KEBERHASILAN VAKSINASI
DALAM PROFILAKSIS IMUN
Imunisasi merupakan kemajuan yang besar dalam
usaha imunoptofilaksis serta menurunkan prevalensi
penyakit. Cacar yang merupakan penyakit yang sangat
ditakuti, berkat imunisasi masal, sekarang telah dapat
dilenyapkan dari muka dunia ini (Tabel 16.1). demikian
pula dengan polio yang dewasa ibi sudah dapat
dilenyapkan di banyak Negara. IgG biasanya efektif dalam
darah, juga dapat melewati plasenta dan memberikan
imunitas pasif pada janin. Adanya transfer pasif tersebut
dapat merugikan oleh karena Ig maternal dapat
menghambat imunisasi yang efektif pada bayi. Jadi
sebaiknya inuniasai pada neonatus ditunggu sampai
antibodi ibu menghilang daro darah anak. Antibodi yang
diberikan pasif menunjukan efek yang sama.
Tabel 16.1 Gambaran penyakit infeksi sebelum dan sesudah vaksinasi
(kematian)
Invasif
Berbagai vaksin dan serum (juga asal hewan) yang
digunakan pada manusia terlihat pada tabel 2.1
Imunisasi
alamiah Buatan
Vaksin hidup
dibuat dalam Vaksin mati
pejamu, dapat merupakan bahan
menimbulkan (seluruh sel atau
penyakit ringan, komponen
dan menimbulkan spesifik) asal
respons imun patogen seperti
seperti yang toksoid yang
terjadi pada infeksi diinaktif tetapi
alamiah tetap imunogen.
Klasifikasi Vaksin
Hidup - diatenuasikan Mati – diinaktifkan
Patogen Komponen
Bakteri Virus Rekayasa Toksoid Subunit dimurnikan Rekayasa Rekombina
subunit n
BCG Adeno Antraks Difteri Pertusis (aselular) Hib konjugat Hepatitis B
Campak Kolera USP Hib (polisakarida) Pneumokok (antigen
Mumps (parenteral) Tetanus Kolera WC/rBS konjugat permukaan)
Polio Kolera WC/rBS (oral) Meningokok Penyakit
Rubela (oral Influenza (vaksin konjugat Lyme
Yellow Hepatitis A slit) (OspA)
fever Hepatitis B (asal Meningokok
plasma) (polisakarida)
Influenza (seluruh Pneumokok
virus) (polisakarida)
PesPolio (IPV) Tifoid
RabiesTifoid (polisakarida)
(parenteral)
Ciri-ciri vaksin hidup dan mati
Ciri Vaksin hidup Vaksin mati
Respons imun Humoral dan seluler Biasanya humoral
Dosis Satu kali biasanya cukup Diperlukan beberapa dosis
Ajuvan Tidak perlu Biasanya diperlukan
Rute pemberian SK, oral, intranasal SK atau IM
Lama imunitas Potensial seumur hidup Biasanya diperlukan dosis booster
Transmisi dari satu ke lain orang Mungkin Tidak mungkin
Subunit (eksotoksin Hepatitis B, pertusis, S. Antigen spesifik menurunkan Sulit untuk dikembangkan
yang diinaktif) pneumoni kemungkinan efek samping
DNA Dalam uji klinis Respons imun humoral dan selular Belum diperoleh
kuat, relatif tidak mahal untuk
manufaktur
Vektor rekombinan Dalam uji klinis Menyerupai infeksi alamiah, -
IMUNISASI PASIF
Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima
antibodi atau produk sel dari orang lain yang telah
mendapat imunisasi aktif.
Transfer sel yang kompeten imun kepada pejamu
yang sebelumnya imun kompeten, disebut transfer
adoptif. Imunisasi aktif menginduksi respons imun.
Pencegahan sebelum terjadi pajanan biasa
dilakukan sebagai imunisasi aktif pada anak.
Imunitas pasif dapat diperoleh melalui antibodi
dari ibu atau dari globulin gama homolog yang
dikumpulkan. Beberapa serum mengandung titer tinggi
antibodi terhadap patogen spesifik dan digunakan pada
terapi atau dalam usaha pencegahan terhadap berbagai
penyakit.
IMUNISASI PASIF
IMUNISASI
IMUNISASI IMUNISASI
PASIF
PASIF PASIF BUATAN
ALAMIAH
Vaksin influenza
Vaksin campak
Vaksin poliomielitis
Vaksin hepatitis B
Vaksin hepatitis A
Vaksin varisela
Vaksin retro
Vaksin rabies
Vaksin papiloma
Vaksin virus
A. Vaksin Rubela
Vaksin rubela (German measles) mengandung virus yang
dilemahkan atau dimatikan, berasal dari virus dengan antigen
tunggal yang ditumbuhkan dalam biakan human diploid cell
line. Kepada wanita yang seronegatif perlu diberikan
imunisasi sebelum pubertas dengan virus yang dilemahkan.
