Anda di halaman 1dari 13

PERMASALAHAN DALAM

DIAGNOSA DAN
KLASIFIKASI

Disusun dan disampaikan oleh :


Sitti Chotidjah, S. Psi., Psi.
Pada abad 18 dan 19, orang-orang memiliki
keyakinan bahwa penyakit mental
dikarenakan roh jahat atau setan sehingga
untuk menyembuhkan orang yang memiliki
penyakit mental tersebut menggunakan cara-
cara yang tidak manusiawi. Oleh karena itu,
sebagai ilmu terapan, Psikologi Klinis
berusaha untuk menjawab permasalahan
yang ada di lapangan secara empiris,
termasuk diantara adalah mendefinisikan
dan mengklasifikasi penyakit mental atau
perilaku abnormal dan bagaimana
menanganinya.
Saat ini, walaupun praktek-praktek psikolog
klinis lebih maju daripada orang-orang
terdahulu, psikolog klinis masih menghadapi
permasalahan yang berkaitan dengan
pengukuran, diagnosa dan perawatan
penyakit mental. ada dua (2) alasan
mengapa perilaku abnormal sulit untuk
didefinisikan yaitu :
1. tidak adanya satu gambaran yang
mendeskripsikan yang diberikan oleh semua
bentuk perilaku abnormal dan tidak ada
kriteria untuk kelayakan abnormalitas
2. tidak terdapat batasan yang jelas antara
perilaku abnormal dan normal. Beberapa
kepercayaan di masa lalu tetap berkembang
dan digunakan saat ini sehingga banyak
orang menyamakan perilaku abnormal
dengan perilaku aneh, berbahaya dan
memalukan

Ada tiga pandangan yang bisa dijadikan


pedoman untuk mendefinisikan perilaku
abnormal yaitu ; (1) kesesuaian kepada
norma, (2) penekanan pada pengalaman
subjektif, (3) ketidakberfungsian atau
ketidakmampuan
Kesesuaian kepada norma

Ketika perilaku seseorang cenderung sesuai


kepada norma-norma sosial yang umum
atau saat perilaku tertentu seringkali
ditemukan pada orang lain, orang tersebut
tidak menjadi perhatian profesi kesehatan
mental.
Tapi, ketika perilaku seseorang , menjadi
nyata menyimpang, kasar atau tidak
sesuai, dia dapat dikategorikan ‘abnormal’
Contoh
 Dimitri saat ini, kelas dua SD. Dia tidak memiliki
permasalahan fisik, tinggi dan berat badannya rata-rata.
Tapi dia agresif dan mengintimidasi anak-anak lain yang
lebih kecil darinya. Perkembangannya tergolong normal,
walaupun dia lambat berjalan dan berbicara. Di kelas
satu, ia mengalami hambatan dan ia dibawah teman-
teman sekelasnya. Pihak sekolah menaikkannya ke kelas
dua karena mereka berpikir bahwa Dimitri hanya sedikit
lambat berkembang dan akan berubah sebentar lagi.
Mereka berpikir bahwa statusnya sebagai anak tunggal,
kedua orang tua yang memanjakan, rentang
perhatiannya yang pendek dan agresifitasnya merupakan
faktor-faktor yang menyebabkan prestasi akademiknya
jelek
Pada awal kelas dua, Dimitri diberikan tes prestasi
dan hasilnya sangat jelek. Oleh karena itu, ia
dikonsultasikan kepada Psikolog Sekolah untuk
dievaluasi. Berdasarkan hasil dari tes kecerdasan,
DAP, catatan-catatan sekolah dan riwayat
perkembangan sosial dari orang tua, psikolog
mengambil kesimpulan bahwa Dimitri mengalami
mental retardasi. Dari tes Standford-Binet, IQ-nya
64 dan tes DAP, 61 serta indeks kematangan
perilaku sosialnya sangat rendah.
Berdasarkan contoh di atas, psikolog klinis dapat
dengan cepat mendiagnosa dan mengklasifikasikan
pasien berdasarkan norma yang ada dan jelas
karena berdasarkan angka statistik. Perilaku yang
berbeda dengan keadaan secara umum seperti
perilaku sosial juga dapat dijadikan dasar.
Pandangan ini memiliki kelebihan yaitu : (1)
menjadi jalan pintas ; pendekatan kejarangan
secara statistik dapat diterapkan karena
memberikan batas-batas pintas kuantitatif (2) dapat
menggunakan ketertarikan intuisi ; Perilaku-
perilaku abnormal yang kita sebut abnormal dapat
dengan nyata dinilai sama oleh orang lain
Selain memiliki kelebihan, pandangan ini juga
memiliki keterbatasan, antara lain :
1. pilihan dari batas-batas pintas, diagnosa
dan klasifikasi berdasarkan batas-batas pintas
memiliki keterbatasan karena sulit untuk
menentukan batas yang disepakati
2. jumlah dari penyimpangan; berapa jumlah
perilaku yang dapat menjadi bukti bahwa
perilaku tersebut menyimpang atau dapatkah
hanya satu perilaku saja
3. relativitas budaya; apa yang diyakini
menyimpang pada satu kelompok belum tentu
berlaku sama pada kelompok lain
Penekanan pada pengalaman
subjektif
Pandangan ini menekankan pada persepsi
yang berlaku pada diri individu. Data yang
digunakan bukanlah data yang didapatkan
dari orang lain tapi berasal dari orang
tersebut yang mengalaminya yang tidak
dilihat oleh orang lain tapi dirasakan oleh
orang yang bersangkutan. Biasanya orang
yang merasa bahwa ia tidak bahagia,
cemas dan sebagainya akan datang
mencari bantuan sendiri kepada ahli.

Anda mungkin juga menyukai