Anda di halaman 1dari 21

KOMPLIKASI NON – INFEKSI

PADA CAPD

Dr. Sapto Harsoyo, Sp PD-KGH


RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
KLATEN
23 Februari 2017
Pendahuluan
 CAPD mulai dimanfaatkan sebagai terapi pengganti pada CKD
sejak tahun 1975–an. Di negara-negara Asia Tenggara rata-
rata sejak 1980-an telah mengembangkan CAPD dan
beberapa negara telah menjadikan CAPD sebagai pilihan
pertama.
 Sejak komplikasi infeksi menjadi keprihatinan para klinisi dan
ketika morbiditas dan mortalitas bisa dikendalikan,
komplikasi non infeksi menjadi lebih besar dan memerlukan
manajemen yang lebih baik.
 Pencegahan komplikasi, deteksi dini dan penanganan yang
memadai sangat diperlukan dalam kegiatan CAPD
 Kegiatan preventif dimulai dengan persiapan awal yang baik,
pemilihan kateter yang sesuai, teknik operasi yang optimal
serta kerjasama yang antara bagian bedah, nefrologi dan
radiologi
Manifestasi komplikasi non-infeksi pada CAPD
 Berkaitan dengan kateter
- Perforasi dan perdarahan perioperatif
- Obstruksi kateter
- Kebocoran pada Exit-site, kebocoran tersembunyi
- Nyeri pada pengisian atau waktu drain.
 Berkaitan dengan peningkatan tekanan intra abdominal
- Hernia
- Kebocoran ke cavum pleura (Hidrotoraks)
- Nyeri punggung.
 Berkaitan dengan gangguan metabolik
- Hiperglikemi
- Hipertrigliseridemi
- Hiperinsulinemi.
 Lain-lain
- Hemoperitoneum
- Encapsulating Peritoneal Sclerosis
 Komplikasi perioperatif akibat insersi kateter

KOMPLIKASI DIAGNOSIS PENCEGAHAN MANAJEMEN

Perforasi vesica Urin keluar dari drain Pastikan sebelum Reposisi kateter PD
urinaria kateter pemasangan v.u kosong Pasang kateter v.u
beberapa hari
Perforasi usus Ada feses pada drain Usus harus bersih dan Dilakukan perbaikan
efluen, ada nyeri levement dilakukan dengan cara
sebelum insersi kateter .
abdominal, ada kuman laparaskopi
Masukan cairan PD 500-
gram negatif 1000 ml sebelum
pemasangan (bila secara
Blind)
Perdarahan Ditemukan darah pada Terjadi pada insersi secara Konservatif bila keadaan
Intraperitoneal effluen dan gangguan blind. Waspada akan stabil. Heparinisasi pada
hemodinamik akibat gangguan perdarahan kateter PD untuk mencegah
hilangnya darah jendalan. Bila tak stabil
tindakan operatif.
Kebocoran Cairan Kebocoran terlihat di Usahakan insisi tetap Keluarkan semua cairan
exit-site sesuai kebutuhan. Pada dan tunggu sampai
awal pasca pemasangan penyembuhan exit-site
usahakan pertukaran cairan
sedikit dahulu
Kateter Macet atau Obstruksi (Malfungsi)
 Peritoneal Dialisis (PD) dianggap berfungsi baik bila pertukaran cairan dialisat
berjalan lancar, yaitu 1,5 – 3,0 liter cairan dialisat akan masuk ke perut 5 – 10
menit dan keluar dalam 15 – 20 menit (dengan mengandalkan gravitasi).
 Bila terjadi perlambatan akan menyebabkan gangguan-gangguan seperti:
- Perasaan tak enak di abdomen seperti begah /distensi.
- Inefisiensi, karena Dwell Time jadi lebih lama dan menurun
 Beberapa bentuk dari malfungsi kateter:
- Kateter buruk fungsi
Bila terjadi gangguan drainase (outflow failure), meskipun begitu bila
bisa juga cairan PD lambat masuk. Akibat hal tersebut akan terjadi
distensi abdomen, kebocoran atau hernia.
- Non-fungsional kateter awal
Terjadi pada awal, yaitu beberapa saat setelah insersi kateter, tepatnya
waktu latihan mandiri .
- Non-fungsional kateter terjadi lambat
Terjadi sewaktu PD sudah berjalan baik, hal ini jarang terjadi.
Penyebab Umum Kateter Malfungsi
INFLOW ATAU
PENYEBAB MEKANISME AWAL ATAU LAMBAT PROBLEM DRAINASE
Konstipasi Gerakan usus yang Terjadi pada awal dan Pada umumnya terjadi
kurang dan feses akan lambat pada drainase dan
menghambat aliran , kadang berakibat inflow
kateter menempel pada yang buruk.
dinding usus
Adesi peritoneum Ujung kateter Terjadi pada awal PD Keduanya bisa terjadi.
akibat operasi terperangkap dan aliran
sebelumnya inflow tersendat

