dalam pemantauan aktivitas
inflamasi suatu penyakit.
Kadarnya adalah khas sebagai berikut :
- Inflamasi ringan/infeksi virus : < 40 mg/l

- Inflamasi aktif/infeksi bakteri : 40-200 mg/l

- Inflamasi berat/infeksi bakteri invansif, beberapa


keganasan dapat sampai 500mg/l
2. Pemeriksaan komplemen dan komplek imun
Esai untuk komplemen dalam serum dibagi subagai
esai kompenen individual dan pengukuran imunokimiawi
untuk C3 dan C4 yang merupakan esai yang paling
berguna. Pengukuran komplemen lainnya jarang diperlukan,
kecuali bila ada dugaan defisiensi genetik dan kelainan
esai fungsional.
Perubahan dalam kadar komplemen menunjukan
adanya proses penyakit. Kadarnya yang meningkat sering
ditemukan pada inflamasi akut dan infeksi yang
berhubungan dengan peningkatan AFP
3. Pemeriksaan produk komplemen
Walau diambang komplemen normal, namun
aktivasinya dapat diketahui dengan mengukur
kompenennya, misalnya pada syok endotoksin yang
mnggunakan aktivasi jalur alternatif C3. Faktor nefritik C3
(C3NeF) merupakan antibodi terhadap C3 aktif yang
menstabilkan jalur konvertasi alternatif C3 dan
memungkinkan pemecahan C3 lebih lanjut. C3NeF diduga
ada pada penderita yang mengalami ambang C3 rendah
yang sebabnya tidak dapat diterangkan, umumnya pada
penyakit ginjal atau infeksi rekuren.
4. Pemeriksaan komplek imun
Kompleks imun berperan pada berbagai penyakit
seperti atritis reumatoid, glomerulonefritis, poliartritis,
demam reuma dan sejumlah penyakit infeksi antara lain
endokarditis bakterial. Kerusakan jaringan yang dipicu
kompleks imun disebabkan oleh inflamasi yang
mengaktifkan komplemen dan mengerahkan neutrofil yang
melepas enzim lisosom.
Adanya kompleks imun tersebut dapat diperiksa
dengan 2 cara sebagai berikut :
- Analisis spesimen jaringan untuk melihat komponen endapan

kompleks imun (imunoglobulin, komplemen, dan kadang-


kadang antigen) dengan teknik imunofluoresen
- Komplek imun dalam serum atau cairan tubuh lain.

Komplek imun dalam sirkulasi dapat ditemukan dengan


2 cara, yaitu pemeriksaan antigen spesifik dalam kompleks
dengan antibodi dan pemeriksaan antigen nonspesifik
G. TEKNIK-TEKNIK PEMERIKSAAN SISTEM IMUN HUMORAL
KHUSUS

1. Radioimmunoassay

RIA digunakaan dalam diagnosis untuk menemukan


antigen tunggal atau antibody dalam cairan biologis. Esai imun
biasanya mengguakan fase padat untuk mengikat antigen atau
antibody. Bila antibody yang diikat dengan fase padat,
absorpsi terjadi melalui region Fc sehingga fraksi Fab bebas
untuk mengikat antigen.
2. Radioallergosorbent Test 3. Competition RIA

RAST merupakan cara C.RIA adalah cara RIA


RIA yang khusus digunakan klasik untuk menemukan antigen.
untuk menemukan antibody Antigen yang dicari (Ag)
spesifik IgE. Dalam teknik ini bersama-sama dengan sejumlah
antigen mula-mula diikat benda antigen tertentu yang bertanda
padat dari selulosa. IgE yang zat radioaktif (Ag*) direaksikan
diikat kemudian dapat ditekan dengan antibodi (Ag) yang diikat
dengan anti-IgE yang bertanda oleh benda padat. Jumlah
radioaktif. antigen bertanda yang diikat
antibodi merupakan ukuran untuk
kadar antigen yang dicari
5. Sandwich RIA