Hal tersebut diperlukan mengingat rubela dapat
menimbulkan malformasi pada janin. Guru-guru wanita,
perawat dan dokter rumahsakit nak dapat terpajan dengan
rubela. Juga staf para medis yang bekerja diklinik antenatal
dapat terinfeksi dan menularkannya kepada ibu-ibu hamil
muda. Kepada mereka yang sero negatif perlu diberikan
vaksinasi .
vaksin tidak boleh diberikan kepada wanita yang belum
mengandung, dianjurkan untuk tidak hamil dahulu selama 2
bulan
Vaksin virus
B. Vaksin Influensa
Virus tipe A dapat mengalami dua jenis perubahan/
mutasi yaitu antigenic drift bila mutasi tersebut terjadi perlahan
dan antigenic shift yang terjadi mendadak. Adanya antigenic
drift/shift tersebut memungkinkan virus untuk lolos dari
pengawasan sistem imun pejamu.
Ada dua jenis vaksin yaitu yang dimatikan, diinaktifkan
dalam formalin atau propiolakton (parenteral). Vaksin split
particle menggunakan fragmen partikel virus (mengandung
RNA dan protein M) dengan imunogenisitas baik dan efek
samping yang kurang. Vaksin subunit mempunyai bentuk mirip
dengan split vaccin dengan imunogenisitas kurang dan efek
samping sedikit.
Vaksin Virus
C. Vaksin Campak
Vaksin campak adalah vaksin hidup yang dilemahkan dari galur virus dengan
antigen tunggal yang dibiakkan dalam embrio ayam. MMR adalah vaksin yang dimatikan
dan diberikan dalam suntikan tunggal, untuk pencegahan penyakit campak, mumps
(gondong) dan rubela.
D.Vaksin Poliomielitis
Vaksin poliomielitis diperoleh dalam bentuk yaitu vaksin virus mati dan vaksin
virus hidup (oral) sebagai berikut :
1.Vaksin Virus Mati (Inactivated Polio Vaccin, Salk)
Vaksin Salk diproduksi dari virus yang ditumbuhkan dalam biakan (ginjal kera)
yang kemudian diinaktifkan dengan formalin atau sinar ultraviolet. Diberikan
sebelum vaksin sabin dikembangkan.
2.Vaksin Virus Hidup (Oral Polio Vaccin Sabin)
Vaksin sabin dibuat dari virus yang juga ditumbuhkan dalam biakan (ginjal kera,
Human Diploid Cells) yang dilemahkan dan memberikan proteksi terhadap infeksi
intestinal dan penyakit paralisa. Efek samping S-IPV yang dilaporkan hanya berupa
reaksi lokal. Oleh karena itu, banyak yang menganjurkan untuk memberikan
vaksinasi IPV-OPV secara berurutan. Vaksin ini diberikan oral sesuai dengan rute
masuk alamiah virus. Sifat perlindungannya sistemik dan lokal.
Vaksin Virus
E. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B terdiri atas partikel antigen
permukaan hepatitis B yang diinaktifkan (HbsAg) dan
diabsorpsi dengan tawas, dimurnikan dari plasma
manusia/ karier hepatitis. Vaksin rekombinan HbsAg
(rHBsAg) diproduksi dengan rekayasa genetik galur
Saccharomyces cerevisiae yang mengandung plasmid/ gen
untuk antigen HbsAg.
F. Vaksin Hepatitis A
Vaksin hepatitis A terdiri atas virus dimatikan
yang cukup efektif, diberikan kepada orang dengan
risiko misalnya dalam perjalanan/ kunjungan negara
dengan risiko.
Vaksin Virus
G. Vaksin Varisela
Vaksin varisela digunakan untuk mencegah varisela,
merupakan vaksin yang dilemahkan, biasanya tidak diberikan
kepada anak-anak sampai IgG asal ibu hilang (sekitar usia 15
bulan).
H. Vaksin Retro
Vaksin virus Retro dapat mencegah kematian pada bayi
akibat diare. Vaksin mengandung 4 tipe antigen virus yang
berhubungan dengan penyakit pada manusia.
I. Vaksin Rabies
Vaksin Rabies diperoleh dalam 2 bentuk yaitu vaksin
dimatikan untuk manusia dan vaksin hidup yang dilemahkan
pada hewan. Ada 2 bentuk vaksin untuk manusia yaitu yang
dibiakan dalam embrio bebek yang memiliki beberapa efek
ensefalitogenik dan yang dibiakan dalam sel human diploid.
Kadang diperlukan bersamaan dengan RIG.
Vaksin Virus
J. Vaksin Papiloma
Kanker serviks merupakan kanker nomor dua tersering
pada wanita, sekitar 10% dari semua kanker wanita yang ada,
kini sudah diketahui bahwa risiko tinggi virus tipe papiloma
merupakan penyebab lesi prekanker dan kanker srviks rahim.
Infeksi HPV kronis dianggap merupakan fase intermediate
terjadinya kanker serviks invasif. Tidak ada jenis kanker lain
pada manusia yang memiliki hubungan sebab akibat yang
sangat jelas dengan virus seperti pada HPV. (gambar 16.8)
Bila dibandingkan dengan faktor risiko kanker lain pada
manusia seperti merokok (kanker paru), infeksi HBV (kanker
hati), faktor risiko yang berhubungan dengan HPV bahkan
lebih tinggi. Resiko relatif adalah sekitar 10 pada perokok dan
kanker paru, 50 pada kanker hati dan HBV, namun 300-400
pada kanker serviks dan HPV.
Vaksin Virus
J.Vaksin Papiloma
Diberikan 3x suntikan
Selama periode 6 bulan
Vaksin polisakarida
Antitoksin Vaksin peptida Vaksin konjugat