Migrasi kateter ke Ujung kateter berpindah Terjadi pada keduanya Drainase


diafragma karena dari pelvis. Dapat
disebabkan konstipasi
Kateter Kingking Kateter terilit Terjadi pada keduanya Lebih sering pada
peritoneum drainase
Ada darah pada Terjadi blok/kemacetan Awal Keduanya
peritoneum Ujung kateter

Pembentukan Fibrin Adany pembentukan Lambat keduanya


fibrin menyebabkan
katete macet
Konstipasi / Vesica urinaria penuh memegang peran penting dalam penyebab kateter malfungsi
 Hernia
- Insidensi 10 – 20 %
- Predisposisi: - Volume cairan dialisat yang besar
- Posisi duduk
- Exercise dengan duduk
- Anak/wanita usia tua.
- Pasca operasi abdomen
- Kebocoran sekitar kateter/hematom
- Obesitas
- Multiparitas
- Defek anatomis congenital.
- Tipe Hernia : - Ventral
- Epigastrik
- Perikateter
- Inguinal
- Femoral
- Foramen Morgagni
- Cystocele/enterocele
- Penatalaksanaan
- Dilakukan operasi untuk cegah strangulasi dan
inkaserata, pada hernia yang kecil.
- Pencegahan
- Insisi paramedian pada insersi kateter PD mengurangi
insidensi terjadinya hernia.
 Edema dinding abdomen dan genital
Edema terjadi pada penis, scrotum/labia mayor maupun
dinding depan abdomen, mungkin akibat ultrafiltrasi yang
buruk atau dialisis yang tidak adekuat.
- Penyebab
- Kebocoran yang berasal dari cairan dialisat masuk
jaringan lunak sekitar insersi kateter.
- Terbentuknya semacam lubang antara prosesus vaginalis
dan labia, kemudian kebocoran melingkupi daerah
sekitarnya
- Diagnosis
- Pemeriksaan Radiokontras, CT Scan atau
pemeriksan dengan Radionuklir dengan
Technetium.
- Penatalaksanaan
Beberapa opsi yang bisa kita jalankan
- Tirah baring dan hentikan CAPD
- Usahakan tekanan intra abdomen lebih
rendah dan siklus PD dengan posisi tidur
(supine), bila tidak bisa lakukan HD.
- Apabila terjadi rekurensi edem dinding abdomen
bisa dilakukan HD selama 4-6 minggu 
Terselesaikan CAPD lagi  Gangguan lagi
tindakan operati HD.
- Apabila terjadi Rekurensi edem genital
- Lakukan pemeriksaan radiologi
- Bila ada paten processus vaginalis 
perbaikan Masih bocor  HD.
 Hidrotoraks
Pengaruh tekanan intra abdominal dialisat bisa terjadi
migrasi ke cavum pleura dan mengakibatkan efusi pleura.
Angka kejadian lebih kecil dari hernia.
Keluhan pasien, bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai
sampai sesak nafas berat.
- Diagnosis
- Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Radiologi : USG, Foto Torak, MSCT, Radio
Nuklir dst.
- Tindakan:
- Punksi pleura diserta pemeriksaan mikrobiologik/PA
dan patologi klinik ( seperti kadar glukosa cairan pleura).
- Pleurodesis atau pembedahan hemitoraks.
- Selama pleurodesis atau pembedahan, maka CAPD
dihentikan dan dilakukan CAPD kembali setelah 1-2
minggu dan dimulai dengan dialisat sedikit demi sedikit.
 Nyeri Punggung
- Patogenesis
Nyeri punggung terjadi karena dialisat yang ada dalam cavum
peritoneum akan meningkatkan tekaknan intra abdominal
serta menggeser pusat gravitasi kearah depan dan
menyebabkan stress lordosis serta otot paralumbal.
Perubahan tersebut pada individu tertentu dapat
menyebabkan nyeri yang mengganggu aktifitas.
- Terapi
- Tirah baring dan analgesik
- Cairan dialisat dikurangi frekuensi pertukaran
ditingkatkan
- Bila perlu dilakukan CCPD dengan dwell volume lebih
kecil dan singkat.
- Posis PD sebaiknya terlentang
 Absorpsi Glukosa
Uremia itu sendiri dikaitkan dengan hiperinsulinemia.
Diperkirakan dialisat dalam sehari pemakaian ada 100 –
150 gram glucosa dan akibatnya pasien dapat mengalami
obesitas, hipertrigliseridemia, hiperinsulinemia tu sendiri
adalah faktor resiko independen untuk aterosklerosis.
Dianjurkan untuk membatasi penggunaan cairan dilasat
glukosa hipertonik dan mengganti dengan dialisat
alternatif Icodextrin.
 Hiperlipidemia
Peritoneal dialisis berhubungan dengan kejadian
abnormalitas lipid
- Peningkatan Cholesterol total dan LDL Choesterol
- Peningkatan apolipoprotein B
- Penurunan Cholesterol HDL
- Penurunan apolipoprotein A
- Peningkatan trigliserida
- Peningkatan small dense LDL
- Peningkatan lioprotein alpha
Pasien CAPD mengalami resiko PJK 15 – 25 lipat dibanding
pasien non uremi.
Pasien CAPD perlu pemeriksaan profil lemak setiap 6- 12 bulan.