RIST adalah C.RIA yang Sandwich RIA


digunakan untuk menemukan digunakan untuk menemukan
IgE. antigen atau antibodi. Antibodi
yang dicari berfungsi sebagai
jembatan antara benda padat
yang disensitasi dengan
antigen yang tidak bertanda
zat radioaktif dan antigen
yang bertanda zat radioaktif.
6. Immunoradiometric Assay

IRMA adalah teknik untuk memeriksa antigen dengan


menambahkan antibodi yang bertanda zat radioaktif. Antigen
tersebut akan mengikat sebagian antibodi, yang selanjutnya
diperiksa. Radioakativitas larutan tersebut adalah sebanding
dengan jumlah antigen yang dicari.
7. Enzyme Linked Immunosorbent Assay

ELISA digunakan untuk menemukan antibodi. Antigen


diikat benda padat lalu ditambah antibodi yang akan dicari.
Ditambahkan lagi antigen yang bertanda enzim, seperti
perosidase dan fosfatase. Ditambahkan substrat kromogenik
yang bila bereaksi dengan enzim dapat menimbulkan
perubahan warna. Perubahan warna yang terjadi sesuai
dengan jumlah enzim yang diikat dan sesuai dengan kadar
antibodi yang dicari.
8. Fluorescence Immuno Assay
Menggunakan mikroskop fluoresen dan antibodi yang
dilabel dengan molekul fluoresen, potongan/jaringan dapat
diperiksa untuk sel yang mengekspresikan antigen yang spesifik.
Teknik direk dan indirek dapat mengevaluasi secara kualitatif
dan kuantitatif berbagai sel yang berhubungan dengan molekul
pada waktu yang sama.
9. Immunodouble Diffusion (ID Ouchterlony)
Cara ouchterlony digunakan untuk membedakan antigen
dalam campuran reaktan ditempatkan dalam sumur yang
dibuat di plat agar. Lengkung presipitasi dapat berupa 1 atau
3 bentuk. Pada antigen yang identik akan menimbulkan
lengkung yang bersatu.
10. Single Radial Immunodouble Diffusion
Bila serum penderita mengandung antibodi relevan, akan
terbentuk garis presipitan antara sumur. Cara ini sering
digunakan untuk mentes antibodi dalam serum terhadap ENA.
Cara SRID digunakan untuk mengukur antibodi maupun antigen
secara kuantitatif.
11. Rocket Electrophoresis
Digunakan untuk mengukur antigen dengan
menempatkannya dalam elektroforesis melalui agar yang
mengandung antibodi. Antigen bergerak dan membentuk
presipitat seperti gambaran rocket yang pncaknya sesuai
dengan kadar antigen
12. Immunoelectrophoresis
IEP adalah teknik untuk memisahkan antigen dari campuran
dalam medan listrik yang diendapkan dengan antibodi.

13. Countercurrent Immuno Electrophoresis


Digunakan menemukan antigen atau antibodi dengan
menempatkannya didalam medan listrik, yaitu elektrophoresis
antigen dan antibodi terhadap satu dan yang lain. Pada pH
yang sesuai, antigen yang relatif asam akan bergerak cepat
ke anoda dan antibodi ke katoda dengan mempertahankan
kadar aslinya.
14. Pemeriksaan Kuantitas Sel B
Sel yang berperan pada respons imun humoral dapat
diperiksa dengan atas dasar adanya reseptor pada
permukaan sel B untuk komponen Fc dari molekul imunoglobin
dan untuk komplemen C3.
III. PEMERIKSAAN LIMFOSIT
A. Pemeriksaan kuantitas dan fenotip

