IMUNOLOGI
By : Farmasi 3B
I. SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS
Pemeriksaan Pemeriksaan
antibodi
imunoglobulin dan
protein spesifik terhadap
SERUM
lain antigen
mikroba
Pemeriksaan
HEMAGLUTI IgG,IgM,IgA
NASI dan protein
dengan
elektroforesis
REAKSI
PRESIPITASI
1. Serum
Pengukuran imunoglobulin adalah mutlak untuk
penderita dengan infeksi berulang berat dan penyakit
limfoproliferatif.
2. Hemaglutinasi
HA merupakan cara untuk menemukan antibodi atas
dasar aglutinasi sel darah merah.
Sebagai antigen dapat digunakan sel darah merah/
antigen yang mensintesis sel darah merah
Hemaglutinasi
1. Paraprotein
1. Radioimmunoassay
1. Transformasi Limfosit T
Fungsi neutrofil adalah esensial pada penderita
dengan infeksi rekuren atau infeksi stafilokok berat atau
infeksi jamur. Neutrofil dapat dipisahkan dari darah dengan
cara sedimentasi dan fungsinya dipecahkan dalam beberapa
seri.
Bila limfosit diaktifkan oleh bahan tertentu, beberapa
limfosit kecil dalam istirahat akan memberikan respons dengan
berubah menjadi sel blas dalam beberapa hari. Tes yang
banyak digunakan untuk mengukur fungsi limfosit adalah tes
transformasi limfosit. Pertumbuhan limfosit diperiksa dengan
menginkorporasikan timidin
2. Leucocyte Migration Inhibition Test
Limfosit akan melepas berbagai limfokin bila dicampur
dengan antigen yang sudah mensensitasikannya. Salah satu
limfokin yang disebut faktor LMI, akan menghambat gerakan
neutrofil dan derajat hambatan gerakan yang dapat diukur in
vitro sesuai dengan produksi limfosit. Tes LMI menggunakan
leukosit perifer manusia. Pencegahan migrasi disebabkan oleh
limfokin yang diproduksi limfosit yang disensitasi antigen. Nilai
tes ini sama dengan tes transformasi.
3. Pemeriksaan sitotoksitas
Aktivitas sitotoksik limfosit dapat diukur dengan
membiakannya bersama sel sasaran yang sudah dilabel
misalnya 51Cr. Bila limfosit membunuh sel tersebut, kromium
akan dilepas. Radioaktif yang dilepas dapat diukur yang
sederat dengan aktivitas sitotoksisitas sel. Sitotoksisitas yang
antibodi dan komplemen dependen juga dapat diukur seperti
di atas. Dapat pula digunakan zat warma seperti tripan blue
dan ethidium bromide yang lebih sederhana yang dilepas sel
yang mati. Sel hidup diukur secara kuantitatif dengan
mikroskop
4. Uji proliferasi
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sel T dapat
memberikan respons terhadap antigen . sel T yang akan
diperiksa dibiakkan dengan antigen dan kehadiran APC yang
singeneik. Setelah 3 hari, prekursor asam nukleat yang dilabel
radioaktif yang ditambahkan ke biakkan. Bila ada sel yang
berproliferasi, prekursor akan diambil sel dan sel dalam
biakan kemudian diperiksa. Jumlah bahan radioaktif yang
diikat dapat diukur. Inkorporasi yang tiggi menunjukan adanya
sel yang bereaksi/memberikan respons terhadap antigen.
5. MLC/MLCR
Uji proliferasi untuk mengetahui adanya sel T yang
memberikan respons terhadap sel yang alogeneik. Hal
tersebut dilakukan untuk memberikan kelengkapan informasi
pada tissue typing, yaitu untuk mengetahui apakah sel dari
resipien akan bereaksi dengan molekul HLA kelas 2 donor.
Dalam hal ini antigennya dapat berupa limfosit dari donor
yang sudah diiradiasi agar tidak dapat berproliferasi. Selain
sebagai antigen, limfosit di sini juga berfungsi sebagai APC.
6. Plaque Forming Cell
PFC dilakukan untuk menghitung sel B yang membentuk
antibodi. Sel yang akan diperiksa, dibiakkan bersama sel
darah merah yang sudah disensitasi dengan antigen (misalnya
hemaglutinin). Antigen spesifik yang diikat sel darah merah
akan merangsang sel B yang memproduksi antibodi. Setelah
ditambahkan komplomen, sel darah merah akan hancur dan
meninggalkan daerah yang terang (plak) sekitar setiap sel B.
IV. PEMERIKSAAN FUNGSI NEUTROFIL DAN
MONOSIT
A. Biopsi Kulit
B. Biopsi Ginjal