 Hiperkalemi/hipokalemia
 Hiponatremia/hipernatremia
 Hipocalcemia/hiperkalsemia
 Encapsulating Peritoneal Sclerosis (EPS)
- Komplikasi paling buruk yang disebabkan lamanya PD
- Insidensi kecil < 2% pada PD 2 tahun dan meningkat
20% pada 8 tahun.
- Terjadinya karena usus terbungkus oleh jaringan
fibrous .
- Biopsi peritoneal menunjukkan adanya peritoneal
fibrosis dan sklerosis yang terjadi dengan
bertambah lamanya dialisis.
Simtom/keluhan
- Muntah-untah
- Nyeri Abdominal
- Obstruksi usus kecil yang sifatnya intermiten
- Ascites, kadang hemorhagik dan masif
Perjalanan Klinis
- Perjalanan klinis bervariasi, dengan ditandai peritoneal
sclerosis (hgh membran transport dan ulfiltrasi buruk)
sampai gejala yang nyata.
- Kadang gejala pertama bisa terjadi setelah pasien
menjalani HD selama bberapa bulan.
- Kadang menyerupai periode steril peritonitis atau
dipicu oleh sebuah episode dari peritonitis
- Diketahui bahwa peritonitis rekuren, endotoksin, cairan
dialisat acetat (sudah tidak di gunakan) sebagai
penyebab.
- Pemeriksaan laboratorium ditemukan CRP yang
meningkat tajam
Diagnosis
- Ditemukan tanda kalsifasi pada foto abdomen atau
pada MSCT
Terapi
- Medikamentosa  Imunosupresan
- Pembedahan untuk melepas usus dari lilitan
peritoneum.

Anda mungkin juga menyukai