Neutropenia atau limfositopenia yang berat dapat


diketahui dengan mudah melalui pemeriksaan jumlah dan
hitung jenis leukosit. 75% - 80% limfosit dalam sirkulasi perifer
adalah sel T, oleh karena itu bila jumlah limfosit perifer
ditemukan normal, kemungkinan adanya defisiensi lifosit T
tidak besar.
 Isolasi sel
Ficoll digunakan untuk mengisolasi limfosit sel darah.
 Roset E
Sel T manusia memiliki reseptor untuk sel darah merah biri-biri. Bila
kedua seltersebut dicampur, maka akan terbentuk roset.
 Roset EA
Sel T dapat dibedakan dari sel B yang tidak membentuk roset pada
gradien Ficoll. Cara lain untuk menunjukkan roset yaitu dengan
menggunakan reseptor lain yang ada pada permukaan sel T, misalnya
reseptor untuk Fc dari IgG(Fc-Fcγ). Sel-sel tersebut dapat diidentifikasi dan
diisolasi, karena akan membentuk roset dengan sel darah merah yang
sudah disensitasi dengan anti eritrosit. Pemeriksaan jumlah dan fenotipe
limfosit dewasa ini dapat dilakukan dengan FCT dan menggunakan panel.
B. Pemeriksaan Fungsi

1. Transformasi Limfosit T
Fungsi neutrofil adalah esensial pada penderita
dengan infeksi rekuren atau infeksi stafilokok berat atau
infeksi jamur. Neutrofil dapat dipisahkan dari darah dengan
cara sedimentasi dan fungsinya dipecahkan dalam beberapa
seri.
Bila limfosit diaktifkan oleh bahan tertentu, beberapa
limfosit kecil dalam istirahat akan memberikan respons dengan
berubah menjadi sel blas dalam beberapa hari. Tes yang
banyak digunakan untuk mengukur fungsi limfosit adalah tes
transformasi limfosit. Pertumbuhan limfosit diperiksa dengan
menginkorporasikan timidin
2. Leucocyte Migration Inhibition Test
Limfosit akan melepas berbagai limfokin bila dicampur
dengan antigen yang sudah mensensitasikannya. Salah satu
limfokin yang disebut faktor LMI, akan menghambat gerakan
neutrofil dan derajat hambatan gerakan yang dapat diukur in
vitro sesuai dengan produksi limfosit. Tes LMI menggunakan
leukosit perifer manusia. Pencegahan migrasi disebabkan oleh
limfokin yang diproduksi limfosit yang disensitasi antigen. Nilai
tes ini sama dengan tes transformasi.
3. Pemeriksaan sitotoksitas
Aktivitas sitotoksik limfosit dapat diukur dengan
membiakannya bersama sel sasaran yang sudah dilabel
misalnya 51Cr. Bila limfosit membunuh sel tersebut, kromium
akan dilepas. Radioaktif yang dilepas dapat diukur yang
sederat dengan aktivitas sitotoksisitas sel. Sitotoksisitas yang
antibodi dan komplemen dependen juga dapat diukur seperti
di atas. Dapat pula digunakan zat warma seperti tripan blue
dan ethidium bromide yang lebih sederhana yang dilepas sel
yang mati. Sel hidup diukur secara kuantitatif dengan
mikroskop
4. Uji proliferasi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sel T dapat
memberikan respons terhadap antigen . sel T yang akan
diperiksa dibiakkan dengan antigen dan kehadiran APC yang
singeneik. Setelah 3 hari, prekursor asam nukleat yang dilabel
radioaktif yang ditambahkan ke biakkan. Bila ada sel yang
berproliferasi, prekursor akan diambil sel dan sel dalam
biakan kemudian diperiksa. Jumlah bahan radioaktif yang
diikat dapat diukur. Inkorporasi yang tiggi menunjukan adanya
sel yang bereaksi/memberikan respons terhadap antigen.
5. MLC/MLCR
Uji proliferasi untuk mengetahui adanya sel T yang
memberikan respons terhadap sel yang alogeneik. Hal
tersebut dilakukan untuk memberikan kelengkapan informasi
pada tissue typing, yaitu untuk mengetahui apakah sel dari
resipien akan bereaksi dengan molekul HLA kelas 2 donor.
Dalam hal ini antigennya dapat berupa limfosit dari donor
yang sudah diiradiasi agar tidak dapat berproliferasi. Selain
sebagai antigen, limfosit di sini juga berfungsi sebagai APC.
6. Plaque Forming Cell
PFC dilakukan untuk menghitung sel B yang membentuk
antibodi. Sel yang akan diperiksa, dibiakkan bersama sel
darah merah yang sudah disensitasi dengan antigen (misalnya
hemaglutinin). Antigen spesifik yang diikat sel darah merah
akan merangsang sel B yang memproduksi antibodi. Setelah
ditambahkan komplomen, sel darah merah akan hancur dan
meninggalkan daerah yang terang (plak) sekitar setiap sel B.
IV. PEMERIKSAAN FUNGSI NEUTROFIL DAN
MONOSIT

A. Rebuck skin window


Akumulasi neutrofil dan monosit di tempat inflamasi
bergantung pada daya tarik inflamasi bergantung pada daya
tarik faktor kemotaktik dan kemampuan sel untuk bergerak ke
arah kemoatraktan. Proses tersebut disebut kemotaksis. Kedua
komponen tadi dapat diketahui dengan membuat goresan
minimal pada kulit.
B. Kemotaksis
Kemotaksis diperiksa dengan mengukur gerakan sel ke
arah kemoatraktan (endotoksin). Sel yang akan diperiksa
ditempatkan di sebelah yang satu dari filter milipor sedang
bahan kemotaktik (C5a, LTB4) disebelah yang lain. Sesudah
inkubai, filter tadi diangkat, difiksasi dan diwarnai. Jarak sel
yang bergerak dapat dilihat di bawah mikroskop biasa.
C. Fagositosis
Fagositosis yang terganggu dapat diperiksa dengan
berbagai cara sebagai berikut: respons terhadap bahan
kemotaktik (misalnya kompleks Ag-Ab) dalam serum segar.
Fagositosis diperiksa dengan menginkubasikan fagosit dengan
butir inert seperti lateks atau bakteri (misalnya stafilokok).
D. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan ialah uji aktivitas
enzim intraseluler dan NBT, kemiluminesen dan esai protein.

E.Pemeriksaanan fungsi neutrofil dan manosit


dalam berbagai tahap

Pemeriksaan defek neutrofil dikerjakan bila ada riwayat


infeksi kulit rekuren, gingivitis kronis dan infeksi bakteri atau
jamur yang rekuren dan dalam. Jumlah absolut neutrofil dalam
darah tepi bisa diketahui dengan mudah dari jumlah dan hitung
jenis sel darah putih.
V. PEMERIKSAAN BIOPSI JARINGAN

A. Biopsi Kulit

Biopsi kulit diindikasikan pada pemeriksaan penyakit


kulit dengan lepuh (pemfigoid/ pemfigus), dermatitis
herpetiformis, LES dan vaskulitis.

B. Biopsi Ginjal

Pemeriksaan biopsi ginjal berguna untuk


identifikasi endapan immunoglobulin dan komplemen di
glomerulus
VI. TISSUE TYPING

Salah satu cara menentukan derajat parity atau disparity


antara antigen pada transplantasi menggunakan antisera sitotoksik
(biasanya m Ab) terhadap HLA seseorang (ditemukan pada sel
jaringan tubuh), kadar antigen HLA yang tertinggi pada limfosit
perifer. Darah donor dan resipien untuk typing dengan sel B
(mengekspresikan HLA-1 dan HLA-II) disatukan dengan antibodi
sitotoksik. Antibodi yang diikat HLA akan mengaktifkan komplemen
yang dapat menghancurkan sel B secara direk. Dengan menggunakan
panel antibodi, HLA typing dapat dilakukan hampir terhadap semua
alele. Alele adalah salah satu bentuk gen yang ada pada lokus
kromosom tertentu.
VII. IMMUNOBLOTTING

Immunoblotting digunakan untuk memeriksa molekul


dalam campuran biokimiawi yang kompleks. Analisa Western
blot digunakan untuk menentukan kuantitas relatif dan berat
molekul protein dalam campuran protein atau molekul line.
Esai ini sering digunakan untuk menentukan adanya
antibody terhadap bahan infeksi (HIV) dalam serum
penderita. Immunoblotting dapat juga digunakan untuk
menganalisa susunan DNA pada gen tertentu.
 TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai